BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota

GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI. E- mail : ABSTRAK

I. KAJIAN PUSTAKA. yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Pertama,

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BABII LANDASAN TEORI. secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat (Tarigan, 2009:4) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sastra. Pemakaian bahasa dalam karya sastra mempunyai

II. LANDASAN TEORI. Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian dengan menggunakan kajian stilistika yaitu:

ARTIKEL PENELITIAN. Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye. Oleh: ROSA MAULIDYA

GAYA BAHASA MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS SEBAGAI ALTERNATIF KAJIAN PENGEMBANGAN

PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE. SKRIPSI Oleh :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif

INTISARI A. LATAR BELAKANG

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan sastra yaitu tentang gaya bahasa pada novel. Penelitian itu yang dilakukan

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN NOVEL MIMPI BAYANG JINGGA KARYA SANIE B.

ANALISIS GAYA BAHASA CALON PRESIDEN PADA ACARA DEBAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 SKRIPSI. Oleh: Ahmad Rizal Arafat NIM

Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangsari memiliki beberapa upacara adat Jawa, salah satu di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca

II. LANDASAN TEORI. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK. Fadlun Al fitri

II. LANDASAN TEORI. Sebelum dilakukan analisis sebuah karya sastra (puisi) perlu dipahami maknanya

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Oleh

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut berjudul Gaya Bahasa Sindiran pada Rubrik Kartun Terbitan Kompas Edisi

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN RECTOVERSO KARYA DEWI LESTARI

KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra nonfiksi dan fiksi. Karya

GAYA BAHASA NOVEL SAAT UNTUK MENARUH DENDAM DAN SAAT UNTUK MENABURKAN CINTA KAYRA JULIUS R. SIYARANAMUAL

PEMANFAATAN GAYA BAHASA DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI 2017

TEMA DAN FAKTOR KEBAHASAAN NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK

BAB II LANDASAN TEORI. Indonesia di kelas VII SMP N 3 Cilacap Tahun Ajaran Hasil penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KRITIK SOSIAL MELALUI GAYA BAHASA DALAM PROGRAM SENTILAN SENTILUN DI METRO TV DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) GAYA BAHASA RETORIS KIASAN NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE. Oleh

BAB II LANDASAN TEORI. kata-kata indah yang menjadikan puisi memiliki daya tarik dan nilai keindahan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Gaya Bahasa Ironi dan Pesan Moral lagu-lagu SLANK dalam Album Anti

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA)

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan

GAYA BAHASA RETORIS DAN KIASAN DALAM BERITA REDAKSIANA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah, diperlukan sebuah konsep guna

Luthfi Muhyiddin Fakultas Tarbiyah Institut Studi Islam Darussalam Gontor Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada Acara Indonesia Lawak Klub Di Trans 7 ini membutuhkan penelitian yang

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI

GAYA BAHASA KIASAN DALAM KUMPULAN CERPEN JURAGAN HAJI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR SASTRA DI SMA. (Skripsi) Oleh

MAJAS Materi Kelas X. 1. Majas perbandingan 2. Majas penegasan 3. Majas sindiran 4. Majas pertentangan

PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN KORAN SINGGALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan zaman, tentu masyarakat Jawa mengalami perubahan-perubahan. Hal

PEMAKAIAN MAJAS DALAM RUBRIK GAGASAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 SRAGEN

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA PADA PUISI KARYA SISWA SMA DI YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

STRUKTUR DAN GAYA BAHASA TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN LAMPUNG POST, 4 JANUARI 2016 BERJUDUL TERORISME BERSEMAI SKRIPSI

JURNAL PENELITIAN ANALISIS PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA IKLAN PRODUK KECANTIKAN PERAWATAN KULIT WAJAH DI TELEVISI. Oleh : KUSUMAWATI K

IDENTIFIKASI BENTUK GAYA BAHASA DALAM KARIKATUR POLITIK PADA MEDIA INTERNET NASKAH PUBLIKASI

GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU DALAM ALBUM GAJAH KARYA TULUS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA. (Skripsi) Oleh RIDHA ADILLA AR.

Oleh Meizar Fatkhul Izza NIM

MAJAS DALAM ROMAN HABIS GELAP TERBITLAH TERANG TERJEMAHAN ARMIJN PANE

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

Gaya Bahasa pada Lirik Lagu dalam Album Gajah Karya Tulus dan Implikasinya. Oleh

PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN BISNIS. Silvi Tri Rohmaida 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3

GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA DALAM ACARA INDONESIA SUPER LEAGUE DI STASIUN TELEVISI ANTV

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM DEBAT CALON GUBERNUR DAN CALON WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA PERIODE

GAYA BAHASA RETORIS PADA LIRIK LAGU-LAGU DALAM ALBUM WALI BAND SKRIPSI. Oleh: Vivi Ayu Dwi Agustin

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di

GAYA BAHASA IKLAN PRODUK KESEHATAN DAN KOSMETIK PADA HARIAN PAGI POSMETRO PADANG

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SETIAP BARIS HUJAN KARYA ISBEDY STIAWAN ZS ARTIKEL ILMIAH RANI FUJIATI NINDRI NPM

SARANA RETORIKA DALAM KUMPULAN PUISI DO A UNTUK ANAK CUCU

GAYA BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN TEMA, LATAR DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL CINTA BERTABUR DI LANGIT MEKKAH KARYA ROIDAH

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM SLOGAN IKLAN MINUMAN DI TELEVISI SKRIPSI

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM SLOGAN LINGKUNGAN HIDUP

RHETORIC DAN FIGURE OF SPEECH MINANGKABAU LOCALITY IN TONIL SCRIPT SABAI NAN ALUIH BY SUTAN SATI

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588). Jadi, konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 2.1.1.1 Gaya bahasa Bila kita lihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Menurut Keraf (2006:113), gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Dalam Tarigan (1985:5) dinyatakan bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. 2.1.1.2 Retoris Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau pembaca. Kata retoris atau retorik berasal dari bahasa Yunani rhetor yang berarti

orator atau ahli pidato. Dalam Keraf (2006:1) dijelaskan bahwa retorika adalah suatu istilah yang secara tradisional diberikan kepada suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. 2.1.1.3 Kiasan Kiasan pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Dalam http://wikipedia.org/wiki/kiasan dijelaskan bahwa kiasan adalah kata-kata yang berbunga-bunga, bukan dalam arti kata yang sebenarnya. Kata kiasan dipakai untuk memberi rasa keindahan dan penekanan pada pentingnya hal yang disampaikan. 2.1.1.4 Rectoverso Rectoverso merupakan karya hibrida Dewi Lestari. Jika menurut istilah biologi hibrida adalah turunan yang dihasilkan dari perkawinan antara dua jenis yang berlainan (tentang hewan atau tumbuhan), maka karya ini merupakan perkawinan silang antara buku dan musiknya. Rectoverso yang berasal dari bahasa Latin ini merupakan pengistilahan untuk dua citra yang seolah terpisah tapi sesungguhnya satu kesatuan. Saling melengkapi (Lestari : iv). Dee menyuguhkan sebelas fiksi dan sebelas lirik lagu yang dikemas dalam buku beserta CD. Kedua karya ini saling bercermin, tetapi pada saat bersamaan bisa dinikmati sebagai dua karya yang terpisah. 2.1.2 Landasan Teori Adapun landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teori stilistika. Istilah stilistika berasal dari bahasa Latin yaitu style yang artinya gaya. Stilistika merupakan ilmu yang kajiannya terhadap wujud

performasi kebahasaan, khususnya yang terdapat di dalam karya sastra (Nurgiyantoro, 1995: 279). Tuner dalam Pradopo (1999) stilistika adalah ilmu bagian linguistik yang memusatkan diri pada variasi-variasi penggunaan bahasa, seringkali tetap tidak secara eksklusif, memberikan perhatian khusus kepada penggunaan bahasa yang paling sadar dan paling kompleks dalam kesusastraan. Kajian stilistika itu sendiri sebenarnya dapat ditujukan terhadap berbagai ragam penggunaan bahasa, tidak terbatas pada sastra saja, namun biasanya stilistika lebih sering dikaitkan dengan bahasa sastra. Stilistika dapat dianggap menjembatani kritik sastra di satu pihak dan linguistik di pihak lain, karena stilistika mengkaji wacana sastra dengan orientasi linguistik. Stilistika merupakan suatu ilmu yang di dalamnya juga dipelajari tentang kata-kata berjiwa, gaya bahasa, maupun unsur-unsur lain yang terdapat dalam suatu karya sastra. Beberapa pakar linguistik telah mencoba memberikan batasan mengenai gaya bahasa. Menurut Ahmadi (1990: 170) gaya bahasa merupakan penggunaan bahasa yang istimewa, dan tidak dapat dipisahkan dari cara atau teknik seorang pengarang dalam merefleksikan (memantulkan, mencerminkan) pengalaman, nilai-nilai kualitas kesadaran pikiran dan pandangan yang istimewa atau khusus. Ahmadi membagi gaya bahasa menjadi dua, yaitu gaya bahasa penekanan yang terdiri dari 25 jenis gaya bahasa dan gaya bahasa perbandingan yang terdiri dari empat belas jenis. Lain halnya menurut Keraf (2006:113) gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan ciri dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Berdasarkan langsung tidaknya makna, Keraf membagi gaya bahasa menjadi dua macam, yaitu gaya bahasa retoris yang

terdiri atas 21 jenis dan gaya bahasa kiasan yang terdiri atas enam belas jenis gaya bahasa. Sedangkan dalam Tarigan (1985:5) dinyatakan bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Tarigan membagi gaya bahasa menjadi empat varian, yaitu gaya bahasa perbandingan yang terdiri atas sebelas macam, gaya bahasa pertentangan yang terdiri atas 21 macam, gaya bahasa pertautan yang terdiri atas empat belas macam, dan gaya bahasa perulangan yang terdiri atas tiga belas macam. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan kemampuan dari seorang pengarang dalam mempergunakan ragam bahasa tertentu dalam menulis sebuah karya sastra, dan ragam bahasa tersebut sudah mempunyai pola-pola tertentu dan akan memberi kesan pada pembaca atau pendengar karya itu. Dalam hal ini, penulis memilih teori Gorys Keraf untuk menganalisis pemakaian gaya bahasa yang terdapat dalam Rectoverso. Menurut Keraf (2006:130), berdasarkan langsung tidaknya, makna gaya bahasa dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: 1. gaya bahasa retoris, dan 2. gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu (Keraf, 2006: 130). Gaya bahasa ini memiliki berbagai fungsi antara lain menjelaskan,

memperkuat, menghidupkan objek mati, menimbulkan gelak tawa, atau untuk hiasan. Sedangkan gaya bahasa kiasan membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain, berarti mencoba untuk menemukan ciri yang menunjukkan kesamaan antara dua hal tersebut (Keraf, 2006:136). Gaya bahasa retoris terdiri atas aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis atau preterisio, apostrof, asindeton, polisindeton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron proteron, pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, erotesis atau pertanyaan retoris, silepsis dan zeugma, koreksio atau epanortosis, hiperbol, paradoks dan oksimoron. Sedangkan gaya bahasa kiasan terdiri atas persamaan atau simile, metafora, alegori, parabel, fabel, personifikasi, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, inuendo, satire, antifrasis, pun atau paronomasia. (1) Gaya bahasa retoris Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu (Keraf, 2006:130). Gaya bahasa ini memiliki berbagai fungsi antara lain: menjelaskan, memperkuat, menghidupkan objek mati, menimbulkan gelak tawa, atau untuk hiasan. Gaya bahasa retoris dapat dibedakan seperti berikut. 1. Aliterasi Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama, baik di awal, di tengah, maupun di akhir kata, frase atau kalimat.

Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk hiasan atau untuk penekanan. Misalnya : Takut titik lalu tumpah. Keras-keras kerak kena air lembut juga. 2. Asonansi Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan vocal yang sama, baik di awal, di tengah, maupun di akhir kata, frase atau kalimat. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan. Misalnya: aku adalah wanitamu, aku adalah kekasihmu, dan aku adalah kamu. 3. Anastrof Anastrof atau inversi adalah semacam gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Misalnya: Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya. 4. Apofasis atau preterisio Apofasis atau disebut juga dengan preterisio merupakan sebuah gaya di mana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi nampaknya menyangkal. Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya ia menekankan hal itu. Misalnya : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara. 5. Apostrof Apostrof adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Cara ini biasanya dilakukan oleh orator

klasik. Dalam pidato yang disampaikan kepada suatu massa, si orator secara tibatiba mengarahkan pembicaraan langsung kepada sesuatu yang tidak hadir: kepada mereka yang sudah meninggal, atau kepada barang atau objek khayalan atau sesuatu yang abstrak, sehingga tampaknya ia tidak berbicara kepada hadirin. Misalnya : Hai kamu dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu penindasan ini. 6. Asindeton Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Misalnya : Kesesakan, kepedihan, kesakitan. Seribu derita detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa. 7. Polisindeton Poliosindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata sambung. Misalnya: Dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan pada dingin yang bakal merontokkan bulu-bulunya? 8. Kiasmus Kiasmus (chiasmus) adalah gaya bahasa yang berisi perulangan dan sekaligus juga merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat. Misalnya: Dia menyalahkan yang benar, dan membenarkan yang salah.

9. Elipsis Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. Misalnya : Orang itu memukul dengan sekuat daya. (penghilangan objek: saya, istrinya, ular, dan lain-lain). 10. Eufemismus Kata eufemisme atau eufemismus diturunkan dari kata Yunani euphemizein yang berarti mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik. Secara gaya bahasa, eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang lain, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk mengganti acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugesti sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya : Pikiran sehatnya semakin merosot saja akhir-akhir ini ( =gila). 11. Litotes Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya. Atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya. Misalnya : Saya tidak akan merasa bahagia bila mendapat warisan satu milyar rupiah.

12. Histeron proteron Histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian pada awal peristiwa. Gaya bahasa ini juga disebut hiperbaton. Misalnya : Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya. 13. Pleonasme dan tautologi Pada dasarnya pleonasme dan tautologi adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. Suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh. Misalnya : Saya telah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri. Sebaliknya, acuan itu disebut tautologi kalau kata yang berlebihan itu sebenarnya mengandung perulangan dari sebuah kata yang lainnya. Misalnya : Ia tiba pukul 20.00 malam waktu setempat. 14. Perifrasis Sebenarnya perifrasis adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak daripada yang diperlukan. Perbedaannya terletak dalam hal kata-kata yang berlebihan itu dan sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja. Misalnya : Jawaban bagi permintaan Saudara adalah tidak. (= ditolak). 15. Prolepsis atau antisipasi Prolepsis atau antisipasi adalah semacam gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.

Misalnya : Pada pagi yang naas itu, ia mengendarai sebuah sedan biru. 16. Erotesis atau pertanyaan retoris Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar dan sama sekali tidak menghendaki adanya jawaban. Misalnya: Terlalu banyak komisi dan perantara yang masing-masing menghendaki pula imbalan jasa. Herankah Saudara kalau hargaharga itu terlalu tinggi? 17. Silepsis dan zeugma Silepsis dan zeugma adalah gaya di mana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satu yang mempunyai hubungan dengan kata pertama. Dalam silepsis, konstruksi yang dipergunakan itu secara gramatikal benar, tetapi secara semantik tidak benar. Misalnya: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya. Dalam zeugma, yang dipakai untuk membawahi kedua kata berikutnya, sebenarnya hanya cocok untuk salah satu kata itu (baik secara logis maupun secara gramatikal). Misalnya : Ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami. 18. Koreksio dan epanortosis Koreksio dan epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.

Misalnya: Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali. 19. Hiperbol Hiperbol adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal (jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya). Misalnya : Kemarahanku sudah menjadi-jadi, hingga hampir-hampir meledak aku. 20. Paradoks Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya. Misalnya : Ia mati kelaparan di tengah-tengah kekayaannya yang berlimpahlimpah. 21. Oksimoron Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan katakata untuk mencapai efek yang bertentangan, namun sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks. Misalnya : Keramah-tamahan yang bengis. (2) Gaya bahasa kiasan Gaya bahasa kiasan ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan yang lain, berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang manunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut

(Keraf, 2006:136). Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung dan perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Kelompok pertama termasuk gaya bahasa langsung dan kelompok kedua termasuk gaya bahasa kiasan. a. Dia sama pintar dengan kakaknya. Kerbau itu sama kuat dengan sapi. b. Matanya seperti bintang timur. Bibirnya seperti delima merekah. Perbedaan antara kedua perbandingan di atas adalah dalam hal kelasnya. Perbandingan pertama mencakup dua anggota yang termasuk dalam kelas yang sama, sedangkan perbandingan kedua, sebagai bahasa kiasan, mencakup dua hal yang termasuk dalam kelas yang berlainan. Gaya bahasa kiasan dapat dibedakan atas : 1. Persamaan atau simile Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu gaya bahasa yang langsung menyatakan sesuatu yang sama dengan hal lain. Misalnya : Kikirnya seperti kepiting batu. Alisnya bagai semut beriring. 2. Metafora Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dengan kias perwujudan. Misalnya : Pemuda adalah bunga bangsa.

3. Alegori, parabel, dan fabel Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kisahan. Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas tersurat. Misalnya : Cerita tentang putri salju. Parabel adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh yang biasanya manusia, yang selalu mengandung tema moral dan biasanya berhubungan dengan agama. Misalnya : Cerita tentang anak yang durhaka kepada orang tuanya. Fabel adalah suatu metafora yang berbentuk cerita mengenai dunia binatang, di mana binatang dapat bertingkah laku seperti manusia. Misalnya : Cerita dongeng Sang Kancil. 4. Personifikasi Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati atau barang yang tak bernyawa seolah-olah dapat bertingkah laku seperti manusia. Misalnya : Angin malam meraung seolah mengerti kegalauan hatiku. 5. Alusi Alusi adalah semacam acuan yang menyugesti kesamaan antara orang, tempat, dan peristiwa. Misalnya : Bandung adalah Paris Jawa kebanggaan Indonesia 6. Eponim Eponim adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu.

Misalnya : Anak itu masih kecil, namun kekuatannya seperti Hercules. 7. Epitet Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau suatu hal. Misalnya : Sang putri malam sedang menunjukkan sinarnya (=bulan). 8. Sinekdoke Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan bagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totem pro parte). Misalnya : Setiap kepala dikenai iuran Rp 1000,00 (pars pro toto). Indonesia memenangkan medali di kejuaraan bulu tangkis dunia (totem pro parte). 9. Metonimia Metonimia adalah gaya bahasa kiasan yang menggunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal yang lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat, atau dengan kata lain metonimia menyatakan sesuatu yang menyebutkan namanya secara langsung untuk memahami hal yang dimaksud. Misalnya : Ia membeli sebuah chevrolet. 10. Antonomasia Antonomasia adalah sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epitet untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri. Misalnya : Yang mulia tidak dapat hadir pada rapat kerajaan hari ini.

11. Hipalase Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu digunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain. Misalnya : Ia berbaring di atas sebuah kasur yang gelisah. (yang gelisah adalah manusianya bukan kasurnya). 12. Ironi, sinisme, dan sarkasme Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan hal lain yang berlawanan dengan tujuan agar orang yang dituju tersindir secara halus. Misalnya : Untuk apa susah-susah belajar, kau kan sudah pintar! Sinisme adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan hal yang berlawanan dengan tujuan agar orang tersindir secara lebih tajam dan menusuk perasaan. Misalnya : Kau kan sudah hebat, tak perlu lagi mendengar nasihat orang tua seperti aku ini! Sarkasme adalah gaya bahasa yang melontarkan tanggapan secara pedas dan kasar tanpa menghiraukan perasaan orang lain. Misalnya : Sikapmu seperti anjing dan sifatmu seperti babi! 13. Satire Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia.

Misalnya : Jangan pernah berpikir kau adalah dewa, menghadapi masalah seperti ini pun kau sudah kewalahan. 14. Inuendo Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Misalnya : Setiap ada pesta ia pasti sedikit mabuk karena kebanyakan minum. 15. Antifrasis Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri. Misalnya : Lihatlah sang raksasa telah datang (maksudnya si cebol). 16. Pun atau paronamasia Pun atau paronamasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi yang berupa permainan kata, tetapi terdapat perbedaan besar dalam maknanya. Misalnya : Engkau orang kaya! Ya, kaya monyet!. Uraian di atas memuat tentang gaya bahasa retoris dan kiasan yang akan dipergunakan sebagai landasan teori pada penelitian ini. Gaya bahasa ini memiliki fungsi yang berbeda pada setiap kalimat. Ada yang berfungsi sebagai penambah nilai estetik atau keindahan dan ada pula yang memperjelas dan memperkuat makna, atau hanya sekedar hiasan. Keseluruhan jenis gaya bahasa inilah yang akan diterapkan penggunaannya dalam penelitian ini selanjutnya.

2.2 Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah diselidiki atau mempelajari (KBBI, 2003:sebelas98). Pustaka adalah kitab-kitab; buku; buku primbon, (KBBI, 2003:912). Tinjauan pustaka adalah hal-hal atau pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian itu sebagai bahan referensi yang mendukung penelitian tersebut. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa buku sebagai referensi, seperti buku karangan Gorys Keraf yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa. Dalam bukunya, dinyatakan bahwa berdasarkan langsung tidaknya makna yang biasanya disebut figure of speech gaya bahasa digolongkan menjadi dua, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Selain itu, penulis juga menggunakan buku karangan Tarigan yang berjudul Pengajaran Gaya Bahasa. Dalam bukunya, beliau membagi gaya bahasa menjadi empat varian, yaitu gaya bahasa perbandingan yang terdiri atas sebelas macam, gaya bahasa pertentangan yang terdiri atas 21 macam, gaya bahasa pertautan yang terdiri atas empat belas macam, dan gaya bahasa perulangan yang terdiri atas tiga belas macam. Penelitian mengenai gaya bahasa sudah pernah dilakukan oleh Enda Adelina (2006) yang mengkaji masalah gaya bahasa perbandingan dan penekanan pada kumpulan lagu Iwan Fals. Selain itu, penelitian mengenai gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan juga sudah pernah dianalisis oleh Imran (2008). Dalam penelitiannya, Imran menganalisis gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan dalam kumpulan puisi Cinta Setahun Penuh karya Tri Utami.