FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUD dr.rasyidin PADANG TAHUN 2013 Mahaza, Awaluddin (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT The purpose of this study was to determine the factors associated with Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) inpatients at medicine ward of dr. Rasidin hospital Padang. The study design was descriptive analytic with cross sectional study. The entire populations were subjected to experiments, with the number of 36 people. The data was processed by computerized statistical test Chi-Square. The results of research conducted found, (58.3%) respondents had a low knowledge, (66.7%) of respondents had a positive attitude, (86.1%) of respondents had either no action on the prevention of Dengue Hemorrhagic Fever, (55, 6%) of respondents suffering from dengue. From the results of Chi Square test a significant association between knowledge with the dengue incidence (p = 0.009 means p <0.05), there was no significant correlation between the incidence of dengue attitude (p = 0.55, means p> 0.05), a significant association between the incidence of dengue measures (p = 0.012, means p> 0.05) in patients treated in the hospital ward of dr. Rasyidin Hospital Padang in 2013. Keywords: Dengue knowledge - Attitudes and Actions ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Pasien yang dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin Padang. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Seluruh populasi dijadikan objek penelitian, dengan jumlah 36 orang. Data di olah dengan cara komputerisasi dengan uji statistik Chi-Square.. Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan, (58,3%) responden mempunyai pengetahuan yang rendah, (66,7%) responden memiliki sikap positif, (86,1%) responden mempunyai tindakan yang tidak baik tentang pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue, (55,6%) responden menderita DBD. Dari hasil uji Chi Square didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian DBD (p = 0,009 bearti p < 0,05),Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian DBD (p = 0,55, bearti p > 0,05), hubungan yang bermakna antara tindakan dengan kejadian DBD (p = 0,012, bearti p > 0,05) pada pasien yang dirawat dibangsal penyakit dalam RSUD dr.rasyidin Padang tahun 2013. Kata Kunci: Demam Berdarah Dengue Pengetaahuan- Sikap dan Tindakan 42
Jurnal Sehat Mandiri Volume 11 Nomor 2 Tahun 2016 PENDAHULUAN Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang berbahaya disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat serta menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. (misnadiarly,2009). Beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk menekan angka kejadian penyakit DBD dan akibat yang ditimbulkannya, diantaranya memerintahkan semua rumah sakit baik Negeri atau swasta untuk tidak menolak pasien yang menderita DBD, melakukan foging atau pengasapan secara masal dan membagikan bubuk abate secara gratis pada daerah yang penduduknya banyak terkena DBD, penyebaran pamflet dan poster tentang pentingnya melakukan pencegahan DBD dengan melakukan kegiatan 3M (Dirjen P2PL Depkes RI, 2007). METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study dimana pengukuran terhadap variabel bebas dan variabel terikat dilakukan dalam waktu bersamaan (Notoadmodjo, 2005). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Padang propinsi Sumatera Barat pada tahun 2010 menyatakan jumlah penderita Demam Berdarah Dengue sebanyak 1045 kasus, yang meninggal dunia tahun 2011 berjumlah 5 orang dari 965 kasus. Penderita Demam Berdarah Dengue pada tahun 2012 sebanyak 1626 kasus, yang meninggal tercatat 12 orang. Terjadinya peningkatan jumlah korban akibat kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dan ditambah kondisi lingkungan yang tidak dijaga kebersihannya sehingga adanya genangan air yang menjadi sarang utama nyamuk Aedes Aegypti (Profil Dinkes Kota Padang, 2012).. Berdasarkan latar belakangkan dirumuskan suatu masalah yaitu Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue pada pasien yang di rawat di bangsal penyakit dalam RSUD dr. Rasidin Padang. Penelitian ini dilaksanakan di Bangsal Penyakit Dalam RSUD dr Rasyidin Padang, waktu penelitiannya yaitu Bulan Mai sampai dengan bulan September 2013. Sampel penelitian semua pasien yang sedang dirawat selama penelitian di bangsal penyakit dalam RSUD dr Rasyidin Padang. 43
HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan PasienYang Dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RSUDdr.Rasyidin Padang, Tahun 2013 No. Tingkat Pengetahuan Frekwensi Persentase 1. Rendah 21 58,3 2. Tinggi 15 41,7 Jumlah 36 100 Tabel 1 dapat diketahui bahwa 58,3% responden mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penyakit Demam Berdarah Dengue. Tabel. 2 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan SikapPasien Yang Dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RSUD dr.rasyidin Padang, Tahun 2013 No. Sikap Frekwensi Persentase 1. Negative 12 33,3 2. Positif 24 66,7 Jumlah 36 100 Tabel.3 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Tindakan PasienYang Dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RSUD dr.rasyidin Padang, Tahun 2013 No Tindakan Frekwensi Persentase 1. Tidak Baik 31 86,1 2. Baik 5 13,9 Jumlah 36 100 Tabel.3 dapat diketahui bahwa 86,1% responden mempunyai tindakan yang tidak baik tentang pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue. Kejadian penyakit DBD Tabel 4 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Kejadian DBD Pada Pasien Yang Dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RSUD dr.rasyidin Padang, Tahun 2013 No. Kejadian DBD Frekwensi Persentase 1. Tidak DBD 16 44,4 2. DBD 20 55,6 Jumlah 36 100 44
Jurnal Sehat Mandiri Volume 11 Nomor 2 Tahun 2016 Tabel 5 Distribusi Responden Mengenai Pengetahuan dengan Kejadian DBD Pada Pasien Yang Dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RSUD dr.rasyidin Padang, Tahun 2013 Tingkat Pengetahuan Jumlah Rendah Tinggi Kejadian DBD Total OR P Value DBD Tidak DBD CI (95%) F % F % F % 8,8 16 76,2 5 23,8 21 100 4 26,7 20 73,3 15 100 11 55,6 16 44,4 36 100 1,920 40,336 0,009 Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa pasien dengan pengetahuan rendah lebih banyak (76,2%) pada pasien yang menderita DBD dari pada pasien yang tidak menderita DBD (23,8%). Sedangkan pasien yang pengetahuannya tinggi lebih banyak (73,3%) pada pasien yang tidak menderita DBD dari pada pasien yang menderita DBD (26,7% ). Frekwensi pasien yang menderita DBD lebih banyak ditemukan pada pasien dengan pengetahuan yang rendah. Hal ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian DBD responden. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 8,8, artinya responden dengan pengetahuan yang rendah akan beresiko menderita DBD 8,8 kali dibanding responden yang berpengetahuan tinggi tentang DBD. Hubungan Sikap dengan Kejadian DBD Tabel.6 Distribusi Responden Mengenai Sikap dengan Kejadian DBD Pada Pasien Yang Dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RSUD dr.rasyidin Padang, Tahun 2013 Kejadian DBD Total OR P Value Sikap DBD Tidak DBD CI (95%) F % F % F Negatif 8 66,7 4 33,3 12 100 Positif 12 50 12 50 24 100 2,0 0,55 Jumlah 20 55,6 16 44,4 36 100 0,473-8,462 45
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa pasien dengan Sikap negatif lebih banyak (66,7% ) pada pasien yang menderita DBD dari pada pasien yang tidak menderita DBD (33,3% ). Sedangkan pasien yang sikapnya positif sama banyak (50% ) antara pasien yang menderita DBD dengan pasien yang tidak menderita DBD. Frekwensi pasien Hubungan Tindakan dengan Kejadian DBD yang menderita DBD sama-sama ditemukan pada pasien dengan sikap yang positif dan sikap yang negatif. Hal ini menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian DBD responden. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 2 artinya semua responden akan beresiko menderita DBD. Tabel 7. Distribusi Responden Mengenai Tindakan dengan Kejadian DBD Pada Pasien Yang Dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RSUD dr.rasyidin Padang,Tahun 2013 Kejadian DBD Total OR Tindakan DBD Tidak DBD CI (95%) F % F % F % 20 64,5 11 35,4 31 100 0,3 0,012 Tidak baik Baik 0 0 5 100 5 100 Jumlah 20 55,6 16 44,4 36 100 0,221-0,570 P Value Berdasarkan analisis hubungan dengan menggunakan uji statistik chi-square ditemukan p = 0,01, bearti p > 0,05. Hal ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan kejadian DBD responden. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,3, artinya responden dengan tindakan yang baik akan beresiko menderita DBD 0,3 kali dibanding responden dengan tindakan yang tidak baik. PEMBAHASAN 1. Kejadian DBD Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat dari 36 orang pasien yang di rawat di Bangsal Penyakit Dalam, 20 orang (55,6%) menderita DBD. Dari hasil penelitian ini banyaknya pasien yang menderita DBD sangat di pengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan tindakan mereka. Menurut peneliti rendahnya pengetahuan sebagian pasien dikarenakan belum mendapatkan penyuluhan tentang upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue dengan menjaga lingkungan hidup tetap bersih 46
Jurnal Sehat Mandiri Volume 11 Nomor 2 Tahun 2016 dan sehat, membiasakan menguras dan menyikat bak mandi secara teratur seminggu sekali dan menutup dengan rapat-rapat tempat penampungan air, menguburkan atau memusnahkan barang-barang bekas seperti kaleng, ban dan barang bekas lainnya. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian DBD Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa pasien dengan pengetahuan rendah lebih banyak (76,2%) pada pasien yang menderita DBD dari pada pasien yang tidak menderita DBD (23,8%). Sedangkan pasien yang pengetahuannya tinggi lebih banyak (73,3% ) pada pasien yang tidak menderita DBD dari pada pasien yang menderita DBD (26,7% ). Frekwensi pasien yang menderita DBD lebih banyak ditemukan pada pasien dengan pengetahuan yang rendah. Berdasarkan analisis hubungan dengan menggunakan uji statistik chisquare ditemukan p = 0,009 bearti p < 0,05. Hal ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian DBD responden. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 8,8, artinya responden dengan pengetahuan yang rendah akan beresiko menderita DBD 8,8 kali dibanding responden yang berpengetahuan rendah tentang DBD. Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) yang menyebutkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam melaksanakan perilaku hidup sehat, di antaranya adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan pekerjaan mereka. Adanya penyuluhan dan informasi yang diperoleh seseorang serta cara pencegahan Demam Berdarah Dengue dari berbagai media massa seperti surat kabar, majalah kesehatan, dan leaflet bagi mereka yang memiliki perilaku positif terhadap informasi tersebut mereka akan mematuhi anjuran dari informasi yang diterimanya, sebaliknya mereka yang berperilaku negatif terhadap informasi, cenderung mengabaikan informasi tersebut. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa responden yang menderita DBD pengetahuannya rendah. Rendahnya pengetahuan seseorang akan semakin besar peluang mereka untuk tidak berubah perilaku. Pengetahuan yang rendah mempengaruhi keyakinan seseorang terhadap informasi yang diterimanya. Rendahnya keyakinan ini yang mendorong seseorang mengabaikan semua arahan cara mencegah Demam Berdarah Dengue yang diinformasikan kepada mereka, sehingga mereka berpeluang untuk 47
terjangkit penyakit DBD, selain dari lingkungan yang jauh dari rumah mereka, lingkungan disekitar rumah mereka juga menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti. Hubungan Sikap dengan kejadian DBD Berdasarkan tabel.6 dapat dilihat bahwa pasien dengan Sikap negatif lebih banyak (66,7% ) pada pasien yang menderita DBD dari pada pasien yang tidak menderita DBD (33,3% ). Sedangkan pasien yang sikapnya positif sama banyak (50%) antara pasien yang menderita DBD dengan pasien yang tidak menderita DBD. Frekwensi pasien yang menderita DBD sama-sama ditemukan pada pasien dengan sikap yang positif dan sikap yang negatif. Berdasarkan analisis hubungan dengan menggunakan uji statistik chi-square ditemukan p = 0,55, bearti p > 0,05. Hal ini menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian DBD responden. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 2 artinya semua responden akan beresiko menderita DBD. Hasil penelitian diatas didapat responden dengan sikap negatif lebih banyak ditemukan pada pasien yang menderita DBD, Hal ini disebabkan rendahnya pengetahuan mereka tentang cara pencegahan Demam Berdarah Dengue dan sikap negatif terhadap informasi yang diterima dari petugas kesehatan. Selain itu juga dipengaruhi oleh rendahnya faktor ekonomi keluarga dalam menyediakan hunian yang memenuhi syarat kesehatan yaitu layak dan bersih, tidak terpenuhi gizi anggota keluarga dan faktor kebiasaan masyarakat yang kurang peduli dengan kebersihan lingkungan mereka dan jarang melakukan pembersihan bak mandi dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air yang ada di pekarangan mereka. Temuan ini mendukung teori Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa perilaku adalah cerminan dari sikap.sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak. Perilaku senantiasa terarah kepada suatu sikap seseorang terhadap objek (tindaka n pencegahan Demam Berdarah Dengue).Sikap dapat bersifat positif ataupun negatif.dalam bersikap positif terdapat kecenderungan untuk bertindak (melakukan tindakan tersebut). Perilaku dengan sikap positif terhadap tindakan pencegahan Demam Berdarah Dengue akan menggerakkan seseorang untuk mematuhi anjuran tersebut. Semakin positif sikap seseorang akan semakin tinggi seseorang tersebut berperilaku dan patuh dengan anjuran yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada mereka, sebaliknya semakin negatif sikap seseorang akan semakin rendah 48
Jurnal Sehat Mandiri Volume 11 Nomor 2 Tahun 2016 seseorang berperilaku serta tidak patuhnya dengan anjuran yang diberikan. Sikap juga berarti respon terhadap rangsangan yang bersifat terselubung. Hasil penelitian ini didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara sikap dengan kejadian DBD, dari 24 orang responden yang bersikap positif 12 orang menderita DBD dan 12 orang yang tidak menderita DBD. Menurut asumsi penulis walaupun seseorang sudah bersikap positif tentang pencegahan penyakit DBD, tapi akan beresiko juga terkena penyakit DBD, karena penyakit ini ditularkan oleh nyamuk yang dapat hidup di lingkungan lain, bisa terbawa oleh kendaraan, dan nyamuk ini juga bisa terbang dengan jarak 40 km. Hubungan tindakan dengan kejadian DBD Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa pasien dengan tindakan yang tidak baik lebih banyak (64,5% ) pada pasien yang menderita DBD dari pada pasien yang tidak menderita DBD (35,4%). Sedangkan pasien yang tindakannya baik hanya di temukan pada pasien yang tidak menderita DBD (100%). Jadi frekwensi pasien yang menderita DBD lebih banyak ditemukan pada pasien dengan tindakan yang tidak baik. Berdasarkan analisis hubungan dengan menggunakan uji statistik chisquare ditemukan p = 0,012, bearti p > 0,05. Hal ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan kejadian DBD responden. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,3, artinya responden dengan tindakan yang baik akan beresiko menderita DBD 0,3 kali dibanding responden dengan tindakan yang tidak baik. Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai dengan demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan beresiko terhadap timbulnya kematian. Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan ( petechiae), lebam (eccymosis) atau ruam ( purpura), kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock) (Indrawan, 2001). Dari hasil penelitian didapat rendahnya tindakan responden dalam pencegahan penyakit DBD. Dari pertanyaan kuesioner yang telah dibagikan mengenai tindakan responden, sebagian besar (80,6% ) responden yang tidak mengubur kaleng bekas, (27,7%) 49
yang menyikat bak mandi sekurangnya satu kali seminggu, (41,7%) responden yang menutup tempat penampungan air, (41,7%) responden yang tidak membiarkan air tergenang di sekitar rumah, (77,7%) reponden yang tidak memakai kelambu saat tidur, (55,6%) responden yang tidak memakai obat nyamuk saat tidur dan ( 80,6%) responden yang tidak memakai autan saat tidur. Hasil diatas menurut asumsi penulis kurangnya tindakan responden dalam pencegahan penyakit DBD ini bisa dari pengetahuan yang rendah, karena responden kurang mendapatkan penyuluhan atau arahan dari petugas kesehatan, selain itu status ekonomi juga sangat mempengaruhi tindakan seseorang, status ekonomi yang rendah sangat susah untuk menjalankan tindakan pencegahan penyakit DBD. Tapi juga ada sebagian masyarakat yang sudah mendapatkan penyuluhan tentang pencegahan DBD, namun mereka malas untuk melakukan tindakan dalam mencegah penyakit DBD. Malah sebaliknya mereka sudah melaksanakan tindakan pencegahan penyakit DBD dan mereka masih terserang oleh virus DBD, ini mungkin dikarenakan nyamuk DBD dapat terbang 40 meter dari tempat berkembangnya dan bisa menggigit siapa saja, dan juga terbawa oleh kendaraan sehingga nyamuk ter sebut dapat berpindah tempat dari tempat yang kotor ketempat yang bersih lingkungannya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Lebih dari separuh responden (58,3%) mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penyakit Demam Berdarah Dengue di RSUD dr RasyidinPadang. Lebih dari separuh responden (66,7%) memiliki sikap positif tentang penyakit Demam Berdarah Dengue di RSUD dr RasyidinPadang. Lebih dari separuh responden (86,1%) mempunyai tindakan yang tidak baik tentang pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue di RSUD dr RasyidinPadang. Lebih dari separuh responden (55,6%) menderita DBD di RSUD dr RasyidinPadang. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian DBD pasien yang dirawat dibangsal penyakit dalam RSUD dr.rasyidin Padang tahun 2013. Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian DBD pasien yang dirawat dibangsal penyakit dalam RSUD dr.rasyidin Padang tahun 2013. Ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan kejadian DBD pasien yang dirawat dibangsal penyakit dalam RSUD dr.rasyidin Padang tahun 2013. 50
Jurnal Sehat Mandiri Volume 11 Nomor 2 Tahun 2016 Disarankan melalui PKMRS rumah sakit agar : Meningkatkan penyuluhan terhadap pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue, terutama mengubur barang bekas, menutup tempat penampungan air, dan meningkatkan kebersihan lingkungan untuk memberantas sarang nyamuk Aedes Aegypty.. Kepada Kepala Dinas Kesehatan Agar dapat merencanakan program kesehatan lingkungan masyarakat melalui kerja sama dengan kelurahan yang melibatkan tokoh masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah mereka. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 2006.Prosedur Penelitian,Jakarta : PT Rineka Cipta Depkes, RI. (2005). Pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Direktorat Jendral PP dan PL: Jakarta,(2005). Pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Ditjen PPM & PL. Jakarta,(2005). Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Ditjen PPM & PL. Jakarta Dinas Kesehatan Kota Padang Sumatera Barat. (2011) : Padang Indrawan,(2001). Mengenal dan Mencegah Demam Berdarah, Pioner Jaya, Bandung. Kementrian Kesehatan. (2012). Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Kesehatan Lingkungan (P2PL) : Jakarta Medical Record.(2012).RSUD dr.rasyidin Padang Misnadiarly.(2009).Demam Berdarah Dengue (DBD). Pustaka Populer : Jakarta Notoatmodjo Soekidjo. (2005).Metodologi Penelitian Kesehatan.PT. Rineka Cipta: Jakarta Notoatmodjo Soekidjo. (2003).Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.PT. Rineka Cipta : Jakarta Notoatmodjo Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.PT. Rineka Cipta : Jakarta Putra E satni.(2010). Mengenal Nyamuk Aedes Aegypti Penyebar Demam Berdarah dan Upaya Pengendaliannya : Padang Sutrisno (201 1). Hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan pelaksanaan 3M Plus dalam pencegahan DBD : Jambi 51
Titing Anastasya Wulandari (2013) Hubungan faktor pencegahan dan perawatan keluarga dengan kejadian penyakit DBD : Padang WHO. (1999). Demam Berdarah Dengue.Kedokteran EGC : Jakarta 52