BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka teori Pengendalian vektor DBD: 1. Kimiawi 2. Biologi 3. Manajemen lingkungan Pengetahuan Ibu Pencegahan penyebaran Virus Dengue Penurunan Kejadian Demam Berdarah Dengue 3.2 Kerangka Konsep Ibu-ibu orang tua murid SD Salsabila Pengetahuan tentang penularan Demam Berdarah Dengue 25

2 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan kuisioner untuk melihat gambaran pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan potong lintang (cross sectional) dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). 4.2 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Salsabila kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada bulan September Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu orang tua murid Sekolah Dasar Salsabila kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan yang memenuhi syarat sebagai berikut: a. Kriteria inklusi: 1. Memiliki anak yang bersekolah di Sekolah Dasar Salsabila. 2. Telah memahami inform consent dan bersedia menjadi responden. b. Kriteria eksklusi: 1. Tidak bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian. 26

3 Sampel penelitian Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu orang tua murid Sekolah Dasar Salsabila kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan yang merupakan bagian dari populasi. Untuk menentukan ukuran besarnya sampel yang mewakili populasi maka peneliti menggunakan perhitungan sampel mimimal sebagai berikut : n = Zα²PQ d² Dimana: n = besar sampel Zα = deviat baku alpha (tabel Z) P = perkiraan proporsi pada populasi dari penelitian sebelumnya Q = 1-P d = tingkat ketepatan absolut maka perhitungannya jika: Zα = 1,960 tingkat kesalahan adalah 0,05 P = 0,67 dari penelitian sebelumnya (Wati) 19 Q = 1-P = 0,33 d = 10% = 0,1 n = (1,960)²(0,67)(0,33) (0,1)² = 84,9377 dibulatkan menjadi minimal 85 orang

4 Teknik Pengumpulan data Teknik Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah probability sampling jenis simple random sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak dari daftar populasi yang telah diketahui terlebih dahulu jumlah populasinya tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu Metode Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden, atau bercakap - cakap berhadapan muka dengan orang tersebut. Hasil percakapan tersebut didokumentasi menjadi sebuah data primer, yaitu materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat penelitian berlangsung. Data primer yang diambil adalah data tentang nama responden, jenis kelamin responden usia responden, pekerjaan responden, pendidikan responden, serta pengetahuan responden Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan umur, status pekerjaan, pendidikan, kejadian, serta pengetahuan tentang demam berbarah dengue (DBD). Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner yang telah divalidasi dan diuji reliabilitasnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Anindia Larasati (2009). 18 Kuesioner ini sebanyak 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban berganda maupun isian. Masing-masing item telah diberi nilai.

5 Definisi Operasional No. Definisi Operasional Cara Ukur kategori Alat Ukur Skala Ukur 1. Usia adalah lama Analisa a. < 25 tahun Kuisioner/ Ordinal hidup sejak Kuisioner b tahun wawancara dilahirkan c tahun 2. Tingkat Analisa a. Tidak tamat Kuisioner/ Ordinal pendidikan adalah Kuisioner SD wawancara jenjang pendidikan b. Tamat SD terakhir yang atau sederajat dimiliki oleh c. Tamat SMP seseorang melalui atau sederajat pendidikan formal d. Tamat SMA pemerintah atau sederajat e. Tamat perguruan tinggi 3. Pekerjaan adalah Analisa a. Bekerja Kuisioner/ Nominal kegiatan aktif yang kuisioner b. Tidak bekerja wawancara dilakukan manusia untuk menghasilkan uang 4. Sumber informasi Analisa a. <3 Sumber Kuisioner/ Ordinal adalah sarana kuisioner b. 3-5 Sumber wawancara tempat responden c. >5 Sumber mendapatkan informasi mengenai DBD yaitu petugas

6 30 kesehatan, media cetak, media elektronik, kegiatan setempat, keluarga, dan tetangga 5. Sumber informasi Analisa a. <3 Sumber Kuisioner/ Ordinal paling berkesan kuisioner b. 3-5 Sumber wawancara adalah sumber c. >5 Sumber informasi dimana responden mendapatkan informasi terbanyak tentang DBD sehingga responden memahami penyakit DBD. 6. Pernah mendengar Analisa a. Tidak Kuisioner/ Nominal DBD adalah kuisioner b. Ya wawancara kejadian masa lampau dimana responden pernah mendapatkan informasi tentang DBD 7. Anggota keluarga Analisa a. Tidak Kuisioner/ Nominal pernah DBD kuisoner b. Ya wawancara adalah ada tidaknya kejadian

7 31 DBD di dalam keluarga 8. Tingkat Analisa a. Pengetahuan Kuisioner/ Ordinal pengetahuan kuisioner kurang adalah wawancara adalah pemahaman jika nilai 21 yang dimiliki b. Pengetahuan responden tentang cukup adalah demam berdarah jika nilai 22- yang meliputi 27 pengertian, tanda c. Pengetahuan dan gejala, baik adalah pengobatan, cara jika nilai 28. penularan, pemberantasan vektor, dan pemberantasan sarang nyamuk. 4.6 Analisa Hasil Pengolahan data dengan menggunakan analisis univariat. Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan dianalisis menggunakan komputer. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu: 1. Editing Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah: 1) Lengkap: semua pertanyaan sudah terisi jawabannya 2) Jelas: apakah tulisannya cukup jelas terisi jawabannya 3) Relevan: jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaannya

8 32 4)Konsisten: apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi jawabannya konsisten 2. Coding Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analis data dan juga mempercepat pada saat entry data. 3. Processing Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati proses coding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer. Ada bermacam-macam paket program yang dapat digunakan untuk pemrosesan data dengan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. 4. Cleaning Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita mengentry ke komputer

9 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Salsabila Jalan Young Panah Hijau Lingkungan IX, Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. SD Salsabila merupakan Sekolah Dasar swasta yang terdiri dari kelas 1 hingga kelas 6. SD Salsabila terletak kurang lebih 30 meter dari sungai Deli. Peserta didik sekolah ini merupakan masyarakat setempat di kelurahan Labuhan Deli dan sekitarnya Deskripsi Karakteristik Responden Dari penelitian yang dilakukan pada ibu-ibu orang tua murid Sekolah Dasar Salsabila, Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, didapati jumlah sampel 90 orang dari sampel minimal 85 orang, didapati karakteristik sebagai berikut: Distribusi Responden Berdasarkan Usia Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa responden terbanyak usia tahun yaitu 66 orang (73,3%) dan responden terendah usia tahun yaitu 9 orang (10%). Responden usia tahun sebanyak 15 orang (16,7%). Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia No Usia N % tahun tahun tahun ,3 16,7 Total

10 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan, diperoleh bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak tamat SMP sederajat dan tamat SMA sederajat yaitu masingmasing 24 orang (26,7%). Sedangkan tingkat pendidikan terendah adalah tamat perguruan tinggi yaitu 1 orang (1,1%). Tingkat pendidikan responden tidak tamat SD sebanyak 23 orang (25,6%) dan tamat SD atau sederajat sebanyak 18 orang (20%). Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan N % Tidak tamat SD Tamat SD atau sederajat Tamat SMP atau sederajat Tamat SMA atau sederajat Tamat Perguruan Tinggi , ,7 26,7 1,1 Total Distiribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan pekerjaan, diperoleh bahwa responden sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 73 orang (81,1%). Responden yang bekerja sebanyak 17 orang (18,9%). Sebaran responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan N % 1 2 Bekerja Tidak Bekerja ,9 81,1 Total Distiribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Berdasarkan sumber informasi, dijumpai sebagian besar responden hanya mendapat kurang dari 3 sumber informasi tentang DBD sebanyak 71 orang

11 35 (78,9%). Sedangkan proporsi terendah adalah responden yang mendapat sumber informasi lebih dari 5 yaitu sebanyak 9 orang (10%). Terdapat 10 orang (11,1%) responden yang mendapat 3-5 sumber informasi. Adapun distribusi responden berdasarkan sumber informasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi No Sumber Informasi N % < 3 sumber 3 5 sumber > 5 sumber ,9 11,1 10 Total Distiribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Paling Berkesan tentang DBD Berdasarkan sumber informasi yang paling berkesan, dijumpai bahwa sebagian besar responden mendapat informasi DBD paling berkesan berasal dari kurang 3 sumber yaitu sebanyak 82 orang (91,1%). Proporsi terendah adalah responden yang mendapat informasi DBD paling berkesan berasal dari 3-5 sumber yaitu sebanyak 3 orang (3,3%). Responden yang mendapat informasi DBD paling berkesan berasal dari lebih 5 sumber sebanyak 5 orang (5,6%). Adapun distribusi responden berdasarkan sumber informasi paling berkesan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Paling Berkesan tentang DBD No Sumber Informasi Paling Berkesan N % < 3 sumber 82 91,1 3 5 sumber 3 3,3 > 5 sumber 5 5,6 Total

12 Distiribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendengar DBD Berdasarkan pernah tidaknya mendengar DBD, diperoleh bahwa sebagian besar ibu-ibu sudah pernah mendengar tentang DBD yaitu sebanyak 78 orang (86,7%). Responden yang belum pernah mendengar tentang DBD sebanyak 12 orang (13,3%). Adapun distribusi responden berdasarkan pernah tidaknya mendengar DBD dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendengar DBD No 1 2 Tidak Ya Pernah Mendengar DBD N % 12 13, ,7 Total Distiribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Pernah DBD Berdasarkan anggota keluarga yang pernah menderita DBD, diperoleh bahwa sebagian besar keluarga responden belum pernah menderita DBD yaitu sebanyak 86 orang (95,6%). Anggota keluarga responden yang pernah menderita DBD sebanyak 4 orang (4,4%). Adapun jumlah responden berdasarkan ada tidaknya anggota keluarga pernah menderita DBD dapat dilihat pada berikut. Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Pernah DBD No 1 2 Tidak Ya Anggota Keluarga Pernah DBD N % 86 95,6 4 4,4 Total Distiribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Berdasarkan tingkat pengetahuan, dijumpai bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden tentang DBD adalah cukup (skor 22-27) yaitu sebanyak 40 orang (44,4%). Proporsi terendah adalah tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 11 orang (12,2%). Sedangkan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 39 orang

