BAB II LANDASAN TEORI. Indonesia di kelas VII SMP N 3 Cilacap Tahun Ajaran Hasil penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Indonesia di kelas VII SMP N 3 Cilacap Tahun Ajaran Hasil penelitian"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian mengenai analisis gaya bahasa, sebelumnya pernah dilakukan. Beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang pernah dilakukan oleh Mustakim dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada tahun 2010 dengan judul Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII SMP N 3 Cilacap Tahun Ajaran Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya jenis gaya bahasa. Jenis gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran adalah gaya bahasa klimaks dan gaya bahasa repetisi. Jenis gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terdapat dalam tuturan guru adalah gaya bahasa apofasis, gaya bahasa kiasmus, gaya bahasa eufeminismus, gaya bahasa litotes, gaya bahasa histeron proteron, gaya bahasa perisfrasis, gaya bahasa silepsis, gaya bahasa hiperbol, gaya bahasa oksimoron, gaya bahasa persamaan atau simile, gaya bahasa metafora, gaya bahasa metonimia, gaya bahasa ironi, dan gaya bahasa inuedo. Selain itu penggunaan gaya bahasa berdasarkan pilihan kata dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna tidak diteliti dalam penelitian tersebut. Penelitian lainnya yaitu oleh Vanny Putra Dewangga dari Universitas Lampung tahun 2016 dengan judul Gaya Bahasa Mario Teguh pada Acara Mario Teguh The Golden Ways dan Rancangan Pembelajarannya untuk Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII Semester II. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa Mario Teguh menggunakan beragam gaya bahasa sebagai upaya 7

2 8 menunjukkan identitas. Penggunaan gaya bahasa sebagai alat komunikasi, Mario Teguh bertujuan agar fungsi komunikatif yang terdapat dalam tuturan memiliki daya tarik untuk didengar audien. Setiap tuturan gaya bahasa yang digunakan tersebut mengandung tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang menjadi fungsi komunikatif pada tuturan gaya bahasa. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan kedua penelitian sebelumnya yaitu sama-sama menganalisis gaya bahasa dari tuturan lisan. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan kedua penelitian sebelumnya yaitu terletak pada objek yang dikaji, sumber data, dan jenis gaya bahasa yang diteliti. Pada penelitian yang berjudul Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII SMP N 3 Cilacap Tahun Ajaran objek yang dikaji adalah tuturan guru pada kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dikelas VII SMP N 3 Cilacap. Sumber data yang digunakan yaitu berupa rekaman langsung. Jenis gaya bahasa yang diteliti yaitu gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Pada penelitian berjudul Gaya Bahasa Mario Teguh pada Acara Mario Teguh The Golden Ways dan Rancangan Pembelajarannya untuk Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII Semester II objek yang dikaji adalah tuturan Mario Teguh pada acara Mario Teguh The Golden Ways. Sumber data yang digunakan yaitu berupa video atau rekaman. Jenis gaya bahasa yang diteliti yaitu tindak tutur gaya bahasa Mario Teguh. Pada penelitian ini objek yang dikaji yaitu tuturan komentator sepak bola pada pertandingan laga final piala AFF Suzuki Cup Sumber data diambil dari youtube, sementara pada penelitan sebelumnya sumber data diambil secara langsung. Jenis gaya bahasa yang dikaji dalam penelitian

3 9 ini yaitu mencakup gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan nada, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. B. Pengertian Retorika Menurut Keraf (2010: 1-3) retorika merupakan suatu istilah secara tradisional diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa secara seni, yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. Ada dua aspek yang perlu diketahui dalam retorika, yaitu pengetahuan mengenai bahasa dan penggunaan bahasa dengan baik, dan kedua pengetahuan mengenai obyek tertentu yang akan disampaikan dengan bahasa tadi. Retorika berusaha pula mempengaruhi sikap dan perasaan orang, maka retorika dapat mempergunakan semua unsur yang bertalian dengan kaidah-kaidah keefektifan dan keindahan gaya bahasa, misalnya: ketepatan pengungkapan, keefektifan struktur kalimat, penggunaan bahasa kiasan yang serasi, penampilan yang sesuai dengan situasi, dan sebagainya. Retorika adalah sistem dan peyelidikan mengenai alat-alat stilistis ragam bahasa resmi (Kridalaksana, 1982: 145). Menurut Sudjiman (1984: 64) retorika adalah ketrampilan pemakaian bahasa secara efektif. Titik tolak dari retorika yaitu berbicara. Berbicara berarti mengungkapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi atau memberi motivasi). Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik (Kunst, gut zu reden atau Ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (ars, techne). Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa

4 10 jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika moderen mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika moderen adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara. Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atau cara yang lebih efektif, mengungkapkan kata-kata yang benar dan mengesankan. Dalam seni berbicara dituntut juga penguasaan bahasa (res) dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa (verbal) (Hendrikus, 1991: 14-15). Retorika sebagai ilmu bicara sebenarnya diperlukan setiap orang. Bagi ahli komukasi atau komunikator retorika adalah conditio sine qua non (Rakhmat, 2006: 2). Dalam studi retorika dikenal adanya tiga tahap dalam memaparkan gagasan. Pertama adalah invensi (invention), yakni tahap perlintasan gagasan dan penemuan ide. Kedua adalah disposisi (disposition), yakni tahap penyususnan gagasan hingga membentuk kesatuan isi tertentu sesuai ide yang ingin disampaikan. Ketiga adalah cara (style) dalam memaparkan isi tuturan yang telah disusun melalui wahana kebahasaan. Karena aspek style terpisah dari invensi dan disposisi dapat dimaklumi bila konsep gaya pada masa tersebut hanya dihubungkan dengan aspek bentuk kebahasaan. Wawasan retorika klasik pada sisi lain juga menentukan konsep style. Istilah retorika itu sendiri lazim diartikan sebagai seni dalam menekankan gagasan dan memberikan efek tertentu bagi penyapanya, untuk menekankan gagasan sehingga lebih persuasif perlu digunakan cara tertentu. Penggunaan cara tersebut dapat menyangkut manipulasi penggunaan bahasa maupun teknik pemaparannya (Aminuddin, 1997: 24-25).

5 11 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa retorika adalah seni berbicara. Seni berbicara tersebut dapat dicapai melalu bakat alami atau keterampilan yang dimiliki oleh pembicara. Dalam kegiatan bertorika hendaknya memperhatikan penggunaan bahasa yang baik dan santun. Retorika sangat penting dilakukan untuk mempermudah atau sebagai pendukung kegiatan berkomunikasi. Tujuan dari retorika yaitu untuk persuasi atau mempengaruhi orang lain. C. Gaya Bahasa 1. Pengertian Gaya Bahasa Aminudin (1997: 1) mengemukakan gaya adalah perwujudan penggunaan bahasa oleh seorang penulis untuk mengemukakan gambaran, gagasan, pendapat, dan membuat efek tertentu bagi penanggapnya sebagaimana cara yang digunakan. Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis di atas lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Pergeseran makna terjadi pada waktu fokus pada keahlian untuk menulis indah atau mempergunakan kata-kata secara baik, indah, dan tepat guna (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2007: ). Menurut Keraf (2010: ) gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Gaya bahasa (style) menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Sebab itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan.

6 12 Bahkan nada yang tersirat dibalik sebuah wacana termasuk pula persoalan gaya bahasa. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Dengan demikian style (gaya bahasa) dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Menurut Ratna (2013: 67) tujuan utama gaya bahasa adalah menghadirkan aspek keindahan. Tujuan ini terjadi baik dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa sebagai sistem model pertama, dalam ruang lingkup lingustik, maupun sebagai sistem model kedua, dalam ruang lingkup kreativitas sastra. Pemahaman gaya bahasa sebagai bagian ilmu bahasa terbatas sebagai analisis struktur. Dalam gaya bahasa, kata-kata selain memiliki arti tertentu juga berfungsi untuk mengevokasi sehingga keseluruhan aspek berfungsi secara maksimal (Ratna, 2013: ). Baik gaya maupun gaya bahasa berkaitan dengan aspek keindahan. Perbedaanya dalam kehidupan sehari-hari, dalam aktivitas non seni gaya menduduki posisi sekunder, sedangkan dalam karya sastra dan karya seni pada umumnya keindahan merupakan gaya domain. Proses penciptaan gaya bahasa jelas disadari oleh penulisnya. Dalam penulisan, dalam rangka memperoleh aspek keindahan secara maksimal, untuk menemukan satu kata atau kelompok kata yang dianggap tepat penulis melakukan secara berulang-ulang (Ratna,2013: 161). Minderop (2011: 51) berpendapat bahwa pada umumnya gaya bahasa adalah semacam bahasa yang bermula dari bahasa yang biasa digunakan dalam gaya tradisional dan literal untuk menjelaskan orang atau objek. Bahasa dan gaya bahasa merupakan dua bentuk yang sama dengan muatan yang berbeda. Misalnya pada kalimat Bunga mawar di desaku sudah layu dapat disebut sebagai bahasa sekaligus

7 13 gaya bahasa. Sebagai bahasa, kalimat tersebut mengindikasi bunga mawar yang benarbenar layu, mungki karena tidak disiram atau akarnya mengalami pembususkan. Sebagai gaya bahasa kalimat tesebut dimaksudkan dengan bunga mawar adalah gadis, sedangkan sudah layu berarti sudah tidak perawan (sudah ternoda), secara tradisional disebut sebagai makna denotatif dan konotatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara pemakaian bahasa secara khas dengan menggunakan kata-kata atau kalimat secara khusus. 2. Klasifikasi Gaya Bahasa Keraf (2010: ) membedakan gaya bahasa berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan atau dilihat dari sudut bahasa: a. Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasisituasi tertentu. Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1) Gaya Bahasa Resmi Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuk yang lengkap, gaya bahasa yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Misalnya amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah

8 14 mimbar, tajuk rencana, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius atau esai yang memuat subyek-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan gaya bahasa resmi. 2) Gaya Bahasa Tidak Resmi Gaya bahasa tidak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Menurut sifatnya, gaya bahasa tidak resmi ini dapat memperlihatkan suatu jangka variasi, mulai dari bentuk informal yang paling tinggi (yang sudah bercampur dan mendekati gaya resmi) hingga gaya bahasa tidak resmi yang sudah bertumpang tindih dengan gaya bahasa percakapan kaum pelajar. 3) Gaya Bahasa Percakapan Pada gaya bahasa percakapan, pilihan kata yang digunakan adalah kata-kata populer atau percakapan. Gaya bahasa percakapan dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti gaya bahasanya masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan tidak resmi. Dalam bahasa percakapan, terdapat banyak kontruksi yang digunakan oleh orang-orang terpelajar, tetapi tidak pernah digunakan bila ia harus menulis sesuatu. Kalimatkalimat singkat dan bersifat fragmenter; sering kalimat-kalimat itu terdengar seolaholah tidak dipisahkan oleh perhentian-perhentian final, seakan-akan disambung terusmenerus.

9 15 b. Gaya Bahasa Berdasarkan Nada Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sering kali sugesti ini akan lebih nyata kalau diikuti dengan sugesti suara dari pembicara, bila sajian yang dihadapi adalah bahasa lisan. Gaya bahasa dilihat dari sudut nada yang terkandung dalam sebuah wacana, dibagi atas: 1) Gaya Bahasa Sederhana Gaya bahasa ini cocok untuk memberikan intruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan, dan sejenisnya. Karena gaya bahasa ini biasanya dipakai dalam memberi intruksi, pelajaran, dan sebagainya, maka gaya ini cocok pula digunakan untuk menyampaikan fakta atau pembuktian-pembuktian. 2) Gaya Mulia Bertenaga Sesuai dengan namanya, gaya ini penuh dengan vitalitas dan energi dan biasanya dipergunakan untuk menggerakkan sesuatu, menggerakkan tenaga dan vitalitas pembicara, tetapi juga dapat mempergunakan nada keagungan dan kemuliaan. Nada yang agung dan mulia dapat menggerakan emosi setiap pendengar. Dalam keagungan terselubung sebuah tenaga yang halus tetapi secara aktif dan meyakinkan bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Di balik keagungan dan kemulian terdapat penggerak yang luar biasa, tenaga yang benar-benar mampu menggerakan emosi para pendengar atau pembaca. 3) Gaya Menengah Gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana senang dan damai. Karena tujuannya adalah menciptakan

10 16 suasana tenang dan damai, maka nadanya juga bersifat lemah lembut, penuh kasih sayang, dan mengandung humor yang sehat. Karena sifatnya yang lemah lembut dan sopan santun, maka gaya ini biasanya mempergunakan metafora bagi pilihan katanya. Ia akan lebih menarik bila mempergunakan perlambang-perlambang itu. Ia memperkenalkan pula penyimpangan-penyimpangan itu yang menarik hati, cermat dan sempurna nadanya serta menyenangkan pula refleksinya. c. Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Ada kalimat yang bersifat periodik, kendur, dan kalimat berimbang. Berdasarkan ketiga macam struktur kalimat sebagai yang dikemukakan di atas, maka dapat diperoleh gaya-gaya bahasa sebagai berikut: 1) Klimaks Menurut Ensiklopedi Sastra Indoesia (2007: 424) klimaks merupakan gaya bahasa yang melukiskan keadaan atau peristiwa dengan cara memaparkan setingkat demi setingkat, mulai dari yang kecil (rendah atau sedikit) sampai pada yang besar (tinggi atau banyak). Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Klimaks disebut juga gradasi. Istilah ini dipakai sebagai istilah umum yang sebenarnya menunjuk kepada tingkatan atau gagasan tertinggi. Bila klimaks terbentuk dari beberapa gagasan yang berturut-turut semakin tinggi kepentingannya, maka disebut anabasis.

11 17 2) Antiklimaks Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 71) antiklimaks yaitu suatu ragam gaya bahasa yang melukiskan beberapa peristiwa secara berurut mulai dari peristiwa yang lebih penting (lebih besar), kemudian menurun kepada peristiwa yang kuran penting (lebih kecil). Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang bersetruktur mengendur. Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan gagasangagasannya yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Antiklimaks sering kurang efektif karena yang penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembicara atau pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya dalam kalimat itu. 3) Paralelisme Menurut Ensiklopedia Sastra Indonesia (2007: 590) pararelisme merupakan gaya bahasa yang melukiskan suatu hal dengan mengulangnya kembali pada bagian ucapan berikutnya. Gaya ini merupakan ciri khas bahasa puitis. Pararelisme sering digunakan untuk memperkuat suatu gagasan. Gaya bahasa pararelisme berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa yang menduduki fungsi yang sama. Kesejajaran tersebut dapat pula membentuk anak kalimat yang bergantung pada sebuah induk kalimat yang sama. Gaya ini lahir dari struktur kalimat yang berimbang. 4) Antitesis Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang

12 18 berlawanan. Gaya ini timbul dari kalimat berimbang. Secara luas, antitesis adalah suatu perbandingan berimbang yang dibentuk dengan sepasang atau beberapa pasang benda atau konsep yang paling berlawanan (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2007: 72). 5) Repetisi Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Repetisi seperti halnya pararelisme dan antitesis, lahir dari klaimat yang berimbang. d. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna 1) Gaya Bahasa Retoris Gaya bahasa retoris merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu. Macam-macam gaya bahasa retoris yaitu sebagai berikut : a) Aliterasi Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsosnan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan. Misalnya : Takut titik lalu tumpah. Di dalam narasi gaya bahasa ini sering juga digunakan untuk perhiasan atau penekanan (Ensiklopedia Sastra Indonesia, 2007: 42). b) Asonansi Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 93) asonansi adalah perulangan beberapa bunyi yang berdekatan yang terdapat pada beberapa kata yang menyebabkan

13 19 bunyi-bunyi enak didengar. Asonansi merupakan pemanfaatan unsur bunyi secara berulang-ulang dalam satu sajak. Dalam sastra Indonesia, asonansi umumnya berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan. Misalnya : Ini muka penuh luka siapa punya. c) Anastrof Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 58) anastrof adalah gaya bahasa yang membalikan urutan penggunaan kata dalam susunan kalimat untuk menarik perhatian orang terhadap subjek atau pelaku pebuatan. Anastrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peraginya. d) Apofasis atau Preterisio Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 75) apofasis adalah gaya bahasa yang seolah-olah menyembunyikan sesuatu sebagai suatu rahasia, tetapi malah sebaliknya membuka rahasia itu secara halus, atau sebaliknya. Pada mulanya hendak melihatkan sesuatu, tetapi malah kemudian menyagkal apa yang hendak diperlihatkan tersebut. Apofasis atau disebut juga preterisio merupakan sebuah gaya dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya menekankan hal ini. Berpura-pura

14 20 melindungi atau menyembunyikan sesuatu, tetapi sebenarnya memamerkannya. Misalnya: Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa Saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara. e) Apostrof Adalah semacam gaya yang membentuk semacam pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air tercinta ini berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kamu perjuangkan. f) Asindenton Menurut Ensiklopedia Sastra Indonesia (2007: 90) asindenton adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu keadaan dengan jalan menghindari pemakaian kata hubung itu dengan tanda koma. Adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja dengan koma. Perhatikan contoh berikut: Materi pengalaman diaduk-aduk, modus eksistensi dari cogito ergo sum dicoba, medium bahasa dieksploitir, imaji-imaji, metode, prosedur dijungkir balik, masih itu-itu juga. g) Polisindenton Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 628) polisidenton merupakan gaya bahasa yang melukiskan suatu keadaan dengan cara menggunakan kata hubung secara berulang-ulang. Polisindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung.

15 21 Dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang bakal merontokan bulu-bulunya? h) Kiasmus Kiasmus (chiasmus) adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya. Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu. i) Elipsis Menurut Ensiklopedia Sastra Indonesia (2007: 246) elipsis merupkan gaya bahasa yang sengaja menghilangkan (tidak meneruskan penggunaan) kata pada akhir kalimat, karena berdasarkan kata-kata sebelumnya kata yang dihilangkan itu dapat diduga maksudnya. Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu sehat; tetapi psikis... j) Eufeminismus Gaya bahasa eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung persaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan. Ayahnya sudah tak ada di tengah-tengah mereka (=mati).

16 22 k) Litotes Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 469) litotes merupakan majas yang di dalam ungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan betuk negatif, tidak jelek untuk menyatakan baik. Majas ini digunakan untuk menyederhanakan sesuatu yang hendak disampaikan. Litotes sering digunakan untuk sesuatu yang bersifat rendah hati atau berbasa-basi. Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya. Atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya. Saya tidak akan mersa bahagia bila mendapat warisan satu milyar rupiah. l) Histeron Proteron Menurut Ensiklopedi Sastra Indonsia (2007: 325) histeron proteron adalah gaya bahasa yang sengaja menojolkan sesuatu (benda-benda) yang lebih kecil untuk menyatakan sesuatu yang lebih besar. Histeron semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian pada awal peristiwa. Saudara-saudara, sudah lama terbukti bahwa anda sekalian tidak lebih baik sedikit dari para perusuh, hal itu tampak dari anggapan yang berkembang akhir-akhir ini. m) Pleonasme dan Tautologi Pada dasarnya pleonasme dan tautologi adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. Walaupun secara praktis kedua istilah itu disamakan saja, namun ada yang membedakan keduanya. Suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu

17 23 dihilangkan, artinya tetap utuh. Sebaliknya, acuan itu disebut tautologi kalau kata yang berlebihan itu sebenarnya mengandung perulangan kata yang berlebihan itu sebenarnya mengandung perulangan dari sebuah kata yang lain. Misalnya : Saya telah medengar hal itu dengan telinga saya sendiri. Ungkapan di atas adalah pleonasme karena acuan itu tetap utuh dengan makna yang sama, walaupun dihilangkan kata-kata dengan telinga saya. Ia telah tiba jam malam waktu setempat. Acuan di atas disebut tautologi karena kata itu sebenarnya mengulang kembali gagasan yang sudah disebut sebelumnya, yaitu malam sudah tercakup dalam jam n) Perifrasis Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007:615) perifrasis adalah gaya bahasa yang menggunakan sepatah kata untuk menggantikan serangkaian kata yang sama artinya untuk kata yang menggantikan. Sebenarnya perifrasis adalah gaya yang mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak dari yang diperlukan. Perbedaanya terletak dalam hal bahwa kata-kata yang berlebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja. Misalnya: Dia telah berisirahat dengan damai (mati atau meninggal). o) Prolepsis atau Antisipasi Prolepsis atau antisipasi adalah semacam gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi. Misalnya:

18 24 Kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu. p) Erotesis atau Pertanyaan Retoris Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Gaya ini biasanya dipergunakan sebagai salah satu alat yang efektif oleh para orator. Dalam pertanyaan retoris terdapat asumsi bahwa hanya ada satu jawaban yang mungkin. Terlalu banyak komisi dan perantara yang masing-masing menghendaki pula imbalan jasa. Herankah saudara-saudara kalau harga-harga itu terlalu tinggi? q) Silepsis dan Zeugma Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 740) silepsis merupakan gaya bahasa yang memanfaatkan penggunaan suku kata yang mempunai makana lebih dari satu konstruksi sintaksis. Silepsis dan zeugma adalah gaya dimana orang menggunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama. Dalam silepsis, konstruksi yang dipergunakan itu secara gramatikal benar, tetapi secara semantik tidak benar. Ia sudah kehilangan topi semangatnya. Dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahi kedua kata berikutnya, sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari padanya (baik secara logis maupun secra gramatikal). Misalnya: Dengan membelakkan mata dan telinganya, ia mengusir orang itu.

19 25 r) Koreksio atau Epanortosis Koreksio atau Epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula mengaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali. s) Hiperbol Menurut Ensiklopedi Sastra Indonsia (2007: 325) hiperbol adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu benda atau peristiwa yang di besar-besarkan atau berlebihlebihan untuk mendapat suatu efek tertetu. Adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir-hampir meledak aku. t) Paradoks Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya. Gaya bahasa yang menggunakan pernyataan yang isinya secara simpatis seolah-olah bertentangan dengan pendapat umum, tetapi jika ditilik dengan seksama ternyata pernyataan itu ada benarnya (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2007: 586). Musuh sering merupakan kawan yang akrab. u) Oksimoron Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menghubungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan. Atau dapat juga dikatakan oksimoron adalah

20 26 gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama, dan sebab itu sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks. Keramah-tamahan yang bengis. 2) Gaya Bahasa Kiasan Gaya bahasa kiasan merupakan gaya bahasa yang penyimpangannya lebih jauh, khususnya dalam bidang makna. Macam-macam gaya bahasa kiasan: a) Persamaan atau Simile Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Kikirnya seperti kepiting batu Kadang-kadang diperoleh persamaan tanpa menyebutkan obyek pertama yang mau dibandingkan, seperti: Bagai air di daun talas b) Metafora Metofora adalah semacam analogi yang membandinkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindra mata, dan sebagainya. Metafora sebagai perbandingan langsung tidak mempergunakan kata: seperti, bak, bagaikan, dan sebagainnya, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua.

21 27 Struktur dasar metafora sangat sederhana, yaitu sesuatu yang dibicarakan, dan ada sesuatu yang dipakai sebagai perbandingan. Sehingga Badudu dalam Pateda (2010: ) menyatakan bahwa gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa yang memperbandingkan suatu benda dengan benda yang lain. c) Alegori, Parabel, dan Fabel Menurut Waluyo (1995: 144) jenis alegori yang terkenal ialah parabel yang juga disebut dongeng perumpamaan. Alegori merupakan suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas tersurat. Makna istilah alegori adalah cerita yang digunakan sebagai lambang (ibarat atau kias) untuk mendidik (terutama moral), atau untuk menerangkan sesuatu (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2007: 38). Parabel (parabola) merupakan suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh biasanya manusia, yang selalu mengandung tema moral. Istilah parabel dipakai untuk menyebut cerita-cerita fiktif di dalam Kitab Suci yang bersifat alegoris, untuk menyampaikan suatu kebenaran moral atau kebenaran spiritual. Parabel adalah suatu bentuk perumpamaan, yakni cerita yang dimaksud menyakinkan pendengar (pembaca) secara moral (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2007: 585). Fabel adalah metafora bentuk cerita mengenai dunia binatang, di mana binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolaholah sebagai manusia. Tujuan fabel seperti parabel ialah menyampaikan ajaran moral atau budi pekerti. Fabel menyampaikan suatu prinsip tingkah laku melalui analogi yang trasparan dari tindak-tanduk binatang, tumbuh-tumbuhan, atau makhluk yang tak

22 28 bernyawa. Fabel ingin mengambarkan sesuatu kebenaran yang telah dikenal, maka parabel ingin menyamapikan suatu pengertian baru yang berkaitan dengan situasi manusia, kini dan di akhirat (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2007: 585). d) Personifikasi atau Prosopopoeia Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolaholah memiliki sifat-sifat kemanusian. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengisahkan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia. Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami. e) Alusi Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 45) alusi merupakan suatu jenis majas pertautan yang merujuk secara tak langsung ke suatu karya sastra, salah seorang tokoh, atau suatu peristiwa. Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Biasanya, alusi ini adalah suatu referensi yang eksplisit atau implisit kepada peristiwa-peristiwa, tokohtokoh, atau tempat dalam kehidupan nyata, mitologi, atau dalam karya-karya sastra yang terkenal. Misalnya dulu sering dikatakan bahwa Bandung adalah Paris van Jawa. Demikian dapat dikatakan: Kartini kecil itu turut memperjuangkan haknya. f) Eponim Adalah sebuah gaya dimana seseorang yang namanya begitu sering dihubunghubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat

23 29 itu. Misalnya Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan; Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantiakan. g) Epitet Adalah suatu gaya di mana seseorang yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seorang atau suatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang. Misalnya: Lonceng pagi untuk ayam jantan h) Sinekdoke Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari suatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). Misalnya: Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,- Dalam pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Thailand di stadion Pakansari Bogor, tuan rumah menang 2-1. i) Metonimia Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Hubungan itu dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang yang dimiliki, akibat untuk sebab, sebab untuk akibat, isi untuk menyatakan kulitnya, dan sebagainya. Metonimia dengan demikian adalah suatu bentuk dari sinekdoke. Ialah yang menyebabkan air mata gugur.

24 30 j) Antonomasia Antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri. Misalnya: Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini. k) Hipalase Hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata lain. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa hipalase adalah suatu kebailikan dari suatu relasi alamiah antara dua komponen gagasan. Misalnya: Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah manusianya, bukan bantalnya). l) Ironi, Sinisme, dan Sarkasme Sindiran dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu baik sindiran halus, sindiran agak kasar, maupun sindiran kasar. Dihubungkan dengan gaya bahasa, hal ini disebut gaya bahasa ironi untuk sindiran halus; gaya bahasa sinisme untuk gaya bahasa agak kasar; gaya bahasa sarkasme untuk sindiran yang kasar (Pateda, 2010: 239). Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Ironi merupakan suatu upaya literer yang efektif karena ia menyampaikan impresi yang mengandung pergerakan yang besar. Misalnya: Hei, engkau hampir kesiangan, ya? (Padahal sudah pukul 10.00) Sinisme yang diartikan sebagai suatu sindiran yang bentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keiklasan dan ketulusan hati. Misalnya:

25 31 Harum benar badanmu (Padahal bau busuk karena belum mandi, atau karena bau badan yang memang busuk). Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Sarkasme adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Sarkasme dapat saja bersifat ironis, dapat juga tidak, tetapi yang jelas adalah bahwa gaya ini selalu akan menyakiti hati dan kurang enak didengar. Misalnya: Hei Anjing, kau keluar dari sini! m) Satire Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak perlu harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan secara etis maupun estetis. n) Inuedo Inuedo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Inuedo menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan sering tampaknya tidak menyakiti hati kalau dilihat sambil lalu. Misalnya: Setiap kali ada pesta, pasti ia akan sedikit mabuk karena terlalu kebanyakan minum. o) Antifrasis Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau katakata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya. Lihatlah sang Rakasasa telah tiba (maksudnya si Cebol).

26 32 p) Pun atau Paronomasia Pun atau Paronomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi atau permainan kata yang didasarkan pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan besar dalam maknanya. Tanggal dua gigi saya tanggal dua. D. Komentator Sepak Bola Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 515) komentator adalah orang yang (pekerjaanya) mengomentari atau mengulas suatu berita dan sebagainnya. Sama halnya dengan komentator sepak bola yakni bertugas mengomentari jalanya pertandingan. Seorang komentator sepak bola harus berbicara sepanjang pertandingan, mengingat-ingat nama pemain, peristiwa yang terjadi selama pertandingan, bahkan harus mengomentari strategi yang digunakan oleh pelatih. Pada saat mengomentari jalanya pertandingan sepak bola, komentator biasanya menciptakan istilah-istilah baru yang terlontar dari lisannya. Membutuhkan kemampuan khusus untuk menjadi seorang komentator sepak bola ( Bola diakses pada tanggal 26 Juli 2017, pukul WIB). Menjadi seorang komentator sepak bola harus memiliki standar tertentu. Berikut ini beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seorang komentator sepak bola: 1. Mengenal karakteristik serta historisitas pemain-pemain dari klub yang betanding. Tidak jarang seorang komentator sepak bola harus mengulas line-up atau formasi yang diturunkan oleh pelatih dari tim yang sedang bertanding. Mengenali karakteristik pemain akan membantu penikmat sepak bola untuk memahami bagaimana membaca strategi yang sedang diusung oleh tim kesayangannya. Komentator sepak bola seolah-olah membimbing para penikmat sepak bola, untuk

27 33 mengetahui kualitas kedalaman sebuah tim, melalui analisa formasi, pemain inti dan pengganti, potesi perubahan formasi, dan bahkan filosofi strategi. Selain itu, tidak kalah penting untuk mengenal historisitas atau kesejarahan dari pemain tersebut. Tidak jarang, cara dan gaya seorang pemain dipengaruhi oleh masa lalunya. Historisitas juga merupakan kunci untuk memudahkan para pendukung sebah kesebelasan untuk mengenal respon emosi internal yang terjadi dilapangan. 2. Memiliki data statistik terkait dengan klub maupun pemain yang sedang bertanding. Statistik serngkali diragukan keabsahannya. Namun, secara paradoks, data statistik seringkali menolong para penikmat sepak bola untuk mengetahui atribut-atribut tertentu yang menarik untuk disajikan. 3. Memiliki kemampuan verbal. Mencakup kosak kata, intonasi suara, dan dramatisasi kejadian. Kemampuan berbicara adalah kemampuan yang wajib dimiliki seorang komentator. Elmen yang penting dibahas mengenai kemampuan verbal adalah kosakata, intonasi suara, dan kemampuan untuk mendramatisasi kejadian. Kosak kata haruslah luas dengan berbagai variasi kreatif. 4. Tidak melakukan kesalahan penyebutan nama pemain. Seorang komentator sepak bola biasanya juga mengalami kesalahan menyebutkan nama pemain, namun jika kesalahan dilakukan berulang kali, maka hal itu merupakn kesalahan yang fatal dan memalukan. 5. Mengetahui kejadian-kejadian tertentu di luar lapangan yang berpotensi terkait dengan pertandingan. Poin plus bagi komentator apabila mengetahui berita terkini mengenai kondisi di luar lapangan menjelang pertandingan. 6. Bersikap netral dan tidak berat sebelah. Sebagai seorang komentator sepak bola wajib untuk memiliki sikap profesionalisme untuk tetap tidak berat sebelah

28 34 ( thread standar-yang-h...diakses pada tanggal 26 Juli 2017, pukul WIB). E. Laga Final Piala AFF Suzuki Cup 2016 Kejuaraan AFF 2016, yang diseponsori Suzuki dan secara resmi dikenal sebagai AFF Suzuki Cup 2016 adalah kejuaraan AFF kesebelas dari kejuaraan AFF. Peserta turnamen tersebut yaitu negara-negara yang berafiliasi dengan Fedrasi Sepak Bola ASEAN. Seluruh turnamen berlangsung dari tanggal 19 November 2016 samapai 17 Desember Setelah pengakuan FIFA sebagai turnamen kategori A, edisi 2016 dari turnamen tersebut akan memberikan point peringkat internasional untuk setiap pertandingan. Tahap kelompok kejuaraan diadakan untuk pertama kalinya di Myanmar dan Filipina dari tanggal November Pada pertemuan Dewan Fedrasi Sepak Bola ASEAN kesebelas di Naypyidaw pada tanggal 21 Desember 2013, Myanmar dan Filipina ditunjuk sebagai tuan rumah kejuaraan tersebut. Hal ini menandai untuk perama kalinya kedua negara akan menjadi tuan rumah dalam babak penyisihan grup dari kompetisi tersebut. Fedrasi Sepak Bola Filipina (FFP) pada awalnya mengundurkan diri sebagai tuan rumah di babak grup pada bulan Februari 2016, dengan menyebutkan masalah yang terjadi di Stadion Rizal Memorial dan ketersediaan tempat yang lain. Malaysia, Singapura, dan Vietnam mengumunkan bahwa mereka memiliki atau mengajukan permohonan sebagai tuan Rumah. Tuan rumah pengganti tersebut akan diumumkan pada tanggal 12 Maret Kemudian Filipina mengumumkan akan mengajukan banding untuk mempertahankan hak hosting mereka. Pada tanggal 7 Maret 2016, AFF menerima banding dari Filipina sementara Malaysia diberi nama host siaga, dengan Vietnam dan Singapura menarik tawaran

29 35 mereka. Filipina mendapat kesempatan untuk mendapatkan kontrak untuk menggunakan Philippine Sports Stadium (PSS) sebagai tempat. Stadion Rizal Memorial akan digunakan sebagai tempat kedua selama pertandingan grup simultan terakhir. Pada tanggal 12 Maret, dikonfirmasi bahwa Filipina mempertahankan hak hosting, mengikuti Rapat Dewan AFF di Da Nang, Vietnam. PFF dapat mempresentasikan kontrak dengan PSS ke AFF dan juga surat jaminan dari Komisi Olahraga Filipina. Selama Pertemuan Dewan AFF di Naypyidaw (Myanmar), Kamboja ditunjuk sebagai tuan rumah untuk turnamen kualifikasi tersebut. Myanmar dan Filipina secara otomatis lolos ke babak final sebagai tuan rumah ( diakses pada tanggal 30 Juli 2016, pukul WIB. Undian babak grup Piala AFF Suzuki Cup 2016 diselenggarakan pada tanggal 2 Agustus Indonesia dan Thailand berhasil lolos ke babak final. Final pertama diadakan di Stadion Pakansari Bogor, Indonesia mengalahkan Thailand 2-1. Sementara final kedua diadakan di Stadion Rajamanggala Bangkok, Thailand mengalahkan Indonesia 2-0. Thailand menjadi juara untuk kelima kalinya setelah mengalahkan Indonesia di final. F. Implikasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 Menurut Mahsun (2014: 92) pengembangan kurikulum 2013 dilaksanakan dalam satuan rangkaian pengembangan delapan setandar yang terkait dengan reformasi bidang pendidikan, yaitu empat standar yang menjadi substansi kurikulum itu sendiri, yaitu Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses (Pembelajaran), Standar Penilaian, dan empat standar lainnya diluar kurikulum, tetapi terkait erat dengan pencapaian reformasi pada empat standar yang mencakup

30 36 kurikulum itu sendiri. Dengan demikian, pengembanagn kurikulum 2013 diharapkan dapat diimplementasikan secara baik karena telah didukung dengan pengembanagan empat standar lainnya yang dicanangkan dalam reformasi pendidikan. Suatu keistimewaan dalam kurikulum 2013 adalh menempatkan bahasa sebagai penghela ilmu pengetahuan (Nuh dalam Mahsun, 2014: 94). Penempatan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan di samping memberi penegasan akan pentingnya kedudukan bahasa Indonesia sebgai bahasa nasional dan mempersatukan etnis yang berbeda latar belakang bahasa lokal dan kedudukannya sebagai bahasa resmi negara; juga menjadikan langkah awal dalam mewujudkan hajat para pendiri bangsa dalam yang mengumandangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan sejak kongres bahasa Indonesia pertama tahun Oleh karena itu, penempatan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan dalam Kurikulum 2013 memberi harapan baru bagi tumbuhnnya keyakinan bangsa ini pada kebesaran apa yang menjadi lambang identitas kebangsaannya, yaitu bahasa Indonesia. Perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks selain keutamaan, juga memberi ruang pada peserta didik untuk mengembangkan berbagai jenis struktur berpikir, karena setiap teks memiliki struktur berpikir yang berbeda satu sama lain. Semakin banyak jenis teks yang dikuasai semakin banyak struktur berpikir yang dikuasai peserta didik (Mahsun, 2014: 94-95). G. Kerangka Pikir Analisis gaya bahasa komentator sepak bola pada laga final piala AFF Suzuki Cup 2016 terdiri dari beberapa teori yang dikemukakan yaitu meliputi teori retorika, teori gaya bahasa, pengertian komentator sepak bola, dan laga final piala AFF Suzuki Cup Teori-teori tersebut bersumber dari beberapa pakar bahasa.

31 37 Teori retorika mencakup pengertian retorika. Pengertian retorika yang dipaparkan berisi pengertian-pengertian retorika yang berasal dari beberapa pendapat pakar bahasa. Dalam pengertian-pengertian retorika mencangkup pengertian retorika moderen dan retorika klasik. Teori gaya bahasa yaitu meliputi pengertian gaya bahasa dan tujuan utama gaya bahasa. Pengertian gaya bahasa yang dipaparkan berisi pengertian-pengertian gaya bahasa berdasarkan pendapat beberapa ahli bahasa dan klasifikasi gaya bahasa. Gaya bahasa berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan atau dilihat dari sudut bahasa dapat diklasifikasikan menjadai emapat macam yaitu: (1) gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, (2) gaya bahasa berdasarkan nada, (3) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, (4) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata terdiri dari: gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi, dan gaya bahasa percakapan. Gaya bahasa berdasarkan nada terdiri dari: gaya bahasa sederhana, gaya bahasa mulia bertenaga, dan gaya bahasa menengah. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat terdiri dari: klimaks, paralelisme, antitesis, dan repetisi. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makana dapat dibagai menjadi dua yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris meliputi: aliterasi; asonansi; anastrof; apofasis atau preterisio; apostrof; asindenton; polisindenton; kiasmus; elipsis; eufeminismus; litotes; histeron proteron; pleonasme dan tautologi; perifrasis; prolepsis atau antisipasi; erotesis atau pertanyaa retoris; silepsis dan zeugma; koreksio atau epanortosis; hiperbol; paradoks; oksimoron. Gaya bahasa kiasan meliputi: persamaan atau simile; metafora; alegori, parabel, dan fabel; personifkasi atau prosopopoeia; alusi; eponim; epite; sinekdoke; metonimia; antonomasia; hiplase; ironi, sinisme, dan sarkasme; satire; inuedo; antifrasis; pun atau paronomasia.

32 Bagan 1. Kerangka Pikir Analisis Gaya Bahasa Komentator Sepak Bola pada Laga Final Piala AFF Suzuki Cup 2016 Retorika Komentator Sepak Bola pada Laga Final Piala AFF Suzuki CUP 2016 Gaya Bahasa Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata Gaya Bahasa Berdasarkan Nada Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknnya Makna a. Gaya Bahasa Resmi b. Gaya Bahasa Tak Resmi c. Gaya Bahasa Percakapan a. Gaya Bahasa Sederhana b. Gaya Bahasa Mulia dan Bertenaga c. Gaya Bahasa Menegah a. Klimaks b. Antiklimaks c. Paralelisme d. Antitesis e. Repetisi Gaya Bahasa Retoris Gaya Kiasan Bahasa Gaya Bahasa Komentator Sepak Bola pada Laga Final Piala AFF Suzuki Cup

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilakan penelitian data dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengetahui dan mengerti maksud sebuah tulisan merupakan tujuan utama dalam membaca karya sastra. Karya sastra dibuat oleh pengarang karena adanya maksud atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lokalitas dalam bahasa menunjukan identitas budaya yang dipakai dalam konteks sebuah komunitas bahasa dalam hal ini masyakat Minangkabau. Lokalitas dalam konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan 1 I. PENDAHULUAN Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan mengenai latar belakang penelitian mengenai gaya bahasa dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S. Rendra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan perasaan, menyampaikan keinginan,

Lebih terperinci

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena data pada penelitian ini merupakan fenomena sosial. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh : EMA WIDIYAS

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setelah terkumpul landasan teoretis dan kerangka berpikir pada bab sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah metode. Metode digunakan untuk menyederhanakan

Lebih terperinci

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA) gaya bahasa (majas) - 1 - MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA) 1. Klimaks Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat. Contoh : Kesengsaraan membuahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak biasa dipisahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut berjudul Gaya Bahasa Sindiran pada Rubrik Kartun Terbitan Kompas Edisi

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut berjudul Gaya Bahasa Sindiran pada Rubrik Kartun Terbitan Kompas Edisi 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang gaya bahasa pernah dilakukan oleh Hendra Bharata. Penelitian tersebutu tentang gaya bahasa sindiran pada rubrik komik. Penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN 2.1 Gaya Bahasa 2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut penelitian naturalistik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015) 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk

Lebih terperinci

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK TEMA DAN GAYA BAHASA MENJEMPUT TUAH MENJUNJUNG MARWAH KARYA HAJI ABDUL MALIK ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Fatih Muftih NIM 090388201097 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota masyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan pesan dari dalam diri manusia yang berupa,

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI

GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI 1 GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI Akmaliatus Saida 1 Wahyudi Siswanto 2 Heri Suwignyo 2 E-mail: misscute_71p@yahoo.com Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang 65145 ABSTRACT

Lebih terperinci

Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012

Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012 1 Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012 Tisa Rahayu Vitiana 1 Sumadi 2 Dwi Sulistyorini 2 Universitas Negeri Malang,

Lebih terperinci

BABII LANDASAN TEORI. secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat (Tarigan, 2009:4) mengemukakan bahwa

BABII LANDASAN TEORI. secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat (Tarigan, 2009:4) mengemukakan bahwa BABII LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasa Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengam istilah style. Kata style diturunkan dari bahasa latin stylus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Pertama,

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Pertama, 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer Karya Pramoedya Ananta Toer sudah pernah dikaji oleh beberapa mahasiswa. Berikut ini kajian yang berkaitan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI. E- mail : ABSTRAK

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI. E- mail : ABSTRAK PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI Sri Rahayu 1, Yetty Morelent 2, Gusnetti 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

GAYA BAHASA MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS SEBAGAI ALTERNATIF KAJIAN PENGEMBANGAN

GAYA BAHASA MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS SEBAGAI ALTERNATIF KAJIAN PENGEMBANGAN GAYA BAHASA MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS SEBAGAI ALTERNATIF KAJIAN PENGEMBANGAN Oleh Windo Dicky Irawan Farida Ariyani Email: windoirawan8@gmail.com Abstract Every language expression (form) has

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO Jurnal Publikasi Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

INTISARI A. LATAR BELAKANG

INTISARI A. LATAR BELAKANG ANALISIS GAYA BAHASA PADA IKLAN SUSU ANAK MAJALAH AYAHBUNDA (EDISI JUNI 2010 MEI 2011) OLEH: BAHTIAR EFENDI NIM :A2A006010 Email: bahtiareffendi_19@yahoo.co.id INTISARI Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi.

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran

I. KAJIAN PUSTAKA. yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran I. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Novel Istilah novel sama dengan istilah roman, kata novel berasal dari bahasa Italia dan berkembang di Inggris dan Amerika Serikat. Roman dan novel mempunyai perbedaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan sastra yaitu tentang gaya bahasa pada novel. Penelitian itu yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan sastra yaitu tentang gaya bahasa pada novel. Penelitian itu yang dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Selama ini penelitian yang membahas tentang masalah Penggunaan Gaya Bahasa dalam Berita Infotaimen belum pernah dilakukan hanya berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau secara lisan, terikat oleh ruang dan waktu, sehingga situasi pengungkapannya

BAB I PENDAHULUAN. atau secara lisan, terikat oleh ruang dan waktu, sehingga situasi pengungkapannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah terlepas dari kegiatan berinteraksi dan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karya Sastra Fiksi dan Nonfiksi Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra fiksi dan karya sastra nonfiksi. Karya sastra fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada Acara Indonesia Lawak Klub Di Trans 7 ini membutuhkan penelitian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada Acara Indonesia Lawak Klub Di Trans 7 ini membutuhkan penelitian yang 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian yang berjudul Analisis Satire dalam Penggunaan Bahasa Indonesia pada Acara Indonesia Lawak Klub Di Trans 7 ini membutuhkan penelitian yang relevan sebagai bahan pembanding.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE. SKRIPSI Oleh :

PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE. SKRIPSI Oleh : 1 PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE SKRIPSI Oleh : VINA ESTI SURYANI X1206062 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat Jawa dan perpaduan antara Jawa dan Prancis. Perpaduan budaya tersebut berdampak memperkaya bahasa yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan. Ada beberapa buku yang dipakai dalam memahami dan mendukung penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sastra. Pemakaian bahasa dalam karya sastra mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sastra. Pemakaian bahasa dalam karya sastra mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan. Media utama dalam karya sastra adalah bahasa, sehingga tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata merupakan alat penyalur gagasan atau ide yang akan disampaikan kepada orang lain. Kata-kata dijalin-satukan melalui penggabungan dalam suatu konstruksi yang lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian dengan menggunakan kajian stilistika yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian dengan menggunakan kajian stilistika yaitu: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang gaya bahasa telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain dengan objek penelitian yang berbeda. Berikut ini merupakan beberapa contoh penelitian

Lebih terperinci

POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3

POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3 POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang E-mail: dianti_arko@yahoo.co.id

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR Oleh

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR Oleh GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR Oleh Era Octafiona Kahfie Nazaruddin Wini Tarmini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail : eraoctafiona@yahoo.com

Lebih terperinci

MAJAS Materi Kelas X. 1. Majas perbandingan 2. Majas penegasan 3. Majas sindiran 4. Majas pertentangan

MAJAS Materi Kelas X. 1. Majas perbandingan 2. Majas penegasan 3. Majas sindiran 4. Majas pertentangan MAJAS Materi Kelas X Majas adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul dalam hati penulis, sehingga menimbulkan suatu hal yang mengesankan bagi pembaca. Majas terbagi menjadi 4, yaitu:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purwokerto ada dua yaitu skripsi Muput

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Tinjauan Pustaka 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dan dapat dijadikan acuan serta masukan untuk penelitian ini sebagai berikut.

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye. Oleh: ROSA MAULIDYA

ARTIKEL PENELITIAN. Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye. Oleh: ROSA MAULIDYA ARTIKEL PENELITIAN Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye Oleh: ROSA MAULIDYA 0910013111201 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan BAB II LANDASAN TEORI Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan Alternatif Penerapannya dalam Pembelajaran Gaya Bahasa Puisi di SMA Kelas X Semester I berkaitan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK. Fadlun Al fitri

ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK. Fadlun Al fitri Telangkai Bahasa dan Sastra, April 2014, 108-116 Copyright 2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266 Tahun ke-8, No 1 ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK Fadlun Al fitri

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA CALON PRESIDEN PADA ACARA DEBAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 SKRIPSI. Oleh: Ahmad Rizal Arafat NIM

ANALISIS GAYA BAHASA CALON PRESIDEN PADA ACARA DEBAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 SKRIPSI. Oleh: Ahmad Rizal Arafat NIM ANALISIS GAYA BAHASA CALON PRESIDEN PADA ACARA DEBAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 SKRIPSI Oleh: Ahmad Rizal Arafat NIM 201210080312069 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style

II. LANDASAN TEORI. Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Gaya Bahasa Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style lilin. Pada perkembangan berikutnya, kata style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono

Lebih terperinci

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Oleh

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Oleh MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh Ratih Amalia Wulandari Edi Suyanto Muhammad Fuad Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: ratihamaliawulandari17@gmail.com Abstract This

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN NOVEL MIMPI BAYANG JINGGA KARYA SANIE B.

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN NOVEL MIMPI BAYANG JINGGA KARYA SANIE B. ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN NOVEL MIMPI BAYANG JINGGA KARYA SANIE B. KUNCORO Soleh Ibrahim 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan gaya bahasa dalam kumpulan novel Mimpi Bayang Jingga

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Sebelum dilakukan analisis sebuah karya sastra (puisi) perlu dipahami maknanya

II. LANDASAN TEORI. Sebelum dilakukan analisis sebuah karya sastra (puisi) perlu dipahami maknanya 8 II. LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Struktural dan Semiotik Sebelum dilakukan analisis sebuah karya sastra (puisi) perlu dipahami maknanya secara keseluruhan. Hal ini dilakukan karena norma-norma puisi atau

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI 0 ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Mei Arisman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan Sastra sering kali dihubungkan sebagai suatu kata atau kalimat yang mengandung berbagai makna atau banyak makna yang sangat sulit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra nonfiksi dan fiksi. Karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra nonfiksi dan fiksi. Karya 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karya Sastra Nonfiksi dan Fiksi Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra nonfiksi dan fiksi. Karya sastra nofiksi adalah karya sastra yang ditulis berdasarkan kajian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangsari memiliki beberapa upacara adat Jawa, salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangsari memiliki beberapa upacara adat Jawa, salah satu di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Karangsari memiliki beberapa upacara adat Jawa, salah satu di antaranya yaitu upacara perkawinan adat Jawa. Perkawinan adat Jawa memiliki berbagai bentuk upacara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya bahasa adalah gaya bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda

Lebih terperinci

GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA DALAM ACARA INDONESIA SUPER LEAGUE DI STASIUN TELEVISI ANTV

GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA DALAM ACARA INDONESIA SUPER LEAGUE DI STASIUN TELEVISI ANTV GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA DALAM ACARA INDONESIA SUPER LEAGUE DI STASIUN TELEVISI ANTV Doni Mardiansyah 1, Ermanto 2, Amril Amir 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan yang lain, juga untuk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BENTUK GAYA BAHASA DALAM KARIKATUR POLITIK PADA MEDIA INTERNET NASKAH PUBLIKASI

IDENTIFIKASI BENTUK GAYA BAHASA DALAM KARIKATUR POLITIK PADA MEDIA INTERNET NASKAH PUBLIKASI IDENTIFIKASI BENTUK GAYA BAHASA DALAM KARIKATUR POLITIK PADA MEDIA INTERNET NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aristoteles menyatakan bahwa karya sastra itu bisa memberikan katarsis atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca karya sastra

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN BISNIS. Silvi Tri Rohmaida 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3

PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN BISNIS. Silvi Tri Rohmaida 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3 PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN BISNIS Silvi Tri Rohmaida 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang email: rohmaidasilvitri@gmail.com Abstract: This research purpose

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS  SKRIPSI PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kata-kata indah yang menjadikan puisi memiliki daya tarik dan nilai keindahan.

BAB II LANDASAN TEORI. kata-kata indah yang menjadikan puisi memiliki daya tarik dan nilai keindahan. 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakikat Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang paling tua menurut sejarahnya. Bahasa digunakan sebagai media untuk menyampaikan gagasan yang disusun sedemikian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

II. LANDASAN TEORI. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan 10 II. LANDASAN TEORI Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan mengenai teori-teori penelitian mengenai pengertian puisi, unsur-unsur struktur puisi, pengertian gaya bahasa,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GAYA BAHASA DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI 2017

PEMANFAATAN GAYA BAHASA DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI 2017 PEMANFAATAN GAYA BAHASA DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan 18 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa. Kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Gaya Bahasa Sindiran pada Rubrik Kartun Terbitan Kompas Edisi April-Juni 2014 karya Hendra Bharata (2015), Mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI 0 KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA MATAMU KARYA SYAIFUL IRBA TANPAKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SETIAP BARIS HUJAN KARYA ISBEDY STIAWAN ZS ARTIKEL ILMIAH RANI FUJIATI NINDRI NPM

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SETIAP BARIS HUJAN KARYA ISBEDY STIAWAN ZS ARTIKEL ILMIAH RANI FUJIATI NINDRI NPM MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SETIAP BARIS HUJAN KARYA ISBEDY STIAWAN ZS ARTIKEL ILMIAH RANI FUJIATI NINDRI NPM 11080035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa melakukan hubungan interaksi dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam melakukan interaksi tersebut manusia

Lebih terperinci

MAJAS DALAM ROMAN HABIS GELAP TERBITLAH TERANG TERJEMAHAN ARMIJN PANE

MAJAS DALAM ROMAN HABIS GELAP TERBITLAH TERANG TERJEMAHAN ARMIJN PANE MAJAS DALAM ROMAN HABIS GELAP TERBITLAH TERANG TERJEMAHAN ARMIJN PANE Anita, Ahadi Sulissusiawan, dan Amriani Amir Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, PBS, FKIP Untan Pontianak. email: nita.nit77@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i2p%25p.193 ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR Risma Despryanti 1, Riska Desyana 2, Amalia Siddiqa Rahayu 3, Yeni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam potensi dan kreativitas dalam berimajinasi. Dalam menuangkan kemampuannya, manusia memiliki cara yang bervariasi dan beragam jenisnnya.

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL MELALUI GAYA BAHASA DALAM PROGRAM SENTILAN SENTILUN DI METRO TV DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA.

KRITIK SOSIAL MELALUI GAYA BAHASA DALAM PROGRAM SENTILAN SENTILUN DI METRO TV DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA. KRITIK SOSIAL MELALUI GAYA BAHASA DALAM PROGRAM SENTILAN SENTILUN DI METRO TV DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA (Skripsi) Oleh RESI BISMA SARI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 289 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian sebagaimana perumusan masalah yang telah diajukan di bagian pendahuluan, maka peneliti menyimpulkan berikut ini. 1. Aspek-aspek

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN ANALISIS PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA IKLAN PRODUK KECANTIKAN PERAWATAN KULIT WAJAH DI TELEVISI. Oleh : KUSUMAWATI K

JURNAL PENELITIAN ANALISIS PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA IKLAN PRODUK KECANTIKAN PERAWATAN KULIT WAJAH DI TELEVISI. Oleh : KUSUMAWATI K JURNAL PENELITIAN ANALISIS PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA IKLAN PRODUK KECANTIKAN PERAWATAN KULIT WAJAH DI TELEVISI Oleh : KUSUMAWATI K1202523 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI

KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI Asri Wahyuni Sari, Diyan Permata Yanda Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA PADA PUISI KARYA SISWA SMA DI YOGYAKARTA SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA PADA PUISI KARYA SISWA SMA DI YOGYAKARTA SKRIPSI ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA PADA PUISI KARYA SISWA SMA DI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Gaya Bahasa Sindiran pada Novel Pelangi di Pasar Kembang Karya Dion Febrianto (Sebuah Kajian Stilistika) karya Dewi Widyantika

Lebih terperinci

PEMAKAIAN MAJAS DALAM RUBRIK GAGASAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 SRAGEN

PEMAKAIAN MAJAS DALAM RUBRIK GAGASAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 SRAGEN PEMAKAIAN MAJAS DALAM RUBRIK GAGASAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 SRAGEN Joko Widianto, Abdul Ngalim, dan Agus Budi Wahyudi Prgram Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA)

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA) digilib.uns.ac.id ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA) SKRIPSI Disusun Oleh : Dian Maya Setia Ekawati K1208013

Lebih terperinci

Majas (Gaya Bahasa) Macam-Macam Gaya Bahasa. A. Gaya Bahasa Penegasan

Majas (Gaya Bahasa) Macam-Macam Gaya Bahasa. A. Gaya Bahasa Penegasan Majas (Gaya Bahasa) Yang dimaksud dengan majas ialah cara pengungkapan perasaan atau pikiran dengan bahasa sedemikian rupa, sehingga kesan dan efek terhadap pembaca atau pendengar dapat dicapai semaksimal

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN RECTOVERSO KARYA DEWI LESTARI

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN RECTOVERSO KARYA DEWI LESTARI ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN RECTOVERSO KARYA DEWI LESTARI Nurhasanah, Laurensius Salem, Agus Wartiningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak e-mail: ni2ng.nurhasanah@gmail.com

Lebih terperinci