87 Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
1 Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA BALE KAMBANG KERATON KERAJAAN ISLAM DI PULAU JAWA : ABAD XVI-XVIII (TINJAUAN BENTUK) SKRIPSI BUNGA MASRIPAH

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

BAB VI KESIMPULAN. Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan. beberapa temuan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini.

DASAR-DASAR FENG SHUI

Gb 3.9 Denah Candi Jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

BAB I PENDAHULUAN. Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK

E. KOMPLEKS PEMAKAMAN ASTANA GUNUNG SEMBUNG

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

BAB 3 METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI CIRI-CIRI PERUMAHAN DI KAWASAN PESISIR KASUS KELURAHAN SAMBULI DAN TODONGGEU KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI. Djumiko.

Gubahan Bentuk Taman dan Bentuk Ruang Taman Kiriman; Drs. I Gede Mugi Raharja, M.Sn., Dosen PS. Desain Interior ISI Denpasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

BAB I PENDAHULUAN. park dan garden. Definisi park menurut Merriam-Webster Dictionary 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Jawa Timur secara umum

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon

Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INTERAKSI KEBUDAYAAN

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak


ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

Identifikasi Pengaruh Kosmologi pada Lanskap Kraton Kasepuhan di Kota Cirebon

PERPADUAN GAYA ARSITEKTUR PADA GEREJA KATOLIK DI BALI

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA BANGUNAN DAN ARKEOLOGI

Penelaahan deskriptif dan grafis rumah tradisional di pemukiman etnik tertentu di Indonesia (2)

Lampiran 16. Infrastruktur Jaringan Irigasi dan Air Bersih. 1). Gambar Danau Tasikardi Dewasa Ini.

Senarai Gambar, Peta dan Rajah

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan Pesanggrahan Tamansari yang kemudian dilanjutkan penyelesaiannya

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain yang digunakan pada proyek Komples Wisata Budaya di Kota

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan

Arsitektur vernacular di jawa timur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan bagian dari kebudayaan manusia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

10 Tempat Wisata di Manado yang Wajib Dikunjungi

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

BAB IV NILAI-NILAI BUDAYA PADA ARSITEKTUR MASJID ASHABUL KAHFI PERUT BUMI. A. Bentuk-Bentuk Arsitektur Masjid di Dunia Islam

ADAPTASI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI PADA BALAI PERTEMUAN DPRD RENON, BALI

Software Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004 Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär. Alif Muttaqin

RUMAH TRADISIONAL BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

ARSITEKTURAL KALIANDRA (PASURUAN)

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

Omah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya

Transkripsi:

BAB 4 PENUTUP Kepurbakalaan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa merupakan perpaduan dari kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal atau kebudayaan lama yaitu kebudayaan Hindu-Buddha. Perpaduan dua kebudayaan ini biasa disebut dengan Indonesia-Islam (Yudoseputro, 1986: 1-3). Corak kebudayaan Indonesia- Islam ini terlihat pada bangunan Bale Kambang. Bale Kambang adalah bangunan yang terdapat pada bagian tengah kolam yang digunakan untuk kepentingan anggota keluarga kerajaan (Behrend, 1984: 38; Salim, 1991: 129; Munandar, 2005: 43). Menurut Agus Aris Munandar dalam kajian semiotiknya Bale Kambang mengambil konsep kosmologi Hindu tentang alam semesta. Bangunan Bale Kambang di tengah kolam beserta dengan kolamnya merupakan tiruan dari alam semesta. Bangunannya dianggap sebagai Gunung Mahameru, sedangkan air kolam yang mengelilingi bangunan merupakan lautan yang mengelilingi Gunung Mahameru, dan tepi kolam yang meninggi dapat dianggap sebagai rangkaian pegunungan yang mengelilingi Gunung mahameru, maka dapat dipastikan bangunan Bale Kambang beserta dengan kolamnya merupakan tiruan dari alam semesta (Munandar, 2005: 212-214). Keberadaan Bale Kambang yang biasanya terdapat pada kraton kerajaan Hindu-Buddha tetap berlanjut pada kerajaan kraton Islam di Pulau Jawa. Menurut Timothy E. Behrend, pada taman kraton Islam selain terdapat berbagai tanaman bunga-bungaan dan buah-buahan, juga terdapat kolam air dan bukit buatan atau menara atau jenis lainnya yang menggambarkan atau merupakan simbol dari gunung. Biasanya gunung digambarkan dalam bentuk bangunan yang terdapat di tengah kolam atau biasa disebut dengan Bale Kambang (1984: 38). Bale Kambang pada masa Islam dapat dijumpai pada beberapa sumber Islam, diantaranya pada laporan perjalanan, pada penamaan suatu wilayah (Toponim) dan bentuk nyata yang sampai saat ini masih terlihat pada beberapa kraton kerajaan Islam di Pulau Jawa. Keberadaan Bale Kambang pada kerajaan 87

88 Islam di Pulau Jawa merupakan suatu pertanda bahwa Bale Kambang merupakan unsur pendukung kraton kerajaan Islam. Bale Kambang pada keraton kerajaan Islam memiliki bentuk yang berbeda-beda, namun saat ini hanya terdapat 4 Bale Kambang yang keberadaanya dapat ditelusuri, yaitu Bale Kambang Keraton Surosowan dan Bale Kambang Tasik Ardi di Banten, Bale Kambang Gua Sunyaragi di Cirebon dan Bale Kambang Taman Sari di Yogyakarta. Bale Kambang Keraton Surosowan diperkirakan sebagai tempat pemandian di dalam lingkungan keraton yang bangunan Bale Kambangnya merupakan bangunan terbuka. Hal tersebut didasarkan pada kolam Bale Kambang ini memiliki sarana yang digunakan menuju bangunan Bale Kambang yang berupa tangga menurun. Tangga menurun ini terdapat pada dinding kolam timur dan selatan. Keberadaan tangga menurun yang terdapat pada kolam Bale Kambang Keraton Surosowan memberikan suatu asumsi bahwa apabila ingin mencapai bangunan Bale Kambang maka harus melalui tangga ini, karena pada saat penelitian tidak diketemukan adanya sisa-sisa jembatan yang mungkin bisa digunakan sebagai sarana menuju bangunan Bale Kambang. Bentuk Bale Kambang seperti ini juga terdapat pada bangunan kepurbakalaan Hindu-Buddha yaitu Candi Tikus. Pada Bale Kambang ini memiliki sistem pengairan, dimana air yang masuk ke dalam kolam Bale Kambang ini telah melewati sistem irigasi yang bagus sehingga air yang berada di dalam kolam Bale Kambang merupakan air yang bersih dan jernih. Selain itu hal yang memperkuat perkiraan Bale Kambang keraton Surosowan merupakan tempat pemandian adalah pada bagian atas bangunan Bale Kambang terdapat papan selebar bangunan Bale kambang itu sendiri. Berdasarkan informasi tersebut maka kemungkinan papan itu tempat duduk-duduk atau istirahat pada saat seseorang melakukan aktifitas di dalam kolam Bale Kambang. Bale Kambang Tasik Ardi merupakan salah satu Bale Kambang yang mempunyai ukuran besar dimana kolam menyerupai sebuah danau yang luas dengan pulau buatan pada bagian tengahnya (Hatmadji, 2005: 119). Alas kolam yang terbuat dari batu-bata dan asal air kolam yang berasal dari Sungai Cibanten memberikan suatu asumsi bahwa kolam Bale Kambang ini merupakan suatu

89 kolam buatan atau danau buatan. Bangunan Bale Kambang Tasik Ardi merupakan bangunan tertutup yang memiliki bangunan turap mengelilingi bangunan ini. Bangunan Bale Kambang ini memiliki sistem penataan ruangan yang terdiri dari 13 ruangan dengan 3 bangunan utama dan 2 halaman terbuka pada sisi utara dan selatan. Pada bagian dalam bangunan Bale Kambang Tasik Ardi ditemukan ruangan berbentuk kolam pemandian pada sisi timur. Kolam ini memiliki kedalaman yang berbeda-beda menyerupai undakan dan di bagian dalam kolam pada sisi timur, dindingnya terbuat dari batu karang sehingga air yang masuk ke dalam kolam ini tersaring oleh dinding karang yang membuat air pada kolam ini menjadi bersih dan jernih. Bale Kambang Gua Sunyaragi merupakan salah satu bangunan yang terdapat pada kompleks bangunan Gua Sunyaragi yang digunakan sultan Kasepuhan sebagai tempat beristirahat dan bermeditasi (Sulendraningrat, 1978: 60). Bangunan Bale Kambang Gua Sunyaragi memiliki bentuk rumah tradisional Jawa, yaitu Joglo. Bangunan Bale Kambang Gua Sunyaragi ini dapat dikategorikan sebagai pendopo, karena pendopo merupakan bangunan terbuka atau tanpa dindinng Pada bangunan Bale Kambang Gua Sunyaragi di Cirebon tidak memiliki dinding dan hanya terdiri dari tiang penyangga yang terbuat dari kayu. Tiang penyangga ini berjumlah 4 buah berbentuk persegi panjang yang ditempatkan pada setiap sudut bangunan. Pada bagian atas tiang ini terdapat hiasan ukuran kayu berbentuk simbar terbalik dan bentuk oktagonal, serta tiang ini berdiri di atas landasan yang disebut umpak. Bale Kambang Taman Sari Yogyakarta merupakan sebuah segaran atau danau buatan yang terdapat pada kompleks pesanggrahan Taman Sari di Yogyakarta (Tashadi, 1981-1982: 5). Bale Kambang Taman Sari ini menyerupai sebuah istana yang terdapat di tengah-tengah segaran. Bangunan Bale Kambang ini merupakan bangunan tertutup yang memiliki bangunan turap sebagai dinding pembatas yang mengelilingi seluruh bangunan dan Bale Kambang ini mempunayi penataan ruangan yang terdiri dari dua lantai. Pada bangunan ini terdapat hiasan bangunan berupa kemamang yang telah jatuh dari tempat asalnya. Pada Bale Kambang keraton kerajaan Islam di Pulau Jawa terdapat 2 unsur yang menjadi bagian Bale Kambang, yaitu unsur utama Bale Kambang dan unsur

90 fisik Bale Kambang. Unsur utama Bale Kambang terdiri dari 2 yaitu air dan bangunan. Air diwujudkan dalam bentuk kolam, sedangkan bangunannya adalah bangunan yang terdapat di tengah kolam tersebut. Keberadaan air pada konsep Bale Kambang dapat dihubungkan dengan tujuan dari keberadaan Bale Kambang yang digunakan sebagai tempat bertafakkur (Lombard, 1996: 120). Dengan adanya air pada Bale Kambang, maka seseorang yang melakukan pendekatan diri kepada Allah SWT. atau bertafakkur pada Bale Kambang akan merasakan kedamaian, keheningan dan merasa seperti di surga, sehingga dalam melakukan pendekatan diri kepada Allah SWT. orang tersebut akan merasa kekhusyukan yang mendalam. Keberadaan bangunan Bale Kambang ini dapat dihubungkan dengan makna dari bangunan Bale Kambang, yaitu bangunan sebagai tempat pribadi keluarga kerajaan dan sebagai tempat bertafakkur. Keberadaan air dan bangunan merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam konsep Bale Kambang. Unsur fisik bangunan Bale Kambang keraton kerajaan Islam di Pulau Jawa diantaranya: 1. Denah Persegi yang ditampilkan Bale Kambang, baik denah kolam maupun denah bangunannya. Pola persegi pada pada Bale Kambang keraton kerajaan Islam di Pulau Jawa juga terdapat pada pola taman Islami tradisional yang berpusat di Timur Tengah (Persia) (Kanwar, 1974: 109). 2. Arah hadap Bale Kambang adalah utara dan selatan. Menurut Uka Tjandrasasmita (1976: 157) arah utara-selatan dipengaruhi kepercayaan Jawa yang kuat dimana arah itu lebih dimuliakan dari arah barat-timur. 3. Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan kolam Bale Kambang di Pulau Jawa pada masa Kerajaan Islam umumnya adalah terbuat dari batubata. 4. Bale Kambang di Pulau Jawa pada masa Kerajaan Islam terdiri dari 2 bentuk yaitu Bale Kambang dengan bentuk terbuka dan Bale Kambang dengan bentuk tertutup. a. Bale Kambang dengan bentuk terbuka memiliki arsitektur yang sangat sederhana. Pada bangunan Bale Kambangnya tidak memiliki dinding, tanpa komponen bangunan seperti gapura atau

91 pintu, jendela, dan kolam pemandian serta tidak memiliki penataan ruangan atau biasanya hanya terdiri dari satu ruangan saja. Selain itu, pada kolam Bale Kambang dengan bentuk terbuka ini menggunakan tangga atau jembatan sebagai sarana menuju bangunan Bale Kambang. Apabila dikaitkan dengan fungsi bangunan, maka dapat diasumsikan Bale Kambang dengan bentuk terbuka hanya dapat melakukan satu aktifitas saja. b. Bale Kambang dengan bentuk tertutup memiliki arsitektur yang menyerupai rumah besar atau istana yang berada di tengah perairan atau kolam. Pada bangunan Bale Kambangnya memiliki dinding bangunan serta dilengkapi dengan turap sebagai dinding terluar bangunan yang digunakan sebagai pembatas bangunan dengan air. Selain itu pada bangunan Bale Kambang juga memiliki komponen yang lengkap dibandingkan dengan bangunan Bale Kambang dengan bentuk terbuka, pada bangunan Bale Kambang dengan bentuk tertutup memiliki gapura atau pintu, jendela bangunan, tangga, kolam pemandian dan halaman depan dan halaman belakang, serta pada bangunan Bale Kambang ini memiliki sistem penataan ruangan menyerupai istana. Pada kolam Bale Kambangnya menggunakan perahu sebagai sarana yang digunakan dari kolam menuju bangunan Bale Kambang. Apabila dikaitkan dengan fungsi bangunan, maka dapat diasumsikan bangunan Bale Kambang dengan bentuk tertutup merupakan bangunan multifunsional. Bale Kambang merupakan salah satu bangunan yang menampilkan ciri kebudayaan Indonesia-Islam, karena Bale Kambang ini juga dikenal atau sudah ada pada masa Hindu-Buddha di Pulau Jawa, diantaranya terdapat pahatan relief Candi Induk Panataran yang merupakan candi masa Hindu Jawa Timur (Stutterheim, 1989: 156), pada naskah Kakawin Nagarakertagama pupuh 8: 5 yang merupakan Kakawin masa Hindu Jawa Timur (Pigeaud, 1960(I): 8, (II): 23, (III): 10; Munandar, 2003: 63-64). Serta bentuk nyata Bale Kambang dapat terlihat pada beberapa puri di Bali (Munandar, 2005: 212-

92 214). Bentuk Bale Kambang Keraton Kerajaan Islam di Pulau Jawa dapat diasumsikan sebagai keberlanjutan dari bentuk Bale Kambang Hindu-Buddha, hal ini dapat terlihat pada beberapa unsur bangunannya, diantaranya: 1. Konsep Bale Kambang yang terdiri dari dua unsur utama, yaitu air dan bangunan. 2. Denah Kolam dan bangunan Bale Kambang yang berbentuk persegi. 3. Bahan Dasar Bale Kambang yang terbuat dari batu-bata dan kayu. 4. Sarana yang digunakan menuju bangunan Bale Kambang yang berupa jembatan. 5. Atap bangunan yang berbentuk atap rumah tradisional Jawa. Unsur Bale Kambang lainnya yang terdapat pada Bale Kambang keraton kerajaan Islam di Pulau Jawa seperti arah hadap utara-selatan, bentuk gapura, hiasan bangunan berupa kemamang dan momolo walaupun semua unsur tersebut tidak terdapat pada bangunan Bale Kambang masa Hindu-Buddha, namun unsurunsur tersebut sudah ada sejak masa Hindu-Buddha. Pada bangunan Bale Kambang keraton kerajaan Islam nampaknya mengalami perkembangan bentuk dari bentuk terbuka menjadi bentuk tertutup. Bale Kambang pada masa Hindu-Buddha umumnya memiliki bentuk bangunan terbuka tanpa dinding. Sedangkan pada bangunan Bale Kambang kerajaan Islam di Pulau Jawa selain terdapat bangunan Bale kambang berbentuk terbuka juga terdapat bangunan bale Kambang dengan bentuk tertutup. Demikianlah hasil penelitian mengenai bangunan Bale kambang keraton kerajaan Islam di Pulau Jawa, diharapkan dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai kepurbakalaan Islam di Pulau Jawa khusunya kepurbakalaan bangunan-bangunan keraton Islam.