13 37 (43,3%). Adapun jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan No Tingkat Pengetahuan N % Rendah Cukup Tinggi ,3 44,4 12,2 Total Distribusi Jawaban Responden Tingkat pengetahuan responden diukur dari 20 pertanyaan yang diberikan tentang Demam Berdarah Dengue. Dari penelitian, diketahui bahwa terdapat beberapa pertanyaan dimana responden umumnya tidak mampu menjawab dengan benar. Didapati hanya 18 orang (20%) responden yang mampu menjawab virus sebagai penyebab DBD. Sebanyak 26 orang (28,9%) yang mampu menjawab dengan benar pola demam DBD berupa pelana kuda. Mengatasi demam tinggi dengan meminum obat penurun panas dan membawa ke dokter/puskesmas, hanya 29 orang (32,2%) responden yang mampu menjawab benar, dan hanya 10 orang (11,1%) yang mengetahui kapan harus membawa pasien ke rumah sakit. Didapati hanya 1 orang (1,1%) responden yang mengetahui cara membersihkan bak mandi dengan benar. Terdapat 15 orang (16,7%) responden yang mengetahui kapan dilakukannya fogging dan 36 orang (40%) mengetahui fogging dilakukan di dalam dan halaman rumah. Sebaran jawaban 18 soal dapat dilihat pada tabel berikut.

14 38 Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pertanyaan tentang Demam Berdarah Dengue Penilaian Pertanyaan Benar % Salah % Mengetahui nyamuk sebagai penular DBD 78 86, ,3 Mengetahui virus sebagai penyebab DBD Mengetahui tempat peristirahatan nyamuk penular DBD 79 87, ,2 Mengetahui ciri-ciri nyamuk penular DBD Mengetahui tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD Mengetahui waktu nyamuk penular DBD menggigit manusia 66 73, ,7 Mengetahui pola demam DBD 26 28, ,1 Mengetahui tindakan jika pasien mengalami demam tinggi 29 32, ,8 Mengetahui indikasi membawa pasien ke rumah sakit 10 11, ,9 Mengetahui penurunan nilai trombosit sebagai penanda DBD 37 41, ,9 Mengetahui pertolongan pertama DBD 61 67, ,2 Mengetahui gerakan 3M 61 67, ,2 Mengetahui frekuensi pengurasan tempat penampungan air 84 93,3 6 6,7 Mengetahui cara membersihkan bak mandi 1 1, ,9 Mengetahui perlunya menebar bubuk pemberantas jentik 67 74, ,6 Mengetahui serbuk abate Mengetahui waktu dilakukannya pengasapan (fogging) 15 16, ,3 Mengetahui cara pengasapan (fogging) Berdasarkan pertanyaan nomor 7 dari kuisioner, diperoleh bahwa sebagian besar responden tahu 3-5 gejala DBD yaitu sebanyak 58 orang (64,4%). Proporsi paling sedikit adalah responden tahu lebih dari 5 gejala DBD sebanyak 14 orang (15,6%). Responden tahu kurang dari 3 gejala sebanyak 18 orang (20%). Gejala DBD meliputi demam tinggi mendadak, mimisan, bintik-bintik merah pada kulit,

15 39 mual dan muntah, lemah lesu, dan sakit kepala. Sebaran jawaban responden berdasarkan pertanyaan 7 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Pertanyaan 7: Gejala DBD No Pertanyaan 7 N % Tahu <3 gejala Tahu 3-5gejala Tahu >5 gejala ,4 15,6 Total Berdasarkan pertanyaan nomor 18 dari kuisioner, diperoleh bahwa sebagian besar responden tahu 2-3 cara mencegah gigitan nyamuk penular DBD yaitu sebanyak 45 orang (50%). Proporsi terendah adalah responden tahu kurang dari 2 cara yaitu sebanyak 10 orang (11,1%). Sedangkan responden tahu lebih dari 3 cara sebanyak 35 orang (38,9%). Cara pencegahan tersebut adalah dengan memakai kelambu pada saat tidur siang, memakai obat penolak nyamuk, melakukan penyemprotan dengan obat yang dibeli di toko (baygon, hit, dll), serta dengan melakukan pengasapan (fogging). Sebaran jawaban responden berdasarkan pertanyaan 18 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.11 Pertanyaan 18: Cara mencegah gigitan nyamuk penular DBD No Pertanyaan 18 N % Tahu <2 cara Tahu 2-3cara Tahu >3cara , ,9 Total

16 Deskripsi Tabulasi Silang Usia terhadap Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan usia responden terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada usia kurang dari 25 tahun yaitu sebanyak 33,3%. Sementara usia lebih dari 45 tahun memliki tingkat pengetahuan tinggi terendah yaitu sebanyak 7,1%. Adapun tabulasi silang usia responden terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.12 Usia terhadap Tingkat Pengetahuan Usia <25 tahun tahun >45 tahun Tingkat Pengetahuan Rendah % Cukup % Tinggi % 5 55,6 1 11,1 3 33, , ,3 7 10,4 7 50,0 6 42,9 1 7,1 Total Total % Deskripsi Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan tingkat pendidikan responden terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan rendah terbanyak pada responden tidak tamat SD dengan persentase 73,9%. Sementara itu persentase tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada responden tamat perguruan tinggi yaitu sebanyak 100%. Pada responden tamat SD sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan rendah dengan persentase 55,6% dan pada responden tamat SMP sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup dengan persentase 58,3% serta pada responden tamat SMA sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup dengan persentase 54,2%. Adapun tabulasi silang tingkat pendidikan responden terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

