BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. setelah kira-kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ

PIJAT OKSITOSIN UNTUK MEMPERCEPAT PENGELUARAN ASI PADA IBU PASCA SALIN NORMAL DI DUSUN SONO DESA KETANEN KECAMATAN PANCENG GRESIK.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENGELUARAN KOLOSTRUM PADA IBU POST PARTUM DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG TAHUN 2011

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

1

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

PERBEDAAN PRODUKSI ASI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN KOMBINASI METODE MASSASE DEPAN (BREAST CARE)

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals 4 (MDGs4) adalah Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

Abstrak. Pengetahuan, Teknik Marmet, Pijat Oksitosin, Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin, Kelancaran Pengeluaran ASI.

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN PADA IBU NIFAS TERHADAP PENGLUARAN ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJA BASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin (Suherni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

The 4 th Univesity Research Coloquium 2016 PIJAT OKSITOSIN UNTUK MEMPERLANCAR ASI PADA IBU PASCA PERSALINAN DI KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

MENGATASI MASALAH PENGELUARAN ASI IBU POST PARTUM DENGAN PEMIJATAN OKSITOSIN. Novia Tri Tresnani Putri, Sumiyati

EFEKTIFITAS PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENGELUARAN ASI DI RSIA ANNISA TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENGELUARAN KOLOSTRUM PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PENGARUH TEKNIK MARMET TERHADAP PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i4 ( )

181 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

EFEKTIFITAS PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS DI RSUD dr.soegiri KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang menggembirakan bagi calon orang tua dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN


BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manfaat ASI sudah sangat umum diketahui oleh masayarakat luas.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN DENGAN KECUKUPAN ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGDOWO

BAB I PENDAHULUAN. (GBHN) diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar.

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

PERBEDAAN EFEKTIVITAS MASSAGE EFFLUERAGE DI PUNGGUNG DENGAN ABDOMEN TERHADAP LAMA PENGELUARAN ASI IBU NIFAS DI RUANG TERATAI RSUD BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI Eksklusif

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan kehidupan manusia, dengan menyusui ibu telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati.,

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

demam tinggi, buah dada membengkak dan bernanah (abses) menyebabkan anak tidak boleh diberi ASI (Oswari 1986). Produksi ASI dipengaruhi konsumsi

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. bagus guna meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit. ASI adalah

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ reproduksi wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil. Di negara berkembang seperti Indonesia, masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Pada masa ini ibu mengalami kelelahan setelah melahirkan sehingga dapat mengurangi produksi ASI. (1) Penurunan produksi ASI dan pengeluaran ASI pada hari-hari pertama melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya produksi hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan pengeluaran ASI yaitu perawatan payudara, frekuensi menyusui, paritas, stres, penyakit atau kesehatan ibu, konsumsi rokok atau alkohol, sebaiknya dilakukan segera pil kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan harus dilakukan ibu secara rutin, dengan pemberian rangsangan pada otot-otot payudara akan membantu merangsang hormon prolaktin untuk membantu produksi air susu ibu. (1) Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein laktose dan garam garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi. ASI sangat bermanfaat bukan hanya untuk bayi saja, juga untuk ibu, keluarga, dan negara. (2) Manfaat untuk bayi antara lain nutrien yang sesuai untuk bayi, mengandung zat protektif sehingga jarang menderita penyakit, efek psikologis, pertumbuhan yang baik, mengurangi karies dan maloklusi.sedangkan manfaat untuk ibu adalah sebagai 1

2 keluarga berencana, aspek psikologis dan kesehatan ibu karena dengan isapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjear hipofisis sehingga dapat membantu involusi uterus serta mencegah terjadinya perdarahan. (2) ASI menurut stadium laktasi terdiri dari kolostrum, ASI transisi, dan ASI matur. Kolostrum merupakan ASI yang di produksi beberapa saat setelah bayi lahir sampai hari ke tiga atau ke empat, warnanya lebih kuning dan lebih kental dari pada ASI. Kolostrum akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh sehingga berfungsi sebagai imunisasi aktif dan pasif. (2) Berbagai kelebihan kolostrum tersebut sangat dianjurkan pada ibu untuk memberikan kolostrum segera setelah kelahiran bayinya, dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan (morbidity) pada bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Oleh karena itu kolostrum sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. (2) Untuk memperlancar pengeluaran kolostrum maka harus sering menyusukan bayi agar terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI makin lancar. Dua refleks prolaktin pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan putting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini dirangsang, timbul implus yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjer hipofisis bagian depan sehingga kelenjer ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon inilah yang rangsangan penyusuan makin banyak pula produksi ASI. Refleks aliran (let down refleks) rangsangan putting susu tidak hanya diteruskan sampai kekelenjar hipofisis depan, tetapi juga kekelenjar hipofisis bagian belakang, yang mengeluarkan hormon oksitosin. (2)

3 Untuk memperlancar keluarnya hormon oksitosin maka perlu dilakukan pula merangsang refleks oksitosin yaitu pijat oksitosin. Pijat oksitosin adalah teknik pemijatan pada daerah tulang belakang leher, punggung, atau sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima sampai keenam. (2) Banyak ibu yang merasa bahwa ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. Disamping itu, pemberian minum sebelum ASI keluar akan menghambat pengeluaran ASI karena bayi menjadi kenyang dan malas menyusui. (2) Berdasarkan SDKI 2007, jumlah pemberian ASI Ekslusif di indonesia masih rendah yaitu 32% dari total kelahiran bayi. Pada saat yang bersamaan bayi bayi yang lahir di fasilitas kesehatan lebih cenderung untuk tidak mendapatkan ASI secara ekslusif, hal ini disebabkan sosialisasi inisiasi menyusui dini yang masih minim serta pengetahuan dan kesadaran dari masyarakat arti pentingnya ASI Ekslusif. (3) Menurut Dirjen Gizi dan KIA (2011) masalah utama masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan ibu, keluarga, dan masyarakat akan pentingnya ASI, serta jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung peningkatan ASI. Masalah ini diperburuk dengan gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan dari masyarakat. (4) Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup angka ini cukup tinggi di bandingkan negara negara tetangga di kawasan ASEAN. Sedangkan Angka Kematian bayi (AKB) Dan Angka Kematian Balita (AKABA), perhatian terhadap penurunan angka kematian neonatal (0 28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi

4 kontribusi terhadap 59% kematian bayi (5). Hasil Survey Lembaga Demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) 2013 pemberian ASI Eksklusif meningkat menjadi 42% dibandingkan tahun 2012 sebanyak 32%. (6) Data menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai 6 bulan adalah 15,3%. Inisiasi dini menyusui kurang dari 1 jam setelah bayi lahir 29,3%, tertinggi di NTT (Nusa Tenggara Timur) 56,2% dan terendah di Maluku 13,0%. Sebahagian besar proses menyusui dilakukan pada kisaran 1-6 jam setelah lahir tetapi masih ada 11,1% proses mulai disusui setelah 48 jam. Pemberian kolostrum cukup baik dilakukan oleh 74,7% ibu kepada bayinya. Pemberian susu formula pada bayi baru lahir di Sulawesi Selatan sebanyak 45,90% dan yang memberikan madu 16,20%. (7) Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, pada tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif yaitu sebesar 68,9% dan pada tahu 2014 pencapaian cakupan ASI Eksklusif yaitu sebesar 72,5%. Dilihat dari data bahwa cakupan ASI eksklusif terus meningkat, namun bertentangan dengan keadaan di lapangan ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya masih rendah. (8) Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2014 cakupan ASI eksklusif yaitu sebesar 70,1%. Puskesmas Sungai Dareh cakupan ASI Ekslusif pada tahun 2014 yaitu 66,7% hal ini mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 63,5%. Namun cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sungai Dareh masih rendah diantara puskesmas- puskesmas yang ada di Kabupaten Dharmasraya. (9) Besarnya manfaat ASI tidak diimbangi oleh peningkatan perilaku pemberian ASI sehingga bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik. Beberapa faktor di duga menjadi penyebab bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik salah satunya adalah faktor pengetahuan ibu Keengganan ibu untuk menyusui karena rasa sakit saat

5 menyusui, kelelahan saat menyusui, serta kekhawatiran ibu mengenai perubahan payudara setelah menyusui. Faktor sosial budaya, kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan dalam proses menyusui juga sangat berpengaruh terhadap proses pemberian ASI. Kurangnya pendidikan kesehatan mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan produksi ASI turut mempengaruhi pengetahuan ibu primi para yang dapat menyebabkan kurangnya volume ASI (Budiharjo, 2003; Lubis, 2010, hlm. 35). Tidak semua ibu post partum langsung mengeluarkan ASI karena pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon yang berpengaruh terhadap pengeluaran oksitosin. Pengeluaran hormon oksitosin selain dipengaruh oleh isapan bayi juga dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada sistem duktus, bila duktus melebar atau menjadi lunak maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk memeras air susu dari alveoli oleh karena itu perlu adanya upaya mengeluarkan ASI untuk beberapa ibu post partum. (10) Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi dan pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin sedangkan pengeluaran di pengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar (WBW, 2007, hlm. 39). Pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neuro transmitter akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya. Pijatan di daerah tulang belakang ini juga akan

6 merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress dan dengan begitu hormon oksitosoin keluar dan akan membantu pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan bayi pada puting susu pada saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal (Guyton, 2007, hlm. 45). Pijat merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indiyani, 2006; Yohmi & Roesli, 2009). Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar. Penelitian yang dilakukan oleh Eko (2011) menunjukkan bahwa kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kartasura diketahui bahwa 6 dari 10 ibu kebingungan ketika bayi mereka menangis sedangkan ASI yang keluar belum lancar. Mereka masih tampak canggung dalam posisi menyusui. Mereka sempat bertanya mengenai cara agar ASInya banyak. Ibu-ibu tersebut memiliki keinginan untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi mereka. Informasi juga didapatkan dari petugas yang mengatakan bahwa sekitar 30% ibu mengeluh bahwa produksi ASI nya kurang lancar. Berdasarkan latar belakang dan hasil pencapaian ASI Ekslusif serta wawancara dari ibu ibu yang menyusui maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Dareh Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016

7 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam Penelitian yang akan dilakukan adalah Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Nifas di wilayah Kerja Puskesmas Sungai Dareh Kabupaten Dharmasraya tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Pengaruh pijat oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas di wilayah kerja Puskesmas Sungai Dareh Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui rerata Produksi ASI sebelum melakukan pijat oksitosin pada Ibu Nifas di wilayah kerja Puskesmas Sungai Dareh Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016 2. Untuk mengetahui rerata produksi ASI pada ibu Nifas sesudah menerima pijat Oksitosin di wilayah kerja Puskesmas Sungai Dareh Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016. 3. Untuk membandingkan produksi ASI pada Ibu Nifas sebelum dan sesudah menerima pijat oksitosin di wilayah kerja Puskesmas Sungai Dareh Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah pengalaman dalam hal metode penelitian dan menjadi referensi sehingga dapat menambah wawasan. 2. Bagi Institusi Diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan masukan bagi puskesmas dan dinas kesehatan serta meningaktkan derajat kesehatan masyarakat.

8 3. Bagi Intansi Tersedianya informasi bagi puskesmas sungai dareh tentang Pengaruh pijat oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas di wilayah kerja Puskesmas Sungai Dareh Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Nifas di wilayah Kerja Puskesmas Sungai dareh Kabupaten Dharmasraya. Penelitian ini akan dilakukan pada Bulan januari sampai juni 2016, dimana jenis penelitian ini Kuantitatif dengan menggunakan desain quasi eksperimental pre and post.

9