PEMANFAATAN GAYA BAHASA DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMANFAATAN GAYA BAHASA DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI 2017"

Transkripsi

1 PEMANFAATAN GAYA BAHASA DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: I Made Bagus Ocky Yogiswara NIM: PROGRAM STUDI BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIAKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018

2 PEMANFAATAN GAYA BAHASA DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: I Made Bagus Ocky Yogiswara NIM: PROGRAM STUDI BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIAKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 i

3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5 MOTO DAN PERSEMBAHAN Jangan berhenti mencoba, jangan mencoba berhenti (Nanoe Biroe) Dengan harapan dan perjuangan karya pertama ini, Saya persembahkan untuk Ayah dan Ibu tercinta. iv

6

7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8 ABSTRAK Yogiswara, I Made Bagus Ocky Pemanfaatan Gaya Bahasa dalam Artikel Opini Harian Kompas Edisi Januari Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa dan makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa yang terdapat dalam artikel opini harian Kompas. Dari penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan hal-hal sebagai berikut. (1) Jenis-jenis gaya bahasa yang terdapat dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari (2) Makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Data dalam penelitian ini berupa kalimat yang mengandung gaya bahasa yang terdapat dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak bebas libat cakap yang dipadukan dengan teknik catat. Istilah menyimak di sini tidak shanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tulis. Peneliti saat ini melakukan penelitian dengan penggunaan bahasa secara tertulis, maka dalam penyadapan peneliti menggunakan teknik catat sebagai gandengan teknik simak bebas libat cakap. Metode analisis data yang relevan dengan penelitian ini adalah metode agih, sedangkan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca markah. Peneliti menganalisis suatu kalimat yang memiliki kriteria jenis gaya bahasa tertentu berdasarkan pemarkah yang menunjukkannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan dua hal yaitu: 1) Terdapat 11 jenis gaya bahasa yang dimanfaatkan dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Jumlah keseluruhan kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam artikel tersebut berjumlah 68 kalimat. Berikut akan dijelaskan rincian masing-masing jumlah gaya bahasa yang ditemukan. Metafora 19 buah, personifikasi 12 buah, satire 2 buah, simile 10 buah, antonomasia 3 buah, metonimia 2 buah, sinekdoke 2 buah, eufemisme 7 buah, hiperbola 7 buah, asonansi 1 buah, dan erotesis 3 buah. Sebelas gaya bahasa yang ditemukan ini terbagi atas dua klasifikasi gaya bahasa, yaitu gaya kiasan dan retoris. 2) Makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahas dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari 2017 berjumlah 12 makna. Makna penggunaan gaya bahasa pada penelitian ini umumnya adalah untuk menyampaikan pendapat. Namun terdapat juga makna lain seperti menyampaikan informasi, mengritik, untuk menjelaskan mengenai suatu permasalahan, menunjukkan kondisi, memperingatkan, menyindir, memberi pernyataan, menginisialkan, menekankan suatu hal, menyatakan keinginan, melebih-lebihkan, memperhalus kalimat, memperindah bunyi, dan mempengaruhi pembaca. vii

9 ABSTRACT Yogiswara, I Made Bagus Ocky Utilization of Language Style in Opinion Articles in Kompas January 2017 Circulation. Thesis. Yogyakarta: PBSI, Guidance and Counseling, University of Sanata Dharma. This study aimed to describe the style of language and meaning that arises from the use of style that is contained in the daily opinion article Compass. From research conducted, researchers found the following matters. (1) The types of style that is contained in the Kompas newspaper opinion article, January issue (2) meaning that arise from the use of language style in the opinion article in January 2017 edition of Kompas daily. The data in this study a sentence that contains a style that is contained in the Kompas newspaper opinion article, January issue of data collection methods used in this research was engaging free, talkative-spectator method combined with noting technique. The term listening here not only related to the use of verbal language, but also the use of language in writing. Researchers are currently conducting research with the use of a written language, so the researchers used a technique of tapping on file as a free refer Engaged coupling technique capable. Data analysis methods relevant to this study is the method, while the techniques used in this research are many reading techniques. Researchers analyzed a sentence that has certain criteria of style language based markers that show this. Based on research that has been done, we can conclude two things: 1)There are 11 types of style that is utilized in the Kompas newspaper opinion article in January The total issue a sentence that contains the style of language in the article amounted to 68 sentences. The following will explain the details of each amount of style that is found. 19 pieces metaphor, personification 12 pieces, satire 2 pieces, 10 pieces simile, antonomasia 3 pieces, 2 pieces metonymy, sinekdoke 2 pieces, 7 pieces euphemisms, hyperboles 7 pieces, assonance 1 piece, and erotesis 3 pieces. Eleven style that is found is divided into two classifications style, that style and rhetorical tropes. 2) meaning that arise from the use of force discussed in Kompas daily opinion article in January 2017 amounted to 12 meaning. Meaning the use of language style in this study generally is to deliver opinions. But there are also other meanings such as conveying information, to criticize, to explain about the problem, indicates the condition, warning, sarcastic, gave a statement, initializing, emphasizing one thing, expressing a desire, exaggerating, softening the sentence, beautifying the sound and influencing the reader. viii

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan atas berkat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul Pemanfaatan Gaya Bahasa dalam Artikel Opini Harian Kompas Edisi Januari 2017 dengan baik. Penyusunan penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Prodi Bahasa Sastra Indonesia, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan lancar. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini telah memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, motivasi, doa, semangat, dan kerja sama yang tidak ternilai harganya dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma. 3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar untuk membimbing, memotivasi, mengarahkan jalan pikir peneliti, serta memberikan berbagai masukan yang membangun dari proses awal hingga akhir dari penelitian ini. ix

11 4. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. selaku selaku dosen Triangulasi Data yang telah berkenan untuk meluangkan waktu, pikiran, serta memberikan masukan yang membangun untuk kebaikan skripsi ini. 5. Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma yang mendedikasikan untuk membimbing, mendidik, memberikan dukungan, bantuan, arahan dari awal perkuliahan hingga peneliti dapat sampai pada jenjang ini. 6. Kedua orang tuaku, I Made Kota dan Gusti Ayu Cakra Wati yang selalu memberikan doa, restu, motivasi, bimbingan serta dukungan secara moril dan material kepada penulis hingga saat ini. 7. Kedua saudaraku Ni Luh Ayu Budianti dan I Komang Bagus Tri Dananjaya yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis 8. Etheldredha Tiara Wuryaningtyas yang tak pernah lelah dan selalu riang memberi dukungan dan memotivasi kepada penulis agar dalam mengerjakan penelitian ini. 9. Kornelis Mauk, Yulius Steven Balubun, Sarta Saogo, Giovanno Alexander Engko, sahabat-sahabatku yang tak pernah lelah menghibur dan selalu humoris. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah turut membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan perkuliahan dari awal hingga penulisan skripsi ini. x

12

13 DAFTAR ISI Halaman Judul... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Istilah Sistematika Penulisan... 5 BAB II LANDASAN TEORI Penelitian yang Relevane Kajian Teori Gaya Bahasa Jenis-jenis Gaya Bahasa... 9 xii

14 Sendi Gaya Bahasa Bahasa Jurnalistik Artikel Opini di Media Massa BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Sumber Data dan Data Penelitian Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Analisis Data Triangulasi Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Hasil Analisis Data Jenis Gaya Bahasa Gaya Bahasa Metafora Gaya Bahasa Personifikasi Gaya Bahasa Satire Gaya Bahasa Simile Gaya Bahasa Antonomasia Gaya Bahasa Metonimia Gaya Bahasa Sinekdoke Gaya Bahasa Eufemisme Gaya Bahasa Hiperbola Gaya Bahasa Asonansi xiii

15 Gaya Bahasa Erotesis Makna Gaya Bahasa Gaya Bahasa Metafora Gaya Bahasa Personifikasi Gaya Bahasa Satire Gaya Bahasa Simile Gaya Bahasa Antonomasia Gaya Bahasa Metonimia Gaya Bahasa Sinekdoke Gaya Bahasa Eufimisme Gaya Bahasa Hiperbola Gaya Bahasa Asonansi Gaya Bahasa Erotesis Pembahasan Hasil Penelitian BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Tabel Triangulasi Gayaya Bahasa Artikel Opini Kompas BIODATA PENULIS xiv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar adalah media cetak yang di dalamnya terdapat berbagai macam berita. Berita politik, ekonomi, edukasi, kesehatan, teknologi, budaya, dan pariwisata, adalah beberapa jenis berita yang dapat dijumpai dalam surat kabar. Selain berita, di dalam surat kabar juga terdapat halaman opini. Lebih khususnya artikel opini, memang seharusnya suatu redaksi surat kabar menyediakan halaman opini bagi masyarakat. Melalui pemberian kesempatan bagi masyarakat mengirimkan tulisan untuk dimuat dalam surat kabar tentu saja memiliki nilai lebih bagi suatu redaksi. Nilai lebih yang dimaksud adalah suatu redaksi telah turut berkontribusi dalam mengajak masyarakat luas untuk berpikir kritis dan ikut serta memberi tanggapan terhadap suatu masalah yang sifatnya aktual dan kontroversial. Surat kabar Kompas merupakan surat kabar nasional yang populer di Indonesia. Surat kabar Kompas adalah salah satu surat kabar yang menyediakan kolom opini bagi masyarakat setiap harinya. Kecuali hari Minggu, terdapat empat sampai lima artikel opini terbit di harian Kompas. Tulisan-tulisan opini yang terbit di harian Kompas seringkali ditulis oleh tokoh masyarakat maupun oleh tokohtokoh kenegaraan. Presiden Indonesia periode 2004 sampai dengan 2014 Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani merupakan beberapa tokoh kenegaraan yang tulisannya pernah dimuat di harian Kompas. Pada bulan 1

17 2 Januari tahun 2017 saja tidak kurang dari 90 tulisan artikel dimuat di harian Kompas. Masing-masing penulis artikel opini tentu saja mengungkapkan pemikiran atau gagasannya dengan gaya bahasa yang berbeda-beda. Setiap gagasan yang diungkapkan dengan menggunakan gaya bahasa, tentu saja memiliki makna yang tersirat di dalamnya. Pemakaian gaya bahasa yang baik memiliki syarat yaitu, gaya bahasa harus mengandung tiga unsur: kejujuran, sopan-santun, dan menarik. (Keraf, 1984: 113). Melihat pemanfaatan gaya bahasa yang digunakan oleh penulis artikel opini kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan penulisnya. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian seseorang terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan padanya (Keraf, 2009: 113). Oleh karena itu, dalam penggunaan gaya bahasa haruslah cermat dan memperhatikan kesantunan dalam penggunaanya. Berdasarkan paparan pada paragraf-paragraf sebelumnya maka perlu diteliti mengenai pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini Harian Kompas edisi Januari Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: a. Gaya bahasa apa sajakah yang dimanfaatkan dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari 2017? b. Makna apa sajakah yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari 2017?

18 3 1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat pada artikel opini harian Kompas edisi Januari b. Mendeskripsikan makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa yang terdapat pada artikel opini harian Kompas edisi Januari Manfaat Penelitian Penelitian mengenai pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini di harian Kompas diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi bagi mahasiswa mengenai gaya bahasa. b. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi peneliti lain untuk meneliti gaya bahasa, sehingga kajian mengenai gaya bahasa menjadi semakin lengkap ke depannya. c. Bagi Kalangan Pendidik Bahasa Sastra Indonesia Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan bahan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya materi yang berkaitan dengan jurnalistik di media massa cetak seperti koran.

19 4 1.5 Batasan Istilah Batasan istilah merupakan definisi istilah. Batasan istilah dimaksudkan agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlampau luas dan melebar. Selain itu, batasan istilah berfungsi untuk menghindari salah pengertian ataupun salah tafsir istilah-istilah yang ada. Batasan-batasan istilah tersebut sebagai berikut: a. Surat kabar Surat kabar ialah lembaran kertas yang berisi berita, opini, dan iklan yang dicetak secara rutin. Surat kabar dijual secara umum, dan sering disebut dengan koran. b. Artikel Opini Tulisan berkategori Views di media massa dapat mencakup beberapa tulisan, yang di antaranya adalah opini atau yang sering disebut artikel opini. Artikel opini adalah tulisan yang ditulis oleh orang dari luar redaksi yang bersangkutan. Artikel opini yang dimaksud dalam penelitian ini ialah tulisan lepas yang ditulis oleh penulis di luar redaksi media harian Kompas dan dimuat selama edisi bulan Januari Artikel opini yang dipilih ialah artikel utama pada terbitan harian Kompas selama edisi Januari c. Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah cara setiap orang mengungkapkan pemikirannya menggunakan bahasa secara khas yang dapat memperlihatkan kepribadian dari penulis atau pemakai bahasa. Penggunaan gaya bahasa yang baik adalah gaya bahasa yang berdasarkan kejujuran, sopan santun, dan kemenarikan. Gaya bahasa yang dimaksud dalam penelitian ini ialah pengungkapan ide atau

20 5 pikiran penulis artikel opini yang terdapat dalam artikel opini harian Kompas selama edisi bulan Januari Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penulisan. Latar belakang berisi alasan peneliti melakukan penelitian dan permasalahan yang ditemukan. Rumusan masalah mencakup uraian permasalahan berupa kalimat tanya. Tujuan penelitian berisi tujuan dilakukannya penelitian yang sejalan dengan rumusan masalah. Manfaat penelitian berisi manfaat atau dampak dari hasil penelitian. Batasan istilah disertakan untuk membatasi istilah yang ada agar tidak terlampau luas. Sistematika penulisan, berisi alur penulisan agar tercipta kesistematisan penulisan. Bab II merupakan landasan teori, yang berisi penelitian yang relevan dan kajian teori. Penelitian yang relevan menunjukkan posisi tulisan sehingga tidak dimungkinkan pengulangan karya ilmiah dan peneliti dapat membahas masalah dengan tajam dan kritis. Kajian teori menunjukkan ketajaman dan kedalaman alat analisis. Pisau analisis yang berupa dasar teori digunakan sebagai alat pembedah data dalam penyusunan karya ilmiah. Bab III merupakan bab metodologi penelitian. Bab ini meliputi jenis penelitian, data dan sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian data. Jenis penelitian merupakan pengategorian menurut data yang diperoleh. Data adalah bahan yang dapat dijadikan dasar kajian. Sumber data merupakan subjek dari mana data diperoleh.

21 6 Instrumen penelitian berisi alat pengumpulan data utama. Teknik pengumpulan data adalah langkah-langkah untuk mendapatkan data. Teknik analisis data merupakan langkah lanjutan setelah data dikumpulkan. Teknik penyajian data merupakan bentuk penyajian data. Bab IV merupakan bab yang berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini merupakan inti dan jantung karya ilmiah. Pada bagian pembahasan, masalah yang dirumuskan pada bagian latar belakang dan rumusan masalah dibahas dan dibedah sesuai teori yang diacu. Bab V merupakan bab penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran bagi peneliti selanjutnya. Kesimpulan berisi pokok-pokok pikiran dari hasil pembahasan dan berkaitan dengan rumusan masalah. Saran merupakan imbauan kepada peneliti selanjutnya jika ingin melakukan penelitian yang serupa.

22 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elisabet Apti Elita Sari. Penelitian Elisabet berjudul Gaya Bahasa dan Struktur Feature Perjalanan Majalah Intisari Edisi Januari Penelitian tersebut sejenis dengan penelitian yang akan dilakukan penulis saat ini. Peneliti akan meneliti mengenai pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Elisabet dalam penelitiannya menemukan lima gaya bahasa yang digunakan dalam Feature yang ditelitinya. Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa Perumpamaan, metafora, hiperbola, personifikasi, dan litotes. Pola struktur penulisan dalam feature perjalanan yang diteliti oleh Elisabet menggunakan pola struktur Piramida Kronologis. Selain relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elisabet penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fransiska Budi Fitriana. Penelitian Fransiska berjudul, Pemakaian Gaya Bahasa dan Diksi Tokoh Masyarakat dalam Surat Kabar Kompas. Penelitian tersebut sejenis dengan penelitian yang akan dilakukan penulis saat ini. Peneliti sebelumnya meneliti mengenai gaya bahasa dan diksi tokoh masyarakat dalam surat kabar Kompas, kali ini peneliti akan meneliti mengenai pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari

23 8 Fransiska dalam penelitiannya menemukan 12 jenis gaya bahasa yang digunakan. Jenis gaya bahasa itu yaitu gaya bahasa personifikasi, metafora, perumpamaan (simile), antitesis, hiperbola, litotes, ironi, zeugma, metonimia, sinekdoke, alusi, dan eufemisme. Penggunaan diksi yang ditemukan oleh Fransiska sejumlah 10 diksi, yaitu: makna konotatif, makna denotatif, kata bersinonim, kata berantonim, kata konkret, kata abstrak, kata umum, kata khusus, kata berasa, dan kata lugas. 2.2 Kajian Teori Gaya Bahasa Gaya bahasa sebenarnya merupakan bagian dari pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu, untuk menghadapi situasi-situasi tertentu. Sebab itu persoalan gaya bahasa itu meliputi semua hierarki kebahasaan: pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat atau mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan. Bahkan nada yang tersirat di balik sebuah wacana termasuk pula persoalan gaya bahasa. Jadi jangkauan gaya bahasa sebenarnya sangat luas, tidak hanya meliputi unsur-unsur kalimat yang memperlihatkan corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika-retorika klasik (Keraf, 1981: 99). Gaya sebenarnya tidak lain dari pada cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku berpakaian, dan sebagainya. Itulah sebabnya kita biasa mengatakan cara berpakaiannya menarik perhatian orang banyak, cara menulisnya lain daripada kebanyakan orang, yang memang sama artinya dengan gaya berpakaian dan gaya menulis. Dilihat dari segi bahasa, gaya

24 9 bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian seseorang terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan padanya (Keraf, 1981: 99) Jenis-jenis Gaya Bahasa Keraf, (2009: 166:117) dilihat dari sudut bahasa dan unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu: Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Tarigan (1986:5) mengelompokkan gaya bahasa ke dalam empat kelompok yaitu pertama, perbandingan yang terdiri atas gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa metafora, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa sindiran/alegori, dan gaya bahasa antitesis. Kedua, pertentangan yang terdiri atas gaya bahasa hiperbola, gaya bahasa litotes, gaya bahasa oksimoron, gaya bahasa ironi, gaya bahasa paronomasia, gaya bahasa paralipsis, dan gaya bahasa zeugma. Kelompok ketiga adalah pertautan yang terdiri atas gaya bahasa metonimia, gaya bahasa sinekdoke, gaya bahasa alusi, gaya bahasa eufemisme, gaya bahasa elipsis. Kelompok terakhir yaitu perulangan yang terdiri atas gaya bahasa aliterasi, antanaklasis, kiasmus, dan repetisi. Dalam penelitian ini peneliti akan berfokus pada penggunaan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Namun, ada

25 10 baiknya pula peneliti juga akan memberikan paparan mengenai gaya bahasa berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang lainnya Gaya Bahasa berdasarkan Pilihan Kata Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu di dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa di masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan: gaya bahasa resmi (bukan bahasa resmi), gaya bahasa tak resmi, dan gaya bahasa percakapan. Gaya bahasa dalam tingkatan bahasa nonstandar tidak akan dibicarakan di sini, karena tidak akan berguna dalam tulisan-tulisan ilmiah atau ilmiah populer (Keraf, 2009: 117) Gaya Bahasa berdasarkan Nada Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sugesti sering kali akan lebih nyata kalau diikuti dengan sugesti suara dari pembicara, bila sajian yang dihadapi adalah bahasa lisan. Karena nada itu pertama-tama lahir dari sugesti yang dipancarkan oleh rangkaian kata-kata, sedangkan rangkaian kata-kata itu tunduk pada kaidah-kaidah sintaksis yang berlaku, maka nada, pilihan kata, dan struktur kalimat sebenarnya berjalan sejajar. Yang satu akan mempengaruhi yang lain. Dengan latar belakang

26 11 ini, gaya bahasa dilihat dari sudut nada yang terkandung dalam sebuah wacana, dibagi atas: gaya yang sederhana, gaya mulia dan bertenaga, serta gaya menengah (Keraf, 2009: 121) Gaya Bahasa berdasarkan Struktur Kalimat Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Ada kalimat yang bersifat periodik, bila bagian yang terpenting atau gagasan yang mendapatkan tekanan ditempatkan pada akhir kalimat. Ada kalimat yang bersifat kendur, yaitu bila bagian kalimat yang mendapatkan tekanan ditempatkan pada awal kalimat. Bagian yang kurang penting atau semakin kurang penting dideretkan sesudah bagian yang dipentingkan tadi. dan jenis ketiga adalah kalimat berimbang, yaitu kalimat yang mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang kedudukannya sama tinggi atau sederajat (Keraf, 2009:124) Gaya Bahasa berdasarkan Langsung Tidaknya Makna Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Bila acuan yang digunakan masih mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu masih bersifat polos. Tetapi bila sudah ada perubahan makna, entah berupa makna konotatif atau sudah menyimpang jauh dari makna denotatif nya, maka acuan itu dianggap sudah memiliki gaya sebagai yang dimaksud di sini.

27 12 Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut sebagai trop atau figure of speech. Istilah trop sebenarnya berarti pembalikan atau penyimpangan. Kata trop lebih dulu populer sampai dengan abad XVIII. Karena ekses yang terjadi sebelumnya, trop dianggap sebagai penggunaan bahasa yang indah dan menyesatkan. Sebab itu pada abad XVIII istilah itu mulai diganti dengan figure of speech. Trope atau figure of speech memiliki macam-macam fungsi: menjelaskan, memperkuat, menghidupkan objek mati, menstimulasi asosiasi, menimbulkan gelak tawa, atau untuk hiasan. Gaya bahasa yang disebut trop atau figure of speech dalam uraian ini dibagi atas dua kelompok, yaitu gaya bahasa retoris, yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencari efek tertentu, dan gaya bahasa kiasan yang merupakan penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam bidang makna. Contoh: - Satu kilometer terdiri dari 1000 meter. -Rumah itu terletak 300 kilometer dari jalan raya. - Ia memukul adiknya dengan sebuah tongkat. Contoh-contoh di atas memperlihatkan bahwa bahasa yang dipergunakan adalah bahas biasa, yang masih bersifat polos, bahasa yang mengandung unsurunsur kelangsungan makna, dengan konstruksi-konstruksi yang umum dalam bahasa Indonesia. Arti yang didukungnya tidak lebih dan tidak kurang dari nilai lahirnya, tidak ada usaha untuk menyembunyikan sesuatu di dalamnya (Keraf, 2009: ).

28 13 a. Gaya Bahasa Retoris 1. Aliterasi Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa yang memanfaatkan purwakanti atau pemakaian kata-kata yang permulaannya sama bunyinya (Tarigan, 1985: 197). Sedangkan menurut Keraf, aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadangkadang dalam prosa, untuk perhiasan atau penekanan (Keraf, 2009: 130). Berdasarkan pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa aliterasi merupakan gaya bahasa yang mengulang kembali suatu konsonan yang sama. Gaya bahasa ini sering digunakan dalam tulisan sastra seperti puisi dan prosa. Hal ini bertujuan untuk memberikan penekanan atau keindahan. Contoh: -Takut titik lalu tumpah, Keras-keras kerak kena air lembut juga (Keraf, 2009:130). 2. Asonansi Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang juga dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau sekadar keindahan (Keraf, 2009: 130). Sejalan dengan Pendapat Keraf, Tarigan juga menyatakan asonansi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama biasanya dipakai dalam karya puisi ataupun dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau menyelamatkan keindahan (Tarigan, 2013: 176). Berdasarkan

29 14 pandangan pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa aliterasi merupakan gaya bahasa yang mengulang kembali suatu vokal yang sama. Gaya bahasa ini sering digunakan dalam tulisan sastra seperti puisi dan prosa. Hal ini bertujuan untuk memberikan penekanan atau keindahan. Contoh: -Ini muka penuh luka siapa punya, Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu (Keraf, 2009:130). 3. Anastrof Menurut Keraf, Anastrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat (Keraf,2009: 130). Durot and Todorov, ananstrof atau inversi adalah gaya bahasa yang merupakan permutasi atau perubahan urutan unsur-unsur konstruksi sintaksis (Durot and Todorov, 1981:277 dalam Tarigan 2013: 85). Berdasarkan pandangan pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa anastrof merupakan gaya bahasa retoris dengan cara membalikkan urutan unsur-unsur sintaksisnya. Contoh: -Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya, Bersoraksorak orang di tepi jalan memukul bermacam-macam bunyi-bunyian melalui gerbang dihiasi bunga dan panji berkibar (Keraf, 2009:130).

30 15 4. Apofasis atau Preterisio Apofasis atau disebut juga preterisio merupakan sebuah gaya di mana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya ia menekankan hal itu. berpura-pura melindungi atau menyembunyikan sesuatu, tetapi sebenarnya memamerkannya (Keraf, 2009: 130). Gaya bahasa yang digunakan oleh penulis, pengarang, atau pembicara untuk menegaskan sesuatu tetapi tampaknya menyangkalnya disebut apofasis (Tarigan, 2013:86). Berdasarkan pandangan pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa apofasis atau preterisio adalah gaya bahasa yang digunakan penulis atau pengarang untuk menegaskan sesuatu, tetapi ia terlihat menyangkalnya. Contoh: -Jika saya tidak menyadari reputasimu dalam kejujuran, maka saya sebenarnya ingin mengatakan bahwa Anda pasti membiarkan anda menipu diri sendiri (Keraf, 2009:131). 5. Apostrof Apostrof adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Cara ini biasanya dipergunakan oleh orator klasik. Dalam pidato yang disampaikan kepada suatu massa, sang orator secara tiba-tiba mengarahkan pembicaraannya langsung kepada sesuatu yang tidak hadir: kepada mereka yang sudah meninggal, atau kepada barang atau objek khayalan atau sesuatu yang abstrak, sehingga tampaknya ia tidak berbicara kepada para hadirin (Keraf, 2009: 131). Menurut Tarigan, apostrof adalah sejenis gaya

31 16 bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir (Tarigan, 2013: 83). Berdasarkan pandangan pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa apostrof merupakan gaya bahasa yang berupa pengalihan terhadap sesuatu yang sudah tidak ada di dunia ini, sesuatu yang keberadaannya abstrak, atau khayalan. Biasanya gaya bahasa ini digunakan oleh orator dalam pidatonya. Contoh: -Hai kamu dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan bebaskan kami dari belenggu penindasan ini (Keraf, 2009:131). 6. Asindeton Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja dengan koma, seperti ucapan terkenal dari Julius Caesar: Veni, vidi, vici. saya datang, saya lihat, saya menang (Keraf, 2009: 131). Menurut Tarigan, asindeton adalah semacam gaya bahasa yang berupa acuan padat dan mampat di mana beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung (Tarigan 2013: 136). Berdasarkan pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa asindeton merupakan gaya bahasa yang tidak menggunakan kata hubung dalam menyambung beberapa kata, frasa, atau klausa. Penggunaan kata hubung digantikan dengan penggunaan tanda koma. Contoh:

32 17 -Materi pengalaman diaduk-aduk, modus eksistensi dari cogito ergo sum dicoba, medium bahasa dieksploitir, imaji-imaji, metode, prosedur dijungkir balik, masih itu-itu juga (Keraf, 2009:131). 7. Polisindeton Polisindenton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung (Keraf, 2009: 131). Menurut Tarigan polisindenton adalah suatu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari asindeton. Dalam polisindenton, beberapa kata, frase, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung. (Tarigan, 2013: 137). Berdasarkan dua pandangan ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa polisindenton adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari asindeton. Pengguna gaya bahasa ini, menggunakan kata hubung untuk menggabungkan beberapa kata, frasa, dan klausa. Contoh: -Dan kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang bakal merontokkan bulu-bulunya? (Keraf, 2009:131). 8. Kiasmus Kiasmus (chiasmus) adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya (Keraf, 2009: 132). Menurut

33 18 Ducrot dan Todorov, kiasmus adalah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus pula merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat (Ducrot dan Todorov, 1981: 277 dalam Tarigan, 2013: 180). Berdasarkan pandangan ahli tersebut dapat disimpulkan gaya bahasa kiasmus merupakan gaya bahasa yang terdiri dari klausa dan frasa yang bersifat berimbang dan bertentangan, hubungan klausa dan frasa itu terbalik dengan frasa dan klausa yang lainnya. Contoh: -Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu. (Keraf, 2009:132). 9. Elipsis Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku (Keraf, 2009: 132). Menurut Tarigan, elipsis adalah gaya bahasa yang di dalamnya dilaksanakan penanggalan atau penghilangan kata atau kata-kata yang memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata bahasa (Tarigan, 2013: 133). Berdasarkan pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa, gaya bahasa elipsis merupakan gaya bahasa yang menghilangkan bagian dari kalimat yang keberadaannya mudah diprediksi oleh pembaca atau pendengar. Contoh:

34 19 -Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu sehat; tetapi psikis. (Keraf, 2009:132). Bila bagian yang dihilangkan itu berada di tengah-tengah kalimat disebut anakoluton. Contoh: -Jika anda gagal melaksanakan tugasmu... tetapi baiklah kita tidak membiarkan hal itu. Bila pemutusan di tengah-tengah kalimat itu dimaksudkan untuk menyatakan secara tak langsung suatu peringatan atau karena suatu emosi yang kuat, maka disebut aposiopesis. 10. Eufemisme Eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan (Keraf, 2009: 132). Menurut Tarigan, eufemisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasa kasar yang dianggap merugikan, atau yang tidak menyenangkan (Tarigan, 2013: ). Berdasarkan pandangan ahli tersebut, dapat kita simpulkan bahwa gaya bahasa eufemisme adalah gaya bahasa yang bertujuan untuk memperhalus penggunaan acuan-acuan yang mungkin dirasa kurang sopan atau tidak baik, bahkan menghina. Contoh: -Besarnya desakan warga negara, khususnya kaum ibu-ibu yang anaknya gugur atau cacat dalam perang di Vietnam,... (gugur = mati). Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 5.

35 Litotes Litotes adalah majas yang di dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yang bertentangan. Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang sebenarnya (Moeliono, 1984: 3. Dalam Tarigan 2013: 58). Menurut Keraf, litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendah diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya. Atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya (Keraf, 2009: ). Berdasarkan pandangan ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa litotes adalah gaya bahasa yang digunakan untuk merendahkan diri sendiri. Tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Contoh: -Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali, saya tidak akan merasa bahagia bila mendapat warisan satu miliar rupiah (Keraf, 2009:133). 12. Histeron Proteron Histeron Proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian pada awal peristiwa (Keraf, 2009: 133). Dalam tulisan ataupun percakapan, dalam menulis ataupun berbicara, ada kalanya kita membalikkan sesuatu yang logis, membalikkan sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan pada awal peristiwa sesuatu yang sebenarnya terjadi kemudian. Gaya bahasa seperti ini disebut hysteron proteron atau hiperbaton (Tarigan, 2013: 88). Berdasarkan pandangan ahli tersebut dapat

36 21 disimpulkan bahwa gaya bahasa histeron proteron adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari hal yang sewajarnya. Contoh: - Saudara-saudara, sudah lama terbukti bahwa Anda sekalian tidak lebih baik sedikitpun dari pada pesuruh, hal itu tampak dari anggapan yang berkembang akhir-akhir ini, kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya (Keraf, 2009:133). 13. Pleonasme dan Tautologi Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu (Poerwadarminta, 1976: 761 dalam Tarigan, 2013: 28). Menurut Keraf, pleonasme dan tautologi adalah acuan yang mempergunakan katakata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan (Keraf, 2009: 133). Berdasarkan pandangan pakar di atas maka dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa pleonasme dan tautologi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata lebih banyak dari kebutuhan yang diperlukan untuk menyatakan suatu pendapat atau argumen. Disebut pleonasme jika kata-kata yang berlebihan itu dihilangkan, dan disebut tautologi jika kata yang berlebihan tersebut diperlukan dan dirasa harus tetap ditambahkan. Contoh: -Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri, saya telah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri. (Keraf, 2009:133). Ungkapan tersebut adalah pleonasme karena semua acuan itu tetap utuh dengan makna yang

37 22 sama, walaupun dihilangkan kata-kata: dengan telinga saya dan dengan mata kepala saya. -Ia tiba jam malam waktu setempat, globe itu bundar bentuknya (Keraf, 2009:133). Acuan di atas disebut tautologi karena kata berlebihan itu sebenarnya mengulang kembali gagasan yang sudah disebut sebelumnya, yaitu malam sudah tercakup dalam jam dan bundar sudah tercakup dalam globe. 14. Perifrasis Perifrasis adalah gaya yang mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak dari yang diperlukan. Perbedaannya terletak dalam hal bahwa kata-kata yang berkelebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja (Keraf, 2009: 134). Parifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme. Kedua-duanya menggunakan kata lebih banyak daripada yang dibutuhkan Tarigan, 2013: 31) Berdasarkan pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa parifasis adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme, yaitu menggunakan kata melebihi dari yang diperlukan. Hal yang membedakannya adalah, kata yang berlebihan itu dapat digantikan dengan menggunakan satu kata saja. Contoh: -Ia telah beristirahat dengan damai (= mati, atau meninggal), jawaban dari permintaan saudara adalah tidak (= ditolak), Dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang bakal merontokkan bulu-bulunya? (Keraf, 2009:134).