17 41 Tabel 5.13 Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan Tingkat Tingkat Pengetahuan Pendidikan Rendah % Cukup % Tinggi % Total % Tidak Tamat SD 17 73,9 5 21,7 1 4, Tamat SD 10 55,6 8 44, Tamat SMP 8 33, ,3 2 8, Tamat SMA 4 16, ,2 7 29, Tamat Perguruan Tinggi Total Deskripsi Tabulasi Silang Pekerjaan terhadap Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan pekerjaan responden terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa persentase tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada responden tidak bekerja yaitu 12,3% sedangkan tingkat pengetahuan tinggi pada responden bekerja sebanyak 11,8%. Adapun tabulasi silang pekerjaan responden terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.14 Pekerjaan terhadap Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Pekerjaan Total % Rendah % Cukup % Tinggi % Bekerja 8 47,1 7 41,2 2 11, Tidak Bekerja 31 42, ,2 9 12, Total Deskripsi Tabulasi Silang Sumber Informasi terhadap Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan sumber informasi terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan responden yang rendah sebagian besar pada responden yang mendapat informasi DBD kurang dari 3 sumber dengan persentase 47,9%. Sementara itu tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada responden yang

18 42 mendapat informasi lebih dari 5 sumber yaitu dengan persentase 44,4%. Adapun tabulasi silang sumber informasi terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.15 Sumber Informasi terhadap Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Sumber Informasi Total % Rendah % Cukup % Tinggi % <3 Sumber 34 47, , Sumber >5 Sumber 2 7,7 3 33,3 4 44, Total Deskripsi Tabulasi Silang Anggota Keluarga Pernah DBD terhadap Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan sum ber informasi terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa persentase tingkat pengetahuan responden rendah terbanyak pada responden dengan anggota keluarga yang belum pernah menderita DBD yaitu sebanyak 44,2%. Sedangkan persentase tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada responden dengan anggota keluarga yang sudah pernah mengalami penyakit DBD yaitu sebanyak 25%. Adapun tabulasi silang sumber informasi terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.16 Anggota Keluarga Pernah DBD terhadap Tingkat Pengetahuan Anggota Keluarga Tingkat Pengetahuan Total % Pernah DBD Rendah % Cukup % Tinggi % Tidak 38 44, , , Ya Total

19 Pembahasan Dari hasil penelitian, diketahui bahwa usia terbanyak responden adalah tahun yaitu sebanyak 73,3%. Hal ini dikarenakan usia ibu-ibu yang memiliki anak yang masih bersekolah SD umumnya berusia tahun. Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah tamat SMP dan SMA sederajat yaitu masingmasing sebnyak 26,7%. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan responden tergolong rendah dimana menurut Kemendikbud persentase tamat pendidikan SMA atau sederajat 55% tergolong rendah. 23 Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 73%. Sebagian besar responden mendapat informasi mengenai DBD hanya kurang dari 3 sumber yaitu sebnyak 78,9%. Sebagian besar responden sudah pernah mendengar informasi tentang DBD yaitu sebanyak 86,7%. Dari data hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar anggota keluarga responden tidak pernah menderita DBD yaitu sebanyak 95,6%. Hal ini dapat disebabkan genangan air tanah di sekitar lingkungan Kelurahan Labuhan Deli bukan menjadi habitat yang baik bagi nyamuk Aedes dimana umumnya nyamauk tersebut lebih menyukai genangan air bersih seperti pada bak mandi dan genangan air pada kaleng-kaleng bekas. Tingkat pengetahuan responden umumnya rendah-cukup dimana persentase tingkat pengetahuan rendah 43,3% dan pengetahuan cukup sebanyak 44,4%. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pengetahuan responden tentang nyamuk sebagai penular DBD sudah baik yaitu dengan persentase 86,7%. Namun, pengetahuan responden tentang virus sebagai penyebab DBD sangat kurang yaitu hanya 20%. Hal ini menandakan informasi mengenai vektor penular DBD telah sampai pada responden namun umumnya responden belum dapat memahami bahwa virus sebagai penyebab penyakit DBD. Pengetahuan responden tentang pola demam DBD kurang, yaitu hanya 20%. Pengetahuan tentang kapan seharusnya pasien dibawa ke rumah sakit juga sangat kurang, hanya 11,1% pasien yang mampu menjawab benar. Hal ini menandakan bahwa umumnya responden belum dapat memahami ciri khas demam pada penyakit DBD dan tidak tahu kapan harus membawa tersangka DBD ke rumah sakit. Hal ini cukup menghawatirkan karena jika informasi mengenai pentingnya membawa tersangka

20 44 DBD ke rumah sakit jika tanda tanda bahaya DBD sudah ditemukan, maka akan mempengaruhi hasil akhir berupa meningkatnya resiko kematian pada tersangka DBD. Hal yang cukup menarik perhatian adalah sebanyak 93,3% responden sudah mengetahui minimal seminggu sekali harus menguras bak mandi, namun, cara membersihkan bak mandi dengan menggosok bagian dalam dinding bak mandi, hanya 1,1% saja responden yang mengetahuinya. Umumnya pengetahuan pasien tentang serbuk abate untuk memberantas jentik sudah baik. Pengetahuan responden tentang pengasapan (fogging) kurang. Responden yang tahu fogging dilakukan setelah seseorang terjangkit DBD di lingkungan rumah hanya 16,7% dan pengetahuan mengenai fogging dilakukan di dalam dan di luar rumah hanya 40 responden saja yang menjawab benar. Selanjutnya, responden dianggap mampu membedakan gejala DBD dari gejala demam biasa jika responden mampu mengenali 5 gejala DBD, namun persentase responden yang mengetahui gejala DBD lebih dari 5 sebanyak 15,6%. Pengetahuan responden tentang cara mencegah DBD baik dimana responden yang mengetahui cara pencegahan DBD 2-3 cara sebanyak 50% dan lebih dari 3 cara sebanyak 38,9%. Dari hasil tersebut, kemungkinan kejadian DBD yang rendah disebabkan oleh pengetahuan responden yang baik tentang 3M (67,8%), pengetahuan tentang tempat perkembang biakan nyamuk penular DBD yang baik (80%), pengetahuan tentang frekuensi pengurasan tempat penampungan air yang baik (93,3%), serta pengetahuan tentang bubuk abate sebagai pemberantas jentik (80%). Pengetahuan tentang cara mencegah gigitan nyamuk demam berdarah juga cukup baik dimana responden yang mentahui 2-3 cara pencegahan sebanyak 50% dan mengetahui lebih dari 3 cara sebanyak 38,9%. Pengetahuan yang baik tentang 3M dapat memutus rantai perkembangbiakan nyamuk penular DBD sehingga tidak mencapai stadium dewasa. 19 Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada responden usia kurang dari 25 tahun yaitu sebanyak 33,3%. Ibu-ibu dengan usia tahun dan lebih dari 45 tahun umumnya memiliki tingkat pengetahuan rendah-cukup. Kemampuan responden berusia muda dalam mendapatkan informasi baik dari tempat kerja, majalah, maupun media elektronik seperti

21 45 internet akan lebih baik dibandingkan dengan responden berusia lebih tua. Dalam era globalisasi, umumnya usia muda lebih mudah mendapatkan informasi dari gadget dibandingkan dengan usia tua karena umumnya penggunaan gadget pada usia tua lebih sedikit. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugerahwati N tahun 2010 di Sidoarjo dimana dengan bertambahnya umur seseorang mepengaruhi tingkat pengetahuannya. 24 Namun tidak selamanya semakin tua usia maka pengetahuan semakin tinggi. Hal ini seseuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harmani N tahun 2013 di Cianjur dimana tidak ada hubungan yang bermakna terhadap umur responden. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seperti mendapat informasi tentang DBD dari berbagai media elektronik dan cetak juga petugas kesehatan yang lebih mudah didapatkan oleh responden berumur lebih muda. 25 Dari hasil penelitian diketahui tingkat pendidikan memiliki korelasi positif terhadap tingkat pengetahuan responden. Sebagian besar responden tidak tamat SD memiliki tingkat pengetahuan rendah (73,9%). Sebagian besar responden tamat SD memiliki tingkat pengetahuan rendah (55,6%) dan cukup (44,4%). Sebagian besar responden tamat SMP memiliki tingkat pengetahuan rendah (33,3%) dan cukup (58,3%). Sebagian besar responden tamat SMA memiliki tingkat pengetahuan cukup (54,2%) dan tinggi (29,2%). Sementara responden tamat perguruan tinggi memiliki tingkat pengetahuan tinggi (100%). Semakin tinggi tingkat pendidikan, informasi yang sampai kepadanya akan lebih banyak. Selain itu rasa ingin tahu tentang penyakit yang berbahaya akan semakin tinggi didukung dengan lebih mudahnya mendapat informasi tentang penyakit tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiyanti A tahun 2008 di Salatiga menyatakan dimana terdapat korelasi positif tingkat pendidikan dengan pengetahuan responden dimana semakin tinggi maka pendidikan semakin tinggi pula pengetahuan tentang DBD. 26 Makin tinggi pendidikan seseorangan, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. 24 Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi mengetahui lebih banyak masalah kesehatan, dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. 27

22 46 Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak jauh berbeda antara responden yang bekerja dan tidak bekerja pada tingkat pengetahuan rendah, cukup, dan tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh profesi responden dimana umumnya responden yang bekerja memiliki profesi sebagai nelayan. Kemungkinan informasi tentang DBD tidak begitu berkembang di kalangan nelayan sehingga tidak memperngaruhi tingkat pengetahuan pada responden yang bekerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukana oleh Harmani N tahun 2013 di Cianjur dimana tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan faktor pekerjaan. 25 Namun hal ini berbeda menurut Mubarak dimana Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 20 Dari penelitian diketahui semakin banyak sumber informasi yang didapatkan oleh responden mengenai DBD, maka semakin baik tingkat pengetahuannya. Hal ini dapat dilihat dari responden yang mendapat kurang dari 3 sumber sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan rendah (47,9%). Responden yang mendapat 3-5 sumber informasi sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup (50%). Responden yang mendapat lebih dari 5 sumber sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan tinggi (44,4%). Semakin banyak informasi yang pernah didapatkan oleh responden maka semakin banyak pula informasi yang sampai kepadanya, semakin mudah pula ia mengidentifikasi informasi yang benar amupun informasi yang salah sehingga tingkat pengetahuannya akan semakin meningkat. Hal ini sesuai menurut Mubarak yang mengatakan kemudahan untuk memperoleh informasi dapat mempercepat seseorang meperoleh pengetahuan yang baru. 20 Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Larasati A tahun 2009 di Jakarta yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan jumlah sumber informasi. 18 Dari penelitian diketahui bahwa responden yang anggota keluarganya sudah pernah menderita DBD memiliki persentase tingkat pengetahuan tinggi paling banyak yaitu 25%. Responden yang anggota keluarganya belum pernah menderita DBD umumnya memiliki tingkat pengetahuan rendah (44,2%) dan cukup (44,2%). Responden yang memiliki anggota keluarga serumah yang pernah

23 47 terjangkit DBD maka ia pernah memiliki pengalaman merawat pasien DBD. Dari pengalaman tersebut, informasi dari tenaga kesehatan seperti perawat, bidan, maupun dokter akan sampai kepadanya sehingga pengetahuan tentang DBD akan lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugerahwati N tahun 2010 di Sidoarjo yang mengatakan bahwa apabila keluarga sebelumnya sudah pernah menderita DBD, secara tidak langsung dapat meningkatkan informasi mengenai penyakit ini. 25 Kejadian DBD yang cukup rendah (4,4%) pada anggota keluarga responden dinilai dalam dua tahun terakhir. 5.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilakukan secara sekaligus dalam satu waktu, oleh karena itu memperoleh kelemahan sebagai berikut: 1. Terdapat beberapa responden yang meniru jawaban responden lain sehingga peneliti harus mengingatkan kembali responden untuk menjawab sesuai dengan pengetahuannya sendiri. 2. Tidak pernah diberikannya penjelasan secara formatif sehingga ada rasa ketakutan untuk menjawab salah pada responden. Akan tetapi, hal-hal tersebut tidak berpengaruh terlalu besar pada hasil yang diperoleh. Secara umum, tidak ada kesulitan berarti yang dialami selama pengambilan data.

24 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu: 1. Tingkat pengetahuan ibu-ibu orang tua murid SD Salsabila Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Kota Medan umumnya rendahcukup dimana persentase tingkat pengetahuan rendah 43,3% dan pengetahuan cukup sebanyak 44,4%. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 11,2%. 2. Angka kejadian DBD pada keluarga murid SD Salsabila Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Kota Medan sebanyak 4,4%. 3. Responden dengan kelompok usia kurang dari 25 tahun memiliki tingkat pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 33,3%. 4. Responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki tingkat pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 100%. 5. Responden yang tidak bekerja memiliki tingkat pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 12,3% 6. Responden yang mendapat sumber informasi lebih dari 5 memiliki tingkat pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 44,4%. 7. Responden dengan anggota keluarga pernah menderita DBD memiliki tingkat pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 25%. 6.2 Saran Sebagai saran dari penelitian, dapat diperluas dalam empat aspek yaitu: Bagi Bidang Pelayanan Masyarakat 1. Perlu dikembangkan upaya-upaya yang lebih tepat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penularan DBD melalui berbagai iklan layanan media informasi khususnya dari pelayanan medis. 48

25 49 2. Pemberian informasi atau penyuluhan kesehatan harus lebih efektif dan intensif kepada masyarakat khususnya puskesmas dan dinas kesehatan setempat. 3. Memberi penyuluhan menyeluruh kepada masyarakat tentang indikasi membawa tersangka DBD ke rumah sakit atau puskemas terdekat saat telah menjumpai tanda-tanda bahaya DBD. Bagi pihak sekolah 1. Agar dapat memberdayakan orang tua murid untuk menyebarluaskan informasi yang telah diterima Bagi Masyarakat 1. Masyarakat hendaknya selalu meningkatkan pengetahuan mengenai DBD secara aktif. 2. Masyarakat diharapkan dapat berbagi pengalaman dan informasi yang telah dimilikinya mengenai DBD untuk disebarluaskan kepada orang lain. 3. Masyarakat hendaknya lebih meningkatkan kepedulian terhadap penyakit DBD, terutama untuk lebih mengetahui cara pencegahan agar dapat menghentikan rantai penularan DBD di lingkungan masyarakat. Bagi Peneliti Selanjutnya 1. Hasil penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti lain dengan menambah jumlah variabel dan jumlah sampel penelitian, sehingga diharapkan dapat memperkuat kesimpulan yang diambil.

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Saat ini kami dari Bagian

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Saat ini kami dari Bagian

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Saat ini kami dari Bagian

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Saat ini kami dari Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN I PENGARUH KARAKTERISTIK IBU TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA KELUARGA DI KELURAHAN SEMULA JADI KECAMATAN DATUK BANDAR TIMUR KOTA TANJUNG BALAI

Lebih terperinci

3. METODOLOGI. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Target Populasi pada penelitian ini adalah perempuan yang tinggal di daerah Paseban.

3. METODOLOGI. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Target Populasi pada penelitian ini adalah perempuan yang tinggal di daerah Paseban. 26 3. METODOLOGI 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu penelusuran dilakukan sesaat, artinya subjek diamati hanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN Dian Nurafifah.......ABSTRAK....... Setiap wilayah yang terdapat nyamuk

Lebih terperinci

Fajarina Lathu INTISARI

Fajarina Lathu INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar

Lebih terperinci

UMUM 1. Nama:.. 2. Tanggal Lahir:. 3. Jenis Kelamin: Laki-laki/Perempuan 4. Kelas: 5. Sekolah: SDN Cibogo. Universitas Kristen Maranatha

UMUM 1. Nama:.. 2. Tanggal Lahir:. 3. Jenis Kelamin: Laki-laki/Perempuan 4. Kelas: 5. Sekolah: SDN Cibogo. Universitas Kristen Maranatha 64 GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU SISWA-SISWI KELAS LIMA DAN ENAM TERHADAP PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI SDN CIBOGO KELURAHAN SUKAWARNA KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG PERIODE JUNI-AGUSTUS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis dan metode penelitian yang dilakukan adalah Explanatory Research (penelitian penjelasan), karena penelitian menjelaskan hubungan variabel

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN 93 LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Keadaan Rumah Responden Gambar 2. Keaadaan Rumah Responden Dekat Daerah Pantai 94 Gambar 3. Parit/selokan Rumah Responden Gambar 4. Keadaan Rawa-rawa Sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut bersifat endemik yang di sebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan tujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien. Penelitian ini

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE Cabang Ilmu : Kuliah Kerja Nyata Topik : Pengenalan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Hari/Tanggal : Jumat, 17 Januari 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL 6 Sri Wahyuni ABSTRAK Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit berbahaya

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4. 2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Peneitian Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. B. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 dan selesai pada bulan Desember

Lebih terperinci

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif Definisi DBD Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif dengan metode diskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (karakteristik

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Lampiran 1 50 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Nama Alamat Umur Status dalam keluarga Pekerjaan Pendidikan terakhir :.. :..

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yaitu penelitian untuk menelaah hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok objek.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas Laladon dan data kependudukan dari Kantor Desa Laladon Kabupaten Bogor. 5 Pengolahan dan Analisis Data Analisis data diperoleh dari data primer melaui kuisioner yang berisikan daftar pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode rancangan cross sectional (studi potong lintang). Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang mengarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah ilmu kesehatan masyarakat. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA LEMAH IRENG KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN 2011

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA LEMAH IRENG KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN 2011 TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA LEMAH IRENG KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN 2011 Dedi Herlambang ABSTRAK Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa ini karena

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005 ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005 Oleh: TH.Tedy B.S.,S.K.M.,M.Kes. PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang No.23

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN BADAN KESBANGPOL DAN LINMAS PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA UTARA. 1. Sebelum penelitian

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN BADAN KESBANGPOL DAN LINMAS PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA UTARA. 1. Sebelum penelitian LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN BADAN KESBANGPOL DAN LINMAS PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA UTARA 1. Sebelum penelitian 62 2. Setelah penelitian 63 LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian non-eksperimental

Lebih terperinci

KAJIAN PERILAKU DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DALAM PSN DEMAM BERADARAH DI 10 KOTA INDONESIA TAHUN 2007 K U E S I O N E R

KAJIAN PERILAKU DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DALAM PSN DEMAM BERADARAH DI 10 KOTA INDONESIA TAHUN 2007 K U E S I O N E R 19 Lampiran KAJIAN PERILAKU DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DALAM PSN DEMAM BERADARAH DI 10 KOTA INDONESIA TAHUN 2007 K U E S I O N E R STRATA : 1. Tertata 2. Tdk Tertata Alamat rumah : Jl. No. Responden

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui 1 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) atau lazimnya disebut dengan DBD / DHF merupakan suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes aegypti yang mengakibatkan banyaknya jumlah penderita demam berdarah dengue setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini termasuk penelitian Explanatory research yaitu penjelasan yang dilakukan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya

Lebih terperinci

GAMBARAN PERILAKU KELUARGA TENTANG UPAYA PENCEGAHAN DBD DI DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO TAHUN Ade Rahmatia Podungge

GAMBARAN PERILAKU KELUARGA TENTANG UPAYA PENCEGAHAN DBD DI DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO TAHUN Ade Rahmatia Podungge Summary GAMBARAN PERILAKU KELUARGA TENTANG UPAYA PENCEGAHAN DBD DI DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 Ade Rahmatia Podungge NIM : 841 409 002 Program Studi Ilmu Keperawatan Jurusan

Lebih terperinci

5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu)

5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu) 5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu) 5.1. PENDAHULUAN Sebagian besar perkotaan di Indonesia merupakan wilayah endemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar paling cepat yang disebabkan oleh virus nyamuk. Dalam 50 tahun terakhir, insiden telah meningkat 30 kali

Lebih terperinci

KUESOINER KECAMATAN :... NAMA SEKOLAH : SD... ALAMAT SEKOLAH :... WILAYAH PUSKESMAS :... TGL. SURVEY :... PETUGAS :...

KUESOINER KECAMATAN :... NAMA SEKOLAH : SD... ALAMAT SEKOLAH :... WILAYAH PUSKESMAS :... TGL. SURVEY :... PETUGAS :... 235 Lampiran 1. KUESOINER EFEKTIFITAS MEDIA KARTU BERGAMBAR DAN LEAFLET PADA PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DOKTER KECIL DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DI KELURAHAN HELVETIA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Korelasional dengan. rancangan cross sectional, dengan mengukur variabel

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Korelasional dengan. rancangan cross sectional, dengan mengukur variabel 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Korelasional dengan rancangan cross sectional, dengan mengukur variabel penelitian yaitu pengetahuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu menggambarkan hubungan pelayanan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien pasca operasi rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chikungunya adalah penyakit yang mirip dengan Demam Berdarah Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang BAB I METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU WARGA KECAMATAN ARCAMANIK PROVINSI JAWA BARAT MENGENAI VEKTOR DBD DAN CARA PEMBERANTASANNYA TAHUN 2012-2013 Indra Bayu, 2013; Pembimbing I : Dr. Felix

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kemudian melakukan analisis komparasi (comparative study) dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. Kemudian melakukan analisis komparasi (comparative study) dengan cara BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik, yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia yang jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mengambil ruang lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Manajemen Pemasaran. 2. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. TIPE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. 3.2. DESAIN PENELITIAN Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. Kebersihan diri

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. Kebersihan diri 17 3.1. Kerangka Teori BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP Kebersihan diri Faktor yang mempengaruhi Kebersihan Diri: Ekonomi Sosial Pendidikan Jenis Kelamin Cara menjaga Kebersihan Diri 1. Tangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2008).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2008). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori Penelitian KEHAMILAN Pengetahuan ibu hamil Anemia defisiensi Zat Besi Faktor Penyebab : i) Usia Ibu ii) Pendidikan iii) Status ekonomi iv) Kepatuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional), dimana variabel independen (kebiasaan merokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian non eksperimental observasional dengan pendekatan cross-sectional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian Non Experimental (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. obyektif. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yakni

BAB IV METODE PENELITIAN. obyektif. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yakni BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan menggambarkan suatu keadaan atau obyek yang akan diteliti secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu menghubungkan antara dua variabel yang saling berhubungan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat BAB III METODA PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional dan dengan pendekatan cross sectional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang telah ditentukan (Anwar dan Prihartono, 2003). Desain

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang telah ditentukan (Anwar dan Prihartono, 2003). Desain 35 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian terpilih untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang telah ditentukan (Anwar dan Prihartono, 2003). Desain penelitian

Lebih terperinci

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS Lampiran 1 LEMBAR INFORMASI Judul Penelitian: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS Gambaran Singkat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup penelitian A.1. Tempat Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. A.2. Waktu Waktu pelaksanaan bulan September Oktober 2011. A.3. Disiplin Ilmu Disiplin ilmu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mencari hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, yaitu penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai analitik. Survei analitik merupakan survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan waktu penelitian, identifikasi variabel dengan definisi operasional,

BAB III METODE PENELITIAN. dan waktu penelitian, identifikasi variabel dengan definisi operasional, BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan urutan langkah dalam melakukan penelitian. Hal-hal yang termasuk dalam metode penelitian adalah desain penelitian yang digunakan, subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan Sikap Praktik Keberadaan Jentik Lingkungan fisik Peran Petugas kesehatan Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep B.

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Probo Adi Saputro NIM : 20130320119 Alamat : Pangukan Tridadi Sleman RT/RW 003/010 Adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional, yaitu peneliti akan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional, yaitu peneliti akan 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional, yaitu peneliti akan mencari hubungan antar variabel dengan variabel lainnya. Dalam mencari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional, yaitu mengambil variabel independent dan variabeldependent pada

BAB III METODE PENELITIAN. sectional, yaitu mengambil variabel independent dan variabeldependent pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu mengambil variabel independent dan variabeldependent pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik menggunakan metode cross sectional karena pengambilan data dilakukan dalam sekali waktu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk salah satu penyakit yang tersebar di kawasan Asia Tenggara dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin Datangnya hujan setelah lama kemarau, tentu menjadi anugerah tersendiri bagi berbagai lapisan masyarakat. Udara yang sebelumnya panas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif. Penelitian komparatif untuk mencari perbandingan antara dua sampel atau dua uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan dan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi & Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo pada bulan Mei tahun 2013. 3.2. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik ( menggambarkan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik ( menggambarkan III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik ( menggambarkan pemakaian alat kontrasepsi pada WUS di Desa Yukum Jaya dan menganalisis hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif untuk melihat hubungan antara gejala dengan gejala lain, atau variabel dengan variabel lain (Notoatmojo, 2002).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil penelitian dapat digambarkan bahwa keadaan lokasi penelitian sebagai berikut: 4.1.1Gambaran Umum a. Keadaan Geografi Puskesmas Telaga Biru adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, variabel bebas dan terikat diukur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sikap penggunaan antibiotik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi virus dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara tropis maupun subtropis. Penyakit ini dapat menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Penyakit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Di sembilan puskesmas Kota Semarang yaitu Puskesmas Ngaliyan,

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Di sembilan puskesmas Kota Semarang yaitu Puskesmas Ngaliyan, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Di sembilan puskesmas Kota Semarang yaitu Puskesmas Ngaliyan, Puskesmas

Lebih terperinci

KAJIAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT BERHUBUNGAN DENGAN CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA, KECAMATAN BOGOR BARAT

KAJIAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT BERHUBUNGAN DENGAN CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA, KECAMATAN BOGOR BARAT 67 Lampiran 1 KAJIAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT BERHUBUNGAN DENGAN CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA, KECAMATAN BOGOR BARAT Alamat Rumah : RT/RW : Nama surveyor : Kode : KUESIONER I. DATA UMUM

Lebih terperinci

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman 44-48 44 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP,TINDAKAN MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH PUSKESMAS MARTAPURA KABUPATEN BANJAR TAHUN 2011

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci