4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Kinerja Usaha Perikanan Mini Purse Seine

dokumen-dokumen yang mirip
4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Keragaan Usaha Penangkapan Ikan

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

5 EVALUASI TEKNIS PERIKANAN GIOB

BAB III BAHAN DAN METODE

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

4 HASIL. 4.1 Kondisi Perikanan Ikan Layang di Maluku Utara

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

KAPAL IKAN PURSE SEINE

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

3 METODOLOGI PENELITIAN

Sukses pengoperasian pukat cincin Sinar Lestari 04 dengan alat bantu rumpon yang beroperasi di Perairan Lolak Provinsi Sulawesi Utara

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

BAB III BAHAN DAN METODE

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

seine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

PENGEMBANGAN PERIKANAN MINI PURSE SEINE (SOMA PAJEKO) BERBASIS RUMPON DI SEKITAR PULAU MAYAU, KOTA TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA AMIRUL KARMAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

Ukuran Mata Jaring. Judul desain. Ukuran Utama Kapa; Gross Tonase; Nama Alat tangkap; Kode klasifikasi;

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

METODE PENANGKAPAN IKAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

4 KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum PPN Pekalongan Letak, klasifikasi dan pengelolaan

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1) The Student at Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau.

Jaring Angkat

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Tabel 1 Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan No. Spesifikasi Dimensi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN

Pengukuran tingkat kebisingan pada kapal pukat cincin KM. Sumber Jaya bermesin tempel di perairan Teluk Manado

8.1 Dukungan Potensi Wilayah terhadap Pengembangan Perikanan Giob Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan memiliki luas ,72 km 2 dan lebih

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

PERUMUSAN STRATEGI. 6.1 Analisis Lingkungan Strategis

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN JARING BOBO DI OHOI SATHEAN KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA. Jacomina Tahapary, Erwin Tanjaya

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Keadaan Umum Kabupaten Tojo Una-una

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

Erwin Tanjaya ABSTRAK

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN NELAYAN PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) DAN PANCING TONDA (TROLL LINE) DI PPP TAMPERAN PACITAN, JAWA TIMUR

Alat Lain. 75 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

Pujianto *), Herry Boesono, Dian Wijayanto

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

KAJIAN KECEPATAN KAPAL PURSE SEINER TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN PROBOLINGGO

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pukat Cincin

Transkripsi:

4 HASIL PENELITIAN 4.1 Kinerja Usaha Perikanan Mini Purse Seine Kegiatan penangkapan ikan dengan pukat cincin di pulau Mayau dilakukan oleh nelayan dari Bitung (disebut nelayan andon) dan nelayan dari pulau Mayau itu sendiri (disebut nelayan lokal). Kedua nelayan tersebut masing-masing menggunakan alat tangkap (yaitu mini purse seine) dan alat bantu rumpon. 4.1.1 Kondisi umum perikanan mini purse seine Nelayan mini purse seine (soma pajeko) di daerah penelitian dalam kegiatan penangkapan ikan menggunakan kapal penangkapan ikan dengan tipe kapal yang relatif sama, namun ukurannya berbeda. Sedangkan jaring yang digunakan mempunyai ukuran yang relatif sama. Alat bantu yang digunakan adalah perahu lampu dan rumpon bambu. Tipe dan ukuran perahu lampu dan rumpon bambu yang digunakan relatif sama antara jenis satu dengan yang lainnya. 4.1.1.1 Kapal mini purse seine Kapal penangkapan yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis kecil adalah kapal yang digunakan untuk mengoperasikan mini purse seine yang menurut istilah nelayan dari Bitung disebut soma pajeko. Istilah soma pejeko mulai populer digunakan sejak mini purse seine diintroduksi oleh nelayan dari Bitung ke pulau Mayau. Berdasarkan tipe pengoperasiannya mini purse seine di perairan sekitar pulau Mayau baik untuk nelayan lokal (nelayan pulau Mayau) maupun nelayan andon (nelayan dari Bitung) adalah tipe satu kapal (one boat system). Mini purse seine yang dimiliki oleh nelayan lokal merupakan bantuan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara melalui dana bergulir dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah pada tahun 2002 (satu unit) dan tahun 2003 (satu unit). Pengoperasian mini purse seine (soma pajeko) di perairan sekitar pulau Mayau selain menggunakan alat bantu rumpon juga menggunakan perahu lampu. Kapal dan perahu tersebut terbuat dari bahan kayu. Kapal mini purse seine yang ada di lokasi penelitian umumnya memiliki kapasitas 12 GT 21 GT. Ukuran

40 panjang kapal (L) berkisar antara 12,90 m 19,00 m, lebar (B) 2,50 m 4,00 m, dan dalam (D) 1,00 m 1,50 m. Perahu lampu memiliki kapasitas 0,50 GT 1,00 GT, berukuran panjang (L) 700 m 9,00 m, lebar (B) 0,50 m 1,00 m, dan dalam (D) 0,50 m 0,80 m (Tabel 9). Kapal mini purse seine nelayan lokal (nelayan pulau Mayau) dan nelaya andon (nelayan dari Bitung) dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6, sedangkan perahu lampu dan wings hauler yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 7. Tabel 9 Spesifikasi kapal mini purse seine (mini purse seiner) dan perahu lampu yang digunakan nelayan lokal (nelayan pulau Mayau) dan nelayan andon (nelayan dari Bitung) Nelayan Lokal Nelayan Andon Spesifikasi (nelayan pulau Mayau) (nelayan dari Bitung) Kapal Mini Purse Seine KM. Marimoi KM. Jesie 1. Dimensi utama Panjang 12,90 m 19,00 m Lebar 2,50 m 4,00 m Dalam 1,00 m 1,50 m 2. Tonage 12,00 GT 21,00 GT 3. Mesin Outboard (Yamaha 40 PK 2 bh) Outboard (Yamaha 40 PK 4 bh) 4. Wings hauler 1 buah 1 buah Perahu Lampu 1. Dimensi utama Panjang 7,00 m 9,00 m Lebar 0,50 m 0,80 m Dalam 0,50 m 0,60 m 2. Tonage 0,80 GT 1,00 GT 3. Mesin Outboard (Yamaha 40 PK 1 bh) Outboard (Yamaha 40 PK 1 bh) 4. Lampu Lampu petromaks (6 buah) Lampu petromaks (6 buah) Gambar 5 Kapal mini purse seine (mini purse seiner) nelayan lokal (nelayan pulau Mayau).

41 Gambar 6 Kapal mini purse seine (mini purse seiner) nelayan andon (nelayan dari Bitung). a b Gambar 7 (a) Perahu lampu yang digunakan oleh nelayan lokal (nelayan pulau Mayau) dan nelayan andon (nelayan dari Bitung); (b) Wings hauler yang digunakan oleh nelayan andon (nelayan dari Bitung). 4.1.1.2 Alat tangkap mini purse seine Mini purse seine di pulau Mayau yang menjadi objek penelitian lebih dikenal dengan sebutan soma pajeko. Mini purse seine yang ada di lokasi penelitian umumnya bahan dan spesifikasi yang digunakan relatif sama hanya ukuran yang berbeda. Mini purse seine terdiri dari kantong (bunt), badan jaring, sayap, jaring pada pinggir badan jaring (selvedge), tali ris atas (floatline), tali ris bawah (leadline), pemberat (sinkers), pelampung (floats), dan cincin (purse rings).

42 Panjang mini purse seine yang digunakan di pulau Mayau berkisar 150,00 m 400,00 m dan dalam kantong berkisar 30,00 m 60,00 m. Kantong sebagai tempat berkumpulnya ikan terbuat dari bahan PAcf (polyamid continous filament) PAcf 210 D x 12 dengan ukuran mesh size 1,00 inchi. Badan jaring terbuat dari bahan PAcf 210 D x 9 dengan ukuran mesh size 1,50 inchi. Bagian sayap yang berfungsi sebagai pagar untuk menggiring ikan ke dalam kantong terbuat dari bahan Pacf 210 D x 6 dengan ukuran mesh size 1,75 inchi. Selvedge terbuat dari bahan PE 380 D x 15 dengan ukuran mesh size 2,00 inchi yang terdiri dari 5 mata untuk arah ke bawah (Gambar 8). 811 F A/840 gf 45 cm 365,00 m 2 x (PE Ø 10 mm) 25,00 (PE Ø 10 mm) PE 380 D x 15; MS 2 inchi (Selvedge ) 35,00 m 2 x (PE Ø 10 mm) PE 380 D x 15; MS 2 inchi Selvege Sayap PAcf 210 D x 6 MS 1,75 inchi Badan jaring PAcf 210 D x 9 MS 1,50 inchi Kantong PAcf 210 D x 12 MS 1,00 inchi Badan jaring PAcf 210 D x 9 MS 1,50 inchi Sayap PAcf 210 D x 6 MS 1,75 inchi PE 380 D x 15; MS 2 inchi Selvege 35,00 m 2 x (PE Ø 10 mm) PE 380 D x 15; MS 2 inchi (Selvedge ) 35 cm 382,00 m 2 x (PE Ø 10 mm) 1091,00 Pb A/200 gram 60 Br (500 gram) 600,00 m (PE Ø 24 mm) 0,50 m 60 X (PE Ø 10 mm) 0 1 2 3 4 50m Gambar 8 Desain mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau. Tali ris atas (floatline) terbuat dari bahan PE dengan panjang 365,00 m dan diameter tali sebesar 10,00 mm, sedangkan tali ris bawah (leadline) terbuat dari bahan PE dengan panjang 382,00 m dan diameter tali sebesar 10,00 mm. Tali pelampung dan tali pemberat terbuat dari bahan PE dengan dimater tali 10,00 mm. Panjang tali pelampung 365,00 m dan tali pemberat 382,00 m. Pemberat pada mini purse seine terbuat dari timah hitam (Pb) dengan diamater 35/28/10 mm dan berat 200 gram/buah. Jumlah pemberat sebanyak 1.091 buah dengan jarak antara pemberat 35,00 cm. Pelampung terbuat dari vinyl putih dengan diameter 150/100/21 mm dengan daya apung 840 grf/buah. Jumlah pelampung sebanyak 811 buah dengan jarak antara pelampung 45,00 cm (Gambar 9).

43 Gambar 9 Alat tangkap mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau. Cincin terbuat dari kuningan dengan diameter luar 115,00 mm dan diameter dalam 80,00 mm, dan berat 500 gram/buah. Jumlah cincin 60 buah dengan jarak antara cincin 3,00-5,00 m. Tali cincin terbuat dari bahan PE, diameter tali 24,00 mm yang memiliki panjang 600,00 m. Spesifikasi mini purse seine dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Spesifikasi mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau Bagian Jaring Material Besar Twine Besar Mata (inchi) Kantong Pa cf 210 D x 12 1,00 Badan jaring Pa cf 210 D x 9 1,50 Sayap Pa cf 210 D x 6 1,75 Selvedge PE 380 D x 15 2,00 Bagian Tali Material Diameter Jumlah Panjang (m) (mm) (buah) Tali tarik PE 10 25,00 2,00 Tali pelampung PE 10 365,00 1,00 Tali ris atas PE 10 365,00 1,00 Tali pemberat PE 10 382,00 1,00 Tali ris bawah PE 10 382,00 1,00 Tali samping PE 10 35,00 4,00 Tali cincin PE 24 600,00 1,00 Tali bridle PE 10 0,50 60,00 Perlengkapan lain Material Diameter (mm) W (gram) atau F (grf) Jumlah Pelampung Vinyl putih 150/100/21 840 grf 811,00 Pemberat Timah (Pb) 35/28/10 200 gram 1.091,00 Cincin Kuningan (Br) 115/80 500 gram 60,00 Katerangan: Pacf = Polyamid continous filament PE = Polyethylene Grf = gram force

44 4.1.1.3 Rumpon Operasi penangkapan ikan perikanan mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau menggunakan alat bantu rumpon. Rumpon digunakan sebagai alat pengumpul ikan, agar nelayan lebih mudah dalam mengatur waktu penangkapan dan menghemat bahan bakar yang digunakan. Proses operasi penangkapan mini purse seine bisa dilakukan pada rumpon yang bukan milik sendiri, setelah sebelumnya dilakukan kesepakatan dengan pemilik rumpon. Umumnya tiap unit mini purse seine memiliki 1 2 rumpon. Berdasarkan hasil wawancara baik dengan nelayan lokal (nelayan pulau Mayau) maupun nelayan andon (nelayan dari Bitung), rumpon yang digunakan di perairan sekitar pulau Mayau dilepas (ditanam) sekitar 1 3 mil laut dari garis pantai pada kedalaman 150 m 200 m, panjang tali jangkar (tali utama) berkisar 300 m 400 m. Konstruksi rumpon di pulau Mayau pada umumnya relatif sama dengan konstruksi rumpon di daerah Sulawesi Utara dengan memiliki tiga komponen utama yaitu; rakit bambu sebagai pengapung, pemikat (attractor) dan jangkar kemudian di tambah satu buah pelampung yang terbuat dari styrefoam (gabus) berbentuk seperti drum. (1) Rakit bambu, berfungsi sebagai pengapung disusun atas 3 atau 4 susun. Rakit tersebut umumnya memiliki bangunan rumah kecil di atasnya sebagai tempat istirahat nelayan yang menjaga rumpon. Ada pula yang tanpa rumah di atasnya, tipe ini biasanya dibiarkan tanpa ada yang menjaga dan hanya sewaktu-waktu dilihat keberadaan ikan di bawah rumpon tersebut. (2) Pelampung, berfungsi sebagai penambah daya apung untuk mencegah rakit bambu tenggelam pada saat arus keras. Pelampung terbuat dari styrefoam (gabus). (3) Attractor (gara-gara), berfungsi sebagai pengumpul ikan di bawah bangunan rumpon. Biasanya nelayan di pulau Mayau menggunakan Attractor dari daun kelapa berjumlah 6 12 pelepah dan disusun 3 5 susun. Attractor tersebut di rendam pada kedalaman 5 m 15 m di bawah bangunan rumpon. (4) Tali jangkar yang digunakan adalah dari bahan polyethilene (PE) berdiameter 12,00 mm. Panjang tali jangkar ini 300,00 m 400,00 m.

45 (5) Jangkar, berfungsi sebagai penahan agar rumpon tidak hanyut dan terbuat dari beton yang dicor pada sebuah drum sebanyak dua buah, ditanam (dilepas) pada kedalaman berkisar 150 m 200 m. Rumpon yang dilepas (ditanama) di perairan sekitar pulau Mayau tidak bertahan lama (putus atau hilang). Pembuatan rumpon tidak terlalu rumit karena konstruksinya sangat sederhana dan bahan yang digunakan juga mudah didapat. Pembuatan rumpon dilakukan sendiri oleh nelayan. Konstruksi rumpon rakit bambu dapat dilihat pada Gambar 10. Bahan, ukuran, jumlah, dan berat dari komponen material rumpon bambu yang digunakan di pulau Mayau disajikan dalam tabel Tabel 11. 1 3 4 2 5 Keterangan gambar: 1. Bendera tanda 6 6. Attractor (pelepah daun kelapa) 2. Rakit bambu 7. Pemberat rumpon (drum cor) 3. Pelampung (drum gabus) 8. Pemberat attractor (ember cor) 4. Kili-kili (swivel) 8 9. Dasar perairan 5. Tali utama 9 7 Gambar 10 Konstruksi rumpon bambu yang menggunakan daun kelapa di pulau Mayau.

46 Tabel 11. Bahan, ukuran, jumlah, dan berat dari komponen material rumpon bambu di pulau Mayau Komponen Bahan Spesifikasi 1 Rakit Bambu P = 5,00 m 6,00 m; L = 3,00 m 4,00 m; T = 0,40 m 0,70 m, Terdiri dari 3 4 lapis 2 Tali-temali a. Tali pengikat bambu PE Ø 3 mm P = 100,00 m 200,00 m b. Tali utama PE Ø 12 mm P = 300,00 m 400,00 m c. Tali penghubung pelampung PE Ø 12 mm P = 10,00 m 15,00 m d. Tali pengikat daun kelapa PE Ø 3 mm P = 5,00 m 15,00 m e. Tali penghubung pemberat PE Ø 12 mm P = 5,00 m 10,00 m 3 Pelampung styrefoam Σ = 1 buah 4 Attractor Daun kelapa Σ = 6 12 pelepah 5 Kili-kili (swivel) Stainless stell Σ = 4 buah 6 Pemberat a. Pemberat utama Drum cor Σ = 2 buah; W = 200 kg/bh b. Pemberat attractor Ember cor Σ = 1 buah; W = 50 kg 4.1.1.4 Nelayan Nelayan di pulau Mayau dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan asalnya yaitu nelayan lokal dan nelayan pendatang (andon). Nelayan lokal adalah nelayan yang berasal dari daerah tersebut dan tinggal menetap, sementara nelayan pendatang (andon) adalah nelayan yang bukan penduduk daerah tersebut. Jumlah nelayan yang mengoperasikan mini pures seine (soma pajeko) dalam operasi penangkapan relatif sama untuk nelayan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) maupun nelayan andon (nelayan dari Bitung) yaitu berkisar antara 18 22 orang termasuk tonaas. Tonaas adalah orang yang memimpin operasi penangkapan (fishing master). Pembagian tugas nelayan mini purse seine (soma pejeko) dapat dilihat pada Tabel 12. Pembagian tugas tersebut sudah menjadi kesepakatan dalam satu unit mini purse seine (soma pajeko). Tugas nelayan yang satu dapat dikerjakan oleh nelayan yang lain, seperti pada saat penarikan mini purse seine juru pelampung dan juru pemberat juga melakukan tugas ini.

47 Tebl 12 Pembagian tugas dan tanggung jawab nelayan mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau NO Jabatan Tugas dan tanggung jawab 1 Tonaas (fishing master) Bertugas sebagai pemimpin dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan operasi penangkapan. 2 Juru mesin Bertugas dalam masalah mesin dan menja lankan kapal menuju rumpon maupun pada saat setting (melingkari gerombolan ikan) 3 Juru tawur Bertugas menurunkan jaring mini purse seine (soma pajeko) pada saat setting 4 Juru pelampung Bertugas mengatur dan merapikan pelampung sebelum dan sesudah operasi penangkapan ikan 5 Juru pemberat Bertugas mengatur dan merapikan pemberat sebelum dan sesudah operasi penangkapan ikan 6 Nelayan biasa Bertugas menarik dan merapikan jaring mini purse seine(soma pejeko) 7 Juru mesin Bertugas dalam masalah mesin dan menjalanperahu lampu kan perahu lampu menuju rumpon 8 Juru lampu Bertugas dalam hal pemasangan lampu dan mendeteksi gerombolan ikan Jumlah (orang) 1 2 2 2 2 11 1 1 4.1.1.5 Modus operasi penangkapan mini purse seine Modus operasi penangkapan mini purse seine (soma pajeko) baik untuk nelayan lokal (nelayan pulau Mayau) maupun nelayan andon (nelayan dari Bitung) adalah sama. Berdasarkan wawancara dengan nelayan mini purse seine di pulau Mayau, umumnya operasi penangkapan dilakukan pada malam hari dan dini hari. Tahapan pengoperasian mini purse seine dibagi dalam empat tahap yaitu; (1) persiapan, (2) perjalan perahu lampu ke rumpon (fishing ground), (3) perjalanan kapal penangkap ke rumpon (fishing ground), dan (4) kegiatan operasi penangkapan. Pengoperasian mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau menggunakan sistem satu kapal (one boat system). Gambar 11 menunjukkan skema operasi penangkapan mini purse seine di pulau Mayau. Operasi penangkapan mini purse seine untuk nelayan lokal (nelayan pulau Mayau) dilakukan sekali dalam satu trip (one day fishing) sedangkan nelayan andon (nelayan dari Bitung) dilakukan 17 hari dalam satu trip dan 15 hari operasi. (1) Persiapan Sebelum berangkat ke daerah penangkapan, segala peralatan dan perbekalan dipersiapkan terlebih dahulu dengan teliti agar jangan sampai ada yang ketinggalan. Persiapan yang dilakukan untuk perahu lampu yaitu; pengisian

48 bahan bakar dilampu, pengaturan lampu di perahu, peralatan pengintai ikan (kaca mata air), dan pengaturan peralatan mesin atau motor. Sedangkan untuk kapal mini purse seine yaitu; pengaturan jaring, bahan bakar, dan peralatan mesin atau motor. Hal ini dilakukan untuk memperlancar kegiatan penangkapan ikan. (2) Perahu lampu menuju rumpon (fishing ground) Perahu lampu yang pertama kali menuju rumpon, lampu yang digunakan adalah petromaks sebanyak enam buah. Perahu lampu ini bertugas untuk memasang lampu di rumpon sehingga ikan mengumpul dan lebih terkosentrasi. Perahu lampu berangkat menuju rumpon biasanya sekitar pukul 18.30 WIT. (3) Kapal mini purse seine menuju rumpon (fishing groud) Kapal ini menuju rumpon setelah mendapat informasi dari juru lampu yang berada di perahu lampu melalui radio HT bahwa ikan sudah terkumpul dan terskonsentrasi. Lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke rumpon kurang lebih 1 jam dari pangkalan (fishing base) dengan menggunakan tenaga pendorong sebanyak 2 4 motor tempel 40 PK. (4) Pengoperasian alat tangkap (setting) Ada dua cara pengoperasian alat tangkap dirumpon yaitu:.1) Pengoperasian alat tangkap dilakukan setelah perahu lampu menggiring ikan menjauhi rumpon sekitar kurang lebih 100 m. Hal ini dilakukan agar pada saat operasi penangkapan jaring tidak tersangkut pada tali jangkar rumpon. Pengoperasian alat tangkap dilakukan dengan memperhatikan arah arus terlebih dahulu oleh tonaas, apabila kondisis memungkinkan maka tonaas memerintahkan juru motor menghidupkan mesin dan berputar mengambil posisi yang cocok untuk pelepasan alat tangkap. Pelepasan alat tangkap diawali dengan pelepasan pelampung tanda yang diikatkan purse line dan penyatuan ujung-ujung tali ris atas dan bawah, kemudian dilemparkan ke posisi yang telah ditentukan. Selanjutnya kapal penangkapan melingkari gerombolan ikan yang berada di bawah perahu lampu sambil ABK menurunkan jaring. Diusahakan agar ujung jaring terakhir tepat

49 bertemu dengan pelampung tanda yang diturunkan terlebih dahulu. Pelampung tanda tersebut diangkat ke atas kapal dan selanjutnya penarikan purse line sampai bagian bawah jaring terkumpul menjadi satu..2) Jika ikan tidak mau keluar dari rumpon pada saat digiring oleh perahu lampu, maka juru lampu memindahkan tali rumpon yang mengikat di pelampung jangkar ke perahu lampu dan biarkan rumpon dan perahu lampu hanyut menjauhi pelampung tersebut. Hal ini dilakukan agar pada saat operasi penangkapan jaring tidak tersangkut pada tali jangkar rumpon. Pengoperasian alat tangkap dilakukan dengan memperhatikan arah arus terlebih dahulu oleh tonaas, apabila kondisis memungkinkan maka tonaas memerintahkan juru motor menghidupkan mesin dan berputar mengambil posisi yang cocok untuk pelepasan alat tangkap. Pelepasan alat tangkap diawali dengan pelepasan pelampung tanda yang diikatkan purse line dan penyatuan ujung-ujung tali ris atas dan bawah, kemudian dilemparkan ke posisi yang telah ditentukan. Selanjutnya kapal penangkapan melingkari gerombolan ikan yang berada di bawah perahu lampu sambil ABK menurunkan jaring. Diusahakan agar ujung jaring terakhir tepat bertemu dengan pelampung tanda yang diturunkan terlebih dahulu. Pelampung tanda tersebut diangkat ke atas kapal dan selanjutnya penarikan purse line sampai bagian bawah jaring terkumpul menjadi satu. (5) Pengangkatan jaring (hauling) dan pengambilan hasil tangkapan Setelah purse line ditarik semua dan semua cincin telah dinaikkan ke atas kapal, sedikit demi sedikit bagian-bagian jaring dinaikkan ke atas kapal yang dimulai dari ujung sayap, badan jaring sampai ke kantong. Ikan-ikan yang terkurung di dalam kantong diangkat menggunakan serok. Serok ini berfungsi untuk memudahkan pemindahan ikan dari kantong dan juga agar ikan tangkapan tidak rusak sewaktu pengangkatan hasil, disamping itu mencegah kerusakan kantong apabila ditarik langsung ke atas kapal. Setelah itu jaring dinaikkan ke atas kapal sambil disusun seperti saat semula dengan

50 tujuan untuk penangkapan berikutnya. Dalam satu trip nelayan mini purse seine melakukan setting rata-rata sebanyak 1 2 kali, hal ini sangat ditentukan oleh jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Persiapan: 1. Perahu lampu - Pengisian bahan bakar di lampu - Peralatan pengintai ikan (kaca mata air) - Pengaturan peralatan mesin dan motor 2. Kapal mini purse seine (soma pajeko) - Pengaturan jaring - Bahan bakar dan Peralatan mesin atau motor Perahu lampu: - Memasang lampu di rumpon Informasi, ikan terkumpul dan terkosentrasi Kapal mini purse seine Pindah Rumpon Rumpon (Fishing ground) Menggiring ikan keluar dari rumpon Melepas tali rumpon dari pelampung jangkar Setting; - Pelepasan pelampung tanda - Kapal melingkari gerombolan ikan sambil ABK menurunkan jarring - Penarikan purse line Hauling dan pengangkatan hasil tangkapan; - Cincin dan bagian-bagian dinaikkan ke atas kapal - Ikan diangkat ke atas kapal menggunakan serok. Tidak Hasil tangkapan memuaskan Fishing base Gambar 11 Skema operasi penangkapan mini purse seine (soma pajeko) dengan rumpon di pulau Mayau.

51 4.1.1.6 Sistem bagi hasil Saat penelitian dilakukan nelayan lokal (nelayan pulau Mayau) mengoperasikan unit mini purse seine (soma pajeko) yang diadakan oleh program bantuan dana bergulir dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara. Oleh karena itu dalam penelitan ini akan dijelaskan tiga sistem bagi hasil, yaitu: (1) sistem bagi hasil tangkapan usaha perikanan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) masih dalam pemberdayaan (kepemilikan usaha bersifat kolektif/kelompok); (2) sistem bagi hasil tangkapan usaha perikanan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) setelah pinjaman dana bergulir lunas (kepemilikan usaha bersifat kolektif/kelompok); dan (3) sistem bagi hasil tangkapan usaha perikanan mini purse seine andon/nelayan dari Bitung (kepemilikan usaha bersifat perorangan/pengusaha). Sistem bagi hasil tangkapan yang diterapkan dalam usaha perikanan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) masih dalam pemberdayaan, kepemilikan usaha bersifat kolektif (kelompok) adalah: (1) hasil tangkapan dijual (pendapatan kotor), (2) pendapatan kotor dikurangi biaya operasional, pengembalian dana bergulir sebesar 25%, dan bagi hasil 15% (jika melakukan penangkapan di rumpon bukan milik sendiri) untuk mendapatkan laba bersih, dan (3) laba bersih dibagi untuk pemilik (Kelompok) 50% dan nelayan (crew) 50% (Gambar 12). Pembagian hasil dilakukan setiap satu bulan. Sedangkan sistem bagi hasil tangkapan yang diterapkan dalam usaha perikanan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) setelah pinjaman dana bergulir lunas (kepemilikan usaha bersifat kolektif/kelompok) maupun usaha perikanan mini purse seine andon/nelayan dari Bitung (kepemilikan usaha bersifat perorangan/pengusaha) adalah sama, yaitu: (1) hasil tangkapan dijual (pendapatan kotor), (2) pendapatan kotor dikurangi biaya operasional dan bagi hasil 15% (jika melakukan penangkapan di rumpon bukan milik sendiri) untuk mendapatkan laba bersih, dan (3) laba bersih dibagi untuk pemilik 50% dan nelayan 50% (Gambar 13 dan 14). Pembagian hasil dilakukan setiap satu bulan.

52 Produksi Pendapatan kotor 15% untuk rumpon bukan milik sendiri Biaya operasional Pengembalian dana bergulir 25% Pendapatan bersih Pemilik (Kelompok) 50% Crew/Nelayan 50% Tonaas 2 bagian Juru mesin dan juru lampu 1,5 bagian Nelayan/ABK 1 bagian Gambar 12 Sistem bagi hasil tangkapan usaha perikanan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) masih dalam pemberdayaan (kepemilikan usaha bersifat kolektif/kelompok). Produksi Pendapatan kotor 15% untuk rumpon bukan milik sendiri Biaya operasional Pendapatan bersih Kelompok 50 % Crew/Nelayan 50 % Tonaas 2 bagian Juru mesin dan juru lampu 1,5 bagian Nelayan/ABK 1 bagian Gambar 13 Sistem bagi hasil tangkapan usaha perikanan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) setelah pinjaman dana bergulir lunas (kepemilikan usaha bersifat kolektif/ kelompok).

53 Produksi Pendapatan kotor 15% untuk rumpon bukan milik sendiri Biaya operasional Pendapatan bersih Pemilik usaha 50 % Crew/Nelayan 50 % Tonaas 2 bagian Juru mesin dan juru lampu1,5 bagian Nelayan/ABK 1 bagian Gambar 14 Sistem bagi hasil usaha perikanan mini purse seine andon/nelayan dari Bitung (kepemilikan usaha bersifat perorangan/pengusaha). 4.1.1.7 Pemasaran hasil tangkapan Berdasarkan wawancara dengan nelayan yang ada di pulau Mayau, baik nelayan lokal (nelayan pulau Mayau) maupun nelayan andon (nelayan dari Bitung) diperoleh informasi bahwa hasil tangkapan mini purse seine (soma pejeko) dipasarkan langsung ke kapal penampung dari Bitung yang berpangkalan di pulau Mayau. Kapal penampung kemudian memasarkan ke perusahaan ikan yang berada di Kota Bitung. Salah satu kapal penampung yang sering melakukan pembelian hasil tangkapan mini purse seine sampai saat penelitian dilakukan adalah KM Eklesia (Gambar 15). Harga ikan yang dipasarkan di kapal penampung yang berpangkalan di pulau Mayau berfluktuatif tergantung musim dan biasanya dijual per kilogram. Harga ikan per jenis per kilogram dapat dilihat pada Tabel 13.

54 Tabel 13 Harga ikan hasil tangkapan mini purse seine yang dipasarkan di kapal penampung dari Bitung yang berpangkalan di Pulau Mayau No Jenis Ikan Musim dan harga ikan per kg (Rp) Puncak Sedang Paceklik 1 Layang 2.500,00 3.000,00 3.000,00 3.500,00 3.500,00 4.000,00 2 Tongkol 1.000,00 1.500,00 1.500,00 2.000,00 2.000,00 2.500,00 3 Selar 1.000,00 1.500,00 1.500,00 2.000,00 2.000,00 2.500,00 Gambar 15 Salah satu kapal penampung ikan yang melakukan pembelian hasil tangkapan mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau. 4.1.2 Hasil tangkapan 4.1.2.1 Komposisi hasil tangkapan Berdasarkan wawancara dengan nelayan yang ada di pulau Mayau diperoleh informasi bahwa hasil tangkapan mini purse seine (soma pejeko) adalah ikan pelagis kecil. Jenis-jenis ikan yang tertangkap meliputi, ikan layang (Decapterus spp.), ikan tongkol (Euthynnus aviinis), dan ikan selar (Selaroides spp.). Jumlah hasil tangkapan terbanyak selama 5 tahun (2002 2006) adalah ikan layang (Decepaterus spp.) yaitu berkisar 79% sampai 94%. Komposisi hasil tangkap mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau dapat dilihat dalam Tabel 14.

55 Tabel 14 Komposisi hasil tangkapan mini purse seine (soma pejeko) di pulau Mayau, tahun 2002 2006 Layang Tongkol Selar Tahun Tangkapan Tangkapan Tangkapan % % (ton) (ton) (ton) % 2002 428,11 79,00 77,13 14,00 36,00 7,00 2003 697,09 80,00 130,70 15,00 43,57 5,00 2004 1.029,99 82,00 137,50 11,00 87,50 7,00 2005 423,89 92,00 23,04 5,00 13,82 3,00 2006 215,41 94,00 9,17 4,00 4,58 2,00 Keterangan: Proporsi (persentasi) dihitung dari ketiga jenis ikan. 4.1.2.2 Trend hasil tangkapan, produktivitas armada mini purse seine dan produktivitas rumpon Hasil tangkapan ikan meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 2004, kemudian menurun drastis pada tahun 2005. Hasil tangkapan tertinggi pada tahun 2004 sebesar 1.249,99 ton, dan terendah pada tahun 2006 sebesar 229,17 ton (Gambar 16). Hasil tangkapan (ton) 1400.00 1200.00 1000.00 800.00 600.00 400.00 200.00 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun Gambar 16 Perkembangan hasil tangkapan ikan mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau, tahun 2002 2006. Produktivitas armada mini purse seine (produksi per kapal per tahun) yang berpangkalan di pulau Mayau menunjukkan bahwa produktivitasnya cenderung meningkat. Produktivitas tertinggi pada tahun 2005 sebesar 115,19 ton/kapal/tahun, dan terendah pada tahun 2003 sebesar 87,14 ton/kapal/tahun (Gambar 17).

56 Produkrivitas (ton/armada) y = 7.6803x - 15291 140.00 R 2 = 0.8223 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun Gambar 17 Perkembangan produktivitas armada mini purse seine (ton/kapal/tahun) yang berpangkalan di pulau Mayau, tahun 2002 2006. Produktivitas rumpon yang ditanam di perairan sekitar pulau Mayau menunjukkan bahwa produktivitasnya cenderung meningkat. Produktivitas tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 115,19 ton/rumpon/tahun dan terendah pada tahun 2002 sebesar 54,12 ton/rumpon/tahun (Gambar 18). Produktivitas (ton/rumpon y = 17.386x - 34759 140.00 R 2 = 0.8934 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun Gambar 18 Perkembangan produktivitas rumpon (ton/rumpon/tahun) yang ditanam di perairan sekitar pulau Mayau, tahun 2002 2006.

57 4.1.3 Kelayakan usaha perikanan mini purse seine 4.1.3.1 Pendapatan usaha (keuntungan) Keuntungan usaha prikanan mini purse seine (soma pajeko) berbeda dalam ketiga jenis usaha yaitu: (1) usaha perikanan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) masih dalam pemberdayaan (kepemilikan usaha bersifat kolektif/kelompok); (2) usaha perikanan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) setelah pinjaman dana bergulir lunas (kepemilikan usaha bersifat kolektif/kelompok); dan (3) usaha perikanan mini purse seine andon/nelayan dari Bitung (kepemilikan usaha bersifat perorangan/pengusaha). Berikut ini adalah keuntungan usaha perikanan mini purse seine yang berlangsung selama enam bulan per tahun sesuai dengan asumsi yang dijelaskan dalam metode analisis ekonomi (sub bab 3.6.3 halaman 30). Keuntungan usaha perikanan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) masih dalam pemberdayaan (kepemilikan usaha bersifat kolektif/kelompok) selama satu tahun sebesar Rp 80.437.447,04 (Lampiran 4). Sedangkan keuntungan usaha perikanan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) setelah pinjaman dana bergulir lunas (kepemilikan usaha bersifat kolektif/kelompok) sebesar Rp 125.336.665,79 (Lampiran 5) dan keuntungan usaha perikanan mini purse seine andon/nelayan dari Bitung (kepemilikan usaha bersifat perorangan/pengusaha) sebesar Rp 184.602.821,65 (Lampiran 6). Pendapatan individu nelayan mini purse seine pada skema bagi hasil dapat dilihat pada akhir lampiran (Lampiran 10, 11, dan 12). 4.1.3.2 Net B/C Net B/C usaha prikanan mini purse seine (soma pajeko) berbeda dalam ketiga jenis usaha yaitu: (1) usaha perikanan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) masih dalam pemberdayaan (kepemilikan usaha bersifat kolektif/kelompok); (2) usaha perikanan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) setelah pinjaman dana bergulir lunas (kepemilikan usaha bersifat kolektif/kelompok); dan (3) usaha perikanan mini purse seine andon/nelayan dari Bitung (kepemilikan usaha bersifat perorangan/pengusaha). Berikut ini adalah net B/C usaha perikanan mini purse seine yang berlangsung selama enam bulan per

58 tahun sesuai dengan asumsi yang dijelaskan dalam metode analisis ekonomi (sub bab 3.6.3 halaman 30). Net B/C usaha perikanan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) masih dalam pemberdayaan (kepemilikan usaha bersifat kolektif/kelompok) sebesar 2,06 (net B/C>1) (Lampiran 7), net B/C usaha perikanan mini purse seine lokal (nelayan pulau Mayau) setelah pinjaman dana bergulir lunas (kepemilikan usaha bersifat kolektif/kelompok) sebesar 3,11 (net B/C>1) (Lampiran 8), dan net B/C usaha perikanan mini purse seine andon/nelayan dari Bitung (kepemilikan usaha bersifat perorangan/pengusaha) sebesar 3,24 (net B/C>1) (Lampiran 9). 4.1.4 Kelembagaan perikanan Kota Ternate dan Kota Bitung Informasi yang diperoleh dari nelayan di pulau mayau, bahwa kegiatan usaha perikanan mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau antara nelayan lokal (nelayan pulau Mayau) dan nelayan andon (nelayan dari Bitung) selama ini tidak pernah terjadi konflik, baik dalam pemasangan rumpon maupun dalam operasi penangkapan. 4.1.4.1 Kelembagaan perikanan Kota Ternate Kelembagaan perikanan yang ada di Kota Ternate adalah kelembagaan pengusaha perikanan, kelembagaan koperasi perikanan, lembaga ekonomi pengembangan pesisir mikro mitra mina (LEPP-M3), dan lembaga sosial budaya. LEPP-M3 ini didirikan dengan tujuan membantu pemberdayaan nelayan di wilayah Kota Ternate termasuk nelayan di pulau Mayau dalam mengurus kebutuhan kredit nelayan seperti kredit bantuan dana bergulir dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara. Kelembagaan pengusaha perikanan yang ada di Kota Ternate berjumlah tiga perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan ikan untuk diekspor (Tabel 15). Kelembagaan koperasi perikanan yang ada di Kota Ternate berjumlah 7 koperasi. Lembaga koperasi yang berada di pulau Mayau dalam keadaan tidak aktif (Tabel 16). Kelembagaan sosial budaya perikanan yang berkembang di Kota Ternate yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang perikanan dan himpunan nelayan seluruh Indonesia (HNSI) Kota Ternate.

59 Tabel 15 Kelembagaan pengusaha perikanan di Kota Ternate tahun 2004 No Nama perusahaan Alamat Jenis usaha Jenis komoditi 1 PT. Sibela Bunga Cengkeh Jl.Seroja Kayu Merah Ternate Penangkapan dan pengumpul ikan Cakalang, tuna, dan layang 2 PT. Maters Adi Jaya Kel.Kota Baru Ternate Penangkapan dan pengumpul ikan Pelagis dan Demersal 3 PT. Adi Bahari Lesatari Kel.Maliaro Ternate Penangkapan dan pengumpul ikan Ikan Pelagis Sumber: Dinas Perikana dan Kelautan Provinsi Maluku Utara, 2006. Tabel 16 Kelembagaan koperasi perikanan di Kota Ternate tahun 2004 No Nama koperasi Desa/Kelurahan Kecamatan 1 Kop.Masigarolaha Kel.Dufa-Dufa Ternate Utara 2 Kop.Mina Bahari Kel.Makasar Timur Ternate Utara 3 Kop.Serba usaha Kel.Dufa-Dufa Ternate Utara 4 Kop.Soninga Kel.Hiri Pulau Ternate 5 Kop.Bina Bahari Kel.Toboko Ternate Selatan 6 Kop.Mina Hiri Kel.Hiri Pulau Ternate 7 Kop.Cipta Bahari Desa Mayau Pulau Ternate Sumber: Dinas Perikana dan Kelautan Provinsi Maluku Utara tahun 2006. 4.1.4.2 Kelembagaan perikanan Kota Bitung Kelembagaan perikanan yang berada di Kota Bitung, dan memberikan kontribusi untuk nelayan mini purse seine (soma pajeko) yang berpangkalan di pulau Mayau adalah kelembagaan perikanan pengusaha yang terdiri dari empat perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan ikan ekspor dan 9 kapal penampung ikan/pembeli ikan milik pengusaha perorangan (Tabel 17). Tabel 17 Kelembagaan pengusaha perikanan di Kota Bitung No Nama perusahaan Alamat Jenis usaha Jenis ikan 1 PT. Sari Cakalang Kota Bitung Penangkapan dan pengumpul Pelagis 2 PT. Sari Malalugis Kota Bitung Penangkapan dan pengumpul Pelagis 3 PT. Deho Kota Bitung Pengumpul dan pengolah Pelagis 4 PT. Sinar Mas Kota Bitung Pengumpul dan pengolah Pelagis 5 KM. Eklesia Kota Bitung Pengumpul Pelagis 6 KM. Venus Kota Bitung Pengumpul Pelagis 7 KM. Vernia 01 Kota Bitung Pengumpul Pelagis 8 KM. Prakarsa 05 Kota Bitung Pengumpul Pelagis 9 KM. Bintangor Kota Bitung Pengumpul Pelagis 10 KM. Citra Laut Kota Bitung Pengumpu Pelagis 11 KM. Dunia Laut Kota Bitung Pengumpul Pelagis 12 KM. Anugerah 01 Kota Bitung Pengumpul Pelagis 13 KM. Teluk Kema Kota Bitung Pengumpul Pelagis Sumber: Hasil penelitian tahun 2007.

60 4.1.4.3 Kepemilikan rumpon Usaha perikanan mini purse seine nelayan lokal (nelayan pulau Mayau) maupun nelayan andon (nelayan dari Bitung) memiliki 1 2 rumpon untuk satu armada penangkapan. Rumpon yang dimiliki oleh nelayan lokal (nelayan pulau Mayau) memiliki izin pemasangan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara. Pengurusan izin rumpon dilakukan di Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara karena perairan di sekitar pulau Mayau masuk dalam wilayah provinsi Maluku Utara. Sedangkan rumpon nelayan andon (nelayan dari Bitung) tidak memiliki izin pemasangan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate atau Provinsi Maluku Utara. Operasi penangkapan ikan di rumpon yang bukan milik sendiri sesuai dengan kesepakatan, maka hasil tangkapan sebesar 15% diberikan kepemilik rumpon. Sanksi yang diberikan apabila menangkap di rumpon tanpa izin pemilik (mencuri) kemudian tertangkap maka masalah tersebut diurus oleh pemuka adat di desa melalui musyawarah dan kesepakatan sehingga hasil tangkapan dibagi untuk pemilik rumpon 30%, desa 20%, dan armada penangkapan 50%. 4.2 Pengembangan Usaha Perikanan Mini Purse Seine 4.2.1 Kondisi usaha perikanan mini purse seine Kondisi faktor teknik, faktor biologi, faktor ekonomi, dan faktor sosial menjadi komponen faktor internal dan eksternal (Tabel 18). Komponen setiap faktor kunci internal (kekuatan dan kelamahan) (Tabel 19) dan komponen setiap faktor kunci eksternal (peluang dan ancaman) (Tabel 20) dipilih dari keempat kondisi di atas berdasarkan kriteria bahwa komponen-komponen tersebut yang menjadi penentu pengembangan (eksistensi) usaha perikanan mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau.

Tabel 18 Kondisi faktor teknis, faktor biologi, faktor ekonomi, dan faktor sosial menjadi faktor internal dan faktor eksternal dalam usaha perikanan mini purse seine (soma pajeko) di pulau Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) Keterangan: * = Pendapat responden ** = Pendapat peneliti faktor teknik faktor biologi faktor ekonomi faktor sosial 1. Ketersediaan unit penangkapan mini 1. Hasil tangkapan relatif banyak. 1. Usaha perikanan mini purse 1. Adanya kapal penampung ikan purse seine (soma pajeko) melalui * (Sub bab 4.1.2.2). seine (soma pajeko) di pulau (pembeli ikan) dari Bitung program dana bergulir (Dinas Perika- 2. Komposisi hasil tangkapan Mayau baik nelayan lokal yang dapat membeli seluruh nan dan Kelautan Provinsi Maluku didominasi oleh jenis ikan maupun nelayan andon hasil tangkapan mini purse Utara). * (Sub bab 4.1.1.1) ekonomis penting. ** (Sub bab menghasilkan keuntungan. ** seine (soma pajeko) di pulau 2. Ketersediaan sumberdaya manusia 4.1.2.1) (Sub bab 4.1.3.1) Mayau. * pengelola lokal (nelayan pulau 2. Usaha perikanan mini purse (Sub bab 4.1.3.1) Mayau). ** (Sub bab 2.1) seine (soma pajeko) di pulau 2. Kondisi pulau Mayau yang 3. Adanya nelayan mini purse seine Mayau baik nelayan lokal aman (stabil). * (Sub bab 4.1.4) (soma pajeko) andon (nelayan dari maupun nelayan andon layak Bitung) yang melakukan operasi untuk dijalankan (diteruskan).** penangkapan ikan di perairan sekitar (Sub bab 4.1.3.2) pulau Mayau. * (Sub bab 4.1.1.1) 3. Rantai pemasaran pendek (tidak ada biaya transportasi). ** (Sub bab 4.1.1.7) 1. Kapasitas sumberdaya manusia 1. Perkembangan produksi hasil 1. Harga ikan hasil tangkapan di 1. Kapal penampung ikan (pembeli pengelola lokal (nelayan pulau tangkapan mini purse seine ditetap oleh pembeli (kapal ikan) dari Bitung tidak Mayau) yang masih rendah. ** (Sub (soma pajeko) tidak terdata. ** penampung ikan). ** (Sub bab memiliki izin usaha penampungan bab 4.1.1.1) (Sub bab 4.1.1.7) 4.1.1.7) ikan (pembelian ikan) di perairan 2. Nelayan mini purse seine andon sekitar pulau Mayau dari Dinas (nelayan dari Bitung) tidak memiliki Perikanan dan Kelautan Kota izin operasi penangkapan ikan di Ternate maupun Provinsi Maluku perairan sekitar pulau Mayau. * (Sub Utara. * (Sub bab 1.1) bab 4.1.1.1) 1. Ketersediaan unit penangkapan mini 1. Hasil tangkapan relatif banyak 1. Usaha perikanan mini purse 1. Kondisi pulau Mayau yang purse seine (soma pajeko) melalui (stabil).* (Sub bab 4.1.2.2) seine (soma pajeko) di pulau aman. * (Sub bab 4.1.4) program dana bergulir (Dinas Perika- 2. Sumberdaya ikan pelagis kecil Mayau baik nelayan lokal nan dan Kelautan Provinsi Maluku cukup tersedia. ** (Sub bab maupun nelayan andon Utara). * (Sub bab 4.1.1.1). 4.1.2.2). menghasilkan keuntungan. ** (Sub bab 4.1.3.1). 1. Rumpon tidak bertahan lama (hilang 1. Perkembangan produksi hasil 1. Harga ikan hasil tangkapan di 1. Adanya patroli pengawasan dan atau putus) karena kondisi lingkungan tangkapan mini purse seine ditetap oleh pembeli (kapal pemantau Illegal,Unreported and perairan (arus)* (Sub bab 4.1.1). (soma pajeko) tidak terdata. ** penampung ikan). ** (Sub bab Unregulated (IUU) fishing oleh 2. Nelayan lokal (nelayan pulau Mayau) (Sub bab 4.1.1.7) 4.1.1.7). Polisi Perairan dan Dinas tidak memperhatikan perawatan unit Perikanan dan Kelautan Provinsi penangkanpan mini purse seine Maluku Utara.* (soma pajeko). ** (Sub bab 4.1.1).

62 Tabel 19 Faktor strategi internal kekuatan (strengths = S) dan kelemahan (weaknesses = W) No Faktor Kunci Internal Kekuatan (Strengths = S) 1 Ketersedian sumberdaya manusia pengelola lokal (nelayan pulau Mayau) 2 Ketersedian unit penangkapan mini purse seine (soma pajeko) melalui program dana bergulir dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara 3 Adanya nelayan mini purse seine andon (nelayan dari Bitung) yang melakukan operasi penangkapan ikan di perairan sekitar pulau Mayau 4 Adanya kapal penampung ikan (pembeli ikan) dari Bitung yang dapat membeli seluruh hasil tangkapan mini purse seine di pulau Mayau Kelemahan (Weaknesses = W) 1 Kapasitas sumberdaya manusia pengelola lokal (nelayan pulau Mayau) yang masih rendah 2 Tidak adanya monitoring atau pendamping dari pemberi bantuan 3 Nelayan mini purse seine andon (nelayan dari Bitung) tidak memiliki izin operasi penangkapan ikan di perairan sekitar pulau Mayau dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate maupun Provinsi Maluku Utara 4 Kapal penampungan ikan (pembeli ikan) dari Bitung tidak memiliki izin usaha penampungan ikan (pembelian ikan) di perairan sekitar pulau Mayau dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate maupun Provinsi Maluku Utara Tabel 20 Faktor strategi eksternal peluang (opportunities = O) dan ancaman (Threats = T) No Faktor Kunci Eksternal Peluang (Opportunities = O) 1 Sumberdaya ikan pelagis kecil cukup tersedia 2 Kondisi pulau Mayau yang aman Ancaman (Threats = T) 1 Perkembangan produksi hasil tangkapan mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau tidak terdata di Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate maupun Provinsi Maluku Utara 2 Adanya patroli pengawasan dan pemantau Illegal,Unreported and Unregulated (IUU) fishing oleh Polisi Perairan dan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara. Selanjutnya setiap komponen faktor internal dan faktor eksternal dilakukan analisis pengembangan alternatif strategi dengan menggunakan pendekatan matriks SWOT, untuk melihat keterkaitan faktor internal dan eksternal. Hasil yang diharapkan munculnya beberapa masalah yang dianggap perlu untuk diprioritaskan dan diselesaikan dalam pengembangan usaha perikanan mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau (Tabel 21).

Tabel 21 Hasil analisis matriks SWOT Faktor Kunci Internal Faktor Kunci Eksternal Peluang (Opportunities = O) 1. Ketersedian potensi sumberdaya perikanan pelagis kecil 2. Kondisi pulau Mayau yang aman Ancaman (Threats = T) 1. Perkembangan produksi hasil tangkapan mini purse seine tidak terdata 2. Adanya patroli pengawasan dan pemantau illegal, unreported and unregulated (IUU) fishing oleh Polisi Perairan dan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara. Kekuatan (Strengths = S) 1. Ketersediaan sumberdaya manusia pengelola lokal (nelayan pulau Mayau). 2. Ketersediaan unit penangkapan mini purse seine melalui program dana bergulir dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara 3. Adanya nelayan mini purse seine andon (nelayan dari Bitung) yang melakukan operasi penangkapan ikan di perairan sekitar pulau Mayau 4. Adanya kapal penampungan ikan (pembeli ikan) dari Bitung yang dapat membeli seluruh hasil tangkapan mini purse seine di pulau Mayau Strategi S O 1. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis kecil (S1, S2, S3, S4, O1, O2) 2. Pembangunan industri perikanan (S1, S2, S3, O1, O2) Strategi S T 3. Mendirikan UPT/Resort Pengawasan Sumberdaya Perikanan di pulau Mayau (S3, S4, T1) 4. Menertibkan izin operasional kapal penangkapan dan penampung ikan di wilayah sekitar perairan pulau Mayau (S3, S4, T1, T2) Kelemahan (Weaknesses = W) 1. Kapasitas sumberdaya manusia pengelola lokal (nelayan pulau Mayau) yang masih rendah 2. Tidak adanya monitoring atau pendamping dari pemberi bantuan 3. Nelayan mini purse seine andon (nelayan dari Bitung) tidak memiliki izin operasi penangkapan ikan di perairan sekitar pulau Mayau dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate maupun Provinsi Maluku Utara. 4. Kapal penampung ikan dari Bitung tidak memiliki izin penampungan ikan (membeli ikan) di pulau Mayau dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate maupun Provinsi Maluku Utara. Strategi W O 5. Melakukan pelatihan Teknik dan manajemen untuk meningkatkan SDM pengelolah lokal (nelayan pulau Mayau) (W1,W2, O1) Strategi W T 6. Melakukan kerjasama dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan antara Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate atau Provinsi Maluku Utara dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bitung (W3,W4, T2, T1)

64 Berdasarkan hasil analisis SWOT, didapatkan enam pola strategi dalam menyusun pengembangan usaha perikanan mini purse seine (soma pejeko) di pulau Mayau. Strategi tersebut antara lain; strategi S O yaitu mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis dan pembangunan industri perikanan; strategi W O yaitu melakukan pelatihan teknik dan manajemen untuk meningkatkan sumberdaya manusia pengelola lokal (nelayan pulau Mayau); strategi S T yaitu mendirikan UPT/Resort pengawasan sumberdaya perikanan di pulau Mayau, dan menertibkan izin operasional kapal penangkapan ikan dan penampungan ikan di wilayah perairan sekitar pulau Mayau ; dan strategi W T yaitu melakukan kerjasama dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan sekitar pulau Mayau antar Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate atau Provinsi Maluku Utara dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bitung. 4.2.2 Prioritas strategi pengembangan usaha perikanan mini purse seine Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, untuk mendapatkan prioritas strategi maka dilakukan penilaian bobot masing-masing faktor strategi internal dan eksternal. Penilaian faktor internal (kekuatan dan kelemahan) menggunakan matriks IFE (internal factor evaluation) (Tabel 22) dan penilaian faktor eksternal (peluang dan ancaman) menggunakan matriks EFE (external factor evaluatioan) (Tabel 23). Skor pengaruh setiap komponen faktor SWOT terhadap faktor kunci internal untuk komponen faktor kekuatan dan kelemahan berkisar dari 15,38 sampai 61, 52 (Tabel 22). Sedangkan skor pengaruh setiap komponen faktor SWOT terhadap faktor kunci eksternal untuk komponen faktor peluang dan ancaman berkisar dari 42,86 sampai 114,28 (Tabel 23). Identifikasi strategi terbaik dilakukakan dengan menggunakan SWOT dengan QSPM (quantitative strategic planing management). QSPM menghasilkan urutan keefektifan setiap strategi terhadap faktor-faktor SWOT secara kolektif. Pengaruh setiap strategi terhadap faktor SWOT disajikan dalam Tabel 24. Strategi 6 (melakukan kerjasama dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan sekitar pulau Mayau antar Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bitung dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate atau Provinsi Maluku Utara.)

65 memberikan dampak yang lebih signifikan terhadap pengembangan usaha perikanan mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau. Nilai pengaruh dari setiap strategi berkisar dari 298,33 sampai 686,23 (Tabel 24). Strategi 6 memiliki nilai tertinggi (686,33), sehingga strategi ini diprioritaskan untuk diterapkan dalam pengembangan usaha perikanan mini purse seine (soma pajeko) di pulau Mayau. Tabel 22 Hasil analisis matriks IFE (internal factor evaluation) No Faktor Kunci Internal Skala Share Bobot Rating Skor Faktor Kekuatan (Strengths = S) 1 Ketersediaan sumberdaya manusia pengelola lokal (nelayan pulau Mayau) 2 15,38 7,69 2 15,38 2 Ketersediaan unit penangkapan mini purse seine melalui program dana bergulir dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara. 3 23,08 11,54 3 34,62 3 Adanya nelayan mini purse seine andon (nelayan dari Bitung) yang melakukan operasi penangkapan ikan di perairan sekitar pulau Mayau. 4 30,77 15,38 4 61,52 4 Adanya kapal penampungan ikan (pembeli ikan) dari Bitung yang dapat membeli seluruh hasil tangkapan mini purse seine di pulau Mayau. 4 30,77 15,38 4 61,52 Faktor Kelemahan (Weaknesses = W) 1 Kapasitas sumberdaya manusia pengelola lokal (nelayan pulau Mayau) yang masih rendah. 3 23,08 11,54 3 34,62 2 Tidak adanya monitoring atau pendamping dari pemberi bantuan. 4 30,77 15,38 4 61,52 3 Nelayan mini purse seine andon (nelayan Kota Bitung) tidak memiliki izin operasi penangkapan ikan di perairan sekitar pulau Mayau dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate maupun Provinsi Maluku Utara 3 23,08 11,54 3 34,62 4 Kapal penampung ikan dari Kota Bitung tidak memiliki izin penampungan ikan (membeli ikan) di pulau Mayau dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate maupun Provinsi Maluku Utara. 3 23,08 11,54 3 34,62 Keterangan: Rating/skala 1 = Kontribusi sangat lemah 2 = Kontribusi lemah 3 = Kontribusi kuat 4 = Kontribusi sangat kuat

66 Tabel 23 Hasil analisis matriks EFE (external factor evaluation) No Faktor Kunci Eksternal Skala Share Bobot Rating Skor Faktor Peluang (Opportunities = O) 1 Ketersedian potensi sumberdaya perikanan pelagis kecil 4 57,14 28,57 4 114,28 2 Kondisi pulau Mayau yang aman 3 42,86 21,43 2 42,86 Faktor Ancaman (Threats = T) 1 Perkembangan produksi hasil tangkapan mini purse seine tidak terdata 4 50,00 25,00 3 75,00 2 Adanya patroli pengawasan dan pemantau Illegal,Unreported and Unregulated (IUU) fishing oleh Polisi Perairan dan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku 4 50,00 25,00 3 75,00 Keterangan: Rating 1 = Kontribusi sangat lemah 2 = Kontribusi lemah 3 = Kontribusi kuat 4 = Kontribusi Sangat kuat

Tabel 24 Pengaruh setiap strategi terhadap faktor SWOT Strategi S - O Strategi S - T Strategi W O Strategi W T Faktor SWOT Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 AS WAS AS WAS AS WAS AS WAS AS WAS AS WAS Kekuatan 1 7,69 2 15,38 2 15,38 - - - - 2 15,38 2 15,38 Kekuatan 2 11,54 3 34,62 3 34,62 - - - - 3 34,62 2 23,08 Kekuatan 3 15,38 4 61,52 3 46,14 4 61,52 3 46,14 - - 4 61,52 Kekuatan 4 15,38 4 61,52 2 30,76 4 61,52 3 46,14 - - 4 61,52 Kelemahan 1 11,54 - - - - - - - - 4 46,16 2 23,08 Kelemahan 2 15,38 - - - - 1 15,38 - - 3 46,14 2 30,76 Kelemahan 3 11,54 - - - - 2 23,08 3 34,62 - - 4 46,16 Kelemahan 4 11,54 - - - - 2 23,08 3 34,62 - - 4 46,16 Peluang 1 28,57 4 114,28 2 57,14 3 85,71 2 57,14 3 85,71 4 114,28 Peluang 2 21,43 3 64,29 3 64,29 3 64,29 - - - - 3 64,29 Ancaman 1 25,00 2 50,00 2 50,00 4 100,00 3 75,00 3 75,00 4 100,00 Ancaman 1 25,00-0,00 - - 2 50,00 4 100,00 - - 4 100,00 401,61 298,33 484,58 393,66 303,01 686,23 Keterangan: Rating 1 = Kontribusi sangat lemah 2 = Kontribusi lemah 3 = Kontribusi kuat 4 = Kontribusi Sangat kuat

5 PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Umum Perikanan Mini Purse Seine Kapal mini purse seine (mini purse seiner) yang digunakan nelayan andon (nelayan dari Bitung) memiliki spesifikasi dan ukuran dimensi utama relatif lebih besar dibandingkan dengan kapal yang digunakan nelayan lokal (nelayan pulau Mayau). Hal ini karena jarak yang ditempuh nelayan andon (nelayan dari Bitung) ke daerah penangkapan (fishing ground) relatif jauh dan kondisi laut yang tidak tentu sehingga membutuhkan kecepatan yang tinggi dan stabilitas yang baik, berdasarkan hasil penelitian Marasut (2005), kapal-kapal purse seine yang digunakan di beberapa daerah Sulawesi Utara mempunyai kecepatan yang besar dan mempunyai lebar yang besar dikarenakan pada bagian tengah kapal di tempatkan jaring dan wings hauler. Menurut Ayodhya (1972), kapal ikan mempunyai fungsi operasional yang lebih rumit dan berat; selanjutnya dikatakan bahwa jenis dan bentuk kapal ikan berbeda-beda disebabkan oleh tujuan penangkapan, keadaan perairan, dan jarak jangkau pelayaran sehingga menyebabkan ukurannya berbeda-beda. Sedangkan perahu lampu yang digunakan oleh nelayan andon (nelayan dari Bitung) dan nelayan lokal (nelayan pulau Mayau) relatif sama. Perahu ini berfungsi untuk mengumpul ikan sehingga ikan lebih terkonsentrasi dan kemudian menggiring ikan keluar dari rumpon, dengan tujuan pada saat operasi penangkapan jaring tidak tersangkut pada tali jangkar. Mini purse seine (soma pajeko) yang ada dilokasi penelitian umumnya bahan dan spesifikasi yang digunakan relatif sama hanya ukuran yang berbeda. Panjang mini purse seine yang digunakan di pulau Mayau berkisar 150,00 m 400,00 m, lebar (tinggi) berkisar 30,00 m 60,00 m. Salah satu faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan adalah panjang jaring, berdasarkan hasil penelitian Irham (2006) dan Namsa (2006), faktor teknis panjang jaring mini purse seine (soma pajeko) di Maluku Utara dan Kota Tidore Kepulauan memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan, setiap penambahan atau pengurangan ukuran panjang jaring mengakibatkan peningkatan atau pengurangan hasil tangkapan (produksi). Faktor panjang purse seine dilaporkan juga signifikan untuk produksi ikan yang ditangkap dengan purse seine