38 Prolepsis atau Antisipasi Prolepsis atau antisipasi adalah semacam gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi (Keraf, 2009: 134). Menurut Tarigan, preolepsis adalah gaya bahasa yang mempergunakan terlebih dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan ataupun peristiwa yang sebenarnya terjadi (Tarigan, 2013: 33). Berdasarkan pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa prolepsis atau antisipasi merupakan gaya bahasa yang digunakan di mana sebuah kata mendahului gagasan yang sebenarnya terjadi. Contoh: -Almarhum Padi pada waktu itu menyatakan bahwa ia tidak mengenal orang itu, kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu (Keraf, 2009:134). 16. Erotesis atau Pertanyaan Retoris Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan atau mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban (Keraf, 2009: 134). Menurut Tarigan, erotesis adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang digunakan dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menuntut suatu jawaban (Tarigan, 2013: 130). Berdasarkan pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa erotesis atau pertanyaan retoris merupakan gaya bahasa yang berbentuk

39 24 pertanyaan yang sama sekali tidak memerlukan suatu jawaban. Biasanya gaya bahasa ini digunakan oleh seorang orator untuk mempengaruhi pendengar dalam pidatonya. Contoh: -Dengan kata lain, yang bukan Pancasilais tidak ambil bagian. Terdengar keras? Memang. Sebab, demokrasi yang terlalu lunak justru memanjakan kaum radikal. Kaum yang satu saat membunuh pengasuhnya sendiri. Donny Gahral Adian, Kompas, 14 Januari 2017, paragraf Silepsis dan Zeugma Silepsis dan Zeugma adalah gaya di mana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama (Keraf, 2009: 135). Zeugma dan silepsis adalah gaya bahasa yang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain yang pada hakikatnya hanya sebuah saja yang mempunyai hubungan dengan kata yang pertama (Tarigan, 2013: 68). Berdasarkan pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa silepsis dan zeugma merupakan gaya bahasa yang menghubungkan sebuah kata dengan dua kata yang sebenarnya hanya salah satu saja memiliki hubungan dengan kata pertama. Dalam silepsis, gramatikal benar, tetapi secara semantik tidak benar. Contoh: -Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.

40 25 -Fungsi dan sikap bahasa (Keraf, 2009:135). Konstruksi yang lengkap adalah kehilangan topi dan kehilangan semangat, yang satu memiliki makna denotasional, yang lain memiliki makna kiasan. Dalam zeugma kata yang digunakan untuk kedua kata berikutnya, sebenarnya hanya cocok untuk salah satu saja baik secara logis maupun secara gramatikal. Misalnya: Dengan membelalakkan mata dan telinganya, ia mengusir orang itu, ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami (Keraf, 2009:135). 18. Koreksio atau Epanortosis Koreksio atau epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya (Keraf, 2009: 135). Koreksio atau epanortosis adalah gaya bahas yang berwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang salah (Tarigan, 2013: 34). Berdasarkan pandangan ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa koreksio atau epanortosis merupakan gaya bahasa yang awalnya menegaskan sesuatu, tetapi kemudian membenahinya. Contoh: -Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali (Keraf, 2009:135).

41 Hiperbola Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya (Tarigan, 1984: 143). Menurut Keraf, hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal (Keraf, 2009: 135). Berdasarkan pandangan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa hiperbola merupakan gaya bahasa yang menggunakan pernyataan secara berlebih-lebihan, dengan membesar-besarkannya. Contoh: -Saat-saat kritis telah kita lewati, bagaimana mungkin gara-gara seorang Basuki, eksistensi kita sebagai negara bangsa nyaris tercabik-cabik. Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf Paradoks Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena keberaniannya (Keraf, 1985: 136). Menurut Tarigan, paradoks adalah suatu pernyataan yang bagaimanapun diartikan selalu berakhir dengan pertentangan (Tarigan, 2013: 77). Berdasarkan pandangan pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa paradoks merupakan gaya bahasa yang terdapat pertentangan dengan fakta yang ada.

42 27 Contoh: -Musuh sering merupakan kawan yang akrab, Ia mati kelaparan di tengah-tengah kekayaannya yang berlimpah-limpah (Keraf, 2009:136). 21. Oksimoron Oksimoron adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung penegasan atau pendirian suatu hubungan sintaksis baik koordinasi maupun determinasi antara dua antonim (Ducrot and Tororov, 1981: 278 dalam Tarigan, 2013: 63). Menurut Keraf, oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama, dan sebab itu sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks (Keraf, 2009: 136). Berdasarkan pandangan pakar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa oksimoron merupakan gaya bahasa yang menggabungkan suatu kata dengan kata lain untuk mencapai efek bertentangan. Contoh: -Keramahtamahan yang bengis, Untuk menjadi manis seseorang harus menjadi kasar, itu sudah menjadi rahasia umum (Keraf, 2009:136). b. Gaya Bahasa Kiasan Gaya bahasa kiasan ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain, berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut. Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung, dan

43 28 perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Kelompok pertama dalam contoh berikut termasuk gaya bahasa langsung dan kelompok kedua termasuk gaya bahasa kiasan. 1) Dia sama pintar dengan kakaknya, kerbau itu sama kuat dengan sapi 2) Matanya seperti bintang timur, bibirnya seperti delima markah (Keraf, 2009: 136). Perbedaan antara kedua perbandingan di atas adalah dalam hal kelasnya. Perbandingan bisa mencakup dua anggota yang termasuk dalam kelas yang sama, sedangkan perbandingan kedua, sebagai bahasa kiasan, mencakup dua hal yang termasuk dalam kelas yang berlainan Sebab itu, untuk menetapkan apakah suatu perbandingan itu merupakan bahasa kiasan atau tidak, hendaknya diperhatikan tiga hal berikut: 1) Tetapkanlah terlebih dahulu kelas ke dua hal yang diperbandingkan. 2) Perhatikan tingkat kesamaan atau perbedaan antara kedua hal tersebut. 3) perhatikan konteks di mana ciri-ciri kedua hal itu diketemukan. Jika tidak ada kesamaan maka perbandingan itu adalah bahasa kiasan. Pada mulanya, bahasa kiasan berkembang dari analogi. Mula-mula analogi dipakai dengan pengertian proporsi; sebab itu, analogi hanya menyatakan hubungan kuantitatif. Misalnya hubungan antara 3 dan 4 dinyatakan sebagai analog dengan 9 dan 12. Secara lebih umum dapat dikatakan bahwa hubungan antara x dan y sebagai analog dengan hubungan antara nx dan ny. Dalam memecahkan banyak persamaan, dapat disimpulkan bahwa nilai dari suatu

44 29 kuantitas yang tidak diketahui dapat ditetapkan bila diberikan relasinya dengan sebuah kuantitas yang diketahui. (Keraf, 2009: ). Perbandingan dengan analogi ini kemudian muncul dalam bermacam-macam gaya bahasa kiasan, seperti diuraikan di bawah ini. 1. Persamaan atau Simile Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Dimaksud dengan perbandingan bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain (Keraf, 2009: 138). Tarigan berpendapat bahwa, gaya bahasa simile adalah perbandingan dua hala yang pada hakikatnya berlainan dan sengaja dianggap sama Tarigan, (2013: 9). Berdasarkan pandangan pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa simile adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu dengan hal lain, dan menyatakan hal tersebut sama dengan hal yang lain. Oleh karena itu simile memerlukan cara untuk menunjukkan persamaannya dengan menggunakan kata seperti, sama, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Contoh: -Secara formal proses pendidikan tetap berjalan, tetapi secara faktual ia bagai kerokot tumbuh di batu hidup segan mati tak mau. Daoed Joesoef, Kompas, 25 Januari 2017, paragraf 7. Persamaan masih dapat dibedakan lagi atas persamaan tertutup dan persamaan terbuka. Persamaan yang tidak mengandung perincian mengenai sifat persamaan itu; pembaca atau pendengar diharapkan akan mengisi sendiri sifat persamaannya,

45 30 Contoh: -Tertutup: Saat menantikan pengumuman hasil ujian terasa tegang seperti mengikuti pertandingan bulu tangkis dalam set terakhir dengan kedudukan Terbuka: Saat menantikan pengumuman hasil ujian terasa seperti mengikuti pertandingan bulu tangkis dalam set terakhir dengan kedudukan (Keraf, 2009:138). 2. Metafora Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. Di dalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek; dan yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi; dan kita menggantikan yang belakangan itu menjadi yang terdahulu tadi ( Tarigan, 1983: 141; Tarigan, 1985: 183). Sejalan dengan Tarigan, Keraf juga berpendapat bahwa gaya bahasa metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cendera mata, dan sebagainya (Keraf, 2009: 139). Berdasarkan pandangan ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa metafora merupakan gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara langsung, dengan singkat dan tanpa menggunakan kata seperti, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Contoh: -Bahkan untuk kepentingan konglomerat hitam, negara melakukan terorisme oleh negara (state terrorism). Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 12.

46 31 Metafora tidak harus menduduki fungsi predikat, tetapi dapat juga menduduki fungsi lain seperti subjek, objek, dan sebagainya. Dengan demikian metafora dapat berdiri-sendiri sebagai kata, lain halnya dengan simile. Konteks bagi sebuah simile sangat penting, karena akan membantu makna persamaan itu; sebaliknya, makna metafora justru dibatasi oleh sebuah konteks. 3. Alegori, Parabel, dan Fabel Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang; merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah objek-objek atau gagasan-gagasan yang diperlambangkan (Tarigan, 2013: 24). Parabel juga merupakan alegori singkat yang mengandung pengajaran mengenai moral dan kebenaran (Tarigan, 2013: 25). Fabel adalah sejenis alegori, yang di dalamnya binatang-binatang bertingkah berbicara dan bertingkah laku seperti manusia (Tarigan, 2013: 24-25). Alegori, Parabel, dan Fabel merupakan perluasan dari metafora. Ketiga perluasan ini biasanya mengandung ajaran moral dan susah dibandingkan antara satu dan yang lainnya. Berdasarkan pandangan pakar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa alegori merupakan cerita singkat yang mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus dilihat dari awal ceritanya. Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, secara tujuannya selalu jelas tersurat. Parabel (parabola) adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh yang diperankan oleh manusia, yang selalu mengandung tema moral. Istilah parabel

47 32 dipakai untuk menyebut cerita-cerita fiktif, di dalam Kitab Suci yang bersifat alegoris, untuk menyampaikan suatu kebenaran moral atau kebenaran spiritual. Fabel adalah suatu gaya metafora yang berbentuk cerita mengenai dunia binatang, binatang-binatang atau makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah-olah seperti manusia. Tujuan fabel seperti parabel ialah menyampaikan ajaran moral. Fabel menyampaikan suatu tingkah laku melalui analogi yang transparan dari tingkah-laku binatang, tumbuh-tumbuhan, atau makhluk yang tidak bernyawa. 4. Personifikasi atau Prosoppoeia Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara, seperti manusia (Keraf, 2009: 140). Personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak (Tarigan, 2013: 17). Berdasarkan pandangan ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa personifikasi merupakan gaya bahasa kiasan yang menggambarkan bendabenda mati seolah memiliki sifat atau bersikap seperti manusia. Contoh: -Jika Amerika Serikat dan negara-negara Barat mulai disengaged atau tidak melibatkan diri lagi atas konflik Suriah, bola ada di tangan Bashar al-assad,

48 33 Rusia, Iran, dan Turki. Susilo Bambang Yudhoyono, Kompas, 2 Januari 2017, paragraf 6. -Matahari baru saja kembali ke peraduannya, ketika kami tiba di sana (Keraf, 2009:140). Seperti halnya dengan simile dan metafora, personifikasi mengandung suatu unsur persamaan. Kalau metafora (sebagai istilah umum) membuat perbandingan dengan suatu hal yang lain, maka dalam penginsanan hal yang lain itu adalah benda-benda mati yang bertindak dan berbuat seperti manusia, atau perwatakan manusia. Pokok yang dibandingkan itu seolah-olah berwujud manusia, baik dalam tindak-tanduk, perasan, dan perwatakan manusia lainnya. 5. Alusi Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan persamaan antar orang, tempat, atau peristiwa. Biasanya, alusi ini adalah suatu referensi yang eksplisit atau implisit kepada peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, atau tempat dalam kehidupan nyata, mitologi, atau dalam karya-karya sastra yang terkenal (Keraf, 2009: 141). Sejalan dengan Keraf, tarigan mengemukakan bahwa gaya bahasa alusi atau kilatan adalah sejenis gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan anggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca, serta adanya kemampuan para pembaca untuk menangkap pengacuan itu (Tarigan, 2013: 124). Berdasarkan pandangan pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Alusi merupakan gaya bahasa yang mensugesti antara tempat, orang, atau peristiwa. Biasanya, alusi ini

49 34 adalah suatu referensi kepada peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, atau tempat dalam kehidupan nyata, mitologi, atau dalam karya-karya sastra yang terkenal. Contoh: -Misalnya dulu sering dikatakan bahwa Bandung adalah Paris Jawa. Demikian dapat dikatakan: Kartini kecil itu turut memperjuangkan persamaan haknya (Keraf, 2009:141). Ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk membentuk sebuah alusi yang baik, yaitu: 1. Harus ada keyakinan bahwa hal yang dijadikan alusi dikenal juga oleh pembaca; 2. Penulis harus yakin bahwa alusi itu membuat tulisannya menjadi lebih jelas; 3. Bila alusi itu menggunakan acuan yang sudah umum, maka usahakan untuk menghindari acuan semacam itu. Bila hal-hal di atas tidak diperhatikan maka acuan itu akan dianggap plagiat atau akan kehilangan vitalitasnya. 6. Eponim Eponim adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu (Keraf, 2009: 141). Sejalan dengan Keraf, Tarigan memaparkan bahwa gaya bahasa eponim adalah semacam gaya bahasa yang mengandung nama seorang yang sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu (Tarigan, 2013: 127). Berdasarkan pandangan pakar

50 35 tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa eponim adalah gaya bahasa yang menggunakan nama seseorang yang sering dihubungkan dengan sifat tertentu. Contoh: -Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan; Hellen dan Troya untuk menyatakan kecantikan (Keraf, 2009:141). 7. Epitet Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang (Keraf, 2009: 141). Sependapat dengan Keraf, Tarigan mengemukakan bahwa gaya bahasa epitet adalah semacam gaya bahasa yang mengandang acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau sesuatu (Tarigan, 2013: 128). Berdasarkan pandangan ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa epitet merupakan gaya bahasa yang menyatakan suatu sifat atau ciri dari suatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang. Contoh: -Lonceng pagi untuk ayam jantan -Putri malam untuk bulan (Keraf, 2009:141).

51 36 8. Sinekdoke Sinekdoke ialah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya, atau sebaliknya (Moeliono, 1984: 3 dalam Tarigan, 2013: 123). Sependapat dengan Moeliono, Keraf mengemukakan bahwa, gaya bahasa sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte) (Keraf, 2009: 142). Berdasarkan pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa sinekdoke merupakan gaya bahasa yang menggunakan sebagian dari suatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau menggunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian saja (totum pro parte). Contoh: -Bukti paling menonjol, sejak 2013, secara umum, pengadilan menjatuhkan vonis semakin hari makin ringan. Bahkan, akhir-akhir ini, vonis bagi mereka yang melakukan korupsi berada di kisaran dua tahun. Saldi Isra, Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 13. -Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp1000,- -Dalam pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia di Stadion Utama Senayan, tuan rumah menderita kekalahan 3-4 (Keraf, 2009:142). Bukti paling menonjol, sejak 2013, secara umum, pengadilan menjatuhkan vonis semakin hari makin ringan. Bahkan, akhir-akhir ini, vonis bagi mereka yang melakukan korupsi berada di kisaran dua tahun.

52 37 Saldi Isra, Kompas, 4 Januari 2017, paragraf Metonimia Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hala yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal, sebagai penggantinya (Moeliono, 1984: 3). Keraf berpendapat Bahwa gaya bahasa metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Hubungan itu dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang yang dimiliki, akibat untuk sebab, sebab untuk akibat, isi untuk menyatakan kulitnya, dan sebagainya. Metonimia dengan demikian adalah suatu bentuk dari sinekdoke (Keraf, 2009: 142). Berdasarkan pandangan pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa metonimia merupakan gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal yang lain, karena memiliki hubungan yang sangat dekat. Hubungan itu dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang yang dimiliki, akibat untuk sebab, sebab untuk akibat, dan sebagainya. Metonimia dengan demikian adalah suatu bentuk dari sinekdoke. Contoh: -Ialah yang menyebabkan air mata yang gugur (Keraf, 2009:142). -Dan seandainya saja Boeing belum menerapkan model rantai pasokan global dalam produksi Dreamliner-nya, barangkali ia juga akan dipaksa untuk melakukannya lebih cepat. Christopher Smart, Kompas, 10 Januari 2017, paragraf 12.

53 Antonomasia Antonomasia merupakan suatu bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epitet untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri (Keraf, 2009: 142). Sejalan dengan Keraf, Tarigan berpendapat bahwa gaya bahasa antonomasia adalah semacam gaya bahasa yang merupakan bentuk khusus dari sinekdoke yang berupa pemakaian sebuah epitet untuk menggantikan nama diri atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan gelar diri (Tarigan, 2013: 129). Berdasarkan pandangan pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa antonomasia adalah gaya bahasa yang berupa penggunaan gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri Contoh: -Yang Mulia tidak dapat menghadiri pertemuan ini (Keraf, 2009:142). - Dugaan korupsi yang dilakukan Bupati Klaten yang terkena operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) baru-baru ini dapat menjadi contoh gamblang. Djayadi Hanan, Kompas, 16 Januari 2017,_paragraf Hipalase Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa hipalase adalah suatu kebalikan dari suatu relasi alamiah antara dua komponen gagasan (Keraf, 2009:142). Sependapat dengan Keraf, Tarigan berpendapat bahwa gaya bahasa

54 39 hipalase adalah sejenis gaya bahasa yang menggunakan suatu kata tertentu untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata lain Tarigan (2013: 99). Berdasarkan pandangan ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa hipalase merupakan gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu digunakan untuk menjelaskan sebuah kata yang seharusnya digunakan pada sebuah kata yang lain. Misalnya: -Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah manusianya bukan bantalnya) (Keraf, 2009:142). 12. Ironi, Sinisme, dan Sarkasme Ironi diturunkan dari kata eironeia yang berarti penipuan atau pura-pura. Sebagai bahasa kiasan, ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Ironi merupakan suatu upaya literer yang efektif karena ia menyampaikan impresi yang mengandung pengekangan yang besar. Entah dengan sengaja atau tidak, rangkaian kata-kata yang dipergunakan itu mengingkari maksud yang sebenarnya. Sebab itu, ironi akan berhasil kalau pendengar juga sadar akan maksud yang disembunyikan di balik rangkaian kata-katanya. Contoh: -Tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya! (Keraf, 2009:143).

55 40 -Terkadang, dipergunakan juga istilah lain, yaitu sinisme yang diartikan sebagai suatu sindiran yang berbentuk ejekan (Keraf, 2009: 143). Contoh: -Jika ironi di atas diubah, maka akan dijumpai gaya yang lebih bersifat sinis. Contoh: -Tidak diragukan lagi bahwa Anda adalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan akan lenyap bersamamu! Dengan kata lain, sinisme adalah ironi yang lebih kasar sifatnya (Keraf, 2009:143). Sarkasme merupakan suatu sindiran yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Sarkasme adalah suatu acuan yang mengandung celaan. Sarkasme dapat saja bersifat ironis, dapat juga tidak, tetapi yang jelas adalah bahwa gaya ini selalu akan menyakiti hati dan tidak enak di dengar (Keraf, 2009: 143). Contoh: -Mulut kau harimau kau (Keraf, 2009:144). Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin menyampaikan sesuatu dengan makna atau maksud yang berbeda dari apa yang terkandung di dalamnya. Ironi akan berhasil jika pendengar juga sadar akan maksud yang disembunyikan di balik rangkaian kata-katanya. 13. Satire Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak perlu harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan secara etis atau estetis

56 41 (Keraf, 2009: 144). Berdasarkan pandangan pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Namun, bentuk ini tidak perlu harus bersifat ironis. Contoh: -Rasanya lucu kalau kita berharap lantai yang disapu bakal bersih, sementara sapu yang digunakan begitu kotornya. Bagaimana mungkin, kita berharap pabrik tahu bisa memproduksi keju mimpi kali. Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf Inuendo Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Ia menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan sering tampaknya tidak menyakitkan hati kalau dilihat sambil lalu (Keraf, 2009: 144). Berdasarkan pandangan pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa inuendo merupakan penggunaan gaya bahasa melalui sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Ucapan sindiran dalam inuendo sering kali tidak terlihat menyakitkan hati. Contoh: -Setiap kali ada pesta, pasti dia akan sedikit mabuk karena kebanyakan minum (Keraf, 2009:144). 15. Antifrasis Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau

57 42 kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya (Keraf, 2009: ). Sependapat dengan Keraf, Tarigan berpendapat bahwa antifrasis adalah gaya bahasa yang merupakan penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya (Tarigan, 2013: 76). Berdasarkan pandangan pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa antifrasis adalah gaya bahasa seperti ironi yang berupa penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Contoh: -Lihatlah sang raksasa telah tiba (maksudnya si Cebol) (Keraf, 2009:144). 16. Fun atau Paronomasia Paronomasia ialah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang berbunyi sama tetapi bermakna lain; kata-kata yang sama bunyinya tetapi artinya berbeda (Ducrot dan Todorov 1981: 278; Tarigan, 1985: 190). Fun Adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi. Ia merupakan permainan kata yang didasarkan pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan besar dalam maknanya (Keraf, 2009: 145). Berdasarkan pandangan pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa fun atau paronomasia adalah gaya bahasa kiasan dengan menggunakan kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan dalam makna sebenarnya. Contoh: -Tanggal dua gigi saya tanggal dua (Keraf, 2009:144).

58 Sendi Gaya Bahasa Pranowo (2009: 92) dalam teorinya mengenai kesantunan menegaskan bahwa, pemakaian gaya bahasa menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan pemakaian bahasa menjadi santun. Ia juga menegaskan bahwa gaya bahasa adalah optimalisasi pemakaian bahasa dengan cara-cara tertentu untuk mengefektifkan komunikasi. Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut: Kejujuran, sopan-santun, dan menarik (Keraf, 2009: 113). Jadi pengguna gaya bahasa diharapkan memperhatikan ketiga unsur tersebut jika mempergunakan gaya bahasa dalam berkomunikasi sehari-hari. Berikut ini akan diuraikan ketiga unsur yang harus diperhatikan dalam penggunaan gaya bahasa tersebut: 1. Kejujuran Hidup manusia hanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi sesamanya, kalau hidup itu dilandaskan pada sendi-sendi kejujuran. Kejujuran adalah suatu pengorbanan, karena kadang-kadang ia meminta kita melaksanakan sesuatu yang tidak menyenangkan diri kita sendiri. Kejujuran dalam bahasa berarti kita mengikuti aturan-aturan, kaidahkaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Pemakaian kata-kata yang kabur dan tidak terarah, serta penggunaan kalimat yang berbelit-belit, adalah jalan yang dapat mengundang ketidak jujuran. Dalam pembicaraan yang berbelit-belit, seolah pembicara ingin menyembunyikan pikirannya di balik rangkaian kata-kata yang kabur tersebut. Selain itu, pemakaian bahasa yang berbelit-belit menandakan

59 44 bahwa pembicara atau penulis tidak tahu apa yang akan dikatakannya. Ia mencoba menyembunyikan kekurangan di balik kata-kata hampa. Bahasa adalah alat berkomunikasi dengan orang lain di kehidupan sehari-hari jadi, penggunaannya haruslah secara tepat dengan memperhatikan aspek kejujuran. 2. Sopan-santun Sopan-santun adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara. Rasa hormat yang dimaksudkan di sini bukan berarti memberikan penghargaan atau menciptakan kenikmatan melalui kata-kata, atau menggunakan kata-kata yang indah untuk berbasa-basi dalam pergaulan. Rasa hormat dalam gaya bahasa memanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkatan. Menyampaikan sesuatu secara jelas berarti pembaca atau pendengar dapat memahami apa yang disampaikan penutur dengan cepat dan tidak membuangbuang waktu. Di samping itu, pembaca atau pendengar tidak perlu berlama-lama untuk membaca atau mendengar dengan panjang lebar, jika hal itu bisa diungkapkan dengan beberapa rangkai kata. Kejelasan dengan demikian akan di ukur dalam beberapa butir kaidah berikut, yaitu: a. Kejelasan dalam struktur gramatikal kata dan kalimat b. Kejelasan dalam korespondensi dengan fakta yang diungkapkan melalui katakata atau kalimat tersebut. c. Kejelasan dalam pengurutan ide secara logis. d. Kejelasan dalam penggunaan kiasan dan perbandingan. Kesingkatan sering jauh lebih efektif daripada jalinan yang berliku-liku. Kesingkatan dapat dicapai melalui usaha untuk mempergunakan kata-kata secara

60 45 efisien. Meniadakan penggunaan dua kata atau lebih yang bersinonim secara longgar, menghindari tautologi; atau menggunakan repetisi yang tidak perlu. 3. Menarik Pemakaian gaya bahasa haruslah menarik. Gaya bahasa yang menarik dapat diukur melalui beberapa komponen berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup, dan penuh daya khayal (imajinasi). Penggunaan variasi dapat menghindari monoton dalam nada, struktur dan pilihan kata. Humor yang sehat berarti gaya bahasa tersebut mengandung tenaga untuk menciptakan rasa gembira dan nikmat. Vitalitas dan daya khayal adalah pembawaan yang berangsur-angsur dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman Bahasa Jurnalistik Bahasa menempati posisi yang amat sentral di dalam sosok jurnalistik atau pers manapun. Pasalnya, semua hanya dapat terjadi, ketika para jurnalis dari media cetak itu dapat menggunakan bahasa dengan berbagai ragamnya sebagai peranti dasar dalam pemedianya. Media massa cetak tertentu mungkin saja memiliki label nasional, jangkauan pelanggan yang amat luas, terpercaya nama dan sangat terandal eksistensinya. Namun jika ditilik dari sisi cara pembahasannya, dan cara mempraktikkan aspek-aspek linguistik di dalamnya, maka belum tentu bahwa sosok media massa nasional semacam itu dapat mengungguli media massa-media massa lokal, yang bahasa jurnalistiknya benarbenar digarap dengan amat tekun, teliti, dan penuh dengan kesadaran, bahwa

61 46 media massa cetak itu merupakan salah satu peranti untuk mendidik dan mencerdaskan masyarakat dalam sebuah bangsa (Rahardi, 2011: 6-7). Rahardi dalam bukunya Bahasa Jurnalistik mengemukakan ada lima ciri hal mendasar yang harus diperhatikan oleh seorang jurnalis sejati dan para calon jurnalis. Kelima ciri tersebut akan dipaparkan sebagai berikut: a. Komunikatif Ciri khas dari bahasa jurnalistik adalah tidak berbelit-belit, tidak berbungabunga harus terus langsung pada pokok permasalahannya (straigt to the point). Jadi, bahasa jurnalistik harus lugas, sederhana, tepat diksinya, dan menarik sifatnya. Bahasa jurnalistik yang memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut, akan menjadi bahasa yang komunikatif, bahasa yang tidak mudah menimbulkan salah paham, bahasa yang tidak mudah menimbulkan tafsir ganda, dan bahasa yang akan dicintai atau digemari massa. b. Spesifik Bahasa jurnalistik harus disusun dengan kalimat yang singkat-singkat atau pendek-pendek. Bentuk-bentuk kebahasaan yang sederhana, mudah diketahui oleh orang kebanyakan, dan gampang dimengerti oleh orang awam, harus senantiasa atau dikedepankan dalam bahasa jurnalistik. Jadi, kata-kata yang muncul mesti spesifik sifatnya dan denotatif maknanya, sehingga tidak dimungkinkan terjadi tafsir makna yang ganda. c. Hemat Kata Bahasa jurnalistik memegang teguh prinsip ekonom bahasa atau ekonomi kata. Bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan dalam bahasa jurnalistik sedapat

62 47 mungkin berciri minim karakter kata atau sedikit jumlah hurufnya. Preferensi jurnalis harus mengarah pada bentuk-bentuk kata bersinonim yang lebih sederhana dan singkat bentukya, serta lebih sedikit jumlah huruf atau karakternya, bukan pada bentuk-bentuk yang lebih panjang. d. Jelas Makna Di dalam bahasa jurnalistik, sedapat mungkin digunakan kata-kata yang bermakna denotatif, (kata yang mengandung makna sebenarnya), bukan kata-kata yang bermakna konotatif. Penghalusan bentuk kebahasaan (eufemisme), justru dapat dipandang sebagai pemborosan kata di dalam bahasa jurnalistik. e. Tidak Mubazir dan Tidak Klise Bentuk mubazir menunjuk pada kata atau frasa yang sebenarnya dapat dihilangkan dari kalimat yang menjadi wadahnya, dan peniadaan kata-kata terebut tidak mengubah arti atau maknanya. Kata-kata klise atau stereotype ialah kata yang berciri memenatkan, melelahkan, membosankan, terus hanya begitu-begitu saja, tidak ada inovasi, tidak ada variasi, hanya mengulang-ulang ketelanjuran. Kata yang demikian lazim disebut dengan tiring word. Bahasa jurnalistik harus menghindari itu semua, demi maksud kejelasan, demi maksud kelugasan, dan demi ketajaman penyampaian ide atau gagasan. Sumadiria (2005: 53) mengemukakan bahwa, ciri utama bahasa jurnalistik di antaranya sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah serta etika bahasa baku. Di bawah ini akan dijelaskan satu-persatu ciri utama bahasa jurnalistik menurut Sumadiria.

63 48 a. Sederhana Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca. Kata dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh sebagian orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik. b. Singkat Singkat berarti langsung kepada pokok permasalahan, tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak membuang waktu pembaca yang sangat berharga. Ruangan yang tersedia pada kolom-kolom halaman surat kabar, tabloid, atau majalah sangat terbatas, sementara isinya banyak dan beraneka ragam. c. Padat Menurut Patmono SK, redaktur senior Sinar Harapan dalam buku Teknik Jurnalistik (1996: 45), padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat yang singkat dan kalimat padat. Kalimat yang singkat tidak berarti memuat banyak informasi. Tetapi kalimat yang padat, kecuali singkat juga mengandung lebih banyak informasi. d. Lugas Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi. Kata yang lugas

64 49 selalu menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut. e. Jelas Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Sebagai contoh, hitam adalah warna yang jelas. Putih adalah warna yang jelas. Ketika kedua makna itu disandingkan, maka terdapat perbedaan yang tegas mana yang disebut hitam, mana pula yang disebut putih. Perbedaan warna hitam dan putih melahirkan kesan kontras. Jelas di sini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya sesuai dengan SPOK, dan jelas sasaran atau maksudnya. f. Jernih Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. Hanya dengan pola pikir positif kita dapat melihat semua fenomena dan persoalan yang terdapat dalam masyarakat dan pemerintahan dengan kepala dingin, hati jernih, dada lapang. Pers dimanapun tidak diarahkan untuk membenci siapapun. Pers ditakdirkan untuk menunjukkan sekaligus mengingatkan tentang kejujuran, keadilan, kebenaran, kepentingan rakyat. g. Menarik Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca. Memicu selera baca. Membuat orang

65 50 yang sedang tidur terjaga seketika. Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip: menarik, benar, dan baku. h. Demokratis Salah satu ciri yang menonjol dari bahasa jurnalistik adalah demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa. Bahasa jurnalistik memperlakukan siapapun, baik itu presiden, guru, karyawan, maupun tukang becak, pengemis, dan pemulung secara sama. Kalau dalam berita disebutkan presiden mengatakan, maka kata mengatakan harus diganti dengan bersabda. Presiden dan pengemis, keduanya tetap harus ditulis mengatakan. Bahasa jurnalistik menolak pendekatan diskriminatif dalam penulisan berita, laporan, gambar, karikatur, atau bahkan teks foto sekalipun. j. Mengutamakan Kalimat Aktif Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Sebagai contoh presiden mengatakan, bukan dikatakan oleh presiden. Contoh lain, pencuri mengambil perhiasan dalam lemari pakaian, dan bukan diambilnya perhiasan itu oleh dari dalam lemari pakaian oleh pencuri. Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas tingkat pemahaman. k. Menghindari Kata atau Istilah Teknik Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai

66 51 membuat kepala berdenyut. Salah satu cara untuk itu ialah dengan cara menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis. Sebagai contoh, berbagai istilah teknis dalam dunia kedokteran atau mikrobiologi, tidak akan bisa dipahami maksudnya oleh khalayak pembaca apabila dipaksakan dimuat dalam berita, laporan, atau tulisan pers. Supaya mudah dicerna dan dipahami maksudnya, maka istilah-istilah teknis itu harus diganti dengan istilah yang bisa dipahami oleh masyarakat umum. Kalaupun tak terhindarkan, maka istilah teknis tersebut harus disertai penjelasan dan ditempatkan dalam tanda kurung. l. Tunduk Kepada Kaidah dan Etika Bahasa Baku Sala satu fungsi utama pers adalah edukasi. Fungsi ini bukan saja harus tercermin pada materi ini berita, laporan, gambar, dan artikel-artikelnya. Melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Bahasa pers merujuk pada bahasa baku. Bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang menyertainya. Pers-pers berkualitas senantiasa menjaga reputasi dan wibawa martabatnya di mata masyarakat, antara lain dengan senantiasa menghindari penggunaan katakata atau istilah yang diasumsikan tidak sopan, vulgar, atau mengumbar selera rendah. Kata-kata vulgar, kata-kata yang menjurus pornografi, biasanya lebih banyak ditemukan pada pers populer lapis bawah dan pers kuning

67 Artikel Opini di Media Massa Artikel opini adalah tulisan lepas yang berisi opini seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau kontroversi dengan tujuan untuk memberi tahu (informatif), memengaruhi dan meyakinkan atau juga bisa menghibur bagi pembacanya (bersifat recreative). Selain itu artikel opini tidak terikat dengan berita atau laporan tertentu, Sa ud (dalam Kuncoro, 2009: 32). Akan tetapi, tidak serta-merta dapat dikatakan bahwa artikel yang memenuhi dua kriteria yaitu aktual dan kontroversial pasti akan dapat di muat di media massa. Tentu saja, banyak pertimbangan yang perlu dibuat oleh redaksi, misalnya saja apakah tulisan yang bertema serupa pernah muncul, baik oleh penulis itu sendiri maupun oleh penulis yang lain. Demikian juga, sekalipun masalah yang diangkat cukup aktual dan kontroversial, apakah tulisan opini itu memberikan argumen-argumen yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Hendaknya pula argumen-argumen yang harus dibuat logis itu didahului oleh sajian data/fakta yang cukup mendasar. argumen-argumen itu juga harus diikuti dengan alternatif-alternatif solusi yang benar-benar baik. Rahardi, (2012: 29). Artikel opini berbeda dengan berita. Berita berlandaskan ada fakta, sedangkan opini merupakan asil ide, gagasan, dan pendapat penulis, Sagiya (dalam Kuncoro, 2009: 32). Secara garis besar, artikel opini yang dimuat dalam surat kabar dan majalah berita, dibagi menjadi dua jenis, yakni opini umum dan opini khusus.

68 53 Artikel opini umum ditulis oleh masyarakat umum, dari mana dan oleh siapa saja, yang dikirim ke redaksi media massa untuk dipublikasikan. Artikel opini khusus ditulis oleh orang-orang khusus, baik orang dalam media itu maupun orang luar. Artikel opini khusus terdiri atas beberapa jenis, antara lain editorial, esai, kolom, dan resensi. Yohanes Sehandi (Suara Uniflor, Flores Pos, Sabtu, 14 Maret 2015). Ketika membaca surat kabar harian kita seringkali menjumpai suatu tulisan artikel yang bukan ditulis oleh orang dari redaksi harian itu sendiri. kita mengetahui secara langsung artikel itu bukan merupakan tulisan orang dari dalam redaksi karena terdapat informasi mengenai identitas sang penulis artikel di dalam kolom artikel tersebut. Identitas yang tercantum biasanya seperti nama, alamat instansi, atau profesi sang penulisnya. Tulisan yang kita jumpai itu disebut dengan artikel opini atau opini. Artikel opini atau opini adalah tulisan lepas yang dibuat seseorang lazimnya bukan orang yang berada dalam redaksi media yang bersangkutan-untuk mengupas masalah aktual dan/atau masalah kontroversial tertentu (Kuncoro, 2009). Jadi suatu tulisan opini dapat ditulis oleh siapa saja kecuali orang di dalam redaksi, tulisan itu harus memperhatikan hal yang kontroversial dalam kehidupan sehari-hari. Artikel atau opini adalah tulisan yang berisi pendapat pribadi atau kelompok yang ditulis secara bebas tentang suatu peristiwa. Dikatakan bebas, karena setiap orang, dari berbagai latar belakang yang berbeda: dari masyarakat biasa, golongan terpelajar, agamawan, budayawan, seniman, politisi dan yang lain, bebas menulis suatu kejadian, tapi diutamakan tema-tema aktual yang sedang terjadi atau kiranya menarik diperbincangkan publik.

69 54 Hal mendasar lain yang harus diketahui dalam rangka penulisan artikel opini adalah artikel itu haruslah berfokus pada pendapat pribadi penulis dan berisi argumen-argumen yang logis, dan juga berisi pemikiran kritis terhadap masalah aktual dan/atau kontroversial itu. (Adrianto, 2011: 52) Jadi suatu artikel opini juga harus berfokus atau mengutamakan argumen penulisnya. Argumen-argumen haruslah kritis terhadap masalah yang ditanggapi penulis. Berdasarkan pandangan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa artikel opini adalah artikel yang dibuat oleh seseorang atau kelompok dari latar belakang yang berbeda dan luar redaksi yang bersangkutan untuk mengupas hal-hal yang aktual dan kontroversial, dalam penulisannya haruslah berfokus pada pendapat pribadi penulis dan berisi argumen-argumen yang logis, serta berisi pemikiran kritis terhadap masalah aktual dan kontroversial yang dibahas.

70 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2013:15) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive. Teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang ditempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Pendekatan kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peneliti akan menganalisis pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Sumber Data dan Data Penelitian Sumber data adalah subjek tempat data diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Sumber data menjadi titik mula munculnya penelitian. Sumber data dalam penelitian ini merupakan artikel opini surat kabar Kompas edisi Januari Artikel opini harian Kompas edisi Januari 2017 dalam 55

71 56 penelitian ini diperoleh dari sumber online yaitu portal resmi milik harian Kompas dengan alamat situs Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer atau data utama yang diambil dari sumber data. Sebagaimana ditulis oleh Sudaryanto (2015: 222) menyatakan bahwa data utama adalah data yang dianalisis sehingga objek yang mengandung masalah dapat dikuakan masalahnya dan dapat dipahami ihwalnya. Data dalam penelitian ini berupa kalimat dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari 2017 yang menggunakan pemanfaatan gaya bahasa. 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan cara menyimak atau metode simak. Metode simak atau penyimakan dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Ini dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi dalam ilmu sosial, khususnya antropologi (Sudaryanto, 2015: 203). Metode simak atau penyimakan yang cocok dengan penelitian ini adalah metode simak bebas libat cakap. Dalam metode simak bebas libat cakap, peneliti tidak terlibat dialog, konvensi, atau imbal wicara, jadi tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang saling berbicara (Sudaryanto, 2015: ). Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tulis (Mahsun 2007: 92). Peneliti saat ini melakukan penelitian dengan penggunaan bahasa secara tertulis, maka dalam penyadapan peneliti menggunakan teknik catat sebagai gandengan

72 57 teknik simak bebas libat cakap yaitu mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi peneliti dan pengguna bahasa tertulis tersebut (Mahsun, 2007: 93-94). Sudaryanto (2015: 205) menjelaskan bahwa metode catat yaitu proses pencatatan pada kartu. Dalam proses penelitian ini, metode simak bebas libat cakap membutuhkan metode catat untuk mencatat atau menyimpan data, peneliti mencatat data dalam kartu data. Pencatatan data dapat dilakukan langsung pada file laptop. Data dalam penelitian ini berupa kalimat-kalimat yang di dalamnya terdapat pemanfaatan gaya bahasa. Berdasarkan metode bebas libat cakap dan teknik catat, maka prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu peneliti mengumpulkan soft file artikel opini edisi Januari 2017 yang diambil dari salah satu produk Kompas online yang diikuti peneliti, peneliti mengelompokkan artikel berdasarkan tanggal terbitnya, peneliti mencetak artikel yang sudah dikelompokkan, peneliti membaca dan menggaris bawahi serta memberi tanda pada kalimat yang menggunakan pemanfaatan gaya bahasa, peneliti menganalisis makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa, kemudian peneliti menginput data yang ditemukan ke dalam kolom yang dibuat pada file laptop. 3.4 Metode dan Teknik Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode agih. Dalam metode agih, cara yang digunakan pada awal analisis data ialah membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur. Daya bagi yang dimaksud di sini adalah daya bagi yang sifatnya intuitif atau hati nurani. Sudaryanto (2015: 37). Penerapan metode agih pada penelitian ini adalah untuk

73 58 menganalisis dan mengelompokkan suatu gaya bahasa termasuk ke dalam jenis tertentu. Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat dipresentasikan semuanya kepada orang lain (Bogdan & Biklen dalam Syamsyudin, 2015:110). Selanjutnya, Bogdan dan Biklen menjelaskan bahwa analisis data melibatkan pengerjaan organisasi data, pemilihan menjadi satuansatuan tertentu, sintesis data, pelacakan pola, penemuan hal-hal yang penting dan dipelajari, dan penentuan apa yang harus dikemukakan kepada orang lain. Teknik analisis dalam penelitian ini, menggunakan teknik analisis baca markah. Pemarkah menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu; kemampuan membaca pemarkah atau petunjuk itu berarti kemampuan untuk menentukan kejatian yang dimaksud (Sudaryanto, 2015: 129). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik baca markah untuk melihat penanda di dalam suatu kalimat yang menunjukkan kriteria gaya bahasa tertentu. Berdasarkan latar pemikiran tersebut maka teknik analisis yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Peneliti menganalisis pemanfaatan gaya bahasa dalam kalimat di artikel opini harian Kompas edisi Januari Peneliti menganalisis dengan memperhatikan penanda atau ciri-ciri gaya bahasa. 3. peneliti menganalisis makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari 2017.

74 59 4. Peneliti memasukan data ke dalam tabel atau tabulasi data 5. Peneliti menunjukkan bukti yang dapat memperjelas kriteria sebuah elemen menunjukkan suatu gaya bahasa tertentu dalam artikel opini. 5.3 Triangulasi Data Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006:330). Berdasarkan pendapat Moleong dapat disimpulkan bahwa triangulasi merupakan suatu proses untuk menguji suatu data dengan memerlukan suatu ahli atau menggunakan metode tertentu agar data tersebut teruji keabsahannya serta peneliti lebih memahami apa yang diteliti. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi penyidik. Dalam triangulasi penyidik ini, adanya penyidik yang turut memeriksa hasil pengumpulan data dan tabulasi data yang telah diperoleh serta telah dianalisis oleh peneliti. Peneliti mempercayakan Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. sebagai penyidik triangulasi ini. Penyidik akan memeriksa dan memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data yang telah dilakukan oleh peneliti.

75 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini terbagi dalam tiga bagian. Bagian pertama, deskripsi data penelitian gaya bahasa dalam artikel opini di harian Kompas edisi Januari Bagian kedua adalah analisis data pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini harian Kompas. Bagian ketiga adalah pembahasan hasil analisis yang akan mendeskripsikan pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Deskripsi Data Sumber data penelitian ini adalah 25 artikel opini dari harian Kompas. Artikel opini terbit dari hari Senin sampai Sabtu, kecuali hari libur. Dalam satu hari, artikel yang diterbitkan harian Kompas sebanyak 4-5 judul artikel. Peneliti memilih 1 judul artikel opini per harinya untuk dijadikan sumber data. Data penelitian ini berupa kalimat yang mengandung gaya bahasa. Gaya bahasa yang digunakan dalam artikel opini ini berjumlah 11 jenis gaya bahasa. Kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam penelitian ini berjumlah 68 kalimat. Rincian jenis gaya bahasa tersebut sebagai berikut. Gaya bahasa metafora 19 buah, personifikasi 12 buah, eufemisme 7 buah, hiperbola 7 buah, satire 2 buah, simile 10 buah, antonomasia 3 buah, metonimia 2 buah, sinekdoke 2 buah, asonansi 1 buah, dan erotesis 3 buah. Dalam Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa. Peneliti menemukan 12 makna yang muncul dari penggunaan gaya bahasa dalam kalimat 60

76 61 oleh penulis artikel opini. Dua belas makna yang ditemukan sebagai berikut. Menyampaikan pendapat, mengkritik, memberikan penjelasan, menunjukkan situasi, memperingatkan, menginisialkan, mempersingkat kalimat, menyatakan keinginan, memperhalus kalimat, melebih-lebihkan suatu pernyataan, memperindah bunyi, dan mempengaruhi pembaca. Berikut ini adalah contoh data yang terdapat dalam artikel opini harian Kompas tanggal 2 Januari Kawasan Asia dengan motor penggerak Tiongkok juga masih akan mengalami tekanan kendati ekonomi ASEAN diperkirakan akan lebih baik. Penulis: Susilo Bambang Yudhoyono, Kompas, 2 Januari 2017, paragraf 13. Data di atas merupakan data yang di dalamnya mengandung gaya bahasa, yaitu gaya bahasa metafora. Penunjuk gaya bahasa metaforanya adalah pada frasa motor penggerak. Frasa motor penggerak pada kalimat di atas dianalogikan dengan kedudukan Tiongkok sebagai negara yang berpengaruh besar terhadap perekonomian ASEAN. Dalam KBBI motor penggerak memiliki arti mesin yang menjadi tenaga penggerak, seperti pompa air, mesin motor, dan sebagainya. pada kalimat di atas, motor penggerak memiliki arti, negara tiongkok memegang kendali atau berpengaruh besar terhadap perekonomian ASEAN. Makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa di atas adalah makna menyampaikan pendapat. Dalam KBBI pendapat berarti pikiran atau anggapan. Hal ini ditunjukkan oleh pemikiran penulis yang di sampaikan melalui kalimat di atas mengenai Kawasan Asia dengan motor penggerak Tiongkok juga masih akan mengalami tekanan kendati ekonomi ASEAN diperkirakan akan lebih baik. Penelitian ini akan memaparkan mengenai jenis gaya bahasa yang digunakan serta

77 62 makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Hasil Analisis Data Sub bab ini membahas hasil analisis pemanfaatan gaya bahasa pada artikel opini harian Kompas edisi Januari Analisis pemanfaatan gaya bahasa dilakukan untuk menemukan gaya bahasa apa saja yang digunakan dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari 2017, serta mereinterpretasikan makna dari penulis menggunakan gaya bahasa jenis tertentu dalam tulisan opininya. Pada bagian ini diberikan masing- masing beberapa contoh pemanfaatan gaya bahasa dan maknanya. Analisis selengkapnya akan terlampir Jenis Gaya Bahasa Dalam artikel opini yang peneliti analisis, peneliti menemukan 11 jenis gaya bahasa yang meliputi gaya bahasa metafora, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa satire, gaya bahasa simile, gaya bahasa antonomasia, gaya bahasa metonimia, gaya bahasa sinekdoke, gaya bahasa eufemisme, gaya bahasa hiperbola, gaya bahasa asonansi, dan gaya bahasa erotesis. Berikut akan diberikan masing-masing contoh analisisnya Gaya Bahasa Metafora Kalimat yang mengandung gaya bahasa metafora dalam artikel opini yang dianalisis berjumlah 19 buah. Kalimat yang disajikan di sini berjumlah 3 kalimat dan disertai analisisnya.

78 63 1) Kawasan Asia dengan motor penggerak Tiongkok juga masih akan mengalami tekanan kendati ekonomi ASEAN diperkirakan akan lebih baik. Penulis: Susilo Bambang Yudhoyono (Kompas, 2 Januari 2017, paragraf 13). 2) Kepiawaian operator lapangan dalam mengadu domba antarkelompok masyarakat Indonesia, khususnya Jawa. Surip Kadi (Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 5). 3) Pak Harto kemudian berhasil mengantar negeri ini bersiap diri untuk tinggal landas, sangat disayangkan sial tak bisa dielakkan, di penghujung tahun 1997 dunia mengalami krisis moneter akibat gelembung (bubble) ekonomi. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 7). Penunjuk gaya bahasa metafora pada kalimat pertama adalah pada frasa motor penggerak. Suatu pengaruh yang besar dimiliki oleh tiongkok di samakan dengan motor penggerak. Menurut Keraf (2009: 139) metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tidak menggunakan kata: seperti, bak, bagaikan, dan sebagainya. Penunjuk gaya bahasa metafora pada kalimat kedua adalah pada frasa Mengadu domba. Suatu tindakan provokatif disamakan dengan mengadu domba. Menurut Keraf (2009: 139), metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tidak menggunakan kata: seperti, bak, bagaikan, dan sebagainya. Penunjuk gaya bahasa metafora dalam kalimat ketiga adalah pada frasa Tinggal landas. Tinggal landas disamakan dengan kemajuan yang dialami oleh Indonesia. Menurut Keraf (2009: 139), metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tidak menggunakan kata: seperti, bak, bagaikan, dan sebagainya.

79 Gaya Bahasa Personifikasi Kalimat yang mengandung gaya bahasa personifikasi dalam artikel opini yang dianalisis berjumlah 12 buah. Kalimat yang disajikan di sini berjumlah 3 kalimat. 1) Jika Amerika Serikat dan negara-negara Barat mulai disengaged atau tidak melibatkan diri lagi atas konflik Suriah, bola ada di tangan Bashar al-assad, Rusia, Iran, dan Turki. Penulis: Susilo Bambang Yudhoyono (Kompas, 2 Januari 2017, paragraf 6). 2) Demo 4 November dan 2 Desember 2016 kembali menampilkan wajah baru peradaban Indonesia sekaligus menyelamatkan negeri ini dari stigma Islam yang menakutkan. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 3). 3) Ibarat labirin, korupsi menjadi virus perusak yang terus membelit dan melilit sekujur tubuh Indonesia. Penulis: Saldi Isra (Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 1). Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kalimat pertama adalah pada kata tangan. Menurut Keraf (2009: 140) gaya bahasa personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Rusia, Iran, dan Turki diibaratkan seperti manusia yang memiliki tangan untuk memegang sebuah bola. Dalam KBBI tangan berarti anggota badan dari siku sampai ke ujung jari. Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kalimat kedua adalah pada kata wajah. Menurut Keraf (2009: 140) gaya bahasa personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Dalam hal ini,

80 65 Indonesia diibaratkan seperti manusia yang memiliki wajah. Dalam KBBI wajah berarti bagian depan dari kepala. Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kalimat ketiga adalah pada kata tubuh. Indonesia diibaratkan seperti manusia yang memiliki tubuh. dalam KBBI tubuh berarti keseluruhan jasad manusia atau binatang yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut. Menurut Keraf (2009: 140) gaya bahasa personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan bendabenda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifatsifat kemanusiaan Gaya Bahasa Satire Kalimat yang mengandung gaya bahasa satire dalam artikel opini yang dianalisis berjumlah 2 buah. Di bawah ini disajikan kalimat serta penunjuk dari gaya bahasa satire tersebut. 1) Rasanya lucu kalau kita berharap lantai yang disapu bakal bersih, sementara sapu yang digunakan begitu kotornya. Bagaimana mungkin, kita berharap pabrik tahu bisa memproduksi keju mimpi kali. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 21). 2) Bagaimana mungkin rakyat dengan modal sendiri dan kalau rugi ditanggung sendiri harus tender melawan BUMN yang kalau rugi ditanggung negara. Di mana keadilan, kalau macan dan kambing dalam satu kandang? Penulis: Surip Kadi (Kompas, 19 Januari 2017, paragraf 20). Penunjuk gaya bahasa satire dalam kalimat ketiga adalah ungkapan Rasanya lucu kalau kita berharap lantai yang disapu bakal bersih, sementara sapu yang digunakan begitu kotornya. Dalam kalimat ini terdapat ungkapan yang

81 66 menertawakan sesuatu dengan cara mengkritik dengan sindiran. Ungkapan di atas bermaksud menyindir aparat penegak hukum di Indonesia yang menerima suap. Meurut Keraf (2009: 144) gaya bahasa satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah untuk diadakannya perbaikan. Penunjuk gaya bahasa satire dalam kalimat kedua adalah pada ungkapan Di mana keadilan, kalau macan dan kambing dalam satu kandang? Ungkapan ini menyindir pemerintah yang hanya memperhatikan BUMN dan tidak memperdulikan pengusaha kecil. Keraf (2009: 144) gaya bahasa satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah untuk diadakannya perbaikan Gaya Bahasa Simile Kalimat yang mengandung gaya bahasa simile dalam artikel opini yang dianalisis berjumlah 10 buah. Kalimat yang disajikan di sini berjumlah 2 kalimat. 1) Ibarat labirin, korupsi menjadi virus perusak yang terus membelit dan melilit sekujur tubuh Indonesia. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 1). 2) Bagi mereka yang menerima kebenaran ungkapan ini, korupsi dipandang semacam pelumas bergeraknya roda pembangunan. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 8). Penunjuk gaya bahasa simile pada kalimat pertama adalah, korupsi diibaratkan seperti sebuah labirin. Dalam KBBI labirin berarti tempat yang penuh dengan jalan dan lorong yang berliku-liku dan simpang siur. Menurut Tarigan

82 67 (2009: 138). Gaya bahasa simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Gaya bahasa simile membutuhkan kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, dan sebagainya. Penunjuk gaya bahasa simile dalam kalimat kedua adalah, frasa semacam pelumas. Korupsi diibaratkan seperti pelumas. Dalam KBBI pelumas berarti minyak kental yang digunakan untuk melicinkan. Menurut Tarigan (2009: 138) Gaya bahasa simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Maka simile membutuhkan kata: seperti, semacam, sama, sebagai, bagaikan, dan sebagainya Gaya Bahasa Antonomasia Kalimat yang mengandung gaya bahasa antonomasia dalam artikel opini yang dianalisis berjumlah 3 buah. Di bawah ini disajikan kalimat serta penunjuk dari gaya bahasa antonomasianya. 1) Kenaikan itu, misalnya, berasal dari operasi tangkap tangan (OTT) KPK terhadap salah seorang deputi Badan Keamanan Laut dan seorang pejabat eselon III Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Penulis: Saldi Isra (Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 3). 2) Dugaan korupsi yang dilakukan Bupati Klaten yang terkena operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) baru-baru ini dapat menjadi contoh gamblang. Penulis: Djayadi Hanan (Kompas, 16 Januari 2017, paragraf 3). 3) Presiden berpendapat bahwa sebaiknya kita meninggalkan penggunaan dollar AS dan menggantinya dengan yuan atau renminbi sebagai tolok ukur. Penulis: J Soedradjad Djiwandono (Kompas, 5 Januari 2017, paragraf 2).

83 68 Penunjuk gaya bahasa antonomasia dalam kalimat pertama adalah penggunaan gelar Badan Keamanan Laut dan seorang pejabat eselon III Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Menurut Keraf, (2009: 142) gaya bahasa antonomasia merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri dengan gelar resmi. Penunjuk gaya bahasa antonomasia dalam kalimat kedua adalah penggunaan jabatan pengganti nama: Bupati Klaten. Bupati Klaten Merupakan gelar pengganti nama orang yang terkena OTT oleh KPK. Menurut Keraf, (2009: 142) gaya bahasa antonomasia merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri dengan gelar resmi. Penunjuk gaya bahasa antonomasia dalam kalimat ketiga adalah penggunaan nama jabatan pengganti nama: Presiden. Presiden merupakan penggunaan gelar pengganti nama untuk orang yang mengemukakan pendapat dalam kalimat tersebut. Menurut Keraf, (2009: 142) gaya bahasa antonomasia merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri dengan gelar resmi Gaya Bahasa Metonimia Kalimat yang mengandung gaya bahasa Metonimia dalam artikel opini yang dianalisis berjumlah 3 buah. Kalimat yang disajikan di sini berjumlah 2 kalimat. 1) Presiden berpendapat bahwa sebaiknya kita meninggalkan penggunaan dollar AS dan menggantinya dengan yuan atau renminbi

84 69 sebagai tolok ukur. Penulis: J Soedradjad Djiwandono (Kompas, 5 Januari 2017, paragraf 2). 2) Dan seandainya saja Boeing belum menerapkan model rantai pasokan global dalam produksi Dreamliner-nya, barangkali ia juga akan dipaksa untuk melakukannya lebih cepat. Penulis: Christopher Smart (Kompas, 10 Januari 2017, paragraf 12). Penunjuk gaya bahasa metonomia dalam kalimat pertama adalah yuan atau renminbi. Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal untuk penggantinya (tarigan, 2013: 230). Dalam kalimat tersebut nama mata uang China bertautan dengan Yuan atau Renminbi. Penunjuk gaya bahasa metonimia dalam kalimat kedua adalah kata Boing. Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal untuk penggantinya (Tarigan, 2013: 230). Dalam kalimat tersebut nama sebuah perusahan pesawat bertautan dengan Boeing Gaya Bahasa Sinekdoke Kalimat yang mengandung gaya bahasa sinekdoke dalam artikel opini yang dianalisis berjumlah 2 buah. Berikut ini disajikan kalimat serta penunjuk dari gaya bahasa sinekdokenya. 1) Bukti paling menonjol, sejak 2013, secara umum, pengadilan menjatuhkan vonis semakin hari makin ringan. Bahkan, akhir-akhir ini, vonis bagi mereka yang melakukan korupsi berada di kisaran dua tahun. Penulis: Saldi Isra (Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 13).

85 70 2) Bagi masyarakat Barat, karakter Trump yang ceplas-ceplos, kurang sensitif, anti intelektual, patriarkis, narsis, dan Islamophobia. Penulis: Dinna Wisnu (Kompas, 20 Januari 2017, paragraf 5). Penunjuk gaya bahasa sinekdoke dalam kalimat pertama adalah kata pengadilan. Menurut Keraf (2009: 142) gaya bahasa sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). Kata pengadilan dalam kalimat tersebut menggunakan majas sinekdoke Totem Pro Parte. Pengadilan dapat berarti semua majelis dan perangkat di dalam lembaga peradilan, pengadilan mewakili hakim, karena hakimlah yang menjatuhkan vonis di dalam pengadilan. Penunjuk gaya bahasa sinekdoke dalam kalimat kedua adalah frasa masyarakat Barat. Frasa masyarakat barat dapat berarti semua masyarakat di daerah barat. Akan tetapi di dalam kalimat ini masyarakat barat digunakan untuk mewakili satu negara saja yaitu Amerika Serikat. Menurut Keraf (2009: 142), gaya bahasa sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte) Gaya Bahasa Eufemisme Kalimat yang mengandung gaya bahasa eufemisme dalam artikel opini yang dianalisis berjumlah 7 buah. Kalimat yang disajikan di bawah ini berjumlah 3 kalimat.

86 71 1) Namun, Filipina bukanlah negara penentu, sungguh pun negeri itu berada di garis depan konflik. Penulis: Susilo Bambang Yudhoyono (Kompas, 2 Januari 2017, paragraf 10). 2) Kendati dalam forum global, seperti G-20 dan APEC, semua pemimpin beretorika menolak proteksionisme, kenyataannya kebijakan yang proteksionis di sana-sini masih dianut. Penulis: Susilo Bambang Yudhoyono (Kompas, 2 Januari 2017, paragraf 29). 3) Besarnya desakan warga negara, khususnya kaum ibu-ibu yang anaknya gugur atau cacat dalam perang di Vietnam. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 5). Penunjuk gaya bahasa eufemisme dalam kalimat pertama adalah frasa garis depan. Eufemisme menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik eufemisme (euphemism) adalah pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau tabu. Penunjuk gaya bahasa eufemisme dalam kalimat kedua adalah kata beretorika. Penggunaan kata beretorika lebih halus daripada menggunakan kata berbicara dalam konteks kalimat tersebut. Menurut Keraf (2009: 132), gaya bahasa eufemisme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik. Sebagai gaya bahasa eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang atau ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan yang mungkin dirasa menghina. Penunjuk gaya bahasa eufemisme dalam kalimat ketiga terdapat dalam kata gugur. Penggunaan kata gugur dirasa lebih halus dari pada penggunaan kata mati. Biasanya kata gugur digunakan untuk pahlawan yang wafat di medan perang. Menurut Keraf (2009: 132), gaya bahasa eufemisme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik.

87 72 Sebagai gaya bahasa eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang atau ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan yang mungkin dirasa menghina Gaya Bahasa Hiperbola Kalimat yang mengandung gaya bahasa hiperbola dalam artikel opini yang dianalisis berjumlah 7 buah. Kalimat yang disajikan di sini berjumlah 3 kalimat. 1) Saat-saat kritis telah kita lewati, bagaimana mungkin gara-gara seorang Basuki, eksistensi kita sebagai negara bangsa nyaris tercabikcabik. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 3). 2) Lebih dari itu, keberanian dan ketulusan Presiden Joko Widodo yang hadir untuk shalat berjemaah bersama jutaan umat Islam di Monas telah membalik keadaan dari kekhawatiran bakal terjadi tragedi dan malapetaka menjadi berkah yang tak ternilai harganya. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 4). 3) Maka, sesungguhnya ada atau tidak ada kasus penistaan agama oleh Basuki, niscaya suhu politik dan keamanan akan mengalami gonjangganjing untuk menggoyang pemerintahan Jokowi. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 15). Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kalimat pertama adalah kata tercabik-cabik. Makna yang berlebih-lebihan pada kalimat tersebut ada pada penggunaan kata tercabik-cabik. Menurut Keraf (2009: 135) gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal. Dalam hal ini, tidak mungkin sebuah bangsa bisa tercabik-cabik layaknya daging.

88 73 Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kalimat kedua adalah kata mala petaka. Makna yang berlebih-lebihan pada kalimat tersebut terdapat pada penggunaan malapetaka dalam KBBI petaka berarti bencana. Menurut Keraf (2009: 135) gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal. Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kalimat ketiga adalah kata menggoyang. Makna yang berlebih-lebihan pada kalimat tersebut terdapat pada penggunaan kata menggoyang. Dalam KBBI kata menggoyang berarti mengguncang. Menggoyang mungkin tidak bermakna berlebihan jika digunakan untuk menggambarkan bencana alam seperti gempa bumi. Menurut Keraf (2009: 135) gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal Gaya Bahasa Asonansi Kalimat yang mengandung gaya bahasa asonansi dalam artikel opini yang dianalisis berjumlah 1 buah. Di bawah ini disajikan kalimat serta penunjuk dari gaya bahasa asonansinya. 1) Dan sementara sejarawan masih terlalu asyik berdebat tentang penyebab kemenangan Trump, sudah jelas bahwa banyak pendukungnya menginginkan Amerika untuk menutup rapat-rapat pintunya, menimbun persediaannya, dan lebih mengandalkan diri sendiri daripada bergantung kepada mitra-mitra asingnya. Penulis: Christopher Smart (Kompas, 10 Januari 2017, paragraf 9). Penunjuk gaya bahasa asonansi pada kalimat ini adalah kata pintunya, persediaannya, dan asingnya. Menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik asonansi berarti pengulangan vocal. Dalam kalimat tersebut, terdapat pengulangan

89 74 vokal a yaitu pada kata pintunya, persediaannya, dan asingnya. Vokal a terletak pada tiap akhir kalimat. Sedangkan menurut Keraf (2009: 130) asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau sekadar keindahan Gaya Bahasa Erotesis Kalimat yang mengandung gaya bahasa erotesis dalam artikel opini yang dianalisis berjumlah 3 buah. Di bawah ini disajikan kalimat serta penunjuk dari gaya bahasa erotesisnya. 1) Pemilik kendaraan bermotor sudah dibebani pajak atas kendaraan miliknya. Kenapa terhadap kendaraan yang sama masih dibebani PNBP? Ini beban ganda pada objek pajak yang sama. Adilkah? Penulis: Alvin Lie (Kompas, 11 Januari 2017, paragraf 4). 2) Dengan kata lain, yang bukan Pancasilais tidak ambil bagian. Terdengar keras? Memang. Sebab, demokrasi yang terlalu lunak justru memanjakan kaum radikal. Kaum yang satu saat membunuh pengasuhnya sendiri. Penulis: Donny Gahral Adian (Kompas, 14 Januari 2017, paragraf 17). 3) Merkel (Kanselir Jerman). Pertanyaan yang perlu dijawab adalah betulkah dalam konteks Indonesia sejumlah pilihan tersebut tepat untuk kita jadikan contoh? Penulis: Surip Kadi (Kompas, 19 Januari 2017, paragraf 7). Penunjuk gaya bahasa erotesis pada kalimat pertama adalah pertanyaan Adilkah? Dalam kalimat tersebut terdapat penggunaan gaya bahasa erotesis pada pertanyaan Adilkah? Karena paparan penulis dalam kalimat sebelumnya mempengaruhi jawaban dari pertanyaan. Hanya terdapat satu jawaban dari

90 75 pertanyaan tersebut yaitu tidak adil. Menurut Keraf (2009: 134) gaya bahasa retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Dalam pertanyaan retoris terdapat asumsi bahwa hanya ada satu jawaban yang mungkin. Penunjuk gaya bahasa erotesis pada kalimat kedua adalah pertanyaan Terdengar keras? Penggunaan erotesis terdapat dalam pertanyaan terdengar keras? karena hanya ada satu jawaban dari pertanyaan tersebut, yaitu ya. Menurut Keraf (2009: 134) gaya bahasa retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Dalam pertanyaan retoris terdapat asumsi bahwa hanya ada satu jawaban yang mungkin. Penunjuk gaya bahasa erotesis pada kalimat ketiga adalah pertanyaan betulkah dalam konteks Indonesia sejumlah pilihan tersebut tepat untuk kita jadikan contoh? karena ada satu jawaban dari pertanyaan tersebut yaitu, tidak. Menurut Keraf (2009: 134) gaya bahasa retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Dalam pertanyaan retoris terdapat asumsi bahwa hanya ada satu jawaban yang mungkin

91 Makna Gaya Bahasa Makna gaya bahasa dalam penelitian ini dianalisis dari mereinterpretasikan makna yang ingin disampaikan penulis sehinga menggunakan gaya bahasa jenis tertentu dalam tulisan opininya. Peneliti menemukan beberapa makna yang muncul, makna-makna tersebut sebagai berikut Gaya Bahasa Metafora Di bawah ini dipaparkan 3 contoh hasil analisis makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa metafora dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Analisis selengkapnya akan dilampirkan. 1) Kawasan Asia dengan motor penggerak Tiongkok juga masih akan mengalami tekanan kendati ekonomi ASEAN diperkirakan akan lebih baik. Penulis: Susilo Bambang Yudhoyono (Kompas, 2 Januari 2017, paragraf 13). Istilah motor penggerak mengasosiasikan negara yang berpengaruh besar terhadap perekonomian ASEAN. Kalimat di atas memiliki makna menyampaikan pendapat mengenai kedudukan tiongkok sebagai negara yang berpengaruh besar terhadap perekonomian ASEAN. Dalam KBBI Pendapat adalah buah pikiran atau perkiraan tentang suatu hal. Makna menyampaikan pendapat dari pemanfaatan gaya bahasa pada kalimat di atas ditunjukkan oleh pendapat atau perkiraan yang dilakukan penulis mengenai kawasan Asia dengan motor penggerak Tiongkok juga masih akan mengalami tekanan kendati ekonomi ASEAN diperkirakan akan lebih. 2) Kepiawaian operator lapangan dalam mengadu domba antarkelompok masyarakat Indonesia, khususnya Jawa. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 5).

92 77 Istilah mengadu domba mengasosiasikan pada tindakan memprovokasi. Kalimat di atas memiliki makna menyampaikan pendapat mengenai kepiawaian operator lapangan dalam memprovokasi antar kelompok masyarakat. Dalam KBBI Pendapat adalah buah pikiran atau perkiraan tentang suatu hal. Makna menyampaikan pendapat dari pemanfaatan gaya bahasa pada kalimat di atas ditunjukkan oleh pendapat atau perkiraan yang dilakukan penulis mengenai Kepiawaian operator lapangan dalam mengadu domba antarkelompok masyarakat Indonesia, khususnya Jawa. 3) Pak Harto kemudian berhasil mengantar negeri ini bersiap diri untuk tinggal landas, sangat disayangkan sial tak bisa dielakkan, di penghujung tahun 1997 dunia mengalami krisis moneter akibat gelembung (bubble) ekonomi. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 7). Istilah tinggal landas mengasosiasikan dengan semakin modernnya atau semakin majunya negara Indonesia. Kalimat di atas memiliki makna menyampaikan informasi, dan pendapat mengenai situasi bangsa Indonesia di massa kepemimpinan Presiden Suharto. Dalam KBBI Pendapat adalah buah pikiran atau perkiraan tentang suatu hal. Makna menyampaikan pendapat dari pemanfaatan gaya bahasa pada kalimat di atas ditunjukkan oleh pendapat atau perkiraan penulis mengenai situasi bangsa Indonesia di saat kepemimpinan Pak Harto. Kata tingal landas biasanya digunakan dalam istilah penerbangan.

93 Gaya Bahasa Personifikasi Di bawah ini dipaparkan 3 contoh hasil analisis makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa personifikasi dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Analisis selengkapnya akan dilampirkan. 1) Jika Amerika Serikat dan negara-negara barat mulai disengaged atau tidak melibatkan diri lagi atas konflik Suriah, bola ada di tangan Bashar al-assad, Rusia, Iran, dan Turki. Penulis: Susilo Bambang Yudhoyono Kalimat ini mengibaratkan suatu negara memiliki tangan layaknya manusia. Makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa pada kalimat di atas adalah menyampaikan pendapat mengenai akan terjadi peralihan kekuasaan jika Amerika tidak melibatkan diri dalam konflik di Suriah. Dalam KBBI Pendapat adalah buah pikiran atau perkiraan tentang suatu hal. Makna menyampaikan pendapat dari pemanfaatan gaya bahasa pada kalimat di atas ditunjukkan oleh pendapat atau perkiraan yang dilakukan penulis mengenai peralihan penguasaan jika Amerika tidak terlibat dalam perang di Suriah. 2) Demo 4 November dan 2 Desember 2016 kembali menampilkan wajah baru peradaban Indonesia sekaligus menyelamatkan negeri ini dari stigma Islam yang menakutkan. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 3). Kalimat ini mengibaratkan Negara Indonesia seolah-olah memiliki wajah layaknya manusia. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Pateda (2010:238) bahwa hal yang biasanya dikenakan pada manusia, tetapi maknanya dapat diterapkan pada benda lain disebut dengan penerapan makna. Makna yang

94 79 muncul dari pemanfaatan gaya bahasa pada kalimat di atas adalah menyampaikan pendapat. frasa wajah baru dalam kalimat memiliki arti, perubahan yang terjadi terhadap Indonesia. dalam KBBI pendapat adalah buah pikiran atau perkiraan tentang suatu hal. Makna menyampaikan pendapat dari pemanfaatan gaya bahasa pada kalimat di atas ditunjukkan oleh pikiran yang disampaikan penulis mengenai demo 4 November dan 2 Desember 2016 kembali menampilkan wajah baru peradaban Indonesia sekaligus menyelamatkan negeri ini dari stigma Islam yang menakutkan. 3) Ibarat labirin, korupsi menjadi virus perusak yang terus membelit dan melilit sekujur tubuh Indonesia. Penulis: Saldi Isra (Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 1). Negara Indonesia diibaratkan layaknya manusia yang memiliki tubuh. Makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa pada kalimat di atas adalah menyampaikan pendapat mengenai korupsi yang terjadi di segala aspek pemerintahan Indonesia. Dalam KBBI pendapat adalah buah pikiran atau perkiraan tentang suatu hal. Makna menyampaikan pendapat dari pemanfaatan gaya bahasa pada kalimat di atas ditunjukkan oleh pikiran penulis yang menganggap korupsi layaknya labirin yang membelit Indonesia. Maksud dari sekujur tubuh Indonesia dalam kalimat ini adalah, segala aspek pemerintahan di Indonesia.

95 Gaya Bahasa Satire Di bawah ini dipaparkan 2 hasil analisis makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa satire dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Analisis selengkapnya akan dilampirkan. Analisis selengkapnya akan dilampirkan. 1) Rasanya lucu kalau kita berharap lantai yang disapu bakal bersih, sementara sapu yang digunakan begitu kotornya. Bagaimana mungkin, kita berharap pabrik tahu bisa memproduksi keju mimpi kali. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 21). Ungkapan Rasanya lucu kalau kita berharap lantai yang disapu bakal bersih, sementara sapu yang digunakan begitu kotornya, mengasosiasikan dengan tindakan anti korupsi yang tidak bisa ditertibkan karena penegak hukumnya juga ikut melakukan korupsi. Makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa di atas adalah menyindir aparat penegak hukum di Indonesia yang menerima suap. Menurut Tarigan (2013), satire adalah gaya bahasa yang berupa ungkapan yang menertawakan baik sebagai sindiran atau terang-terangan. Dalam KBBI Menyindir memiliki arti menyatakan sesuatu (seperti kritik, celaan, ejekan). Makna menyindir dalam kalimat ditunjukkan oleh ungkapan Rasanya lucu kalau kita berharap lantai yang disapu bakal bersih, sementara sapu yang digunakan begitu kotornya. Maksud dari ungkapan dalam kalimat ini adalah, pemberantasan korupsi tidak mungkin bisa diatasi oleh instansi atau lembaga yang di dalamnya juga terdapat praktik korupsi.

96 81 2) Bagaimana mungkin rakyat dengan modal sendiri dan kalau rugi ditanggung sendiri harus tender melawan BUMN yang kalau rugi ditanggung negara. Di mana keadilan, kalau macan dan kambing dalam satu kandang? Penulis: Surip Kadi (Kompas, 19 Januari 2017, paragraf 20). Ungkapan Di mana keadilan, kalau macan dan kambing dalam satu kandang?, mengasosiasikan dengan ketidak adilan pemerintah yang tidak memihak pada rakyat kecil. Makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa di atas adalah, menyindir terhadap pemerintah. pada kalimat ini terdapat ungkapan menolak sesuatu dengan cara menyindir. Dalam KBBI Menyindir memiliki arti menyatakan sesuatu (seperti kritik, celaan, ejekan). Makna menyindir ditunjukkan oleh ungkapan Di mana keadilan, kalau macan dan kambing dalam satu kandang? Maksud dari ungkapan dalam kalimat ini adalah BUMN diibaratkan seperti macan sedangkan rakyat diibaratkan seperti kambing, rakyat dengan modal usaha sendiri tidak mungkin bisa bersaing dengan BUMN yang notabene dibiayai oleh negara Gaya Bahasa Simile Di bawah ini dipaparkan 2 contoh hasil analisis makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa simile dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Analisis selengkapnya akan dilampirkan. 1) Ibarat labirin, korupsi menjadi virus perusak yang terus membelit dan melilit sekujur tubuh Indonesia. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 1). Penyamaan makna terlihat pada penggunaan kata ibarat. Korupsi diibaratkan sama seperti sebuah labirin (tempat yang simpang siur). Makna yang

97 82 muncul dari pemanfaatan gaya bahasa di atas adalah, menyampaikan pendapat mengenai situasi korupsi di Indonesia. Dalam KBBI pendapat adalah buah pikiran atau perkiraan tentang suatu hal. Makna menyampaikan pendapat dari pemanfaatan gaya bahasa pada kalimat di atas ditunjukkan oleh pernyataan dari penulis yang menyatakan pemikirannya mengenai korupsi seperti labirin, yang terus membelit Indonesia. 2) Bagi mereka yang menerima kebenaran ungkapan ini, korupsi dipandang semacam pelumas bergeraknya roda pembangunan. Penulis: Surip Kadi (Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 8). Hal ini terlihat dari penggunaan kata semacam. Korupsi diibaratkan seperti pelumas. Makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa pada kalimat adalah, menyampaikan pendapat mengenai korupsi merupakan bagian dari berlangsungnya pembangunan di Indonesia. Dalam KBBI pendapat adalah buah pikiran atau perkiraan tentang suatu hal. Makna menyampaikan pendapat dari pemanfaatan gaya bahasa pada kalimat di atas ditunjukkan oleh pernyataan dari penulis yang menyatakan buah pemikirannya mengenai korupsi semacam pelumas bergeraknya roda pemerintahan Gaya Bahasa Antonomasia Di bawah ini dipaparkan 2 contoh hasil analisis makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa antonomasia dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Analisis selengkapnya akan dilampirkan. 1) Kenaikan itu, misalnya, berasal dari operasi tangkap tangan (OTT) KPK terhadap salah seorang deputi Badan Keamanan Laut dan seorang

98 83 pejabat eselon III Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Penulis: Saldi Isra (Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 3). Jabatan Badan Keamanan Laut dan seorang pejabat eselon III Direktorat Jenderal Pajak (DJP), digunakan untuk menggantikan nama. Makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dalam kalimat tersebut adalah menginisialkan nama orang yang terkena OTT KPK. Makna penginisialan dalam kalimat tersebut ditunjukkan oleh penggunaan jabatan untuk menggantikan nama orang. 2) Dugaan korupsi yang dilakukan Bupati Klaten yang terkena operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) baru-baru ini dapat menjadi contoh gamblang. Penulis: Djayadi Hanan (Kompas, 16 Januari 2017, paragraf 3). Jabatan Bupati Klaten digunakan untuk menggantikan nama. Makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa di atas menginisalkan atau menyamarkan nama seseorang yang terkena OTT KPK dengan cara mengganti namanya dengan nama Jabatannya yaitu Bupati Klaten Gaya Bahasa Metonimia Di bawah ini dipaparkan 2 contoh hasil analisis makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa metonimia dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Analisis selengkapnya akan dilampirkan. 1) Presiden berpendapat bahwa sebaiknya kita meninggalkan penggunaan dollar AS dan menggantinya dengan yuan atau renminbi sebagai tolok ukur. Penulis: J Soedradjad Djiwandono (Kompas, 5 Januari 2017, paragraf 2).

99 84 Penulis menyebutkan nama mata uang yuan dan renminbi yang dirasa bertautan atau dapat menggantikan sebutan mata uang. Makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa di atas adalah memberikan penekanan terhadap pokok pembicaraan Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hala yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal, sebagai penggantinya (Moeliono, 1984: 3). 2) Dan seandainya saja Boeing belum menerapkan model rantai pasokan global dalam produksi Dreamliner-nya, barangkali ia juga akan dipaksa untuk melakukannya lebih cepat. Penulis: Christopher Smart (Kompas, 10 Januari 2017, paragraf 12). Penulis menyebutkan nama sebuah perusahan Boeing yang dirasa bertautan dengan sebuah perusahan. Makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa di atas adalah memberikan penekanan terhadap pokok pembicaraan. Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hala yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal, sebagai penggantinya (Moeliono, 1984: 3) Gaya Bahasa Sinekdoke Di bawah ini dipaparkan 2 hasil analisis makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa sinekdoke dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Analisis selengkapnya akan dilampirkan. 1) Bukti paling menonjol, sejak 2013, secara umum, pengadilan menjatuhkan vonis semakin hari makin ringan. Bahkan, akhir-akhir ini, vonis bagi mereka yang melakukan korupsi berada di kisaran dua tahun. Penulis: Saldi Isra, Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 13. Sinekdoke menurut Keraf (2009: 142) adalah semacam bahasa figuratif yang menggunakan sebagian dari suatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau menggunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Kata pengadilan pada

100 85 kalimat di atas sebenarnya digunakan untuk menyebutkan hakim yang memutuskan vonis. Makna yang muncul dari penggunaan gaya bahasa di atas adalah memberi kritik terhadap pengadilan mengenai penjatuhan vonis yang semakin hari semakin ringan. Dalam KBBI, kritik memiliki arti kecaman atau tanggapan, kupasan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Penunjuk makna memberi kritik dalam kalimat tersebut terdapat pada kalimat Secara umum, pengadilan menjatuhkan vonis semakin hari makin ringan. Bahkan, akhir-akhir ini, vonis bagi mereka yang melakukan korupsi berada di kisaran dua tahun. 2) Bagi masyarakat Barat, karakter Trump yang ceplas-ceplos, kurang sensitif, anti intelektual, patriarkis, narsis, dan Islamophobia. Penulis: Dinna Wisnu, Kompas, 20 Januari 2017, paragraf 5. Sinekdoke Menurut Keraf (2009: 142) adalah semacam bahasa figuratif yang menggunakan sebagian dari suatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau menggunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Masyarakat barat dalam kalimat sebenarnya digunakan untuk negara Amerika saja. Makna yang muncul dari penggunaan gaya bahasa di atas adalah memberikan efek yang lebih besar di dalam pendapatnya, seolah-olah seluruh negara dari bumi bagian barat tidak menyukai Trump. Hal ini ditunjukkan oleh penggunaan frasa masyarakat barat dalam kalimat tersebut. Frasa Masyarakat barat dalam kalimat sebenarnya digunakan untuk menyebutkan negara Amerika saja.

101 Eufemisme Di bawah ini dipaparkan 2 contoh hasil analisis makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa eufemisme dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Analisis selengkapnya akan dilampirkan. 1) Namun, Filipina bukanlah negara penentu, sungguh pun negeri itu berada di garis depan konflik. Penulis: Susilo Bambang Yudhoyono, Kompas, 2 Januari 2017, paragraf 10. Frasa Garis depan dirasa lebih halus dari penggunaan perbatasan. Kalimat di atas memiliki makna memperhalus kalimat. Eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan (Keraf, 2009: 132). 2) Kendati dalam forum global, seperti G-20 dan APEC, semua pemimpin beretorika menolak proteksionisme, kenyataannya kebijakan yang proteksionis di sana-sini masih dianut. Penulis: Susilo Bambang Yudhoyono, Kompas, 2 Januari 2017, paragraph 29. Penggunaan kata beretorika dalam kalimat tersebut dirasa lebih halus dari pada menggunakan istilah berbicara. Kalimat di atas memiliki makna memperhalus kalimat. Eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapanungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan (Keraf, 2009: 132).

102 Hiperbola Di bawah ini dipaparkan 2 contoh hasil analisis makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa hiperbola dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Analisis selengkapnya akan dilampirkan. 1) Saat-saat kritis telah kita lewati, bagaimana mungkin gara-gara seorang Basuki, eksistensi kita sebagai negara bangsa nyaris tercabikcabik. Penulis: Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 3. Jika mendengar kata tercabik-cabik, maka mitra tutur akan menyamakan tercabik-cabik dengan hal yang hancur tergores. Kalimat di atas memiliki makna Menunjukkan kondisi bangsa Indonesia yang memprihatinkan, dengan menggunakan kata yang berlebihan. Makna menunjukkan kondisi ditunjukkan oleh kata tercabik-cabik kata tercabik-cabik seolah menggambarkan kondisi bangsa Indonesia yang berada dalam kehancuran. 2) Lebih dari itu, keberanian dan ketulusan Presiden Joko Widodo yang hadir untuk shalat berjemaah bersama jutaan umat Islam di Monas telah membalik keadaan dari kekhawatiran bakal terjadi tragedi dan malapetaka menjadi berkah yang tak ternilai harganya. Penulis: Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 4. Kalimat di atas memiliki makna melebih-lebihkan suatu pernyataan. Makna yang berlebih-lebihan pada kalimat tersebut terdapat pada penggunaan malapetaka dalam KBBI petaka berarti bencana. Namun dalam kalimat tersebut petaka digunakan untuk menggambarkan situasi bangsa Indonesia yang buruk. Menurut Keraf, hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal (Keraf, 2009: 135).

103 Asonansi Di bawah ini dipaparkan hasil analisis makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa asonansi dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Analisis selengkapnya akan dilampirkan. 1) Dan sementara sejarawan masih terlalu asyik berdebat tentang penyebab kemenangan Trump, sudah jelas bahwa banyak pendukungnya menginginkan Amerika untuk menutup rapat-rapat pintunya, menimbun persediaannya, dan lebih mengandalkan diri sendiri daripada bergantung kepada mitra-mitra asingnya. Penulis: Christopher Smart (Kompas, 10 Januari 2017, paragraf 9. Kalimat di atas memiliki makna memperindah bunyi dengan menggunakan kata yang bervokal sama di akhir masing-masing kata. Kata pintunya, persediaannya, dan asingnya memilili akhiran vokal yang sama, yaitu vokal (a). Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang juga dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau sekadar keindahan (Keraf, 2009: 130) Erotesis Di bawah ini dipaparkan 2 contoh hasil analisis makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa erotesis dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Analisis selengkapnya akan dilampirkan. 1) Pemilik kendaraan bermotor sudah dibebani pajak atas kendaraan miliknya. Kenapa terhadap kendaraan yang sama masih dibebani PNBP? Ini beban ganda pada objek pajak yang sama. Adilkah? Penulis: Alvin Lie, Kompas, 11 Januari 2017, paragraf 4.

104 89 Kalimat di atas memiliki makna menyampaikan pendapat dengan mempengaruhi pembaca agar mendukung pendapatnya. Dalam KBBI Pendapat memiliki arti buah pemikiran atau perkiraan tentang suatu hal (seperti orang atau peristiwa). Penunjuk makna menyampaikan pendapat terlihat pada pemikiran atau perkiraan penulis pada kalimat Pemilik kendaraan bermotor sudah dibebani pajak atas kendaraan miliknya. Kenapa terhadap kendaraan yang sama masih dibebani PNBP? Ini beban ganda pada objek pajak yang sama. Sedangkan makna mempengaruhi pembaca terlihat pada pertanyaan adilkah? yang penulis lontarkan. Penulis memaparkan terlebih dahulu rasa prihatin atau kekecewaan terhadap suatu masalah, ini lah yang dapat mempengaruhi pembaca untuk mendukung pendapatnya. 2) Dengan kata lain, yang bukan Pancasilais tidak ambil bagian. Terdengar keras? Memang. Sebab, demokrasi yang terlalu lunak justru memanjakan kaum radikal. Kaum yang satu saat membunuh pengasuhnya sendiri. Penulis: Donny Gahral Adian, Kompas, 14 Januari 2017, paragraf 17. Kalimat di atas memiliki makna menyampaikan pendapatnya dengan mempengaruhi pembaca agar mendukungnya. Dalam KBBI Pendapat memiliki arti buah pemikiran atau perkiraan tentang suatu hal (seperti orang atau peristiwa). Penunjuk makna menyampaikan pendapat terlihat pada pemikiran atau perkiraan penulis pada kalimat Dengan kata lain, yang bukan Pancasilais tidak ambil bagian. Terdengar keras? Memang. Sebab, demokrasi yang terlalu lunak justru memanjakan kaum radikal. Sedangkan makna mempengaruhi pembaca terlihat pada pertanyaan terdengar keras? yang penulis lontarkan. Penulis memaparkan

105 90 terlebih dahulu rasa prihatin atau kekecewaan terhadap suatu masalah, ini lah yang dapat mempengaruhi pembaca untuk mendukung pendapatnya. 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis gaya bahasa dan makna apa saja yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam artikel opini yang dimuat. Secara keseluruhan, gaya bahasa yang ditemukan dalam penelitian ini berjumlah sebelas gaya bahasa. Ditemukan tujuh gaya bahasa yang termasuk ke dalam majas kiasan. Jenis gaya bahasa tersebut meliputi, gaya bahasa metafora (19) buah, personifikasi (12) buah, satire (2) Buah, simile (10) buah, antonomasia(3) buah, metonimia (3) buah, dan sinekdoke (2) buah. Selain itu, ditemukan 4 gaya bahasa yang termasuk ke dalam majas retoris. Keempat gaya bahasa tersebut adalah gaya bahasa eufemisme (7) buah, hiperbola (7) buah, asonansi (1) buah, dan erotesis (3) buah. Sebelas gaya bahasa tersebut di atas, sejalan dengan teori gaya bahasa yang dikemukakan oleh Keraf. Keraf (1984) mengklasifikasikan gaya bahasa ke dalam dua kelompok majas yaitu, majas kiasan dan majas retoris. Kedua majas yang dikelompokkan oleh Keraf tersebut mencakup sebelas gaya bahasa yang ditemukan dalam penelitian ini. Atas dasar 11 gaya bahasa yang ditemukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa para penulis artikel opini sering menggunakan gaya bahasa metafora dalam tulisannya. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukan 19 gaya bahasa metafora

106 91 yang digunakan dalam artikel opini yang diteliti. Jumlah ini merupakan terbanyak dibanding dengan jumlah penggunaan jenis gaya bahasa yang lain. Penulis artikel opini dominan menggunakan gaya bahasa metafora dalam tulisannya disebabkan gaya bahasa ini dapat digunakan untuk menyamakan atau membandingkan dua hal yang dari segi maknanya tidak sama. Dengan menggunakan gaya bahasa metafora penulis dapat lebih mudah mengutarakan pendapatnya. Dengan menggunakan perbandingan yang singkat, penulis bisa memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang disampaikannya. Namun, Penulis juga harus memperhatikan perbandingan yang digunakan, perbandingan analogi yang digunakan penulis sebaiknya perbandingan yang mudah dipahami oleh pembaca, dan secara umum telah diketahui atau sering digunakan. Dalam penelitian mengenai gaya bahasa ini, peneliti menemukan petunjuk dalam bentuk frasa dalam kalimat yang berpotensi memiliki dua jenis gaya bahasa sekaligus. Gaya bahasa tersebut adalah gaya bahasa personifikasi dan gaya bahasa metafora. Hal ini sesuai dengan pandangan keraf Keraf, (2009:140) yang menyatakan bahwa gaya bahasa personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi merupakan suatu corak khusus dari metafora yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia. Peneliti menarik kesimpulan bahwa suatu kata atau frasa dalam gaya bahasa personifikasi dapat pula menjadi penunjuk gaya bahasa metafora jika analogi yang digunakan sebagai pembanding dalam suatu kalimat menggunakan sifat-sifat kemanusiaan.

107 92 Tulisan-tulisan yang mengandung gaya bahasa dalam artikel opini yang ditulis, tentu saja terdapat makna mengapa gaya bahasa itu digunakan dalam kalimat. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 12 makna dari penggunaan gaya bahasa dalam kalimat oleh penulis artikel opini. Dua belas makna ini sebagai berikut. Menyampaikan pendapat, mengkritik, memberikan penjelasan, menunjukkan situasi, memperingatkan, menginisialkan, mempersingkat kalimat, menyatakan keinginan, memperhalus kalimat, melebih-lebihkan suatu pernyataan, memperindah bunyi, dan mempengaruhi pembaca. Makna yang paling banyak ditemukan dalam kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam penelitian ini adalah makna menyampaikan pendapat. Hal ini dapat disebabkan karena objek yang menjadi penelitian ini adalah artikel opini. Rahardi (2012: 38) dalam bukunya Menulis Artikel Opini dan Kolom di Media Massa mengemukakan bahwa, suatu tulisan artikel opini didominasi oleh argumen atau pendapat dari penulisnya.

108 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bagaimana pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini harian Kompas. Berikut ini disimpulkan pemakaian gaya bahasa dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari ) Ditemukan 11 Jenis gaya bahasa yang dimanfaatkan dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Jumlah keseluruhan kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam artikel tersebut berjumlah 68 kalimat. Berikut akan dijelaskan rincian masing-masing jumlah gaya bahasa yang ditemukan. Metafora 19 buah, personifikasi 12 buah, satire 2 buah, simile 10 buah, antonomasia 3 buah, metonimia 2 buah, sinekdoke 2 buah, eufemisme 7 buah, hiperbola 7 buah, asonansi 1 buah, dan erotesis 3 buah. Sebelas gaya bahasa yang ditemukan ini terbagi atas dua klasifikasi gaya bahasa, yaitu gaya kiasan dan retoris. Penulis artikel opini sering menggunakan gaya bahasa metafora untuk mengungkapkan gagasannya. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukan dua puluh gaya bahasa metafora. Jumlah ini terbanyak dibandingkan dengan jumlah gaya bahasa lainnya. 2) Makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahas dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari 2017 berjumlah 12 makna. Makna penggunaan gaya bahasa pada penelitian ini umumnya adalah untuk menyampaikan pendapat. Namun terdapat juga makna lain seperti menyampaikan informasi, mengritik, 93

109 94 untuk menjelaskan mengenai suatu permasalahan, menunjukkan kondisi, memperingatkan, menyindir, memberi pernyataan, menginisialkan, menekankan suatu hal, menyatakan keinginan, melebih-lebihkan, memperhalus kalimat, memperindah bunyi, dan mempengaruhi pembaca. 5.2 Saran Sehubungan dengan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, peneliti memberikan saran mengenai penelitian sejenis. Berikut ini merupakan saran dari peneliti. 1) Penelitian ini hanya membahas mengenai pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Penelitian ini juga dapat dikembangkan lebih lanjut dengan cara meneliti keefektifan pemakaian gaya bahasa yang digunakan penulis artikel opini. 2) Penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan penulis artikel opini menggunakan gaya bahasa tertentu dalam menuangkan argumennya.

110 95 DAFTAR PUSTAKA Artikel Opini Kompas. (Januari, 2017). Diperoleh dari, Assegaff, dja far Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia. Fitriana, Fransiska Budi Pemakaian Gaya Bahasa dan Diksi Tokoh Masyarakat dalam Surat Kabar Kompas. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Keraf, Gorys Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:Yayasan Kanisius. Keraf, Gorys Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kuncoro, Mudrajad Mahir Menulis. Yogyakarta: Erlangga. Mahsun Metodologi Penelitian Bahasa: Tahap Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Pranowo, Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rahardi, Kunjana Bahasa Jurnalistik. Bogor: Ghalia. Rahardi, Kunjana Menulis Artikel Opini dan Kolom di Media Massa. Yogyakarta: Erlangga. Sari, Elisabet Apti Elita Gaya Bahasa dan Struktur Feature Perjalanan Majalah Intisari Edisi Januari. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Sugiyono Metode Penelitian PendidikanPendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sumadira, Haris Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama. Tarigan, Henry Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

111 TRIANGULASI DATA DAN HASIL PENELITIAN PEMANFAATAN GAYA BAHASA DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI 2017 Oleh : I Made Bagus Ocky Yogiswara Triangulator : Danang Satria Nugraha, SS, M.A. Pembimbing : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Penelitian yang berjudul Pemanfaatan Gaya Bahasa dalam Artikel Opini Harian Kompas edisi Januari 2017 ini, memiliki tujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa apa saja yang terdapat dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari 2017 serta mendeskripsikan makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahas tersebut. PETUNJUK PENGISISAN 1. Bapak/ibu Triangulator dimohon untuk memberikan tanda centang pada kolom Triangulasi jika setuju atau tidak setuju berdasarkan ketepatan pemanfaatan gaya bahasa dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari Bapak/ibu Triangulator dimohon untuk memberikan catatan pada kolom Komentar untuk memberi alasan kesetujuan dan ketidak setujuan. 138

112 No Data Jenis Gaya Bahasa Penunjuk Gaya Bahasa Makna Penggunaan Gaya Bahasa Tanggapan Setuju Tidak Keterangan 1 Kawasan Asia dengan motor penggerak Tiongkok juga masih akan mengalami tekanan kendati ekonomi ASEAN diperkirakan akan lebih baik. Susilo Bambang Yudhoyono, Kompas, 2 Januari 2017, paragraf Kepiawaian operator lapangan dalam mengadu domba antar kelompok masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 5. Metafora Metafora Penunjuk gaya bahasa metafora pada kalimat pertama adalah pada frasa motor penggerak. Suatu pengaruh yang besar dimiliki oleh tiongkok di samakan dengan motor penggerak. Penunjuk gaya bahasa metafora pada kalimat kedua adalah pada frasa Mengadu domba. Suatu tindakan propokatif disamakan dengan mengadu domba. Menurut Keraf (2009: 139) metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tidak Menyampaikan pendapat Menyampaikan pendapat. 96

113 menggunakan kata: seperti, bak, bagaikan, dan sebagainya.. 3 Pak Harto kemudian berhasil mengantar negeri ini bersiap diri untuk tinggal landas, sangat disayangkan sial tak bisa dielakkan, di pengujung tahun 1997 dunia mengalami krisis moneter akibat gelembung (bubble) ekonomi. Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 7. Meafora Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat ketiga adalah pada frasa Tinggal landas. Tinggal landas disamakan dengan kemajuan yang dialami oleh Indonesia. Menyampaikan informasi dan pendapat. 4 Bahkan untuk kepentingan konglomerat hitam, negara melakukan terorisme oleh negara (state terrorism). Metafora Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat keempat adalah pada frasa konglomerat hitam Mengkritik 97

114 Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf Fakta bahwa di bawah langit ini, dahulu ataupun sekarang, tidak pernah ada yang murni tidaklah penting bagi otak-otak sederhana. Saya tidak yakin sebagai warga bersuku Jawa tak punya sekian persen darah India atau Mongolia. Atau, sangat mungkin juga tetangga saya dari Aceh punya sekian persen darah Portugis. Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 13. Metafora pengusaha diibaratkan sebagai konglomerat hitam. Konglomerat hitam dalam kalimat tersebut memiliki maksud: Pengusaha yang melakukan suap terhadap oknum Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat kelima adalah Pada frasa otak-otak sederhana. Disamakan dengan orang-orang yang tidak mempersoalkan mengenai RAS di ibaratkan sebagai otak-otak sederhana. Menyampaikan pendapat 6 Kedua, tindakan dan langkah pembaruan begitu mudah terjebak pada perilaku hangat-hangat tahi ayam. Fakta empirik membuktikan, sejumlah skandal Metafora Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat keenam adalah pada frasa hangat-hangan tahi Mengkritik 98

115 korupsi yang terkuak di lingkungan pemerintah hanya memiliki daya kejut dalam waktu terbatas. Saldi Isra, Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 11. ayam. Pada kalimat ini, tindakan dan langkah pembaruan terhadap pembuktian korupsi di ibaratkan seperti tahi ayam yang masih hangat. Hangat-hangat tahi ayam dalam kalimat tersebut memiliki maksud: Penindakan terhadap kasus korupsi yang tidak dilakukan secara serius. 7 Holding ini akan bertindak sebagai kepanjangan tangan Presiden dalam mengoordinasi, mengontrol, dan mendukung implementasi sejumlah program jaminan sosial di Indonesia. Saldi Isra, Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 11. Metafora Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat ketujuh adalah pada frasa kepanjangan tangan Presiden. Pada kalimat ini suatu holding disamakan dengan tangan yang panjang. kepanjangan tangan Presiden Menyampaikan pendapat Mengapa Bukan Personifikasi? 99

116 . 8 Jika ada perbaikan situasi keamanan di Suriah, dunia bisa menjadi lebih lega. Jika Amerika Serikat dan negara-negara Barat mulai disengaged atau tidak melibatkan diri lagi atas konflik Suriah, bola ada di tangan Bashar al-assad, Rusia, Iran, dan Turki. Metafora Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat ini adalah pada kata bola. Bola dianalogikan dengan kekuasaan Menyampaikan pendapat Susilo Bambang Yudhoyono, Kompas, 2 Januari 2017, paragraf 6. 9 Konsekuensi logis yang tidak bisa dihindari adalah terancamnya eksistensi konglomerat hitam, mafioso, pelaku kartel, sejumlah tokoh yang tersangkut Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan Bank Century, koruptor kelas kakap, dan semua pihak yang terlibat proyek mangkrak. Saurip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, Paragraf 13. Metafora Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat ini adalah pada frasa konglomerat hitam. Konglomerat hitam dianalogikan dengan orang kaya yang melakukan tindakan suap. Menyampaikan pendapat 100

117 10 Atas dasar hal itu, apa yang dinyatakan Presiden yang didampingi sejumlah menteri ekonomi di depan seratus ekonom itu tentu bukan keseleo lidah (slip of the tounge) dan memang beralasan. J Soedradjad Djiwandono, Kompas, 5 Januari 2017, Paragraf 5. Metafora Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat ini adalah pada frasa keseleo lidah. Keseleo lidah dianalogikan dengan kesalahan dalam pengucapan atau berbicara. Menyampaikan pendapat 11 Petani dan peternak skala kecil di dalam negeri mungkin tinggal gigit jari jika pasar domestik dipenuhi produk impor. Walaupun hanya dua negara yang mengajukan tuntutan kepada WTO, terdapat 14 negara lain sebagai pihak ketiga yang berkepentingan terhadap pokok perkara dan mendukung Selandia Baru dan AS, yaitu: Argentina, Australia, Brasil, Kanada, RRT, Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, Norwegia, Taiwan, Paraguay, India, Singapura, dan Thailand. Metafora Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat ini adalah pada frasa gigit jari. Gigit jari dianalogikan dengan situasi pasrah (tidak bisa berbuat apa-apa) Menyampaikan pendapat 101

118 Bustanul Arifin, Kompas, 7 Januari 2017, Paragraf Untuk saat ini, banyak negara akan menghindari kesepakatan perdagangan skala besar dan hanya bertindak setengah hati dalam menyelaraskan peraturan-peraturan mereka. Christopher Smart, Kompas, 10 Januari 2017, Paragraf 10. Metafora Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat ini adalah pada frasa setengah hati. Setengah hati dianalogikan dengan ketidak seriusan negaranegara dalam menyelaraskan peraturan-peraturan mereka. Menyampaikan pendapat 13 Akan tetapi, layaknya astronom atau antropolog yang andal, para investor yang sukses akan menemukan pola yang dapat diandalkan dalam samudra ketidakpastian. Christopher Smart, Kompas, 10 Januari 2017, Paragraf 17. Metafora Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat ini adalah pada frasa samudra ketidakpastian. Samudra ketidakpastian dianalogikan dengan situasi yang penuh dengan keraguan atau tidak Menyampaikan pendapat 102

119 pasti kebenarannya. 14 Filsuf Chantal Mouffe menuduh demokrasi liberal yang mengutamakan diskusi dan bukan kontestasi sebagai biang keladi sektarianisme. Kebangkitan politik kanan ditengarai Mouffe sebagai akibat ketidakmemadaian demokrasi liberal melahirkan kaum demokrat sebagai identitas kolektif. Donny Gahral Adian, Kompas, 14 Januari 2017, Paragraf 3. Metafora Letak gaya bahas metaforam dalam kalimat ini adalah pada frasa biang keladi. Biang keladi dianalogikan dengan penyebab atau hal yang menyebabkan terjadinya sektarianisme. Menyampaikan pendapat 15 Sekali lagi, malapetaka mengintai di balik kerah baju demokrasi. Radikalisme bukan pepesan kosong lagi. Dalam arena demokrasi nirideologi, radikalisme berkembang secara nyaman. Untuk itu, kita memerlukan Pancasila guna mengisi rongga gelap demokrasi. Pancasila sebagai kolektivitas bekerja memisahkan demos dari non-demos, moderat dari radikal. Metafora Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat ini terdapat pada frasa kerah baju kerah baju dianalogikan dengan suatu bentuk atau sistem pemerintahan di Indonesia. Menyampaikan pendapat 103

120 Donny Gahral Adian, Kompas, 14 Januari 2017, Paragraf Terlepas dari pro dan kontra pandangan Krugman tentang negara dan korporasi, dalam konteks negara, game changers adalah pemimpin cerdas dari negara-negara yang mampu menjebol pasungan realitas yang ada dan kemudian berbenah dengan platform baru memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan bangsanya. Metafora Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat ini adalah pada frasa menjebol pasungan. Menjebol pasungan dianalogikan dengan terlepas dari tekanan. Menyampaikan pendapat Saurip Kadi, Kompas, 19 Januari 2017, Paragraf Alhasil, rakyat Indonesia sudah jatuh tertimpa tangga, diinjak-injak lagi. Bayangkan jika kontraktor pembangunan swasta harus tender melawan BUMN raksasa seperti Adhi Karya, Wijaya Karya, Pembangunan Perumahan (PP), Metafora Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat ini terletak pada ungkapan sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah jatuh tertimpa tangga Menunjukan kondisi 104

121 Waskita Karya, dan lainnya. Proyek Saurip Kadi, Kompas, 19 Januari 2017, Paragraf Ujian nasional (UN), misalnya, jangan dianggap enteng. Ia adalah pucuk gunung es yang mengancam, tetapi tidak kasatmata. Daoed Joesoef, Kompas, 25 Januari 2017, Paragraf 3. Metafora dianalogikan dengan suatu keadan yang mengalami suatu masalah yang berturut-turut. Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat tersebut adalah pada frasa puncak gunung es. Puncak gunung es dianalogikan sebagai sesuatu yang kecil tapi dapat membahayakan. Memperingatkan 19 Kasus dugaan penodaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta (nonaktif) Basuki Tjahaja Purnama menjadi bola liar yang memantik prasangka dan perilaku saling hujat di kalangan sesama warga. Masdar Hilmy, Kompas, 23 Januari 2017, Paragraf 2. Metafora Letak gaya bahasa metafora dalam kalimat tersebut adalah pada frasa bola liar. Bola liar dianalogikan dengan pemicu prasangka dan prilaku saling hujat. Menyampaikan pendapat 105

122 20 Jika Amerika Serikat dan negaranegara Barat mulai disengaged atau tidak melibatkan diri lagi atas konflik Suriah, bola ada di tangan Bashar al-assad, Rusia, Iran, dan Turki. Susilo Bambang Yudhoyono, Kompas, 2 Januari 2017, paragraf 6. Personifikasi Penunjuk gaya bahasa dalam kalimat ini adalah pada kata tangan. Rusia, Iran, dan Turki diibaratkan seperti manusia yang memiliki tangan untuk memegang sebuah bola. Dalam KBBI tangan berarti anggota badan dari siku sampai ke ujung jari. Bola ada di tangan disini adalah berarti memegang kendali. Menyampaikan pendapat 106

123 21 Demo 4 November dan 2 Desember 2016 kembali menampilkan wajah baru peradaban Indonesia sekaligus menyelamatkan negeri ini dari stigma Islam yang menakutkan. Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, _aragraph 3. Personifikasi Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kalimat ini adalah pada kata wajah. Indonesia diibaratkan seperti manusia yang memiliki wajah. Dalam KBBI wajah berarti bagian depan dari kepala. Wajah baru yang dimaksud di sini adalah, perubahan yang terjadi terhadap Indonesia. Menyampaikan pendapat 107

124 22 Ibarat labirin, korupsi menjadi virus perusak yang terus membelit dan melilit sekujur tubuh Indonesia. Sekalipun telah disuntikkan berbagai vaksin guna menghentikan dan sekaligus mengurangi lajunya, hingga pengujung tahun 2016 belum terlihat tanda-tanda praktik korupsi berkurang. Karena itu, menghentikan laju praktik koruptif akan selalu jadi pekerjaan yang membutuhkan komitmen dan perjuangan panjang nan melelahkan. Saldi Isra, Kompas, 4 Januari 2017, _aragraph 1. Personifikasi Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kalimat ini adalah pada kata tubuh. Indonesia diibaratkan seperti manusia yang memiliki tubuh. dalam KBBI tubuh berarti keseluruhan jasad manusia atau binatang yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut. Tubuh yang dimaksud di sini adalah segala aspek dalam negara Indonesia. Menyampaikan pendapat 23 Analisis sejumlah kalangan menunjukkan, keluarnya aliran dana ini sebagian karena intervensi yang sengaja dilakukan Bank Sentral Tiongkok (PBOC) untuk mengurangi laju depresiasi renminbi yang cepat. Sebagian lain karena Personifikasi penunjuk gaya bahasa personifikasi dalam kalimat ini adalah pada kata pelarian. Kegiatan berlari dalam KBBI berarti Memberikan penjelasan Mengapa bukan metafora? 108

125 pembayaran kembali pinjaman korporasi yang membengkak dan pelarian modal. J Soedradjad Djiwandono, Kompas, 5 Januari 2017, paragraf 19. berjalan kencang. Berlari merupakan salah satu situasi yang dapat dilakukan oleh manusia. Suatu moda di ibaratkan seperti manusia yang mampu melakukan kegiatan berjalan kencang. Yang di maksud dengan pelarian modal di sini adalah perpindahan uang dari suatu negara ke negara lain untuk terhindar dari kerugian. 24 Indonesia juga menggunakan argumen perdagangan fair bahwa sebagai negara berkembang masih tertatih-tatih melaksanakan pembangunan pertanian, ketahanan pangan, dan keamanan pangan. Bustanul Arifin, Kompas, 7 Januari 2017, paragraf 10. Personifikasi Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kalimat ini adalah pada kata tertatihtatih. Tertatih-tatih dalam KBBI berarti berjalan dengan langkah yang lamban dan agak terhuyung-huyung. Menunjukan kondisi 109

126 Terhuyung-huyung merupakan situasi yang bisa dialami oleh manusia. Suatu negara diibaratkan seperti manusia yang melangkah terhuyung-huyung. Yang dimaksud dengan tertatihtatih di sini adalah Indonesi sebagai negara berkembang masih kesulitan untuk melaksanakan pembangunan pertanian, ketahanan pangan, dan keamanan pangan. 25 Konflik antar identitas (agama, etnis, dan suku) sering berkembang menjadi tragedi yang memilukan karena harus ditebus oleh jatuhnya korban jiwa dan rusaknya sendisendi harmoni dan toleransi. Susilo Bambang Yudhoyono, Personifikasi Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kalimat ini adalah kata sendi-sendi. Sendi dalam KBBI berarti hubungan yang terbentuk Menyampaikan pendapat 110

127 Kompas, 9 Januari 2017, paragraf 5. antara tulang. Sifat atau sikap toleran diibaratkan seperti manusia yang memiliki sendi atau hubungan yang terbentuk antara tulang. Yang dimaksud dengan sendi-sendi di sini adalah unsur pokok dari harmoni dan toleransi. 26 Ciri kodrati Indonesia inilah yang sedang mau dihancurkan oleh gelombang tribalisme agama. Bunyi gelombang tribalisme ini berderak parau, makin kalap dan mau menggulung apa saja yang waras. Makin kalapnya tribalisme agama tentu terjalin erat dengan para peternak politik (political entrepreneurs). B Herry Priyono, Kompas, 12 Januari 2017, paragraf 4. Personifikasi Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kalimat ini adalah frasa bunyi berderak parau. Berbunyi dalam KBBI berarti mengeluarkan bunyi, sedangkan parau memiliki arti serak. Gelombang tribalisme diibaratkan seperti manusia yang memiliki bunyi yang serak. Yang dimaksud dengan Memperingatkan 111

128 bunyi yang berderak parau di sina adalah adanya pihak yang ingin menghancurkan keberagaman di Indonesia dengan menggunakan embel-embel agama. 27 Kondisi menjadi lebih buruk lagi ketika konflik personel tokoh nasional tertentu dan juga persaingan politik dalam pilkada DKI makin menganga. Saurip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf Hal ini wajar karena sektor ril dan dunia usaha mendapatkan tekanan serius. Akibatnya, tak mudah untuk memberikan stimulus fiskal untuk menggenjot pertumbuhan karena Personifikasi Personifikasi Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kalimat ini adalah kata menganga. Kata menganga dalam KBBI memiliki arti membuka lebar mulut. Persaingan politik dalam pilkada DKI diibaratkan memiliki mulut yang menganga atau terbuka lebar. Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kalimat ini adalah kata membengkak. Menyampaikan pendapat. Menyampaikan pendapat 112

129 bisa-bisa berakibat terhadap membengkaknya utang negara. Susilo bambang Yudhoyono, Kompas, 9 Januari 2017, paragraf Maka, ketimbang sibuk dengan paranoia komunisme, atau membantu penggusuran tidak adil, atau malah bermain mata dengan para tribalis agama, bangsa ini memanggil-manggil Anda untuk menanggapi perusakan dan para perusak ciri kodrati Indonesia yang majemuk dan bineka. B Herry Priyono, Kompas, 12 Januari 2017, paragraf 20 Personifikasi Kata membengkak dalam KBBI memiliki arti, luka yang kemasukan kotoran lalu membesar. Hutang negara diibaratkan seperti memiliki luka yang membengkak atau membesar seperti yang di alami manusia. Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kalimat ini adalah kata memanggilmanggil. Kata memanggilmanggil dalam KBBI memiliki arti, berulang-ulang menyebut nama. Bangsa diibaratkan dapat bertingkah seperti manusia yang bias memanggilmanggil. Menyampaikan pendapat. 113

130 30 Demokrasi sebagai teori pilihan sosial niscaya gagap menjawab perkara radikalisme. Dia memerlukan semacam ideologi yang melampaui agregasi suara belaka. Tanpa ideologi, demokrasi gagal mencium malapetaka dalam dirinya. Donny Gahral Adian, Kompas, 14 Januari 2017, paragraf 10 Personifikasi Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kalimat ini adalah kata gagap. Dalam KBBI gagap memiliki arti, gangguan bicara. Demokrasi diibaratkan memiliki perilaku layaknya manusia yang berbicara dengan gagap. Menyampaikan pendapat 31 Bukan sebaliknya, media massa terjerat dalam dosa-dosa mematikan bagi peran dan fungsi pers, seperti digambarkan oleh Paul Johnson dalam artikelnya, The Media and Truth: Is There a Moral Duty? (1997). Seperti melakukan distorsi informasi, dramatisasi fakta, penyalahgunaan kekuasaan, dan lain-lain. Gun Gun Heryanto, Kompas, 18 Januari 2017, paragraf 20 Personifikasi Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kalimat ini adalah kata dosa-dosa. Dalam KBBI dosa berarti, perbuatan melanggar hokum Tuhan atau agama. Media massa diibaratkan memiliki dosa seperti layaknya manusia. Mengkritik 114

131 32 Rasanya lucu kalau kita berharap lantai yang disapu bakal bersih, sementara sapu yang digunakan begitu kotornya. Bagaimana mungkin, kita berharap pabrik tahu bisa memproduksi keju mimpi kali. Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 21. Satire Penunjuk gaya bahasa satire dalam kalimat ini adalah ungkapan Rasanya lucu kalau kita berharap lantai yang disapu bakal bersih, sementara sapu yang digunakan begitu kotornya. Dalam kalimat ini terdapat ungkapan yang menertawakan sesuatu dengan cara menyindir. Ungkapan di atas bermaksud menyindir aparat penegak hukum di Indonesia yang menerima suap. Menyindir 33 Bagaimana mungkin rakyat dengan modal sendiri dan kalau rugi ditanggung sendiri harus tender melawan BUMN yang kalau rugi ditanggung negara. Di mana keadilan, kalau macan dan kambing Satire Penunjuk gaya bahasa satire dalam kalimat ini adalah pada ungkapan Di mana keadilan, kalau macan dan mengkritik dengan Sindiran 115

132 dalam satu kandang? Surip Kadi, Kompas, 19 Januari 2017, paragraf 20. kambing dalam satu kandang? Ungkapan ini menyindir pemerintah yang hanya memperhatikan BUMN dan tidak memperdulikan pengusaha kecil. 34 Ibarat labirin, korupsi menjadi virus perusak yang terus membelit dan melilit sekujur tubuh Indonesia. Surip Kadi, Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 1. Simile Penunjuk gaya bahasa simile dalam kalimat ini terdapat pada frasa Ibarat labirin. Korupsi diibaratkan seperti sebuah labirin. Dalam KBBI labirin berarti tempat yang penuh dengan jalan dan lorong yang berliku-liku dan simpang siur. Maksud dari kalimat tersebut adalah, Indonesia terjebak dalam situasi korupsi Memberi pernyataan 116

133 yang sulit di atasi atau diselesaikan. 35 Bagi mereka yang menerima kebenaran ungkapan ini, korupsi dipandang semacam pelumas bergeraknya roda pembangunan. Surip Kadi, Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 8. Simile Penunjuk gaya bahasa simile dalam kalimat idi adalah frasa semacam pelumas. Korupsi diibaratkan seperti pelumas. Dalam KBBI pelumas berarti minyak kental yang digunakan untuk melicinkan. Maksud kalimat tersebut adalah, korupsi memperlancar berlangsungnya pemerintahan. Memberi pernyataan 36 OTT KPK terhadap kepala daerah sepanjang 2016 hanya karena mereka bernasib sial. Artinya, peristiwa itu semacam puncak gunung es betapa masifnya praktik jual-beli kuasa dan wewenang. Surip Kadi, Kompas, 4 Januari 2017, Simile Penunjuk gaya bahasa simile pada kalimat ini adalah frasa semacam puncak gunung es OTT yang dilakukan KPK diibaratkan seperti Memberi pernyataan 117

134 paragraf 10. puncak gunung es. Puncak gunung es bermakna suatu bagian yang sangat kecil. Maksud dari kalimat tersebut adalah OTT yang dilakukan KPK sangat kecil pengaruhnya terhadap praktik korupsi di Indonesia. 37 Seperti terjebak dalam sebuah pola: sebuah skandal segera menguap begitu skandal baru terkuak. Kecenderungan, terkuaknya skandal korupsi nyaris tak pernah menjadi momentum melakukan perubahan secara total. Surip Kadi, Kompas, 4 Januari 2017, _aragraph 11. Simile Penunjuk gaya bahasa simile dalam kalimat ini adalah frasa Seperti terjebak dalam sebuah pola. Skandal korupsi diibaratkan seperti terjebak dalam sebuah pola. Dalam KBBI pola berarti gambaran yang dijadikan sebuah contoh. Maksud dari kalimat tersebut adalah skandal korupsi tidak diperhatikan Memberi pernyataan 118

135 lagi jika skandal korupsi baru terkuak. 38 Simaklah betapa warga negara dapat melorot menjadi seperti hewan di hutan. Ungkapan merosot menjadi hewan tentu bukan deskripsi, melainkan dapatlah dipakai figuratif untuk memahami urgensi masalah. B Herry Priyono, Kompas, 12 Januari 2017, paragraf 14. Simile Penunjuk gaya baha simile dalam kalimat ini adalah frasa seperti hewan di hutan. Warga negara diibaratkan seperti hewan di hutan. Maksud dari kalimat tersebut adalah, manusia bisa menjadi buas seperti binatang yang tidak memilik perasaan jika tidak mampu mengendalikan diri. Mengkritik dengan sindiran 39 Namun, manusia-warga yang sama juga dapat merosot menjadi biadab seperti di hutan. B Herry Priyono, Kompas, 12 Januari 2017, paragraf 16. Simile Penunjuk gaya bahasa simile dalam kalimat ini adalah frasa seperti di hutan. Warga diibaratkan seperti biadab. Biadab dalam KBBI berarti belum beradab; belum maju Memberi pernyataan dan kritik Dimarkahi oleh kata-kata seperti, semacam, bagai, dll. 119

136 kebudayaannya. Maksud dari kalimat tersebut adalah manusia bisa berubah menjadi tidak beradab karena situasi. 40 Contohnya, dari mana militer dan polisi punya paranoia kebangkitan komunisme? Paranoia itu semacam melihat anak kucing sebagai harimau raksasa. B Herry Priyono, Kompas, 12 Januari 2017, paragraf 18. Simile Penunjuk gaya bahasa simile dalam kalimat ini adalah ungkapan semacam melihat anak kucing sebagai harimau raksasa. Paranoia dari militer dan polisi diibaratkan seperti melihat anak kucing sebagai harimau raksasa. dalam KBBI paranoia berarti penyakit jiwa yang membuat penderita berpikir aneh-aneh yang bersifat khayalan. Arti kalimat tersebut adalah Mengkritik 120

137 militer dan polisi terlalu mengkhawatirkan kebangkitan komunis. 41 Secara formal proses pendidikan tetap berjalan, tetapi secara faktual ia bagai kerokot tumbuh di batu hidup segan mati tak mau. Daoed Joesoef, Kompas, 25 Januari 2017, paragraf 7. Simile Penunjuk gaya bahasa simile dalam kalimat ini adalah frasa bagai kerokot tumbuh. Proses pendidikan secra faktual diibaratkan seperti kerokot tumbuh. Kerokot dalam KBBI berarti tumbuhan menjalar, berdaun kecil hijau, batangnya berair, bunganya kecil berwarna kuning. Arti dari kalimat tersebut adalah realitas situasi pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Mengkritik 121

138 42 Ibarat drama, panggung kehidupan di tahun baru akan menghadirkan banyak cerita. Gun Gun Heryanto, Kompas, 18 Januari 2017, paragraf 1. Simile Penunjuk gaya bahasa simile dalam kalimat ini adalah frasa Ibarat drama, panggung. Kehiidupan di tahun baru di ibaratkan seperti sebuah drama. Dalam KBBI drama berarti, cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi. Arti dari kalimat tersebut adalah: kehidupan di tahun baru akan banyak hal yang terjadi seperti cerita dalam drama. Menyampaikan pendapat 122

139 43 Nilai adalah genus aneka spesies mata pelajaran. Maka tugas penyusun kurikulum adalah menjabarkan silabus yang mengandung ide-ide didaktis. Pendidikan dengan ide-ide yang hampa nilai ibarat pepesan kosong. Ia tidak hanya tak berguna, bahkan merusak karakter. Daoed Joesoef, Kompas, 25 Januari 2017, paragraf 20. Simile Penunjuk gaya bahasa simile dalam kalimat ini adalah Ibarat pepesan kosong. Pendidikan dengan ide yang hampa nilai disamakan dengan pepesan kosong. Penyamaan ditunjukan oleh penggunaan kata ibarat. 44 Kenaikan itu, misalnya, berasal dari operasi tangkap tangan (OTT) KPK terhadap salah seorang deputi Badan Keamanan Laut dan seorang pejabat eselon III Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Saldi Isra, Kompas, 4 Januari 2017, _aragraph 3. Antonomasia Penunjuk gaya bahasa antonomasia dalam kalimat ini adalah penggunaan gelar Badan Keamanan Laut dan seorang pejabat eselon III Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Penggunaan gaya bahasa dalam kalimat ini sebenarnya Menginisialkan Antonomasia adalah majas perbandingan dengan menyebutkan suatu benda yang diperbandingkan dengan sifat dari benda tersebut. Contoh: Si Ramah. 123

140 bertujuan untuk menginisalkan terdakwa korupsi. 45 Dugaan korupsi yang dilakukan Bupati Klaten yang terkena operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) barubaru ini dapat menjadi contoh gamblang. Djayadi Hanan, Kompas, 16 Januari 2017, _aragraph 3. Antonomasia Penunjuk gaya bahasa antonomasia dalam kalimat ini adalah penggunaan jabatan pengganti nama: Bupati Klaten. Bupati Klaten Merupakan gelar pengganti nama orang yang terkena OTT oleh KPK. Penggunaan gaya bahasa dalam kalimat ini sebenarnya bertujuan untuk menginisalkan terdakwa korupsi. Menginisialkan 46 Presiden berpendapat bahwa sebaiknya kita meninggalkan penggunaan dollar AS dan menggantinya dengan yuan atau renminbi sebagai tolok ukur. Antonomasia Penunjuk gaya bahasa antonomasia dalam kalimat ini adalah penggunaan nama jabatan pengganti Menginisialkan 124

141 J Soedradjad Djiwandono, Kompas, 5 Januari 2017, _aragraph 2. nama: Presiden. Presiden merupakan penggunaan gelar pengganti nama untuk orang yang mengemukakan pendapat dalam kalimat tersebut. 47 Presiden berpendapat bahwa sebaiknya kita meninggalkan penggunaan dollar AS dan menggantinya dengan yuan atau renminbi sebagai tolok ukur. J Soedradjad Djiwandono, Kompas, 5 Januari 2017, _aragraph 2. Metonimia Penunjuk gaya bahasa metonomia dalam kalimat ini adalah yuan atau renminbi. Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal untuk penggantinya (tarigan, 2013: 230). Dalam kalimat tersebut nama mata uang China bertautan dengan Yuan atau Renminbi. Mempersingkat kalimat dan lebih menekanan agar pembaca berfokus pada mata uang yuan dan renminbi. 125

142 48 Dan seandainya saja Boeing belum menerapkan model rantai pasokan global dalam produksi Dreamlinernya, barangkali ia juga akan dipaksa untuk melakukannya lebih cepat. Christopher Smart, Kompas, 10 Januari 2017, paragraf 12. Metonimia Penunjuk gaya bahasa metonimia dalam kalimat ini adalah kata Boing. Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal untuk penggantinya (tarigan, 2013: 230). Dalam kalimat tersebut nama sebuah perusahan pesawat bertautan dengan Boeing. Mempersingkat kalimat dan lebih menekanan agar pembaca berfokus pada perusahan Boeing. 49 Bukti paling menonjol, sejak 2013, secara umum, pengadilan menjatuhkan vonis semakin hari makin ringan. Bahkan, akhir-akhir ini, vonis bagi mereka yang melakukan korupsi berada di kisaran dua tahun. Saldi Isra, Kompas, 4 Januari 2017, paragraf 13. Sinekdoke Penuinjuk gaya bahasa sinekdoke dalam kalimat ini adalah kata pengadilan. Kata pengadilan dalam kalimat tersebut menggunakan majas sinekdoke Totem Pro Parte. Pengadilan dapat berarti semua Memberi kritik kepada pengadilan 126

143 Majelis dan perangkat di dalam lembaga peradilan, pengadilan mewakili hakim, karena hakimlah yang menjaduhkan vonis di dalam pengadilan. 50 Bagi masyarakat Barat, karakter Trump yang ceplas-ceplos, kurang sensitif, anti intelektual, patriarkis, narsis, dan Islamophobia. Dinna Wisnu, Kompas, 20 Januari 2017, paragraf 5. Sinekdoke Penunjuk gaya bahasa sinekdoke dalam kalimat ini adalah frasa masyarakat Barat. Frasa masyarakat barat dapat berarti semua masyarakat di daerah barat. Akan tetapi di dalam kalimat ini masyarakat barat digunakan untuk mewakili satu negara saja yaitu Amerika Serikat. Memberikan efek yang lebih besar di dalam pendapatnya. Seolah-olah seluruh negara barat tidak menyukai Trump. 127

144 51 Namun, Filipina bukanlah negara penentu, sungguh pun negeri itu berada di garis depan konflik. Susilo Bambang Yudhoyono, Kompas, 2 Januari 2017, paragraf Kendati dalam forum global, seperti G-20 dan APEC, semua pemimpin beretorika menolak proteksionisme, kenyataannya kebijakan yang proteksionis di sana-sini masih dianut. Susilo Bambang Yudhoyono, Kompas, 2 Januari 2017, paragraph 29. Eufimisme Eufimisme Penunjuk gaya bahasa eufimisme dalam kalimat ini adalah frasa garis depan. Eufimisme menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik eufemisme (euphemism) adalah pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau tabu. Penggunaan frasa garis depan dirasa lebih baik dari pada penggunaan kata perbatasan. Penunjuk gaya bahasa eufimisme dalam kalimat ini adalah kata beretorika. Penggunaan kata beretorika lebih halus daripada menggunakan kata berbicara dalam Memperhalus kalimat. Dengan menggunakan frasa garis depan. Penggunaan frasa garis depan dalam kalimat, lebih halus daripada menggunakan kata perbatasan. Memperhalus kalimat. Penggunaan kata beretorika dalam kalimat tersebut, lebih halus daripada penggunaan kata berbicara. 128

145 konteks kalimat tersebut. 53 Besarnya desakan warga negara, khususnya kaum ibu-ibu yang anaknya gugur atau cacat dalam perang di Vietnam,... Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 5. Eufimisme Penunjuk gaya bahasa eufimisme dalam kalimat ini terdapat dalam kata gugur. Penggunaan kata gugur dirasa lebih halus dari pada penggunaan kata mati. Biasanya kata gugur digunakan untuk pahlawan yang wafat di medan perang. Memperhalus kalimat. Penggunaan kata gugur dalam kalimat tersebut, lebih halus daripada penggunaan kata mati. 54 Bukankah dengan kondisi yang ada selama ini justru banyak pihak di jajaran pemerintah, legislatif, peradilan, dan termasuk di lingkungan TNI dan Polri kebagian rezeki dari perdagangan narkoba, praktik mafia, kartel, korupsi, pungli, dan suap itu sendiri. Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, aragraph 18. Eufimisme Penunjuk gaya bahasa eufimisme dalam kalimat ini adalah kata rezeki. Penggunaan kata rezeki dalam kalimat tersebut lebih halus daripada menggunakan kata suap. Memperhalus kalimat dan menyindir. Penggunaan kata rezeki dalam kalimat tersebut lebih halus daripada menggunakan kata suap. Kata rezeki dalam kalimat, juga digunakan penulis untuk menyindir oknum TNI dan 129

146 Polri. 55 Tambahan lain, banyaknya jejaring korupsi yang berada di sekitar kepala daerah yang terperosok dalam pelukan KPK. Saldi Isra, Kompas, 4 Januari 2017, aragraph 3. Eufimisme Penunjuk gaya bahasa eufimisme dalam kalimat ini adalah kata pelukan. Penggunaan kata pelukan lebih halus daripada penggunaan kata ditangkap atau ditahan KPK. Pelukan dalam KBBI berarti dekapan dengan dua tangan. Memperhalus kalimat. Penggunaan kata pelukan lebih halus daripada penggunaan kata ditangkap atau ditahan KPK. 56 Kemudahan dimaksud adalah adanya ketentuan selama melaksanakan hukuman memiliki kesempatan menghuni rumah tahanan lebih singkat dari vonis hakim. Saldi Isra, Kompas, 4 Januari 2017, aragraph 15. Eufimisme Penunjuk gaya bahasa eufimisme dalam kalimat ini adalah frasa rumah tahanan. Penggunaan rumah tahanan, lebih halus daripada penggunaan penjara atau sel Memperhalus kalimat. Penggunaan rumah tahanan, lebih halus daripada penggunaan penjara atau sel. 130

147 57 Pasalnya, SBY luput membaca situasi geopolitik dan geoekonomi yang sedang berada pada masa arus balik" (turning point) sejarah peradaban bangsa-bangsa terkait 10 isu besar dunia dengan Indonesia menjadi pusat perhatian dunia sebagai cikal bakal kemunculan tata dunia baru (New World Order). Eufimisme Penunjuk gaya bahasa eufimisme dalam kalimat ini adalah kata luput. Penggunaan kata luput lebih halus daripada penggunaan kata lupa. Memperhalus kalimat. Penggunaan kata luput lebih halus daripada penggunaan kata lupa.? Surip Kadi, Kompas, 19 Januari 2017, paragraf Saat-saat kritis telah kita lewati, bagaimana mungkin gara-gara seorang Basuki, eksistensi kita sebagai negara bangsa nyaris tercabik-cabik. Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 3. Hiperbola Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kalimat ini adalah kata tercabik-cabik. Makna yang berlebih-lebihan pada kalimat tersebut ada pada penggunaan kata tercabik-cabik. Tidak mungkin sebuah bangsa bisa tercabik-cabik layaknya daging. Melebih-lebihkan suatu pernyataan 59 Lebih dari itu, keberanian dan ketulusan Presiden Joko Widodo yang hadir untuk shalat berjemaah bersama jutaan umat Islam di Monas Hiperbola Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kalimat ini adalah kata mala Melebih-lebihkan suatu pernyataan. 131

148 telah membalik keadaan dari kekhawatiran bakal terjadi tragedi dan malapetaka menjadi berkah yang tak ternilai harganya. Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraf 4. petaka. Makna yang berlebihlebihan pada kalimat tersebut terdapat pada penggunaaan malapetaka dalam KBBI petaka berarti bencana. 60 Maka, sesungguhnya ada atau tidak ada kasus penistaan agama oleh Basuki, niscaya suhu politik dan keamanan akan mengalami gonjangganjing untuk menggoyang pemerintahan Jokowi. Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraph 15. Hiperbola Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kalimat ini adalah kata menggoyang. Dalam KBBI kata menggoyang berati mengguncang. Menggoyang mungkin tidak bermakna berlebihan jika digunakan untuk menggambarkan bencana alam seperti gempa bumi. Melebih-lebihkan suatu pernyataan. 132

149 61 Dalam era reformasi, negeri ini kemudian menganut paham kapitalisme brutal. Atas nama demokrasi, rakyat boleh bicara sebebas-bebasnya, tetapi sumber daya alam dan uang tetap di tangan kelompok tertentu yang terangterangan melakukan oligarki serta kartel kekuasaan dan ekonomi. Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraph 11. Hiperbola Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kalimat ini adalah kata brutal. Dalam KBBI kata brutal memiliki arti kejam. Kata brutal mungkin tidak berlebihan jika digunakan dalam suatu penyerangan oleh teroris dan sebagainya. Melebih-lebihkan suatu pernyataan 62 Persis ciri inklusif inilah yang sedang remuk dengan dirusaknya kemajemukan Indonesia oleh para tribalis agama. B Herry Priyono, Kompas, 12 Januari 2017, paragraf 24. Hiperbola Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kalimat ini adalah kata remuk. Dalam KBBI kata remuk berarti hancur atau berkeping-keping. Kata remuk mungkin tidak dianggap hiperbola jika digunakan untuk menggambarkan kaca yang terkena lemparan batu. Melebih-lebihkan suatu pernyataan 133

150 63 Kasus Basuki juga bukti konkret bahwa tokoh Islam mustahil akan rela ditunggangi oleh kepentingan pihak lain yang nyata-nyata telah mengantar Indonesia menjadi begitu amburadul yang kini sedang dibenahi oleh Presiden Joko Widodo. Surip Kadi, Kompas, 3 Januari 2017, paragraph SBY meminjam istilah game changers (pengubah jalannya sejarah/permainan) yang sering dipakai korporasi dalam memenangi persaingan tanpa berdarah-darah karena gagasan dan cara yang brilian. Surip Kadi, Kompas, 19 Januari 2017, paragraf 3. Hiperbola Hiperbola Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kalimat ini adalah kata amburadul. Dalam KBBI amburadul berarti prakporanda. Kata amburadul mungkin tidak dikatakan suatu hiperbola jika digunakan untuk menggambarkan situasi rumah yang hancur akibat gempa bumi. Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kalimat ini adalah kata berdarah-darah. Dalam KBBI darah bebrarti cairan yang terdiri atas plasma. Melebih-lebihkan suatu pernyataan Melebih-lebihkan suatu pernyataan. 134

151 65 Dan sementara sejarawan masih terlalu asyik berdebat tentang penyebab kemenangan Trump, sudah jelas bahwa banyak pendukungnya menginginkan Amerika untuk menutup rapat-rapat pintunya, menimbun persediaannya, dan lebih mengandalkan diri sendiri daripada bergantung kepada mitramitra asingnya. Christopher Smart (Kompas, 10 Januari 2017, paragraf 9. Asonansi Penunjuk gaya bahasa asonansi pada kalimat ini adalah kata pintunya, persediaannya, dan asingnya. Menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik asonansi berarti pengulangan vocal. Dalam kalimat tersebut, terdapat pengulangan vokal a yaitu pada kata pintunya, persediaannya, dan asingnya.vokal a terletak pada tiap akhir kalimat. Memperindah bunyi 66 Pemilik kendaraan bermotor sudah dibebani pajak atas kendaraan miliknya. Kenapa terhadap kendaraan yang sama masih dibebani PNBP? Ini beban ganda pada obyek pajak yang sama. Adilkah? Erotesis Penunjuk gaya bahasa erotesis pada kalimat ini adalah pertanyaan Adilkah? Dalam kalimat tersebut terdapat penggunaan gaya bahasa erotesis Menyampaikan pendapat yang mempengaruhi pembaca 135

152 Alvin Lie, Kompas, 11 Januari 2017, paragraf 4. pada pertanyaan Adilkah? Karena paparan penulis dalam kalimat sebelumnya mempengaruhi jawaban dari pertannyaan. hanya terdapat satu jawaban dari pertannyaan tersebut yaitu tidak adil. 67 Dengan kata lain, yang bukan Pancasilais tidak ambil bagian. Terdengar keras? Memang. Sebab, demokrasi yang terlalu lunak justru memanjakan kaum radikal. Kaum yang satu saat membunuh pengasuhnya sendiri. Donny Gahral Adian, Kompas, 14 Januari 2017, paragraf 17. Erotesis Penunjuk gaya bahasa erotesis pada kalimat ini adalah pertanyaan Terdengar keras? Penggunaan erotesis terdapat dalam pertannyaan terdengar keras? karena hanya ada satu jawaban dari pertannyaan tersebut, yaitu ya Menyampaikan pendapat yang mempengaruhi pembaca 136

153 68 Merkel (Kanselir Jerman). Pertanyaan yang perlu dijawab adalah betulkah dalam konteks Indonesia sejumlah pilihan tersebut tepat untuk kita jadikan contoh? Surip Kadi, Kompas, 19 Januari 2017, paragraf 7. Erotesis Penunjuk gaya bahasa erotesis pada kalimat ini adalah pertanyaan betulkah dalam konteks Indonesia sejumlah pilihan tersebut tepat untuk kita jadikan contoh? karena ada satu jawaban dari pertannyaan tersebut yaitu, tidak Menyampaikan pendapat yang mempengaruhi pembaca Yogyakarta, 8 Januari 2018 Triangulator,. Danang Satria Nugraha, S.S, M.A. 137

154 Lingkungan Strategis dan 2017 Susilo Bambang Yudhoyono 2 Januari 2017 Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, dunia tak pernah sepi dari kecenderungan (trend), hal-hal yang tidak diketahui (unknowns), dan juga pengubah jalannya sejarah (game changers). Kita mengetahui bahwa ada sejumlah megatrend di awal abad ke-21 ini, seperti transformasi demografi, lompatan teknologi, gelombang urbanisasi, dan makin meluasnya globalisasi. Sementara itu, pada tahun 2016 dunia memiliki banyak unknowns, misalnya kita belum tahu apakah Inggris jadi keluar dari Uni Eropa (Brexit), siapa yang akan menjadi presiden Amerika Serikat Hillary Clinton atau Donald Trump, dan apakah Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) tetap kuat atau semakin lemah posisinya di Timur Tengah dan Afrika Utara. Kini unknowns tersebut banyak yang sudah mendapatkan jawabannya. Melalui artikel ini, saya akan fokus pada dua hal. Pertama, perkembangan dan dinamika geopolitik dan geoekonomi yang bisa terjadi pada tahun 2017 dan tahun-tahun berikutnya. Sementara yang kedua, game changers apa yang bakal memiliki daya ubah yang tinggi pada tingkat global dan kawasan. Tiga front besar geopolitik Di arena geopolitik, dunia masih menghadapi tiga front besar, yaitu situasi di Timur Tengah dan Afrika Utara, perkembangan di Asia Timur dan Asia Tenggara, khususnya konflik di Laut Tiongkok Selatan, dan meningkatnya aksiaksi terorisme di Eropa. Khusus di Timur Tengah dan Afrika Utara, penentu utamanya adalah Suriah dan NIIS. Jika ada perbaikan situasi keamanan di Suriah, dunia bisa menjadi lebih lega. Jika Amerika Serikat dan negara-negara Barat mulai disengaged atau tidak melibatkan diri lagi atas konflik Suriah, bola ada di tangan Bashar al-assad, Rusia, Iran, dan Turki. Jika Suriah bisa mengontrol kembali wilayahnya pasca ofensif besar di Aleppo bersamaan dengan melemahnya kaum pemberontak (oposisi) dan NIIS, secara signifikan keamanan di Suriah akan membaik. Jika memang kekuatan dan gerakan konvensional NIIS benar-benar melemah, situasi di keseluruhan kawasan secara gradual juga akan berubah. Namun, saat ini terlalu dini untuk mengatakan bahwa perbaikan situasi itu pasti akan terjadi. 138

155 Yang dikhawatirkan adalah melemahnya perlawanan NIIS di Timur Tengah dan Afrika Utara justru akan meningkatkan aksi-aksi terorisme di Eropa bahkan di bagian dunia yang lain. Sementara itu, terpilihnya Rodrigo Duterte menjadi Presiden Filipina yang baru memang telah mengurangi ketegangan di Laut Tiongkok Selatan. Namun, Filipina bukanlah negara penentu, sungguh pun negeri itu berada di garis depan konflik. Masih ada yang lebih menentukan, yaitu Amerika Serikat dan Tiongkok. Kita harus menunggu seperti apa sikap dan manuver Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump kelak. Makin memanasnya situasi konflik di Laut Tiongkok Selatan sudah barang tentu akan berpengaruh pada wilayah ASEAN, di mana Indonesia berada. Tren dan realitas geoekonomi Di bidang geoekonomi, kita mengamati sejumlah kecenderungan dan realitas. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan sedikit lebih baik dari tahun 2016, tetapi belum sepenuhnya pulih dari krisis besar tahun Kawasan Asia dengan motor penggerak Tiongkok juga masih akan mengalami tekanan kendati ekonomi ASEAN diperkirakan akan lebih baik. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang jauh lebih rendah dari era kejayaannya dulu tentu menjadi berita kurang baik bagi mitra-mitranya yang memiliki kerja sama ekonomi yang signifikan, termasuk Indonesia. Nasib negara-negara yang pasarnya masih bertumbuh (emerging markets), termasuk Indonesia, juga belum pulih benar dari perlambatan ekonominya. Kabar yang sedikit menggembirakan adalah ekonomi Indonesia punya peluang untuk menggeliat dengan outlook yang stabil. Menurut pandangan saya, hal ini dimungkinkan karena di samping akan ada perbaikan harga-harga komoditas pertanian dan minyak, Indonesia juga menjanjikan berbagai peluang investasi. Dengan uraian tentang kecenderungan global, sejumlah unknowns dan perkembangan geopolitik dan geoekonomi yang telah saya kedepankan tadi, ada lagi yang mesti kita lihat baik-baik, yaitu game changers. Dari sejumlah game changers, mari kita amati apa yang kira-kira akan dilakukan oleh empat pemimpin dunia, yaitu Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden Tiongkok Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Kanselir Jerman Angela Merkel. Kecuali Donald Trump, kebetulan saya mengenal secara pribadi para pemimpin dunia itu sehingga sedikit banyak saya mengetahui kepribadian, visi, dan pikiranpikirannya. 139

156 Jika Trump menjalankan politik luar negeri yang lebih keras dan hostile (bermusuhan) terhadap Tiongkok, sebagaimana yang diretorikakan dalam kampanye pemilihan presiden yang lalu, geopolitik di kawasan Asia bakal makin panas. Situasi keamanan mulai semenanjung Korea, Asia Timur, hingga Laut Tiongkok Selatan juga akan lebih rawan, bahkan berbahaya. Faktornya bukan hanya terletak pada Donald Trump yang tindakannya bisa saja tak terduga, melainkan juga pada Xi Jinping yang kita kenal sebagai pemimpin yang keras dan memiliki mimpi besar bagi kejayaan Tiongkok pada abad ke-21 ini. Faktor Putin juga memiliki pengaruh yang sangat kuat (powerful). Bukan hanya urusan Suriah, melainkan juga untuk Eropa bahkan Asia Timur. Putin juga merasa memiliki kewajiban moral untuk mengembalikan kejayaan Rusia yang susut sejak berakhirnya Perang Dingin 25 tahun yang lalu. Pernyataan baik Trump maupun Putin baru-baru ini tentang perlunya kekuatan nuklir yang tangguh bagi negaranya masing-masing telah memunculkan kecemasan baru bagi dunia. Sementara itu, masa depan Angela Merkel, tokoh terkuat dan berpengaruh di Eropa, juga akan memiliki implikasi bagi dunia, utamanya kawasan Eropa. Jika Merkel tetap kuat, kebijakannya yang pro imigran akan tetap berlaku meskipun barangkali akan mengalami penyesuaian. Kita tahu bahwa gelombang imigran ke Eropa ini menjadi masalah yang rumit dan sensitif di lingkungan Uni Eropa bukan hanya menyangkut aspek kedaulatan dan keamanan, melainkan juga ekonomi. Kesalahan dalam mengelola eksodus kaum migran ini dapat menimbulkan ancaman baru di bidang keamanan, termasuk terorisme. Tentu masih banyak nama pemimpin dunia yang bisa menjadi game changers di masa depan, tetapi itulah yang paling perlu untuk kita amati. Fenomena lain yang menarik perhatian masyarakat internasional satu-dua tahun terakhir ini adalah gejala, mungkin juga kecenderungan, makin meningkatnya nasionalisme, proteksionisme, dan akhir- akhir ini penolakan (rejection) terhadap konsensus global yang telah disepakati. Sikap dan pandangan yang makin nasionalistik dapat diamati misalnya keluarnya Inggris dari Uni Eropa, sikap Donald Trump yang boleh dikatakan nasionalistik, termasuk dalam batas-batas tertentu juga Xi Jinping dan Vladimir Putin. Ancaman proteksionisme 140

157 Proteksionisme juga memiliki tendensi yang meningkat. Kendati dalam forum global, seperti G-20 dan APEC, semua pemimpin beretorika menolak proteksionisme, kenyataannya kebijakan yang proteksionis di sana-sini masih dianut. Yang tergolong baru adalah munculnya penolakan atau sikap yang berbeda dari sejumlah pemimpin dunia terhadap berbagai konsensus global. Sebagai contoh, jika tidak ada perubahan, di bawah Trump Amerika Serikat tidak lagi menjadi champion perubahan iklim. Trump juga bisa menarik diri dari TPP (Trans-Pacific Partnership) yang justru inisiator dan yang paling berkepentingan adalah Amerika Serikat sendiri. Semangat dunia untuk mengurangi senjata nuklir bisa mundur kembali dengan tekad Trump dan Putin untuk mempertahankan bahkan meningkatkan senjatasenjata nuklir mereka. Sementara itu, jika negara-negara di Eropa lebih mengutamakan kepentingan nasionalnya masing-masing, tentu masa depan Uni Eropa akan menghadapi tantangan baru. Hal seperti ini juga bisa terjadi di ASEAN. Kohesi dan peran sentral ASEAN di kawasan Asia bisa melemah jika kepedulian dan komitmen para pemimpin ASEAN terhadap kemitraan dan kerja sama subkawasan melemah. Kalau hal-hal seperti ini terjadi, upaya banyak negara untuk membangun arsitektur kerja sama regional yang bisa menghadirkan stabilitas dan keamanan kawasan serta kerja sama ekonomi yang kuat dan terus meningkat bakal mengalami kemunduran. Jika sikap dan perilaku nasionalistik, proteksionis, dan membatalkan berbagai kesepakatan regional dan global terjadi pada tahun 2017, tatanan dunia baru tengah dibangun kembali. Yang perlu diingat, perubahan tata world order selalu menghadirkan instabilitas dan ketidakpastian karena memang demikianlah hakikat sebuah perubahan besar yang kompleks. Bagi Indonesia, perlu dilakukan langkah-langkah antisipatif menghadapi perkembangan dan dinamika lingkungan strategis ini agar kepentingan nasional dapat senantiasa kita lindungi dan penuhi. Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Republik Indonesia Sumber: 141

158 Indonesia Satu untuk Semua Saurip Kadi 3 Januari 2017 Dengan kasus Basuki Tjahaja Purnama, kebenaran pendapat Ben Anderson bahwa sebagai bangsa Indonesia In The Making menjadi tak terbantahkan. Dari kasus Basuki pula, kini kita tahu betapa rapuhnya kebinekaan kita. Di antara kita kemudian terjebak pada dikotomi mayoritas-minoritas, antara Islam dan non- Islam, dan juga sedikit menyerempet ke pri-nonpri dalam hal etnis Tionghoa. Di Pulau Jawa dan Sumatera serta daerah, seperti Riau, Lombok, dan Madura, memang betul Islam adalah mayoritas. Namun, bagaimana dengan di Bali, NTT, Ambon, dan Papua, bukankah justru Islam-lah yang minoritas? Sementara di pulau-pulau besar lainnya, antara Islam dan non-islam dalam posisi cukup berimbang. Lantas faktor apa yang bisa mengikat kita jika hendak terus bertahan dalam wadah Indonesia dengan wilayah dari Sabang sampai Merauke yang satu untuk semua dalam kebinekaan? Saat-saat kritis telah kita lewati, bagaimana mungkin gara-gara seorang Basuki, eksistensi kita sebagai negara bangsa nyaris tercabik-cabik. Jangan dikira keunggulan mayoritas Islam di Jakarta tidak segera ditandingi mayoritas non- Islam di wilayah lain. Beruntung sejarah kembali berulang. Jika dahulu menjelang kemerdekaan Republik ini kebesaran jiwa sejumlah tokoh Islam telah melahirkan Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar negara, kali ini kebesaran jiwa sejumlah tokoh Islam terlebih yang langsung terlibat di lapangan dalam demo 4 November dan 2 Desember 2016 kembali menampilkan wajah baru peradaban Indonesia sekaligus menyelamatkan negeri ini dari stigma Islam yang menakutkan. Lebih dari itu, keberanian dan ketulusan Presiden Joko Widodo yang hadir untuk shalat berjemaah bersama jutaan umat Islam di Monas telah membalik keadaan dari kekhawatiran bakal terjadi tragedi dan malapetaka menjadi berkah yang tak ternilai harganya. Sudah barang tentu kesemuanya itu tidak lepas dari kedewasaan aparatur keamanan TNI dan Polri dalam mengawal dan mengamankan jalannya demo. Besarnya desakan warga negara, khususnya kaum ibu-ibu yang anaknya gugur atau cacat dalam perang di Vietnam, Amerika Serikat kemudian mengubah kebijakan dalam membendung komunisme, dari semula operasi militer diganti dengan operasi intelijen. Dalam kasus Indonesia, keberhasilan misi tersebut tidak bisa lepas dari karakter komunisme sebagai ideologi pendobrakan dan juga kepiawaian operator lapangan dalam mengadu domba antarkelompok masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, sebagaimana teori Clifford Geertz yang membagi masyarakat kita ke dalam tiga kelompok, yaitu priayi, santri, dan abangan. 142

159 Menjelang peristiwa G30S/PKI di sejumlah daerah, kader PKI membantai kiai dari lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) yang notabene adalah tetangga, guru mengaji, bahkan imam (pemimpin) shalat mereka sendiri. Begitu juga sebaliknya, pasca G30S/PKI, santri NU yang dengan sadar bersama kekuatan lain menghabisi nyawa tokoh dan anggota PKI yang tak lain juga tetangga, bahkan anggota keluarga atau famili dan kerabat mereka sendiri. Aneh tetapi nyata, bangsa yang agamais dan berbudaya adiluhung serta-merta berubah seolah menjadi tak beradab. Yang pasti kemudian Bung Karno jatuh, kita kemudian masuk ke era baru di mana tatanan politik dan khususnya ekonomi kita beralih ke paham kapitalisme dengan cap ekonomi Pancasila. Pak Harto kemudian berhasil mengantar negeri ini bersiap diri untuk tinggal landas, sangat disayangkan sial tak bisa dielakkan, di pengujung tahun 1997 dunia mengalami krisis moneter akibat gelembung (bubble) ekonomi. Indonesia kemudian dilanda krisis multidimensional dan dalam waktu singkat kerusuhan anti Tionghoa begitu serempak terjadi di banyak tempat. Kembali lagi, serta-merta sebagai bangsa yang dikenal agamais dan budaya adiluhung sebagian karakternya berubah total menjadi penjarah dengan semangat anti Tionghoa. Pak Harto kemudian memilih mundur dan kita memasuki era demokratisasi. Lantas siapa dalang yang sebenarnya atas kerusuhan sosial itu semua? Bukankah kita tahu siapa sesungguhnya yang diuntungkan dari serangkaian kerusuhan sosial tersebut? Biaya politik yang begitu besar, bahkan dibarengi dengan jatuh korban di antara anak bangsa dalam jumlah yang tidak kecil, dalam rentang 70 tahun ternyata rakyat banyak belum menikmati manfaat keberadaan negara sebagaimana mestinya. Yang terjadi justru sebaliknya, kini rakyat terbebani oleh warisan masa lalu yang begitu berat akibat salah kelola kekuasaan negara, berupa rusaknya moral sebagian besar elite negeri ini, utang yang begitu besar dan kerusakan alam, sementara kekayaan alam hanya dinikmati oleh sekelompok orang kroni penguasa dalam dan luar negeri. Cengkeraman kapitalisme brutal Dalam era reformasi, negeri ini kemudian menganut paham kapitalisme brutal. Atas nama demokrasi, rakyat boleh bicara sebebas-bebasnya, tetapi sumber daya alam dan uang tetap di tangan kelompok tertentu yang terang-terangan melakukan oligarki serta kartel kekuasaan dan ekonomi. Jika pada era Orde Baru konglomerat yang dibesarkan pemerintah sepenuhnya di bawah kontrol negara, dalam era reformasi yang terjadi sebaliknya, mereka dengan mudahnya bisa membeli penguasa, tak terkecuali jajaran keamanan dan hukum. 143

160 Disebut kapitalisme brutal karena sistem yang diterapkan tidak lagi peduli terhadap sebagian besar rakyat hidup dalam kesulitan dan sebagian lagi tak berdaya menghadapi capital violence yang justru dilindungi negara. Bahkan untuk kepentingan konglomerat hitam, negara melakukan terorisme oleh negara (state terrorism). Penguasa tak lagi peduli bahwa mereka yang digusur adalah rakyatnya sendiri yang tidak pernah bisa memilih terlahir dari keluarga miskin. Praktik mafia dan kartel berkembang di semua lini kehidupan. Bahkan, Presiden Joko Widodo pada awal pemerintahannya menyimpulkan bahwa mafia di mana-mana dan di mana-mana mafia. Presiden Joko Widodo memang tidak hendak melanjutkan cara-cara lama. Nawacita sebagai kontrak sosial secara terang benderang hendak mengubah dan menghentikan hal-hal buruk yang terjadi pada masa lampau. Konsekuensi logis yang tidak bisa dihindari adalah terancamnya eksistensi konglomerat hitam, mafioso, pelaku kartel, sejumlah tokoh yang tersangkut Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan Bank Century, koruptor kelas kakap, dan semua pihak yang terlibat proyek mangkrak. Begitu pula kebijakan amnesti pajak. Secara awam, amnesti pajak memang terbaca sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan anggaran, tetapi bagi pihak-pihak tertentu, pajak amnesti adalah ancaman nyata atas diri dan uang haramnya. Menjadi mudah untuk dipahami kalau sebagian besar dari mereka hingga saat ini belum mau ikut program amnesti pajak. Dengan sadar mereka tahu bahwa dirinya akan selamat manakala Presiden Joko Widodo jatuh atau setidaknya Indonesia dilanda kerusuhan sosial apalagi berlatar belakang SARA sebelum batas akhir program amnesti pajak. Kondisi menjadi lebih buruk lagi ketika konflik personel tokoh nasional tertentu dan juga persaingan politik dalam pilkada DKI makin menganga. Sudah barang tentu untuk sejumlah negara, program amnesti pajak yang kita tempuh juga sebagai ancaman kebangkrutan perekonomian mereka. Maka, sesungguhnya ada atau tidak ada kasus penistaan agama oleh Basuki, niscaya suhu politik dan keamanan akan mengalami gonjang-ganjing untuk menggoyang pemerintahan Jokowi. Menjadi lebih laris manis ketika muncul kasus yang sensitif, yaitu penistaan agama. Hikmah kasus Kasus Basuki membawa hikmah yang luar biasa, kini kita tahu kadar kebinekaan kita yang begitu rentan. Bangsa ini masih perlu kerja keras dalam membangun nasionalisme dan toleransi dalam kebinekaan. Di sanalah maka ke depan negara perlu memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam mendukung program-program pemerintah. Karena nasionalisme kekinian tidak mungkin tanpa bicara manfaat negara bagi segenap rakyat tanpa kecuali. Karena itu, sejumlah program pemerintah yang terkait dengan pembangunan rasa kebangsaan dan bela negara mutlak perlu diubah sesuai dengan tuntutan kekinian. 144

161 Kasus Basuki juga bukti konkret bahwa tokoh Islam mustahil akan rela ditunggangi oleh kepentingan pihak lain yang nyata-nyata telah mengantar Indonesia menjadi begitu amburadul yang kini sedang dibenahi oleh Presiden Joko Widodo. Maka, sepanjang hukum ditegakkan dengan seadil-adilnya, niscaya ke depan tidak ada gejolak politik yang bersumber dari kasus Basuki. Kekuatan rakyat yang begitu besar, tak terkecuali dari lingkungan Islam, adalah kekuatan nyata yang perlu disinergikan dengan program pemerintah. Pemberantasan narkoba, mafia dan kartel, sapu bersih pungutan liar dan suap, serta perang melawan korupsi mustahil akan berhasil tanpa dukungan nyata dari kekuatan rakyat terorganisasi. Bukankah dengan kondisi yang ada selama ini justru banyak pihak di jajaran pemerintah, legislatif, peradilan, dan termasuk di lingkungan TNI dan Polri kebagian rezeki dari perdagangan narkoba, praktik mafia, kartel, korupsi, pungli, dan suap itu sendiri. Langkah berikutnya adalah pembenahan prosedur birokrasi pemerintahan dengan berbasis teknologi informasi agar munculnya peluang untuk melakukan praktik mafia dan kartel, serta suap, pungli, dan korupsi dapat dinihilkan. Kasus Basuki semestinya menyadarkan kita semua bahwa ke depan sistem kenegaraan kita perlu segera dirombak agar negara melalui konstitusi dan perundang-undangan turunannya menjamin Indonesia yang bineka ini adalah wadah yang satu untuk semua dalam kebinekaan, bukan semua untuk sekelompok orang. Ketika frustrasi publik terakumulasi, maka kasus sekecil apa pun, apalagi yang terkait penistaan agama, otomatis akan menjadi besar yang hampir saja menggoyahkan eksistensi negara karena Basuki sesungguhnya hanyalah medium belaka. Rasanya lucu kalau kita berharap lantai yang disapu bakal bersih, sementara sapu yang digunakan begitu kotornya. Bagaimana mungkin, kita berharap pabrik tahu bisa memproduksi keju mimpi kali. Saurip Kadi, Mantan Asisten Teritorial Kepala Staf TNI Angkatan Darat Sumber: 145

162 Labirin Praktik Korupsi Saldi Isra 4 Januari 2017 Ibarat labirin, korupsi menjadi virus perusak yang terus membelit dan melilit sekujur tubuh Indonesia. Sekalipun telah disuntikkan berbagai vaksin guna menghentikan dan sekaligus mengurangi lajunya, hingga pengujung tahun 2016 belum terlihat tanda-tanda praktik korupsi berkurang. Karena itu, menghentikan laju praktik koruptif akan selalu jadi pekerjaan yang membutuhkan komitmen dan perjuangan panjang nan melelahkan. Secara kuantitatif, sebagaimana dicatat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), hingga 31 Oktober 2016, perkara korupsi menunjukkan kenaikan tajam dibandingkan Misalnya, penanganan tindak pidana korupsi tahap penyidikan naik dari 57 menjadi 81 kasus dan penuntutan naik dari 62 menjadi 70 kasus (Kompas, 17/12). Apabila ditambah perkara sampai hari terakhir 2016, kenaikannya pasti semakin memprihatinkan. Cacatan ini akan makin memprihatinkan apabila ditambahkan dengan data kejaksaan dan kepolisian. Kenaikan itu, misalnya, berasal dari operasi tangkap tangan (OTT) KPK terhadap salah seorang deputi Badan Keamanan Laut dan seorang pejabat eselon III Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Dalam batas penalaran yang wajar, sebagai kejahatan yang tidak mungkin bekerja dengan pelaku tunggal, kedua kejadian itu pasti melibatkan pelaku lain. Tambahan lain, banyaknya jejaring korupsi yang berada di sekitar kepala daerah yang terperosok dalam pelukan KPK. Contoh paling mutakhir, hanya dalam hitungan jam menuju pergantian tahun, KPK disibukkan oleh OTT terhadap Sri Hartini, Bupati Klaten, Jawa Tengah, periode Penangkapan ini terkait jual-beli jabatan dalam pengisian susunan organisasi dan tata kerja di lingkungan pemerintah daerah. Dari perspektif yang lebih luas, penangkapan Sri Hartini sekaligus menjadi bukti betapa perilaku koruptif-primitif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah terus berlangsung. Tiga penyebab Sekalipun data yang disajikan itu hanya berasal dari catatan KPK, angka itu lebih dari cukup guna menggambarkan betapa agenda menghentikan praktik korupsi masih jauh dari berhasil. Padahal, menilik perjalanan waktu, pemberantasan korupsi telah menjadi agenda prioritas selama hampir dua dekade terakhir. Tak sebatas prioritas, pemberantasan korupsi pun dilakukan secara luar biasa (extraordinary). 146

163 Selama ini, salah satu penyebab yang sering dikemukakan dalam menjelaskan meruyaknya perilaku koruptif adalah kelemahan elementer dari materi hukum (legal substance). Sebagaimana acap kali saya kemukakan, salah satu kelemahan paling dasar adalah banyak aturan hukum yang tak jelas, memiliki makna ganda (multiinterpretasi), dan memihak pelaku korupsi. Namun disadari, secermat dan sebaik apa pun membuat UU, sulit keluar secara paripurna dari kelemahan tersebut. Karena itu, meningkatnya perkara korupsi sepanjang 2016 menjadi tak cukup relevan hanya dijelaskan dari kelemahan materi hukum. Bagaimanapun, dalam bingkai penegakan hukum, materi hukum salah satu faktor yang dapat memengaruhi pemberantasan korupsi. Karena itu, di antara penyebab berikut dapat dikatakan memberikan kontribusi penting sulitnya membendung dan menghentikan laju korupsi. Tentunya, penyebab dimaksud memberi kontribusi pula meningkatnya perkara korupsi pada tahun-tahun sebelumnya, termasuk tahun Pertama, perilaku koruptif telah menjadi praktik keseharian sehingga menjadi sulit membedakan antara perilaku koruptif dan perilaku yang seharusnya. Bahkan acap kali terdengar ungkapan jika korupsi dihentikan, gerak pembangunan pun akan berhenti secara tiba-tiba. Bagi mereka yang menerima kebenaran ungkapan ini, korupsi dipandang semacam pelumas bergeraknya roda pembangunan. Oleh karena itu, di tengah masyarakat korupsi dianggap sesuatu yang umum, biasa dan tak dipandang sebagai bentuk kejahatan. Bilamana pandangan di atas dikerucutkan menjadi perilaku menyimpang yang menjangkiti birokrasi, praktik suap di lingkungan birokrat benar-benar memiliki akar sejarah dalam membiaknya perilaku koruptif. Hasil penelitian Bruce Glassburner (1978) membuktikan betapa kebijakan pemerintah dan perilaku aparat menjadi akar meruyaknya praktik korupsi di Indonesia. Boleh jadi, perilaku koruptif sama sekali belum hilang sekalipun pemberantasan korupsi jadi agenda sentral hampir dua dekade terakhir. Setidaknya, sejumlah peristiwa sepanjang 2016 membuktikan betapa mengakarnya perilaku korupsi. Karena itu, jangan kaget saat perilaku menyimpang memperdagangkan kuasa dan wewenang terkuak ke permukaan. Sangat mungkin perilaku itu masih amat mengalir dengan masif dalam penyelenggaraan negara. Bisa jadi, kejadian yang menimpa deputi Badan Keamanan Laut dan pejabat eselon III DJP serta sejumlah OTT KPK terhadap kepala daerah sepanjang 2016 hanya karena mereka bernasib sial. Artinya, peristiwa itu semacam puncak gunung es betapa masifnya praktik jual-beli kuasa dan wewenang. Kedua, tindakan dan langkah pembaruan begitu mudah terjebak pada perilaku hangat-hangat tahi ayam. Fakta empirik membuktikan, sejumlah skandal korupsi yang terkuak di lingkungan pemerintah hanya memiliki daya kejut dalam waktu terbatas. Seperti terjebak dalam sebuah pola: sebuah skandal segera 147

164 menguap begitu skandal baru terkuak. Kecenderungan, terkuaknya skandal korupsi nyaris tak pernah menjadi momentum melakukan perubahan secara total. Biasanya, ketika pelaku yang bernasib sial dihukum, upaya untuk mengungkap jejaringnya tidak pernah dilakukan dengan serius. Padahal jamak dipahami bahwa korupsi, apalagi yang masuk kategori skandal, tidak mungkin dijalankan pelaku secara tunggal. Menilik kasus tangkap tangan terhadap seorang pejabat eselon III DJP di atas, kejadian ini membuktikan bahwa proses hukum dan tindakan lain dalam skandal penggelapan pajak yang pernah dilakukan Gayus P Tambunan tak mampu sepenuhnya memberikan efek jera. Sangat mungkin pengulangan kasus di lingkungan DJP disebabkan gagalnya melakukan upaya terus-menerus menjaga makna efek jera penjatuhan hukuman bagi Gayus. Lebih dari itu, tidak tertutup pula, perilaku serupa belum sepenuhnya berhenti. Ketiga, selain kedua faktor di atas, penyebab lain tidak mudah mengurangi dan menghentikan laju praktik korupsi dipicu oleh penjatuhan hukum (vonis hakim) yang jauh dari memadai untuk mampu memberikan efek jera. Bukti paling menonjol, sejak 2013, secara umum, pengadilan menjatuhkan vonis semakin hari makin ringan. Bahkan, akhir-akhir ini, vonis bagi mereka yang melakukan korupsi berada di kisaran dua tahun. Celakanya, kecenderungan penurunan ini terjadi sejak pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi daerah. Padahal, sebagai bagian menimbulkan efek jera, UU pemberantasan tindak pidana korupsi memberikan ruang untuk menjatuhkan hukuman secara maksimal. Sebagai contoh, dalam hal seseorang tersangkut tindak pidana korupsi sebagaimana diatur Pasal 2 Ayat (1) UU No 31/1999, UU memberi ruang untuk menjatuhkan pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat empat tahun dan paling lama 20 tahun. Begitu pula dengan Pasal 3 UU No 31/1999, UU memberi ruang menjatuhkan pidana penjara seumur hidup/pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama 20 tahun. Sekalipun kedua pasal memberi ruang untuk menjatuhkan pidana minimal satu tahun, penjatuhan hukuman harus selalu diletakkan dalam bingkai pesan efek jera memberantas korupsi. Karena pesan penjeraan itu, UU No 31/1999 memberi ruang menjatuhkan pidana mati apabila korupsi dilakukan dalam keadaan tertentu. Sejumlah pengalaman menunjukkan, penjatuhan pidana rendah diikuti dengan kemudahan lain yang dinikmati mereka yang dipidana. Kemudahan dimaksud adalah adanya ketentuan selama melaksanakan hukuman memiliki kesempatan menghuni rumah tahanan lebih singkat dari vonis hakim. Bahkan, berkaca dari sejumlah kasus, dengan kemampuan keuangan yang dimiliki terpidana korupsi, rumah tahanan tidak cukup memberikan efek penjeraan. Sebagian di antara terpidana mudah menikmati segala macam kemewahan, termasuk mangkir dari rumah tahanan sebagaimana yang pernah dilakukan Gayus Tambunan. 148

165 Tidak kalah mengkhawatirkan, bekas narapidana korupsi diberi ruang untuk ikut kontestasi politik begitu selesai menjalani masa hukuman. Dengan kemudahan itu, sebagian mereka yang pernah dipidana kasus korupsi dengan mudah mengikuti kontestasi politik. Jalan mudah berkiprah kembali di panggung politik meruntuhkan misi politik menempatkan korupsi sebagai kejahatan luar biasa. Disadari atau tidak, segala kemudahan tersebut membuat banyak kalangan tidak takut melakukan korupsi. Jalan keluar Sebagai catatan awal tahun, perlu disadari, labirin perilaku koruptif sangat mungkin kian menggila sepanjang Untuk itu, haruslah ditemukan jalan keluar dari labirin perilaku koruptif yang telah lama menjadi virus perusak yang terus membelit dan melilit negeri ini. Melihat daya rusak yang ditimbulkan, tak cukup lagi dengan mengimbau agar menghentikan perilaku koruptif. Untuk itu, mereka yang diberikan wewenang mengelola kepentingan publik apabila terbukti melakukan korupsi, hukuman harus mampu memberikan efek jera. Begitu juga bagi pelaku korupsi karena ketamakan, hukuman maksimal harus mampu menjangkau dan memiskinkan pelaku korupsi. Tak berhenti sampai pelaku, penegakan hukum harus mampu membongkar jejaring pelaku korupsi secara tuntas. Selama hanya berfokus pada pelaku, koruptor mungkin saja menggunakan pihak lain sebagai tempat menyimpan harta hasil korupsi. Karena itu, langkah serius mengejar dan membongkar semua pihak yang jadi jejaring koruptor menjadi pilihan yang tak terhindarkan. Sementara itu, bagi pelaku politik yang terbukti melakukan korupsi, hukuman tidak cukup dengan pidana badan dan pemiskinan, tetapi harus berani juga mencabut hak politik mereka. Tanpa itu, politisi yang pernah dihukum karena terbukti korupsi akan tetap memiliki ruang merampas panggung politik. Tanpa keberanian mencabut hak politik, banyak kalangan percaya, suatu waktu nanti panggung politik negeri ini akan dikuasai oleh bekas pelaku korupsi. Saya termasuk orang yang percaya: pidana maksimal dan memangkas segala kemudahan dapat menjadi strategi ampuh keluar dari jebakan labirin praktik korupsi di kalangan politisi. Saldi Isra, Profesor Hukum Tata Negara dan Direktur Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang Sumber: 149

166 Renminbi sebagai Acuan J Soedradjad Djiwandono 5 Januari 2017 Dalam Sarasehan Ekonomi Nasional di sebuah hotel di Jakarta awal Desember lalu, Presiden Jokowi, sebagaimana dikutip media, mengatakan, Menurut saya, kurs rupiah dan dollar AS bukan lagi tolok ukur yang tepat. Kan harusnya kurs yang relevan kurs rupiah melawan mitra dagang terbesar kita. Mitra dagang dimaksud adalah Tiongkok. Nilai hubungan dagang Indonesia dengan Tiongkok lebih besar daripada hubungan dagang dengan Amerika Serikat ataupun Uni Eropa. Atas dasar ini, Presiden berpendapat bahwa sebaiknya kita meninggalkan penggunaan dollar AS dan menggantinya dengan yuan atau renminbi sebagai tolok ukur. Sehari setelah itu, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution membuat pernyataan bahwa itu bukan yang dimaksud Presiden, tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya dimaksudkan. Menurut saya, pernyataan tersebut bukan hanya reaksi sesaat yang boleh diabaikan. Mengapa? Karena ini bukan satu- satunya ataupun yang pertama disampaikan pemerintah. Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan dari kabinet sebelum dilakukan perombakan (reshuffle) pernah mengusulkan digunakannya renminbi dalam perdagangan antarnegara- negara ASEAN dalam fora resmi. Demikian pula Presiden Jokowi dalam Pertemuan Puncak ASEAN dengan mitra dialognya. Sebagaimana diketahui, hubungan perdagangan dan investasi Indonesia dan banyak negara lain di Asia dan kawasan lain dengan Tiongkok memang terus meningkat, apalagi semenjak dunia dilanda resesi berkepanjangan (the great recession) setelah krisis keuangan 2008/2009. Kemudian IMF memasukkan renminbi sebagai dasar nilai dana reserves ciptaan IMF yang dikenal sebagai SDRs (special drawing rights). Pengumumannya dilakukan lebih dari setahun lalu, sedangkan peresmiannya awal Oktober Dengan keputusan ini, renminbi masuk dalam mata uang kelas elite bersama dollar AS, poundsterling, euro, dan yen. Atas dasar hal itu, apa yang dinyatakan Presiden yang didampingi sejumlah menteri ekonomi di depan seratus ekonom itu tentu bukan keseleo lidah (slip of the tounge) dan memang beralasan. Akan tetapi, saya punya pendapat yang agak berbeda dalam permasalahan ini. Peran ekonomi Tiongkok Perkembangan ekonomi Tiongkok memang luar biasa sejak dilancarkannya kebijakan ekonomi PM Deng Xiaoping, dikenal sebagai ekonomi sosialis dengan 150

167 karakteristik Tiongkok, akhir 1970-an. Ekonomi Tiongkok tumbuh dua digit setiap tahun selama tiga dasawarsa dua tahun yang lalu. Melampaui posisi Jepang, menjadi nomor dua terbesar di dunia tahun Kalau digunakan ukuran paritas daya beli (purchasing power parity), ekonomi Tiongkok sudah terbesar di dunia tahun lalu. Dengan menggunakan nilai nominal PDB, ekonomi Tiongkok akan menjadi nomor satu sekitar 10 tahun lagi. Sejak menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tahun 2001, dua tahun kemudian nilai perdagangan Tiongkok 4 triliun dollar AS, terbesar di dunia, melampaui AS. Pada waktu perekonomian negara-negara maju mengalami kelesuan dalam resesi yang berkepanjangan sebagai akibat dari krisis keuangan dunia , ekonomi Tiongkok menjadi penyelamat banyak perekonomian, terutama negara-negara pengekspor komoditas dan sumber alam, termasuk Indonesia. Sejak itu, banyak negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan, yang mengalami perubahan dalam posisi hubungan perdagangan, di mana Tiongkok menjadi mitra dagang terbesarnya. Bersamaan dengan hal itu, Tiongkok menjadi pengumpul cadangan devisa terbesar dan pemegang terbesar utang AS. Devisa yang terkumpul melampaui 4 triliun dollar AS dan kebanyakan dalam aset dollar AS. Ini salah satu unsur yang mendorong IMF mengakui bahwa renminbi selayaknya menjadi bagian dari SDR. Tiongkok sendiri, mulai dengan masuknya menjadi anggota WTO, terus berupaya meningkatkan hubungan perdagangan, investasi, dan ekonomi-keuangan di dunia, baik secara bilateral, regional, maupun multilateral. Pendirian Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang menyaingi Bank Dunia beberapa waktu lalu, dan meningkatnya peran dalam pembangunan di negara-negara Amerika Latin, Afrika, dan Asia, semua melambungkan peran Tiongkok dalam hubungan perdagangan, ekonomi-keuangan Tiongkok dengan negara-negara lain di seluruh dunia. Dalam hubungan perdagangan dan investasi yang dikembangkan ini, peran renminbi sebagai alat pembayaran juga terus meningkat. Tiongkok juga membiarkan digunakannya renminbi sebagai alat pembayaran secara internasional. Pemerintah Tiongkok juga mendorong dijadikannya renminbi mata uang yang diperdagangkan di pusat-pusat keuangan internasional London dan Singapura. Semua yang disebut itu merupakan unsur yang mendorong kian besarnya peran renminbi dalam sistem pembayaran dunia dan posisi renminbi sebagai bagian cadangan devisa. Di Indonesia, antara lain karena kurangnya pemahaman tentang arti sesungguhnya dari status renminbi menjadi bagian dari SDR telah menumbuhkan persepsi di pasar yang berlebihan. Hampir dua tahun lalu ada pengamat finansial yang memprediksikan dalam waktu singkat renminbi akan menggantikan kedudukan dollar AS menjadi mata uang dunia. 151

168 Renmimbi sebagai tolok ukur? Seandainya pernyataan Presiden Jokowi dikemukakan waktu cadangan devisa Tiongkok mencapai 4 triliun lebih seperti setahun lalu dan negara ini masih pemegang obligasi AS paling besar (kini sudah tidak lagi) serta renminbi resmi jadi bagian dari SDR dan tak ada kekhawatiran perubahan sikap AS, mungkin lebih mudah untuk diterima. Namun, saya mengamati perkembangan yang kurang mendukung pendapat itu dewasa ini. Salah satu alasannya adalah meningkatnya ketidakpastian dengan Donald Trump menjadi presiden AS, 20 Januari nanti. Tidak seperti dipersepsikan banyak orang, implikasi dari kebijakan yang berubah dari Pemerintah AS dan The Fed terhadap perekonomian Tiongkok tampaknya tidak banyak berbeda dengan negara-negara berkembang lain. Perekonomian Tiongkok juga mengalami tekanan seperti Indonesia dan negaranegara berkembang lain yang menghadapi terjadinya arus balik modal dan dana yang selama ini tertanam di negara- negara tersebut karena kondisi ekonomi AS yang lebih lemah. Keputusan The Fed menaikkan Fed funds rate medio Desember lalu dan akan dilanjutkan dengan kenaikan tiga kali lagi pada 2017 mengubah ekspektasi pasar terhadap perekonomian AS. Hal itu diperkuat oleh lebih besarnya kemungkinan terjadi peningkatan pengeluaran investasi infrastruktur dan pengeluaran pada umumnya karena pemotongan pajak korporasi dan pendapatan ataupun liberalisasi yang probisnis. Semua perkembangan itu mendorong menguatnya dollar AS terhadap semua mata uang di dunia yang sedang berlangsung dan besar kemungkinan akan berlanjut. Dollar AS yang menguat atau mata uang negara-negara berkembang yang melemah mendorong arus balik modal. Dalam pada itu, kebijakan Trump yang merkantilis, proteksionistis akan menimbulkan implikasi bahwa melemahnya mata uang negara-negara lain terhadap dollar AS kemungkinan tak akan berdampak pada meningkatnya ekspor negara-negara tersebut. Yang disebut itu bukan analisis teoretis. Kecenderungan itu sudah tampak dari sejumlah laporan dan analisis yang dibahas Financial Times. Cadangan devisa Tiongkok 4 triliun dollar AS lebih pada Dewasa hanya sedikit lebih besar dari 3 triliun dollar AS. Artinya, dalam setahun terjadi pengurangan luar biasa yang tentu mengkhawatirkan. November lalu, dalam sebulan terjadi penurunan cadangan sekitar 70 miliar dollar AS, sangat besar bahkan buat Tiongkok. Analisis sejumlah kalangan menunjukkan, keluarnya aliran dana ini sebagian karena intervensi yang sengaja dilakukan Bank Sentral Tiongkok (PBOC) untuk mengurangi laju depresiasi renminbi yang cepat. Sebagian lain karena pembayaran kembali pinjaman korporasi yang membengkak dan pelarian modal. Hal ini tampak, misalnya dari kegiatan merger dan akuisisi (MA) dan transaksi 152

169 yang agak di luar kebiasaan seperti adanya over pricing, pembayaran jasa-jasa asuransi yang sangat besar, pembelian properti dan perusahaan di luar negeri di berbagai sektor oleh pemodal Tiongkok merupakan tanda-tanda terjadinya kegiatan yang sebenarnya pelarian modal secara terselubung. Pemerintah Tiongkok juga kembali melaksanakan berbagai langkah pengendalian modal (capital control) dengan membatasi besarnya dana untuk pembayaran dividen buat pemilik saham asing, pembatasan izin dan besarnya penanaman modal di luar negeri bagi pemodal Tiongkok. Semua ini mengisyaratkan ada perasaan waswas dari dunia usaha Tiongkok yang kemudian melakukan tindakan penyelamatan modal (flight to safety) dan kemudian dihadapi otoritas dengan upaya pencegahannya. Masyarakat kita kurang paham kondisi yang berkembang dalam perekonomian Tiongkok. Misalnya tentang besarnya pinjaman resmi pemerintah yang masih dalam kondisi yang aman (sekitar 40 persen terhadap produk domestik bruto). Tak jelas apakah di dalamnya sudah termasuk pinjaman pemerintah provinsi yang juga tinggi dan meningkat waktu semua berlomba membangun infrastruktur dan properti beberapa tahun terakhir dengan pembiayaan mengandalkan pinjaman shadow banks yang kurang jelas pengaturannya. Selain itu, terjadi peningkatan pesat pinjaman korporasi dua tahun terakhir sehingga IMF mengeluarkan peringatan karena pinjaman korporasi 145 persen dari PDB. Ini menyebabkan pinjaman Tiongkok secara keseluruhan mencapai 225 persen dari PDB. Bukan seperti digambarkan beberapa pihak di Indonesia, rasio pinjaman terhadap PDB Tiongkok juga tinggi seperti kebanyakan negara Barat. Karena itu, untuk mengubah tolok ukur sebagai panduan berusaha buat Indonesia dari dollar AS ke renminbi, kalaupun akan dilakukan seyogianya bukan sekarang ataupun dalam waktu singkat. Keputusan penting ini harus didahului kajian yang mendalam, menyangkut semua informasi yang relevan apa untung-ruginya bagi perekonomian nasional, bukan perhitungan sesaat ataupun untuk kepentingan mikro atau kelompok. J Soedradjad Djiwandono, Guru Besar Ekonomi Emeritus, Universitas Indonesia dan Professor Ekonomi Internasional, RSIS, Nanyang Technological University Singapura Sumber: 153

170 Holding BPJS Amri Yusuf 6 Januari 2017 Dalam suatu kesempatan, beberapa bulan sebelum BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) diresmikan beroperasi penuh pada awal Juli 2015 di Cilacap, direksi BPJS TK mendapat kesempatan untuk melakukan audiensi dengan Presiden Jokowi di istana kepresidenan. Elvyn G Masassya selaku direktur utama melaporkan persiapan peresmian operasional penuh BPJS TK dan menyampaikan progres pelaksanaan program jaminan sosial yang dikelola BPJS TK tiga tahun terakhir. Presiden selain memberikan apresiasi atas pencapaian BPJS TK juga menegaskan komitmennya untuk mendukung penuh berbagai inisiatif BPJS TK dalam implementasi program jaminan sosial di Indonesia. Yang agak di luar perkiraan, Presiden juga menyampaikan evaluasi pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). JKN, menurut Presiden, masih perlu banyak perbaikan, seperti kualitas pelayanan, manajemen klaim, dan perluasan kepesertaan kepada kelompok yang mampu membayar iuran, sehingga bisa menekan potensi defisit pembiayaan yang waktu itu mencapai Rp 6 triliun. Presiden menyampaikan kegalauan dan keprihatinannya terhadap kondisi yang sedang dihadapi BPJS Kesehatan kala itu. Merespons apa yang menjadi kegalauan Presiden, Elvyn menyampaikan beberapa masukan kepada Presiden untuk mengatasi sejumlah masalah implementasi jaminan sosial di Indonesia. Salah satunya yang mendapatkan perhatian serius Presiden, ide pembentukan holding BPJS di Indonesia. Elvyn menyampaikan, berbagai inisiatif dan komitmen pemerintah terhadap implementasi jaminan sosial sebagai pilar negara kesejahteraan (welfare state) di Indonesia sudah cukup baik dan relatif lengkap. Namun, ada empat masalah pokok yang harus segera diantisipasi: (1) tumpang tindih kebijakan perlindungan sosial; (2) fragmentasi program dan layanan kepada masyarakat; (3) inefisiensi infrastruktur layanan dari setiap penyelenggara program; serta (4) monitoring dan evaluasi yang tidak efektif. Berbagai program jaminan, kesejahteraan, dan perlindungan sosial (social protection) di Indonesia, seperti program jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan kesehatan, program tabungan perumahan, dan program-program bantuan sosial lain, seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), dan Kartu Disabilitas (KD), yang masih terfragmentasi tersebut perlu dikonsolidasi suatu badan khusus 154

171 seperti holding agar implementasi kebijakan jaminan sosial di Indonesia lebih efisien, efektif, dan kuat (powerfull). Holding ini akan bertindak sebagai kepanjangan tangan Presiden dalam mengoordinasi, mengontrol, dan mendukung implementasi sejumlah program jaminan sosial di Indonesia. Presiden menginstruksikan kementerian terkait untuk mengagendakan dan membahas secara khusus isu itu pada suatu rapat terbatas. Esensi holding Ide pembentukan holding BPJS berangkat dari pemikiran saat ini eksistensi lembaga-lembaga penyelenggara program jaminan sosial yang ada, yang notabene semua kepanjangan tangan pemerintah, masih cenderung bergerak sendiri-sendiri dengan basis ketentuan yang juga tumpang tindih. Ikhtiar untuk meretas fragmentasi praktik jaminan sosial melalui UU SJSN dan UU BPJS sampai hari ini tak menampakkan hasil menggembirakan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu lembaga atau badan khusus yang diberi otoritas untuk mengoordinasi dan mengonsolidasi berbagai inisiatif yang dilakukan setiap lembaga dalam bentuk holding. Holding BPJS, secara esensial diproyeksikan selain mendorong pencapaian skala ekonomi pengelolaan program, juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, sinergi, dan produktivitas operasional dari institusi-institusi jaminan sosial yang ada. Program akuisisi program JKN untuk sektor korporasi dan mampu membayar iuran, misalnya, akan lebih efektif dan optimal jika prosesnya disinergikan dan diintegrasikan dengan program akuisisi program BPJS TK. Dana jaminan sosial yang terkumpul dan belum digunakan setiap lembaga untuk membayar benefit dapat dioptimalkan untuk membantu ekonomi nasional. Kartu jaminan sosial yang selama ini diterbitkan setiap lembaga bisa diintegrasikan jadi tunggal dan diberi nama kartu jaminan sosial Republik Indonesia (single identity number). Kedudukan holding tak bersifat operasional, tetapi lebih bersifat strategis. Holding tak akan mengambil alih fungsi dan peran BPJS yang ada saat ini, tetapi hanya bersifat mendukung dan mendorong agar masing-masing badan (BPJS) bisa lebih fokus dan optimal menjalankan tanggung jawabnya. Secara spesifik, fungsi holding antara lain: (1) menyiapkan berbagai regulasi, kebijakan, dan strategi yang koheren dan integratif untuk seluruh badan (BPJS); (2) memberi dukungan penuh (full supporting) kepada setiap BPJS dalam hal perencanaan, keuangan, dan SDM; (3) menyiapkan sistem IT dan basis data yang terintegrasi dengan platform yang sama untuk seluruh BPJS; (4) membantu menyiapkan kantor-kantor layanan dan jaringan distribusi, yang bisa digunakan secara bersama (fisik dan e-service) dengan standar dan kualitas layanan yang setara; (5) mengonsolidasi, mengontrol, dan mengendalikan berbagai inisiatif agar tercipta sinergi antarlembaga atau badan. 155

172 Kehadiran holding tak dimaksudkan mengeliminasi peran Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), tetapi akan menjadi mitra untuk memperkuat implementasi program jaminan sosial di Indonesia. DJSN tetap berfungsi sebagai pengawas eksternal, menyiapkan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN. Sementara holding berperan mendukung dan supervisi internal, membantu menyiapkan kebijakan strategis dan peta jalan program jaminan sosial untuk jangka panjang serta mengonsolidasi berbagai inisiatif dari lembaga penyelenggara. Untuk mengeksekusi ide ini, ada dua alternatif bisnis model holding yang mungkin bisa dipertimbangkan. Pertama, holding BPJS dibentuk dan berada langsung di bawah Presiden. Holding akan membantu Presiden mengonsolidasi dan mengintegrasikan berbagai inisiatif program jaminan sosial dan mengoordinasikannya dengan lembaga terkait, seperti kementerian dan lembaga legislatif. Struktur di bawahnya adalah BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan, PT Taspen (Persero), PT ASABRI (Persero), PT Jasaraharja, dan Bapertarum. Setiap lembaga tetap beroperasi dan mengelola program seperti biasa, hanya saja kebijakan operasional, layanan, kompetensi SDM, sistem IT dan basis data distandardisasi dan diintegrasikan oleh holding BPJS. Dengan format ini, PT Taspen dan PT ASABRI tetap eksis dan tak perlu dilikuidasi dan meleburkan diri seperti amanat UU No 24/2011. Taspen dan ASABRI hanya perlu mengonversi bentuk badan hukumnya dari korporasi (BUMN) menjadi lembaga jaminan sosial berbasis badan hukum publik. Alternatif kedua, holding BPJS langsung di bawah Presiden, tetapi struktur di bawahnya dirancang berdasarkan program dan segmen peserta yang dilayani. Sementara aktivitas pengelolaan dana investasi sebagai akibat dari akumulasi iuran yang belum digunakan untuk membayar klaim, dari setiap BPJS dihimpun (pooling) dan dikelola badan khusus yang dibentuk untuk itu dan fokusnya hanya untuk pengelolaan dan pengembangan dana investasi. Kebijakan pooling fund ini akan menambah kekuatan dan posisi tawar dana jaminan sosial untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi di Indonesia. Semua lembaga di bawah holding, seperti BPJS TK, BPJS Kesehatan, Taspen, ASABRI, Jasaharja, dan Bapertarum tetap beroperasi seperti biasa dan aktivitasnya hanya fokus pada pengelolaan program, perluasan kepesertaan, dan memberikan layanan kepada peserta. Kondisi ini mirip di Malaysia, yaitu tata kelola program jaminan sosialnya dijalankan empat badan yang terpisah. Employee Provident Fund (EPF) atau Kumpulan Wang Simpanan Pekerja (KWSP) mengelola tabungan dengan kepesertaan wajib bagi pekerja swasta. Social Security Organization (Sosco) atau Pertumbuhan Kemalangan Sosial (Perkeso) mengelola asuransi kecelakaan kerja dan pensiun cacat bagi pekerja swasta. Pension System for Civil Servant (PSCS) atau Kumpulan Wang Aparatur Pemerintah (KWAP) mengelola program pensiun 156

173 pegawai sipil pemerintahan (dibiayai APBN). Armed Forces Saving Board (AFSB) atau Lembaga Tabungan Angkatan Tentara (LTAT) mengelola program pensiun untuk personel militer (dibiayai APBN). Melanjutkan reformasi Wacana yang digulirkan Elvyn pernah dibahas dalam rapat terbatas yang dihadiri sejumlah menteri, anggota DJSN, dan lembaga terkait. Hasilnya pun sudah dilaporkan kepada Presiden. Gagasan untuk meretas berbagai hambatan optimalisasi implementasi program jaminan sosial di Indonesia layak didiskusikan kembali. Kita perlu sistem jaminan sosial yang kuat, solid, dan terintegrasi guna mewujudkan visi universal coverage sebagai pilar utama negara kesejahteraan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan buruh sekaligus memperkuat ekonomi nasional. Holding BPJS adalah salah satu ikhtiar untuk mengonsolidasi, mengintegrasi, mengoordinasi, serta memperkuat peran dan fungsi berbagai lembaga jaminan sosial yang sudah eksis pada level operasional, tanpa harus mengeliminasi/melikuidasi keberadaan mereka. Untuk mewujudkan itu, agenda reformasi sistem jaminan sosial harus dilanjutkan kembali. Kita perlu segera mengevaluasi arah perkembangan praktik jaminan sosial di Indonesia saat ini. Berbagai UU terkait, seperti UU SJSN, UU BPJS, UU Kesejahteraan Sosial, UU Ketenagakerjaan, UU Tapera, dan UU ASN, perlu dikaji ulang, direvisi, disinkronisasi, dan diharmonisasi agar tak saling tumpang tindih. Tumpang tindih ketentuan peraturan perundangan dapat berakibat tak optimalnya implementasi sistem JSN. Amri Yusuf, Mantan Direksi BPJS dan Pengamat Jaminan Sosial Sumber: 157

174 Peluang Banding di WTO Bustanul Arifin 7 Januari 2017 Sebagaimana diduga, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) akhirnya mengabulkan gugatan Selandia Baru dan Amerika Serikat, dan menghukum Indonesia untuk mengganti ketentuan perdagangan internasional pada produk hortikultura, hewan, ataupun produk hewan. Setelah melalui proses notifikasi (protes keras) dan perundingan bilateral antara Selandia Baru dan Indonesia, antara Amerika Serikat dan Indonesia, sejak 2012, kedua negara membawa sengketa dagang itu ke meja sidang Majelis Panel Sengketa dengan nomor perkara DS 477 dan DS 478. Keputusan Majelis Panel WTO yang diumumkan pada 22 Desember 2016, setuju dengan gugatan Selandia Baru dan AS, bahwa prosedur perizinan impor hortikultura, hewan, dan produk hewan bersifat restriktif, berdampak pada perdagangan internasional, dan tidak konsisten dengan ketentuan WTO, khususnya Article III dan Article XI:1 GATT 1994, Article 4.2 Agreement on Agriculture, dan Agreement on Import Licensing Procedures. WTO memberi batas waktu sampai akhir Januari 2017 kepada Indonesia untuk menerima keputusan atau banding. Pemerintah Indonesia tampaknya akan menempuh jalur hukum, mengajukan banding kepada Majelis Panel WTO, mengingat beberapa ketentuan yang dituduhkan dalam impor hortikultura dan peternakan telah diperbaiki (Kompas, 31 Desember 2016). Artikel ini menganalisis peluang keberhasilan Indonesia dalam menempuh jalur banding. Terus terang, banyak yang khawatir jika Indonesia menerima keputusan WTO begitu saja dan meliberalisasi ketentuan impor hortikultura, hewan, dan produk hewan. Petani dan peternak skala kecil di dalam negeri mungkin tinggal gigit jari jika pasar domestik dipenuhi produk impor. Walaupun hanya dua negara yang mengajukan tuntutan kepada WTO, terdapat 14 negara lain sebagai pihak ketiga yang berkepentingan terhadap pokok perkara dan mendukung Selandia Baru dan AS, yaitu: Argentina, Australia, Brasil, Kanada, RRT, Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, Norwegia, Taiwan, Paraguay, India, Singapura, dan Thailand. Hampir dapat dipastikan bahwa nasib petani hortikultura dan peternak kecil akan semakin terpuruk jika produk impor buah, sayuran, dan bunga, serta sapi, daging sapi, susu, keju, daging ayam, telur, dan lain-lain dengan bebas masuk ke pasar Indonesia. 158

175 Argumen perdagangan fair Sidang perkara gugatan Selandia Baru DS 477 dan Amerika Serikat 478 telah dilaksanakan pada Februari dan April 2016, disertai adu argumen tertulis yang dikirim via elektronik dan langsung hard copy. Delegasi Indonesia dipimpin pejabat Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Luar Negeri, pihak swasta dan tenaga ahli, dibantu Kedutaan Besar Republik Indonesia di WTO dan Perwakilan Tetap Republik Indonesia di Geneva. Indonesia didampingi pengacara hukum sengketa dagang internasional dari perusahaan hukum di Jakarta dan Law Firm AS di Washington DC. Dalam setiap sidang, pihak Indonesia berusaha membela diri dan mengajukan bukti-bukti bahwa pengaturan impor oleh Indonesia tidak menurunkan volume impor produk hortikultura, hewan, dan produk hewan dari Selandia Baru dan AS, bahkan sebaliknya, impor produk pertanian Indonesia naik signifikan. Indonesia telah berargumen bahwa pengaturan masa impor dan masa berlaku impor tidak dapat disebut quantitative restrictions berdasarkan Article XI:1 of GATT Persyaratan importir wajib memiliki food storage dan fasilitas penyimpanan produk hortikultura segar bertujuan untuk menjamin kesehatan dan keamanan pangan impor. Kebijakan itu tidak berkorelasi dengan pembatasan volume impor oleh Indonesia. Ketika kebijakan impor hortikultura dituduh diskriminatif, Indonesia mengatakan, pemerintah tidak pernah menolak permohonan impor produk hortikultura sepanjang persyaratannya memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 16/2013 atau Permendag No 71/2015 tentang Ketentuan Produk Impor Hortikultura (KPIH). Demikian pula, Pemerintah Indonesia tidak pernah menolak mengeluarkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) sepanjang sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No 86/2013 tentang RIPH. Dalam hal impor hewan dan produk hewan, Pemerintah Indonesia tidak pernah menolak permohonan impor hewan dan produk hewan sepanjang persyaratannya memenuhi ketentuan Permendag No 46/2013 atau Permendag No 5/2016 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Hewan dan Produk Hewan. Bahkan, Pemerintah Indonesia tidak pernah menolak mengeluarkan Rekomendasi Impor Hewan dan Produk Hewan sepanjang persyaratannya sesuai yang ditetapkan dalam Permentan No 139/2014 dan No 58/2015 tentang Pemasukan Karkas, Daging, dan/atau Olahannya ke wilayah Indonesia. Apabila rekomendasi impor produk hortikultura, hewan, atau produk hewan belum diberikan, hal tersebut karena importir tidak melengkapi persyaratan pada waktu yang ditentukan. Indonesia juga menggunakan argumen perdagangan fair bahwa sebagai negara berkembang masih tertatih-tatih melaksanakan pembangunan pertanian, ketahanan pangan, dan keamanan pangan. Oleh karena itu, tidaklah fair jika Indonesia masih dituntut harus melayani kepentingan negara maju secara kaku. 159

176 Banding untuk ulur waktu? Banyak ahli hukum tidak menyarankan Indonesia untuk menempuh proses banding, kecuali untuk mengulur waktu. Mulai sekarang sampai sekian bulan proses sidang banding, pemerintah perlu lebih serius berusaha memperbaiki ketentuan impor hortikultura dan peternakan, disertai data pendukung dan sinkronisasi kebijakan. Keputusan banding tentu memiliki konsekuensi biaya tidak kecil, fee untuk penasihat hukum, biaya perjalanan dinas, dan energi bangsa yang terkuras. Contoh kecil misalnya, jika Indonesia akan mengajukan banding dengan menggunakan Article XI:2 (c)(ii) GATT 1994 untuk justifikasi persyaratan harga referensi dan pelarangan impor pada masa panen. Dukungan data, hasil studi ilmiah, dan argumen lain perlu untuk meyakinkan bahwa surplus produk pertanian dapat menekan harga sangat jauh sehingga mengurangi kesejahteraan petani. Demikian juga jika ingin memanfaatkan Article XI:1 GATT 1994 dan Article 4.2 of Agreement on Agriculture (AoA) untuk menunjukkan tidak ada quantitative restriction tentang produk hortikultura. Bukti empiris dan hasil studi, dukungan data juga harus jelas bahwa harga referensi tidak sama dengan minimum import price pada tingkat internasional karena mekanismenya berbeda. Indonesia harus mampu meyakinkan majelis hakim di WTO bahwa harga referensi lebih banyak berupa indikator oversupply, yang bermanfaat untuk memantau produk yang tidak terjual cepat agar tidak busuk (terutama cabai dan bawang merah) serta membawa dampak pada keamanan pangan dan kesehatan masyarakat. Sekali lagi, upaya banding yang akan ditempuh, selain untuk menunjukkan kedaulatan sebagai bangsa, juga sebagai kesempatan emas untuk memperbaiki ketentuan dan kebijakan impor pada level kementerian/lembaga. Pelajaran berharga dari kasus DS 477 dan DS 478 ini seharusnya mampu meningkatkan kesadaran para perumus dan pengambil kebijakan bahwa kebijakan perdagangan internasional perlu diikuti suatu langkah diplomasi ekonomi yang terintegrasi. Apalagi, saat ini Indonesia juga sedang diperkarakan Brasil yang menuduh Indonesia mempersulit impor daging ayam dari Brasil (DS 484) dan mempersulit impor daging berhormon pertumbuhan (DS 506). Para negosiator dan diplomat perlu satu hati untuk mampu memperjelas syarat sertifikat halal dari Lembaga Sertifikasi Halal negara asal yang telah diakreditasi Majelis Ulama Indonesia sehingga tak ada inspeksi ulang di dalam negeri. Mitra dagang Indonesia perlu dipertegas untuk mempelajari ketentuan kehalalan yang amat jelas tercantum dalam UU No 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal yang berlaku tanpa diskriminasi. WTO pernah memenangkan gugatan dagang Indonesia kepada AS yang telah diskriminatif terhadap rokok kretek asal Indonesia. AS tidak melakukan banding, tetapi berunding secara bilateral dengan Indonesia dan mencari solusi yang lebih 160

177 baik. Tidak terlalu salah untuk mencoba strategi tersebut dengan mengajukan strategi mutually agreed solution (MAS) dengan Selandia Baru dan AS sambil memperbaiki ketentuan impor hortikultura dan impor produk hewan. Strategi MAS ini perlu disertai pemberian konsesi lain dalam sektor pangan dan pertanian, atau bahkan sektor lain yang relevan. Bustanul Arifin, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Unila, Ekonom Senior INDEF dan Professorial Fellow di Sekolah Bisnis IPB Sumber: 161

178 Menjawab Tantangan 2017 Susilo Bambang Yudhoyono 9 Januari 2017 Tahun 2016 yang dinamis telah kita tinggalkan. Kini kita memasuki tahun 2017 yang tak akan bebas dari tantangan. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang pandai memetik pelajaran dari masa lalunya dan kemudian melangkah ke depan untuk berbuat yang lebih baik lagi. Potret besar kita pada 2016 sebenarnya tak buruk meskipun masih banyak masalah yang belum kita selesaikan. Misalnya, yang positif, kecuali terjadi gejolak sosial-politik di pengujung tahun, situasi nasional kita terjaga dengan baik. Sementara yang belum kita atasi sepenuhnya adalah upaya memulihkan ekonomi nasional kita, yang tiga tahun terakhir ini mengalami tekanan yang cukup berat. Pertumbuhan ekonomi yang melambat menekan pula taraf hidup rakyat, utamanya kalangan miskin dan tak mampu. Adalah benar, lemahnya ekonomi Indonesia tak lepas dari pengaruh ekonomi global yang belum pulih sejak terjadi krisis besar Namun, kita juga harus jujur dan mau melakukan introspeksi, barangkali ada langkah-langkah kita yang belum optimal dan belum efektif. Sungguhpun secara umum keadaan nasional kita relatif stabil dan damai, gejolak yang terjadi di pengujung tahun, yaitu berlangsungnya aksi unjuk rasa dalam jumlah yang sangat besar, perlu mendapatkan perhatian yang serius. Serius karena isu yang semula tergolong sederhana itu dengan cepat berkembang menjadi isu yang rumit dan sensitif. Serius karena guliran dari yang semula merupakan kasus hukum tiba-tiba menyentuh sesuatu yang sangat peka, yaitu perbedaan identitas, baik agama maupun etnis. Pengalaman menunjukkan, baik di dunia maupun di negeri sendiri, konflik antaridentitas (agama, etnis, dan suku) sering berkembang menjadi tragedi yang memilukan karena harus ditebus oleh jatuhnya korban jiwa dan rusaknya sendisendi harmoni dan toleransi. Karena itu, secara bijak dan tepat kita harus segera menyudahi salah pengertian dan benturan sosial yang bisa membahayakan kerukunan kita sebagai bangsa. Ke depan, kita mesti memiliki kesadaran dan tekad yang kuat untuk menjernihkan kembali riak-riak sosial yang terjadi di pengujung tahun 2016 yang lalu itu. Mari kita petik pelajarannya dan kemudian bergerak maju (move on). Kita diingatkan bahwa dalam kehidupan bangsa yang amat majemuk, harus dimiliki kepekaan yang tinggi untuk tidak melukai perasaan saudara-saudara kita yang kebetulan berbeda dalam keyakinan berikut sistem nilainya. 162

179 Kita juga harus ingat, kebinekaan yang di satu sisi adalah rahmat tetapi di sisi lain menghadirkan kerawanan tersebut harus terus-menerus kita rawat dan kelola baikbaik. Semua bertanggung jawab dan semua menjadi bagian dalam merawat kebinekaan ini. Inilah yang utama. Tak ada resep yang ajaib. Peluang ekonomi 2017 Dalam artikel yang saya tulis dan dimuat harian Kompas pada 2 Januari 2017, saya telah menyampaikan pandangan saya tentang perkembangan lingkungan strategis dan outlook Dalam tulisan itu saya kedepankan berbagai kecenderungan, unknowns (hal-hal yang tidak kita ketahui), dan juga game changers (pengubah jalannya sejarah). Di samping itu, juga saya angkat perkembangan geopolitik dan geoekonomi, yang terjadi pada tingkat global ataupun kawasan, yang berpengaruh pada negara kita, Indonesia. Dengan berbagai outlook tentang apa yang bakal terjadi pada 2017, Indonesia bukan hanya sekadar mempersiapkan diri, melainkan harus menentukan sasaransasaran strategis dan arah kebijakan (policy direction) agar Indonesia sukses dalam mengarungi tahun Diperlukan kecerdasan dan kecermatan bagi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat madani (civil society) untuk menetapkan strategi dan menjalankan aksi-aksi nyata. Pilihan sering tidak mudah. Namun, dengan memahami tantangan dan peluang yang tersedia, Indonesia bisa melakukan langkah-langkah yang tepat dan efektif. Menurut pandangan saya, prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo masih tetap pada pemulihan ekonomi nasional. Mengapa? Dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen berturut-turut tiga tahun terakhir, penerimaan negara menurun secara signifikan karena penerimaan pajak juga menurun. Hal ini wajar karena sektor riil dan dunia usaha mendapatkan tekanan serius. Akibatnya, tak mudah untuk memberikan stimulus fiskal untuk menggenjot pertumbuhan karena bisa-bisa berakibat terhadap membengkaknya utang negara. Daya beli masyarakat juga menurun sehingga golongan kurang mampu sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari. Inflasi kita memang tergolong rendah, tetapi itu semua akibat menurunnya permintaan (demand). Masih susahnya orang mendapatkan pekerjaan juga menambah tekanan ekonomi pada tingkat rumah tangga. Peluang ekonomi yang tersedia pada 2017 adalah perkiraan membaiknya harga komoditas pertanian, pertambangan, dan perminyakan. Diharapkan penerimaan negara dapat ditingkatkan. Namun, sebagai catatan, jika harga minyak terus meningkat hingga mencapai 70 dollar AS per barrel, otomatis harga BBM akan naik. Jika harga BBM harus dinaikkan, pemerintah perlu mempersiapkan prakondisi sosial baik-baik, termasuk mental masyarakat kita. 163

180 Peluang yang lain adalah di bidang investasi. Mengingat pasar domestik kita terus tumbuh, kita bisa menarik lebih banyak investor. Jika investasi dapat kita tingkatkan, sumbangannya terhadap pertumbuhan akan nyata mengingat belanja pemerintah dan konsumsi rumah tangga masih terbatas. Namun, perlu diingat, investasi akan mencari pasar yang reliable di negara yang aman dan stabil. Itulah sebabnya, di bagian awal tulisan ini saya sungguh ingin ketegangan sosial-politik yang terjadi pada akhir 2016 bisa diakhiri sehingga investor tak ragu dan takut menanamkan modalnya di Indonesia. Taraf hidup dan kesejahteraan Pembangunan ekonomi haruslah bermuara pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, jika pemerintahan Presiden Jokowi meniatkan memulihkan dan meningkatkan perekonomian hingga 2019, sasaran strategis dan arah kebijakan harus dirumuskan dengan baik. Tentunya yang dikejar bukanlah hanya pembangunan yang serba benda, misalnya infrastruktur fisik. Pembangunan berkelanjutan abad ke-21 mencakup pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial (equity), dan pemeliharaan lingkungan. Karena itu, sejak awal perlu ditetapkan perimbangan yang tepat di dalam mengalokasikan sumber daya pembangunan. Contohnya, anggaran untuk infrastruktur tidaklah boleh meniadakan anggaran untuk pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pengurangan kemiskinan. Kalau hal itu dapat dicapai, dalam keadaan sesulit apa pun, masyarakat tidak akan memberontak karena mereka merasa tidak ditinggalkan. Ketimpangan sosialekonomi juga tidak akan menjadi-jadi. Prioritas untuk membangun sumber daya manusia, termasuk penguasaan teknologi dan inovasi juga diperlukan, karena human capital yang andal inilah yang akan menjadi motor penggerak pembangunan jangka panjang. Sebagai seorang yang pernah bertugas selama tujuh tahun di jajaran pemerintahan sebelumnya dan hampir lima tahun menjadi pejabat senior di Bank Dunia, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati adalah sosok yang tepat untuk membantu Presiden Jokowi dalam menentukan kebijakan dasar ekonomi ke depan, sejiwa dengan green economy dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang kini dianut bangsa-bangsa sedunia. Elemen dan dimensi kehidupan bangsa tentulah bukan hanya berkaitan dengan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Diperlukan pula ruang yang cukup bagi rakyat untuk berekspresi dan ikut serta dalam menentukan nasib dan masa depannya. Indonesia 2017 dan ke depannya haruslah memastikan bahwa baik ekonomi maupun demokrasi terus tumbuh dan mekar. Dahulu, pada era Orde Lama dan era Orde Baru kita seolah harus memilih, ekonomi atau demokrasi. Saya harus mengatakan bahwa mitos itu telah kita patahkan. Pada era Reformasi, utamanya 10 tahun ketika saya dan kawan-kawan diberikan amanah untuk mengelola kehidupan bangsa, ekonomi dan demokrasi kita tumbuh secara bergandengan. 164

181 Meskipun di sana-sini masih ada persoalan, ekonomi kita tumbuh rata-rata sekitar 6 persen dan termasuk peringkat atas di antara sesama anggota G-20. Sejarah juga membuktikan, pertumbuhan itu kita capai tanpa harus meminggirkan hak politik dan demokrasi. Adalah benar bahwa kebebasan dan penggunaan HAM tak boleh absolut dan melampaui batas dan adalah benar pula jika untuk kepentingan umum negara dan pemerintah melakukan pembatasan-pembatasan, tetapi bagaimanapun nilai-nilai demokrasi harus tetap hidup. Yang paling merugi adalah ketika demokrasi tidak hidup, ekonomi dan kesejahteraan rakyat pun tidak didapatkan. Saya yakin kita bisa mewujudkan dua sasaran kembar itu. Saya amat tahu, di pihak Presiden Jokowi banyak pencinta dan pejuang demokrasi dan HAM. Dengan senang hati pastilah mereka ingin bersama-sama Presiden kita menghidupkan demokrasi di negeri ini. Dunia dan kawasan kita akan tetap dinamis. Demikian pula keadaan dalam negeri sendiri. Namun, kita harus menjadi bangsa pemenang dan bukan bangsa yang kalah. Untuk itu, diperlukan sikap dan tindakan yang adaptif dan antisipatif, di atas nilai, prinsip, dan kerangka bernegara yang kita anut. Mari kita doakan agar Presiden Jokowi senantiasa diberikan bimbingan oleh Allah SWT, Tuhan yang mahakuasa, agar senantiasa sukses dalam memimpin kita semua, menuju Indonesia yang lebih maju, adil, rukun dan damai, demokratis dan sejahtera. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI Sumber: 165

182 Berinvestasi di Sebuah Dunia yang Tertutup Christopher Smart 10 Januari 2017 Investor, seperti astronom dan antropolog, sama-sama menggunakan model intelektual untuk menjelaskan semesta yang rumit, membuat keputusan-keputusan cepat dan menetapkan prioritas, sebelum melangkah lebih jauh. Namun, sering kali, sebuah kejadian tak normal memaksa kita berpikir ulang atas apa yang sebelumnya kita pikir telah kita pahami. Anomali itu bisa berupa sebuah lubang hitam, suatu fosil aneh, atau sebuah pergolakan politik, seperti referendum Brexit di Inggris ataupun terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Dengan berakhirnya tahun yang penuh gejolak, pasar dunia yang kehilangan orientasi pun terus-menerus mencetak rekor-rekor baru. Akan tetapi, para investor tidak perlu merasa terganggu. Pada 2017, mereka perlu melihat kembali bagaimana perekonomian dunia bekerja dan melakukan penyesuaian atas penilaian mereka terhadap setiap saham atau obligasi yang dijual, karena meskipun prinsip-prinsip dasar pasar tetap sama, banyak hal lain yang berubah. Setidaknya dalam dua dekade, sebagian besar investor berpegang pada konsensus di antara para ekonom dan ilmuwan politik bahwa dunia semakin mengecil dan semakin terintegrasi. Dengan kebangkitan Tiongkok dan India, sepertiga dari populasi dunia tiba-tiba berubah menjadi pekerja sekaligus konsumen dalam ekonomi global. Munculnya teknologi baru menawarkan komunikasi yang lebih murah, robotik yang maju, dan analisis data yang semakin kuat, yang memungkinkan perusahaan memperkecil porsi persediaan dan mengintegrasikan rantai pasokan. Sementara itu, para pemimpin politik secara bertahap mengembangkan rezim peraturan dan perdagangan yang menghapus tarif, menyederhanakan perdagangan lintas batas negara, dan membuka pasar-pasar baru yang menjanjikan. Perusahaan-perusahaan yang baik mencoba untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang baru, dan para investor mencari perusahaan-perusahaan yang terlihat paling menjanjikan. Kinerja perdagangan Menurut Organisasi Perdagangan Dunia, ekspor barang dagangan dan layanan komersial telah meningkat empat kali lipat sejak Mengingat rekor tersebut, 166

183 ketika kinerja perdagangan menurun setelah krisis keuangan 2008, kebanyakan pengambil kebijakan berasumsi bahwa perjanjian dagang yang baru, sekali lagi, akan mendorong pertumbuhan. Pemerintahan Presiden Barack Obama, misalnya, membayangkan sebuah kawasan perdagangan bebas yang luas, meliputi Asia dan Eropa. Dua perjanjian besar yang kemudian mengikuti-kemitraan Trans- Pasifik yang melibatkan 12 negara dan Kemitraan Dagang dan Investasi Trans-Atlantikakan menempatkan Amerika Serikat sebagai pusat dari pasar yang saling terhubung, yang terdiri atas dua pertiga ekonomi dunia. Akan tetapi, harapan tersebut memudar, sejalan dengan bangkitnya gerakan populis di Barat-yang memanfaatkan ketidakpuasan publik atas kolapsnya tatanan dunia-yang unggul dalam jajak pendapat. Sejak kemenangan Syriza yang radikal anti-kemapanan di Yunani hampir dua tahun lalu, para pemilih tampaknya semakin meyakini ide bahwa pemerintahan nasional perlu lebih berperan daripada organisasi supranasional dan multilateral, seperti Komisi Eropa dan Dana Moneter Internasional. Demikian juga, banyak pengamat telah menafsirkan jajak pendapat Brexit sebagai sebuah upaya untuk menegaskan kembali kontrol atas batas-batas nasional. Dan sementara sejarawan masih terlalu asyik berdebat tentang penyebab kemenangan Trump, sudah jelas bahwa banyak pendukungnya menginginkan Amerika untuk menutup rapat-rapat pintunya, menimbun persediaannya, dan lebih mengandalkan diri sendiri daripada bergantung kepada mitra-mitra asingnya. Secara bersama-sama, hasil pertarungan politik-ditambah kekuatan antikemapanan yang sedang bergerak pada pemilu di Perancis dan Jerman tahun depan-akan kian mengerem kelangsungan integrasi ekonomi dan politik global, setidaknya dalam jangka pendek. Untuk saat ini, banyak negara akan menghindari kesepakatan perdagangan skala besar dan hanya bertindak setengah hati dalam menyelaraskan peraturan-peraturan mereka. Perusahaan-perusahaan yang beroperasi secara internasional akan segera menghadapi biaya yang tinggi karena akan semakin sulit memindahkan barang melintasi perbatasan negara dan mempekerjakan pekerja asing. Sementara itu, investor mereka harus puas dengan skala keuntungan yang lebih rendah. Bahkan, ketegangan kecil dalam perdagangan antara Amerika dan Meksiko, misalnya, bisa sangat mahal bagi produsen mobil. Hal ini disebabkan beberapa komponen harus melintasi batas Amerika sebanyak delapan kali selama proses produksi. Dan seandainya saja Boeing belum menerapkan model rantai pasokan global dalam produksi Dreamliner-nya, barangkali ia juga akan dipaksa untuk melakukannya lebih cepat. 167

184 Menyiasati ketidakpastian Apabila para pemilih menghendaki dibatasinya lalu lintas barang, jasa, dan orang lintas negara, maka kalangan perusahaan akan dipaksa mengadopsi model baru yang mungkin akan menghasilkan banyak kemubaziran di dalam batas wilayah negara. Dengan demikian, para investor perlu mencari perusahaan-perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan dengan kegiatan yang tak banyak melibatkan pelintasan batas, atau yang tetap menghasilkan keuntungan meski gesekan proteksionis semakin meningkat. Dalam situasi seperti itu, pasar akan lebih menghargai perusahaan-perusahaan yang mampu berargumen dengan pemerintah dan menyiasati regulasi yang saling bertolak belakang ketimbang perusahaan-perusahaan yang mampu meningkatkan produktivitas dan membuka pasar-pasar baru. Pada saat bersamaan, model baru yang muncul masih perlu memperhitungkan kekuatan arus utama yang menjaga keseimbangan model lama, khususnya kekuatan globalisasi dan inovasi teknologi yang tidak berhenti karena perlawanan pemilih. Dalam perekonomian global dewasa ini, peningkatan substansial produktivitas selanjutnya akan bersumber dari perusahaan-perusahaan yang menganalisis data pelanggan dan rantai produksi dalam skala besar. Perusahaan-perusahaan yang melakukan hal tersebut dengan baik akan mampu merancang produk yang lebih baik, dengan biaya yang lebih murah. Akan tetapi, mereka akan mendapatkan hasil yang signifikan hanya jika mereka dapat membandingkan data lintas batas dan lintas yurisdiksi. Sementara itu, perubahan terus-menerus tak terhindarkan dari internet, penggunaan robot untuk meningkatkan produktivitas, dan pembagian kerja sebagaimana digambarkan Adam Smith, akan memaksa pemerintah untuk bekerja sama. Para investor yang cerdik akan mencari perusahaan-perusahaan yang dapat bertahan dari tekanan gerakan perlawanan populis yang menentang globalisasi dan mengambil keuntungan dari munculnya tren ekonomi dan teknologi baru. Kemunculan model ekonomi dan teknologi baru itu akan menuntut suatu analisis yang lebih rumit dalam waktu lama. Akan tetapi, layaknya astronom atau antropolog yang andal, para investor yang sukses akan menemukan pola yang dapat diandalkan dalam samudra ketidakpastian. Christopher Smart Senior fellow di Mossavar-Rahmani Center for Business di Kennedy School of Government di Universitas Harvard, Asisten Khusus Presiden Bidang Ekonomi Internasional, Perdagangan, dan Investasi ( ), Deputy Assistant Secretary of the Treasury for Europe and Eurasia ( ). Juga merupakan senior fellow di Chatham House. 168

185 Project Syndicate, Sumber: 169

186 Administrasi STNK Alvin Lie 11 Januari 2017 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 yang diberlakukan per 6 Januari 2017 telah menuai kritik dari sejumlah kalangan. Ada tiga pemicu utama: biaya administrasi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) naik drastis hingga 300 persen, diseminasi informasi minim, serta pernyataan pejabat terkait yang simpang siur dan terkesan lepas tangan. Kenaikan biaya ini akan mengalirkan dana tambahan Rp 6 triliun lebih ke kas negara per tahun. Mengacu data BPS, pada 2014 tercatat 93 juta sepeda motor dan 12,6 juta mobil penumpang. Dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 10 persen per tahun, diperkirakan akhir 2016 di Indonesia terdaftar sekitar 112,5 juta sepeda motor dan 15,2 juta mobil penumpang. Berdasarkan jumlah ini, pemerintah akan menerima tambahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp 5,92 triliun per tahun. Dengan memperhitungkan jumlah mobil barang dan bus, tambahan pendapatan per tahun Rp 6 triliun lebih dengan potensi pertumbuhan 8-10 persen per tahun. PP No 60/2016 jelas mengatur pemberlakuan biaya administrasi untuk pemungutan PKB sebagai PNBP. Berarti, selain membayar pajak, pemilik kendaraan bermotor juga membayar administrasi pemungutan pajak itu. Pemilik kendaraan bermotor sudah dibebani pajak atas kendaraan miliknya. Kenapa terhadap kendaraan yang sama masih dibebani PNBP? Ini beban ganda pada obyek pajak yang sama. Adilkah? Untuk pelayanan administrasi tertentu memang pemerintah layak mengenakan biaya sebagai PNBP. Misalnya administrasi izin impor, izin mendirikan bangunan, dan sebagainya. Namun, membebani rakyat yang akan membayar pajak dengan biaya administrasi sungguh kurang patut. Alangkah aneh jika untuk Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, serta Pajak Bumi dan Bangunan kena biaya administrasi. Motivasi kenaikan Menurut Kepala Polri, dengan kenaikan ini, biaya mengurus STNK di Indonesia masih paling rendah di dunia. Sebaiknya Kapolri meninjau kembali rujukan itu dan tak mencampuradukkan biaya administrasi dengan PKB. Di negara tetangga, pemilik kendaraan bermotor tak dikenai biaya administrasi untuk pembayaran pajak kendaraannya. 170

187 Ada dua argumen yang diajukan pemerintah sebagai alasan kenaikan. Pertama, biaya administrasi STNK dan BPKB belum pernah naik sejak Kedua, kenaikan ini untuk perbaikan kinerja dan pelayanan. Terhadap argumen pertama, pemerintah perlu menjelaskan apakah kenaikan ini untuk menutup kerugian atau demi mendapatkan pendapatan lebih? Hingga kini belum ada pernyataan jelas. Untuk argumen kedua, komponen pelayanan apa yang akan diperbaiki? Selama ini pemerintah belum menunjukkan peta perbaikan pelayanan ke depan, besar anggaran yang diperlukan, dan tambahan kemudahan yang akan dinikmati pemilik kendaraan jika perbaikan dilakukan. Idealnya, pemerintah terlebih dulu meningkatkan kualitas pelayanan sebelum menaikkan biaya meski untuk itu awalnya perlu tambahan alokasi anggaran negara. Mengapa untuk infrastruktur negara bersedia investasi, tetapi untuk pelayanan administrasi terkesan mengandalkan dana masyarakat sepenuhnya? Jika dua hal itu tak dipaparkan kepada publik, patut diduga motif kenaikan ini murni untuk mengisi pundi-pundi kas negara. UU No 2/2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia mengatur fungsi utama Polri untuk pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Bukan sebagai penghasil pendapatan negara. Namun, PP No 60/2016 menempatkan Polri salah satu penghasil pendapatan negara. Pemerintah perlu meninjau kembali sistem STNK dan BPKB yang sudah usang. Sistem ini diterapkan sejak 1970-an dan tak mengikuti perkembangan teknologi. Buku BPKB yang tebal, sebagian besar halamannya tak digunakan dan datanya masih ditulis tangan. Lembar STNK dan BPKB dapat diganti dengan kartu elektronik atau sertifikat dengan barcode. Beberapa negara tetangga telah menerapkannya serta terbukti prosesnya lebih sederhana, cepat, dan efisien. Alangkah baiknya pembayaran tahunan dilakukan online dan tanda terima pembayaran dikirimkan ke alamat pemilik kendaraan sehingga pemilik merasa perlu untuk melapor jika dia pindah alamat. Pembayaran PBB dapat dilakukan online, mengapa STNK tidak? Untuk TNKB/pelat nomor, seharusnya biaya pemerintah jauh lebih murah karena skala ekonomis. Ironisnya, pemerintah mematok biaya Rp untuk sepeda motor dan Rp untuk mobil, sedangkan gerai-gerai komersial hanya mengutip Rp untuk membuat pelat nomor dengan kualitas yang sama. Pada 2012 terungkap skandal mark up dan korupsi TNKB yang nilainya diperkirakan menembus Rp 500 miliar. Hal ini menunjukkan masih ada ruang untuk menurunkan biaya TNKB. 171

188 Pemerintah perlu lebih peka terhadap kenaikan biaya hidup yang mendadak. Kenaikan biaya administrasi PKB mencapai 300 persen yang dilaksanakan bersamaan dengan penghapusan subsidi pelanggan listrik 900 VA dapat memicu keresahan sosial dan berpotensi menjadi komoditas politik. Alvin Lie Anggota Ombudsman RI Sumber: 172

189 173 BIODATA PENULIS I Made Bagus Ocky Yogiswara merupakan anak kedua dari pasangan Bapak I Made Kota dan Ibu Gusti Ayu Carkra Wati. Made adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Lahir di Gerung, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, pada tanggal 12 Oktober Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas di Gerung, Lombok Barat. Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar selama enam tahun di SDN 2 Gerung, dari tahun Kemudian lanjut ke Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Gerung, Selama tiga tahun, yaitu pada tahun Selanjutnya, menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Gerung, selama tiga tahun, yaitu pada tahun Setelah menamatkan sekolah pada jenjang SMA, penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sanata Dharma pada tahun Fakultas yang diambil adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilakan penelitian data dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengetahui dan mengerti maksud sebuah tulisan merupakan tujuan utama dalam membaca karya sastra. Karya sastra dibuat oleh pengarang karena adanya maksud atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lokalitas dalam bahasa menunjukan identitas budaya yang dipakai dalam konteks sebuah komunitas bahasa dalam hal ini masyakat Minangkabau. Lokalitas dalam konteks

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena data pada penelitian ini merupakan fenomena sosial. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak

Lebih terperinci

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN 2.1 Gaya Bahasa 2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan 1 I. PENDAHULUAN Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan mengenai latar belakang penelitian mengenai gaya bahasa dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S. Rendra

Lebih terperinci

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan perasaan, menyampaikan keinginan,

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh : EMA WIDIYAS

Lebih terperinci

Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012

Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012 1 Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012 Tisa Rahayu Vitiana 1 Sumadi 2 Dwi Sulistyorini 2 Universitas Negeri Malang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan. Ada beberapa buku yang dipakai dalam memahami dan mendukung penelitian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut penelitian naturalistik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Pertama,

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Pertama, 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer Karya Pramoedya Ananta Toer sudah pernah dikaji oleh beberapa mahasiswa. Berikut ini kajian yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setelah terkumpul landasan teoretis dan kerangka berpikir pada bab sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah metode. Metode digunakan untuk menyederhanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota masyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan pesan dari dalam diri manusia yang berupa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak biasa dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015) 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA) gaya bahasa (majas) - 1 - MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA) 1. Klimaks Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat. Contoh : Kesengsaraan membuahkan

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI

GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI 1 GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI Akmaliatus Saida 1 Wahyudi Siswanto 2 Heri Suwignyo 2 E-mail: misscute_71p@yahoo.com Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang 65145 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO Jurnal Publikasi Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style

II. LANDASAN TEORI. Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Gaya Bahasa Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style lilin. Pada perkembangan berikutnya, kata style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis

Lebih terperinci

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT E-JURNAL ILMIAH ASMARIDA NPM. 09080206 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK TEMA DAN GAYA BAHASA MENJEMPUT TUAH MENJUNJUNG MARWAH KARYA HAJI ABDUL MALIK ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Fatih Muftih NIM 090388201097 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut berjudul Gaya Bahasa Sindiran pada Rubrik Kartun Terbitan Kompas Edisi

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut berjudul Gaya Bahasa Sindiran pada Rubrik Kartun Terbitan Kompas Edisi 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang gaya bahasa pernah dilakukan oleh Hendra Bharata. Penelitian tersebutu tentang gaya bahasa sindiran pada rubrik komik. Penelitian tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA CALON PRESIDEN PADA ACARA DEBAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 SKRIPSI. Oleh: Ahmad Rizal Arafat NIM

ANALISIS GAYA BAHASA CALON PRESIDEN PADA ACARA DEBAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 SKRIPSI. Oleh: Ahmad Rizal Arafat NIM ANALISIS GAYA BAHASA CALON PRESIDEN PADA ACARA DEBAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 SKRIPSI Oleh: Ahmad Rizal Arafat NIM 201210080312069 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3

POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3 POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang E-mail: dianti_arko@yahoo.co.id

Lebih terperinci

INTISARI A. LATAR BELAKANG

INTISARI A. LATAR BELAKANG ANALISIS GAYA BAHASA PADA IKLAN SUSU ANAK MAJALAH AYAHBUNDA (EDISI JUNI 2010 MEI 2011) OLEH: BAHTIAR EFENDI NIM :A2A006010 Email: bahtiareffendi_19@yahoo.co.id INTISARI Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan BAB II LANDASAN TEORI Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan Alternatif Penerapannya dalam Pembelajaran Gaya Bahasa Puisi di SMA Kelas X Semester I berkaitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono

Lebih terperinci

BABII LANDASAN TEORI. secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat (Tarigan, 2009:4) mengemukakan bahwa

BABII LANDASAN TEORI. secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat (Tarigan, 2009:4) mengemukakan bahwa BABII LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasa Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengam istilah style. Kata style diturunkan dari bahasa latin stylus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Pada

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI ARTIKEL E-JOURNAL Oleh ALIMUN AKBAR SIREGAR NIM 090388201020 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

GAYA BAHASA MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS SEBAGAI ALTERNATIF KAJIAN PENGEMBANGAN

GAYA BAHASA MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS SEBAGAI ALTERNATIF KAJIAN PENGEMBANGAN GAYA BAHASA MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS SEBAGAI ALTERNATIF KAJIAN PENGEMBANGAN Oleh Windo Dicky Irawan Farida Ariyani Email: windoirawan8@gmail.com Abstract Every language expression (form) has

Lebih terperinci

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat Jawa dan perpaduan antara Jawa dan Prancis. Perpaduan budaya tersebut berdampak memperkaya bahasa yang digunakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI. E- mail : ABSTRAK

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI. E- mail : ABSTRAK PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI Sri Rahayu 1, Yetty Morelent 2, Gusnetti 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMK

GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMK GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMK SKRIPSI Oleh: Dian Mutiara Sari K1212019 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh ruang lingkup kehidupan manusia berkaitan dengan bahasa. Hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada Acara Indonesia Lawak Klub Di Trans 7 ini membutuhkan penelitian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada Acara Indonesia Lawak Klub Di Trans 7 ini membutuhkan penelitian yang 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian yang berjudul Analisis Satire dalam Penggunaan Bahasa Indonesia pada Acara Indonesia Lawak Klub Di Trans 7 ini membutuhkan penelitian yang relevan sebagai bahan pembanding.

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye. Oleh: ROSA MAULIDYA

ARTIKEL PENELITIAN. Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye. Oleh: ROSA MAULIDYA ARTIKEL PENELITIAN Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye Oleh: ROSA MAULIDYA 0910013111201 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retorika adalah penggunaan bahasa dengan baik atau efektif yang harus dipelajari seseorang yang menggunakan bahasa dengan cara yang efektif untuk tujuan tertentu. Hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karya Sastra Fiksi dan Nonfiksi Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra fiksi dan karya sastra nonfiksi. Karya sastra fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan.

Lebih terperinci

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SETIAP BARIS HUJAN KARYA ISBEDY STIAWAN ZS ARTIKEL ILMIAH RANI FUJIATI NINDRI NPM

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SETIAP BARIS HUJAN KARYA ISBEDY STIAWAN ZS ARTIKEL ILMIAH RANI FUJIATI NINDRI NPM MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SETIAP BARIS HUJAN KARYA ISBEDY STIAWAN ZS ARTIKEL ILMIAH RANI FUJIATI NINDRI NPM 11080035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR Oleh

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR Oleh GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR Oleh Era Octafiona Kahfie Nazaruddin Wini Tarmini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail : eraoctafiona@yahoo.com

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN GAYA BAHASA TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN LAMPUNG POST, 4 JANUARI 2016 BERJUDUL TERORISME BERSEMAI SKRIPSI

STRUKTUR DAN GAYA BAHASA TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN LAMPUNG POST, 4 JANUARI 2016 BERJUDUL TERORISME BERSEMAI SKRIPSI STRUKTUR DAN GAYA BAHASA TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN LAMPUNG POST, 4 JANUARI 2016 BERJUDUL TERORISME BERSEMAI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Tinjauan Pustaka 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dan dapat dijadikan acuan serta masukan untuk penelitian ini sebagai berikut.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran

I. KAJIAN PUSTAKA. yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran I. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Novel Istilah novel sama dengan istilah roman, kata novel berasal dari bahasa Italia dan berkembang di Inggris dan Amerika Serikat. Roman dan novel mempunyai perbedaan

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU ST12

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU ST12 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU ST12 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun Oleh:

Lebih terperinci

MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF PADA TEKS BERITA POLITIK KOLOM POLITIK DAN HUKUM SURAT KABAR KOMPAS

MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF PADA TEKS BERITA POLITIK KOLOM POLITIK DAN HUKUM SURAT KABAR KOMPAS MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF PADA TEKS BERITA POLITIK KOLOM POLITIK DAN HUKUM SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2017 DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP KELAS VIII SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Ahmadiyah, yang penulis lakukan menghasilkan simpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Ahmadiyah, yang penulis lakukan menghasilkan simpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian dengan judul Diksi dan Gaya Bahasa Penulisa Opini pada Situs www.ahmadiyah.org dalam Mengklarifikasi Tuduhan Sesat Ajaran Ahmadiyah, yang penulis lakukan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DAN STRUKTUR FEATURE PERJALANAN MAJALAH INTISARI EDISI JANUARI 2016: STUDI KASUS SKRIPSI

GAYA BAHASA DAN STRUKTUR FEATURE PERJALANAN MAJALAH INTISARI EDISI JANUARI 2016: STUDI KASUS SKRIPSI GAYA BAHASA DAN STRUKTUR FEATURE PERJALANAN MAJALAH INTISARI EDISI JANUARI 2016: STUDI KASUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Mei Arisman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE. SKRIPSI Oleh :

PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE. SKRIPSI Oleh : 1 PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE SKRIPSI Oleh : VINA ESTI SURYANI X1206062 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA DALAM ACARA INDONESIA SUPER LEAGUE DI STASIUN TELEVISI ANTV

GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA DALAM ACARA INDONESIA SUPER LEAGUE DI STASIUN TELEVISI ANTV GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA DALAM ACARA INDONESIA SUPER LEAGUE DI STASIUN TELEVISI ANTV Doni Mardiansyah 1, Ermanto 2, Amril Amir 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN BISNIS. Silvi Tri Rohmaida 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3

PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN BISNIS. Silvi Tri Rohmaida 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3 PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN BISNIS Silvi Tri Rohmaida 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang email: rohmaidasilvitri@gmail.com Abstract: This research purpose

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sastra. Pemakaian bahasa dalam karya sastra mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sastra. Pemakaian bahasa dalam karya sastra mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan. Media utama dalam karya sastra adalah bahasa, sehingga tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM SLOGAN LINGKUNGAN HIDUP

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM SLOGAN LINGKUNGAN HIDUP ANALISIS GAYA BAHASA DALAM SLOGAN LINGKUNGAN HIDUP THE ANALYSIS OF LANGUAGE STYLES IN ENVIRONMENTAL SLOGAN Marnetti Balai Bahasa Riau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan H.R. Soebrantas Km. 12,5

Lebih terperinci

KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI

KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI Asri Wahyuni Sari, Diyan Permata Yanda Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK. Fadlun Al fitri

ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK. Fadlun Al fitri Telangkai Bahasa dan Sastra, April 2014, 108-116 Copyright 2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266 Tahun ke-8, No 1 ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK Fadlun Al fitri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan sastra yaitu tentang gaya bahasa pada novel. Penelitian itu yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan sastra yaitu tentang gaya bahasa pada novel. Penelitian itu yang dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Selama ini penelitian yang membahas tentang masalah Penggunaan Gaya Bahasa dalam Berita Infotaimen belum pernah dilakukan hanya berhubungan dengan

Lebih terperinci

K ATA - K ATA K I A S A N D A L A M K H O T B A H Y E S U S & A L K I TA B

K ATA - K ATA K I A S A N D A L A M K H O T B A H Y E S U S & A L K I TA B K ATA - K ATA K I A S A N D A L A M K H O T B A H Y E S U S & A L K I TA B KATA-KATA KIASAN 1. Pengertian kata kiasan adalah bahasa indah yang digunakan dalam mempercantik susunan kalimat agar memperoleh

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI GAYA BAHASA DAN DIKSI DALAM IKLAN KOMERSIAL (SUATU KAJIAN SEMANTIK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA)

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA) digilib.uns.ac.id ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA) SKRIPSI Disusun Oleh : Dian Maya Setia Ekawati K1208013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra nonfiksi dan fiksi. Karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra nonfiksi dan fiksi. Karya 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karya Sastra Nonfiksi dan Fiksi Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra nonfiksi dan fiksi. Karya sastra nofiksi adalah karya sastra yang ditulis berdasarkan kajian

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk mememenuhi sebagian persyaratan memeperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting

Lebih terperinci

DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU ADA BAND PADA ALBUM ROMANTIC RHAPSODY SKRIPSI. Oleh : Diansyah Rifky Sabila NIM

DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU ADA BAND PADA ALBUM ROMANTIC RHAPSODY SKRIPSI. Oleh : Diansyah Rifky Sabila NIM DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU ADA BAND PADA ALBUM ROMANTIC RHAPSODY SKRIPSI Oleh : Diansyah Rifky Sabila NIM 090210402042 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

GAYA BAHASA RETORIS PADA LIRIK LAGU-LAGU DALAM ALBUM WALI BAND SKRIPSI. Oleh: Vivi Ayu Dwi Agustin

GAYA BAHASA RETORIS PADA LIRIK LAGU-LAGU DALAM ALBUM WALI BAND SKRIPSI. Oleh: Vivi Ayu Dwi Agustin GAYA BAHASA RETORIS PADA LIRIK LAGU-LAGU DALAM ALBUM WALI BAND SKRIPSI Oleh: Vivi Ayu Dwi Agustin 08340002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

KATEGORI DAN FUNGSI MAJAS DALAM LIRIK LAGU ALBUM BINTANG LIMA DEWA 19

KATEGORI DAN FUNGSI MAJAS DALAM LIRIK LAGU ALBUM BINTANG LIMA DEWA 19 KATEGORI DAN FUNGSI MAJAS DALAM LIRIK LAGU ALBUM BINTANG LIMA DEWA 19 Oleh: Annika Aprianti 1, Harris Effendi Thahar. 2, Zulfadhli 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kata-kata indah yang menjadikan puisi memiliki daya tarik dan nilai keindahan.

BAB II LANDASAN TEORI. kata-kata indah yang menjadikan puisi memiliki daya tarik dan nilai keindahan. 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakikat Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang paling tua menurut sejarahnya. Bahasa digunakan sebagai media untuk menyampaikan gagasan yang disusun sedemikian

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA. Oleh

KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA. Oleh KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA Oleh Icha Meyrinda Ni Nyoman Wetty S. Mulyanto Widodo Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail : ichameyrinda@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI PEREMPUAN WALIKOTA JILID 2 KARYA SURYATATI A. MANAN

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI PEREMPUAN WALIKOTA JILID 2 KARYA SURYATATI A. MANAN ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI PEREMPUAN WALIKOTA JILID 2 KARYA SURYATATI A. MANAN ARTIKEL E-JOURNAL Oleh SISCA DEWI MOLLY NIM 090388201302 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS

Lebih terperinci

KAJIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN EUFEMISME PADA KEPALA BERITA HARIAN SOLO POS. Naskah Publikasi Ilmiah. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

KAJIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN EUFEMISME PADA KEPALA BERITA HARIAN SOLO POS. Naskah Publikasi Ilmiah. Untuk memenuhi sebagian persyaratan KAJIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN EUFEMISME PADA KEPALA BERITA HARIAN SOLO POS Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan Bahasa Sastra dan Daerah Oleh

Lebih terperinci

GAYA BAHASA IKLAN PADA KORAN KOMPAS

GAYA BAHASA IKLAN PADA KORAN KOMPAS GAYA BAHASA IKLAN PADA KORAN KOMPAS Yuliani 1), Gusnetti 2), Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aristoteles menyatakan bahwa karya sastra itu bisa memberikan katarsis atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca karya sastra

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

PEMAKAIAN MAJAS DALAM RUBRIK GAGASAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 SRAGEN

PEMAKAIAN MAJAS DALAM RUBRIK GAGASAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 SRAGEN PEMAKAIAN MAJAS DALAM RUBRIK GAGASAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 SRAGEN Joko Widianto, Abdul Ngalim, dan Agus Budi Wahyudi Prgram Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mentransformasikan berbagai ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan atau tulis. Kedua

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN MATAHARI DI RUMAHKU

ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN MATAHARI DI RUMAHKU ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN MATAHARI DI RUMAHKU ARTIKEL E-JOURNAL Oleh WENNY JUWITA SARI NIM 090388201344 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i2p%25p.193 ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR Risma Despryanti 1, Riska Desyana 2, Amalia Siddiqa Rahayu 3, Yeni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini mengajar bahwa bahasa sebagai alat komunikasi. Komunikasi ada hubungan antara individu yang

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN PERAN KATA DALAM KALIMAT TAJUK RENCANA SURAT KABAR BATAM POS EDISI JANUARI 2015

ANALISIS FUNGSI DAN PERAN KATA DALAM KALIMAT TAJUK RENCANA SURAT KABAR BATAM POS EDISI JANUARI 2015 ANALISIS FUNGSI DAN PERAN KATA DALAM KALIMAT TAJUK RENCANA SURAT KABAR BATAM POS EDISI JANUARI 2015 E-JOURNAL Disusun Oleh NINING AGUSTINA NIM 100388201088 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci