BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS. Kata kunci: Tindak tutur, ilokusi, respons, kalimat, dan pembelajaran bahasa Inggris

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang mempelajari bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa Yunani yakni semantikos yakni memberikan tanda atau lambang.

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

ILOKUSI DALAM WACANA KAOS OBLONG JOGER: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK. Agus Surya Adhitama Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

TINDAK UJAR EKSPRESIF DALAM FILM FREEDOM WRITER KARYA ERIN GRUWELL SUATU KAJIAN PRAGMATIK JURNAL

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB II LANDASAN TEORI. situasi si penutur atau mitra tutur. Pragmatik juga berhubungan dengan bagaimana

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

LOCUTIONARY AND ILLOCUTIONARY ACTS FOUND IN INFOMALANG TWITTER ACCOUNT THESIS

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dan berkenaan dengan studi makna yang disampaikan oleh penutur atau

Tips cara menjawab soal Bahasa Inggris Tertulis 2013

TINDAK UJAR DIREKTIF DALAM FILM THE HOBBIT: BATTLE OF THE FIVE ARMIES. (Suatu Analisis Pragmatik) J U R N A L. Diajukan sebagai salah satu syarat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang menganalisis tentang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di

tahun 1938 yang bernama Charles Morris. Ia membagi ilmu tentang tanda atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang Tidak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian pragmatik)

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

Maftuchah Dwi Agustina ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPS CHAPTER 10LATIHAN SOAL BAB 10. Be quite. Keep quiet

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 11LATIHAN SOAL CHAPTER 11

THE SPEECH ACT USED BY THE EXAMINER AND EXAMINEE IN PROPOSAL SEMINAR OF ENGLISH EDUCATION DEPARTMENT OF MURIA KUDUS UNIVERSITY IN ACADEMIC YEAR 2015

A STUDY OF SPEECH ACTS PRODUCED BY THE MAIN CHARACTER IN DORAEMON COMIC THE 1 st VOLUME THESIS BY IIS MARDIANTI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

ILLOCUTIONARY ACT FOUND IN JUST ALVIN TALK SHOW ON METRO TV CINTA UNTUK AINUN THESIS RISHA AMIRO NIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam ujaran dan tulisan yang digunakan oleh orang-orang dari negara tertentu

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

Lesson 28: Other Prepositions. (by, about, like, of, with, without) Pelajaran 28: Preposisi Lain. Cara menggunakan preposisi lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan menggunakan referensi yang berhubungan, ini tidak terlepas dari buku-buku dan karya

A STUDY OF DEIXIS USED IN MICHAEL HEART S SONGS LYRIC ENTITLED WE WILL NOT GO DOWN AND WHAT ABOUT US THESIS BY DIAN SYLVIANA PUTRI NIM

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada awalnya para ahli linguistik menyebut ilmu yang mempelajari

ARTIKEL. Oleh Rini Saroza Nim Medann 16 Februarr20l6 Menyetujui: Dosen Pembimbing Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

KARYA SIDNEY SHELDON SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : WAHYUNI NOVITASARI BINABA. Jurusan Sastra Inggris UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

BAB I PENDAHULUAN. Implikatur sudah menjadi bagian dari tuturan dalam percakapan sehari

BAB I PENDAHULUAN. informasi tetapi juga untuk tindakan. Tindakan melalui tuturan ini disebut dengan

SMP kelas 9 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 1Latihan Soal 1.1

Lesson 30: will, will not. Pelajaran 30: Akan, Tidak Akan

TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) ABSTRACT

TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

Lesson 55 : imperative + and, or, otherwise Pelajaran 55 : Kata Perintah + dan, atau, jika tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB II KAJIAN TEORI. maksud yang disampaikan oleh penutur. Aitchison (2003:104) Pragmatics is the

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

Pena. Vol 5 No.2 Desember 2015 ISSN

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

ILLOCUTIONARY ACTS APPLIED IN ROBIN HOOD MOVIE THESIS BY FEBRI LAKSONO NIM

SPEECH ACT FOUND IN GENDER S STATUS UPDATES OF FACEBOOK S GROUP FIB-UB 2010 THESIS

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB IV NOTICE AND ANNOUNCEMENT

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang memiliki keterkaitan dengan penelitian terhadap tuturan performative yang kemudian digunakan untuk menganalisis data pada bab tiga. Teori-teori yang dimaksud adalah sebagai berikut. 2.1 Pragmatik Pragmatik merupakan salah satu cabang linguistik yang menganalisis tentang hubungan antara penutur dan mitra tutur. Morris (1938: 6) mendefinisikan pragmatik sebagai berikut: Pragmatics is an analysis about the relation between signs and interpreters. Berdasarkan definisi Morris tersebut dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah analisis tentang hubungan tanda atau lambang, syarat dengan orang yang menafsirkannya. Pragmatik merupakan salah satu cabang linguistik (Levinson, 1983: 202). Pragmatik adalah kajian yang berasal dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Batasan lain yang dikemukakan oleh Levinson menyatakan pragmatik adalah kajian tentang kemampuan bahasa mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi kalimatkalimat itu. 9

10 Yule (1996: 3) Pragmatics is concerned with the study of meaning as communicated by a speaker (or writer) and interpreted by a listener (or reader). Menurut Yule pragmatik berkaitan dengan ilmu yang mempelajari makna tuturan yang dikomunikasikan oleh penutur (penulis) dan makna apa yang diinterpretasikan oleh mitra tutur (pembaca). Dengan kata lain pragmatik adalah ilmu yang berkaitan dengan kemampuan mitra tutur menginterpretasikan makna sebuah tuturan. Kemudian, Levinson mengaitkannya dengan konteks, mendefinisikan pragmatik sebagai berikut: Levinson (1983: 21) Pragmatic is the study of the relations between language and context that are basic to an account of language understanding. Dari beberapa pendapat para ahli bahasa tersebut, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana tuturan dimaknai oleh mitra tutur dikaitkan dengan konteks. 1.2 Tuturan Tuturan merupakan suatu yang dituturkan, ucapan, ujaran (KBBI Depdiknas, 2005: 1231). Tuturan adalah suatu ujaran dari seorang penutur kepada mitra tutur yang sedang berkomunikasi. Pada tindak tutur ilokusi, Searle dalam artikel How Performative Work (1989) menyatakan bahwa: An utterance is a declaration, if the successful performance of the speech act is sufficient to bring about the fit between words and world, to make the propositional content true.

11 Searle menyatakan bahwa tuturan merupakan pernyataan, jika berhasil dalam kelangsungan tindak tutur itu cukup untuk mewujudkan kesesuaian antara katakata dan kejadian tertentu, untuk membuat konten proposisi yang benar. 1.2.1 Klasifikasi Tuturan Dilihat dari Austin dalam Saeed (1997: 47) menyatakan bahwa tuturan dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis yaitu constative dan performative. Austin proposed that utterances can be classified as performative and constative. Berikut penjelasannya. 2.2.1.1 Tuturan Constative Tuturan constative adalah tuturan yang melakukan tindakan yang sama tetapi tidak mengandung kata kerja performative dan secara eksplisit tuturan tersebut menggambarkan tindak tutur yang dimaksudkan. Austin (1962: 45) mendefinisikan tuturan constative sebagai berikut: Constative utterances are performing the same act but do not contain a performative verb that explicitly describes the intended speech act. The hearer is left to infer the speaker s intention. Huang (2005: 95) menjelaskan constative adalah tuturan-tuturan tertentu yang tidak menunjukkan tindakan. Tidak mengandung kata kerja performative yang akan mengarahkan pihak lain untuk melakukan suatu tindakan. Contoh: (1) I m sorry. Dari tuturan di atas, tuturan yang melakukan tindakan dalam hal ini meminta maaf, dan tidak mengandung kata kerja performative.

12 Menurut Austin, tuturan constative ini digunakan hanya dalam deskripsi dan pernyataan. Constative are certain utterances which do not denote an action. The do not contain a performative verb that would direct the other party to perform an action. As Austin says, these constatives are used only in descriptions and assertions. (Huang, 2005: 95) Contoh tuturan constative: Performative Constative (2) I promise I ll be there. I ll be there. (3) I admit I was foolish. I was foolish. (4) I order you to sit down. You must sit down. (5) I warn you, this gun is loaded. This gun is loaded. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan analisis data pada tuturan performative dalam tindak tutur ilokusi. Berikut merupakan penjelasan dari tuturan performative dalam tindak tutur ilokusi tersebut. 2.2.1.2 Tuturan Performative Bila diperhatikan pendapat Austin (1975: 5, 116, 121, 139) Illocutionary act is an utterance which has performative just in case it is issued in the course of the doing of an action. Dengan jelas terlihat bahwa bila tindak tutur ilokusi dilihat sebagai suatu tindakan, tindakan tersebut memiliki performative. Contoh: (6) I promise I shall be there.

13 Dari tuturan di atas, maka bila ucapan ini dianggap sebagai suatu tindakan yaitu berjanji maka tindakan tersebut akan mengandung performative. Yang dimaksud dengan mengandung performative yaitu penutur mengucapkan sekaligus melakukan tindakan berjanji, penutur berjanji bahwa penutur memang bersungguh-sungguh akan menepati janjinya. Seperti yang dinyatakan oleh Geoffrey Leech (1993: 280) tuturan performative adalah tuturan yang tidak dievaluasi sebagai benar atau salah, tetapi sebagai tepat atau tidak tepat. Performative utterances are some utterances not only perform a speech act over and above simple assertion, they also simultaneously describe the speech act itself. Huang (2005: 95), kemudian menjelaskan As Austin defines it, Performatives are those sentences that denote an action. When the interlocutor wants his listener or reader to perform an action, he just uses certain words in a certain context that direct the other party to perform that intended action. Austin mendefinisikan, tuturan performative adalah tuturan yang berupa kalimat-kalimat yang menunjukkan tindakan. Ketika penutur berkeinginan agar mitra tuturnya melakukan tindakan tertentu penutur tersebut cukup hanya menggunakan kata-kata tertentu dalam konteks tertentu pula. Hal ini dilakukan untuk mengarahkan mitra tutur melakukan tindakan yang dimaksudkannya. Contoh: (7) I order you to sit down. (8) I admit I was foolish.

14 Pada kalimat di atas dijelaskan bahwa I order you to sit down dan I admit I was foolish merupakan tuturan performative karena ditunjukkan oleh orang pertama I sebagai subjek, kemudian ada tindakan yang sedang dilakukan yaitu memerintah dan mengaku. Adapun ciri-ciri tindakan performative yang diungkapkan oleh Austin ialah subjek harus orang pertama, bukan orang kedua atau ketiga, dan yang kedua ada tindakan sedang atau akan dilakukan. Dalam menentukan ciri-ciri tuturan performative, Austin hanya melihat aspek gramatikal saja. Syarat-syarat tersebut kemudian diperbaharui oleh Searle sebagai berikut: 1. Penutur harus memiliki niat yang sungguh-sungguh dalam mengemukakan tuturannya. 2. Penutur harus yakin bahwa penutur mampu melakukan tindakan itu atau mampu melakukan apa yang dinyatakan dalam tuturannya. 3. Tuturan harus memprediksikan tindakan yang akan dilakukan, bukan yang telah dilakukan. 4. Tuturan harus dilakukan secara sungguh-sungguh oleh kedua belah pihak yaitu penutur dan mitra tutur. Jika tuturan tidak memenuhi keempat syarat tersebut, maka tuturan tersebut dikatakan invalid (infelicition). Performative verb merupakan verba yang terdapat di dalam tuturan performative. Dengan adanya verba performative dalam tindak tutur ilokusi, maka tuturan tersebut hampir dapat dipastikan adalah tuturan performative. Dengan

15 demikian, dapat dijelaskan bahwa seseorang yang sedang menuturkan tuturan performative sekaligus melakukan tindakan. Menurut Austin dalam Saeed (1997: 209-210) performative verb merupakan verba yang secara eksplisit merujuk kepada tindak tutur. Performative verb is a verb that explicitly names the speech act. Yule (1996: 51) menyatakan bahwa It is an expression of the type where there is a slot for a verb that explicitly names the illocutionary acts being performed. Artinya suatu ekspresi yang menunjukkan tindakan ilokusi yang dilakukan. Such a verb can be called a performative verb (Vp). Yule (1996: 51) mendefinisikan performative verb sebagai berikut: Performative verb which is intended as indicating devise of illocutionary force is a verb that explicitly names the speech act. Commonly, speakers do not always perform their speech acts so explicitly, but they sometimes describe the speech act being performed. Artinya performative verb adalah verba dalam performative yang dimaksudkan untuk menunjukkan dan merancang kekuatan ilokusi yaitu kata kerja yang secara eksplisit disebutkan oleh tindak tutur. Umumnya, penutur tidak selalu melakukan tindak tutur secara eksplisit, tetapi mereka kadang-kadang menggambarkan tindak tutur yang dilakukan. Contoh performative verb: (9) I apologize (10) I believe you Dari contoh di atas verba apologize dan believe merupakan jenis performative verb.

16 Dapat disimpulkan dari uraian di atas bahwa performative verb merupakan kata kerja utama yang digunakan dan dimunculkan pada tuturan performative untuk membuat kekuatan dalam tindak tutur ilokusi. Austin dalam Saeed (1997: 209-210) menyatakan bahwa tuturan performative diklasifikasi menjadi dua jenis yaitu explicit performative dan implicit performative. Explicit performative adalah tindak tutur yang mengandung performative verb, sedangkan implicit performative adalah tindak tutur yang tidak mengandung performative verb. a. Explicit Performative Explicit performative adalah tuturan performative yang berupa kalimat dengan memiliki subjek orang pertama yaitu I dan We, kemudian bentuk kalimatnya simple present yang membuat kekuatan pada tindak tutur ilokusi secara eksplisit atau langsung bahwa penutur menuturkan sesuatu kepada mitra tutur secara langsung untuk mendapatkan tujuannya. Menurut Austin (1997: 209) penentuan tuturan performative ada di dalam hal formula gramatikal. The formula has a first person singular subject and an active verb in the simple present tense that makes explicit the illocutionary act that the speaker intends to accomplish in uttering the sentence. Austin menyatakan yang dimaksud dengan formula gramatikal adalah memiliki subjek orang pertama dan kata kerja aktif di dalam bentuk kalimat simple present yang membuat tindak tutur ilokusi secara eksplisit yaitu bahwa penutur bermaksud untuk mencapai dalam mengucapkan kalimat.

17 Contoh explicit performative: (11) I order you to clean up this table. Penjelasan dari kalimat di atas, kalimat di atas merupakan bentuk tuturan explicit performative karena mempunyai subjek orang pertama yaitu I, mempunyai performative verb yaitu order, dan berbentuk simple present sentence. b. Implicit Performative Implicit performative merupakan tuturan performative yang berupa kalimat yang tidak mempunyai subjek, tidak memunculkan performative verb, tetapi secara tidak langsung bertujuan untuk menjelaskan performative verb tersebut. Menurut Austin (seperti dikutip oleh Palmer, 1991: 162) pada tuturan yang bersifat implicit performative, bentuk kata kerja aktif seperti berterima kasih (thank), berjanji (promise), meminta maaf (apologize), dan lain-lain tidak muncul. Tuturan performative yang bersifat implicit performative yaitu bahwa penutur menuturkan sesuatu kepada mitra tutur secara tidak langsung bertujuan untuk mencapai apa yang telah penutur tuturkan. Contoh implicit performative: (12) Clean up this table. (13) Leave the room! Penjelasan dari contoh tuturan di atas yaitu tuturan (12) dan (13) merupakan tuturan implicit performative karena penutur menuturkan kepada mitra tutur bahwa penutur secara tidak langsung memerintah to order mitra tutur.

18 2.3 Tindak Tutur Tindak tutur merupakan salah satu teori pragmatik. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Austin pada tahun 1965 sebagai materi perkuliahan yang kemudian dibukukan pada tahun yang sama dengan judul How to do things with words. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Searle pada tahun 1969 dengan menerbitkan sebuah buku yang berjudul Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language. Searle berpendapat bahwa komunikasi bukan sekedar lambang, kata atau kalimat, tetapi produk atau hasil dari lambang, frasa atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur the performance of speech acts. Unsur yang paling kecil pada suatu proses komunikasi adalah tindak tutur seperti menyatakan, membuat pertanyaan, memberi perintah, menguraikan, menjelaskan, minta maaf, berterima kasih, mengucapkan selamat dan lain-lain. Austin (1975: 3) Speech act is a technical term in linguistics and the philosophy of language. Menurut Austin tindak tutur adalah suatu kegiatan yang diungkapkan melalui tuturan yang mengandung arti tindakan yang menjelaskan maksud penutur terhadap mitra tuturnya. Contoh: (14) I need the salt. Dari contoh di atas dapat disimpulkan, penutur menuturkan tuturan tersebut kepada mitra tutur tidak hanya menuturkan tetapi juga meminta kepada mitra tutur agar mengambilkan garam.

19 2.3.1 Jenis-jenis Tindak Tutur Austin dalam Saeed (1997: 211) membagi tindak tutur menjadi tiga jenis tindakan, yaitu lokusi, illokusi, dan perlokusi. Berikut penjelasan mengenai ketiga jenis tindak tutur tersebut. 2.3.1.1 Tindak Tutur Lokusi Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu. Austin dalam Saeed (1997: 211) menyatakan bahwa tindak tutur lokusi adalah by which meants as the act of saying something that makes sense in a language maksudnya sebagai tindakan menyatakan sesuatu yang masuk akal dalam bahasa. Austin mencontohkan dengan (15) I am tired. Dari contoh di atas dapat dijelaskan, tuturan tersebut tidak mengandung maksud lain selain menginformasikannya. Penutur hanya menceritakan bahwa penutur sedang lelah tanpa ada maksud lain. 2.3.1.2 Tindak Tutur Ilokusi Berbeda dengan tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi adalah tindakan melalui tuturan. Diungkapkan oleh Austin dalam Saeed (1997: 211) tindak tutur ilokusi didefinisikan performance of an act in saying something. Dari pendapat ini jelas terlihat bahwa dalam tindak tutur ilokusi terdapat tindakan melalui tuturan. Austin mencontohkan dengan (16) It is hot here.

20 Dalam tuturan tersebut, penutur tidak hanya menginformasikan bahwa udara panas dalam tuturannya, tetapi penutur juga meminta agar mitra tutur menyalakan AC atau membukakan jendela. Kekuatan ilokusi terletak pada maksud dari penutur, misalnya penyampaian informasi (informing), perintah (ordering), dan peringatan (warning). Dalam bertutur, penutur sekaligus melakukan tindakan. Contoh tindak tutur ilokusi: (17) That s our home. Dari contoh tuturan di atas, penutur tidak hanya menginformasikan bahwa itu adalah rumah kami dalam tuturannya, tetapi penutur juga menunjukan rumah penutur kepada mitra tutur. Dalam bertutur, penutur sekaligus melakukan tindakan ilokusi dalam menggunakan ungkapan tertentu untuk merujuk sehingga memiliki kekuatan ilokusi. Tindak tutur ilokusi dapat berupa pernyataan (statement), konfirmasi (confirmation), penyangkalan (denial), prediksi (prediction), janji (promise), permintaan (request), dan sebagainya. Contoh: (18) By 2050, there will be no more oil left in the world. (19) We re going to London. (20) Would you make me a cup of coffee? Tuturan (18) menunjukkan bahwa penutur memprediksikan sesuatu di tahun 2050 kepada mitra tutur. Ketika penutur menuturkan By 2050, there will be no more oil left in the world maka penutur memprediksikan dengan bukti dan ilmu pengetahuannya kepada mitra tutur bahwa minyak di dunia lambat tahun akan semakin sedikit. Tuturan (19) menunjukkan bahwa penutur berjanji kepada

21 mitra tutur. Ketika penutur menuturkan We re going to London maka penutur berjanji kepada mitra tutur dan melakukan janjinya tersebut bahwa penutur akan pergi ke London. Tuturan (20) menunjukkan bahwa penutur menyatakan permintaan. Ketika penutur menuturkan Would you make me a cup of coffee? maka penutur meminta kepada mitra tutur agar membuatkan secangkir kopi. Sejalan dengan Austin, Yule (1996: 48) mendefinisikan tindak tutur ilokusi sebagai Illocutionary act, an act is performed via the communicative force of an utterance. Menurut Yule tindak tutur ilokusi merupakan suatu tindakan yang dilakukan melalui gaya komunikatif dari tuturan. 2.3.1.3 Tindak Tutur Perlokusi Ketika tuturan yang diucapkan penutur memberi efek atau daya pengaruh terhadap perasaan, pikiran maupun perilaku mitra tuturnya, maka tindak tutur tersebut dikenal dengan istilah perlokusi seperti pendapat Austin (1962: 114) berikut ini: The achieving of certain effect by saying something. Contoh tindak tutur perlokusi: (21) It is hot here. Dari contoh di atas dapat dijelaskan bahwa pada tindak tutur ilokusi terkandung makna lain dibaliknya yaitu meminta mitra tutur melakukan sesuatu untuk membuat ruangan menjadi tidak panas. Apabila tuturan tersebut berdampak kepada mitra tutur, misalnya mitra tutur akan secara refleks mengambil remote

22 AC dan menyalakan AC tersebut, efek tuturan berupa tindak perintah yang dilakukan oleh mitra tutur ini yang disebut dengan tindak perlokusi. Selanjutnya, Searle (1975: 10-15) mengklasifikasi tindak tutur ilokusi ke dalam lima jenis, yaitu representatif, direktif, komisif, ekspresif dan deklaratif. 2.3.2 Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi Telah dijelaskan bahwa tindak tutur ilokusi diklasifikasi ke dalam lima jenis, sebagai berikut representatif, direktif, komisif, ekspresif dan deklaratif. Berikut merupakan penjelasan mengenai kelima jenis tindak tutur tersebut. 2.3.2.1 Tindak Tutur Representatif Tindak tutur representatif adalah jenis tindak tutur yang bertujuan untuk mengikat penutur terhadap suatu permasalahan, terhadap kebenaran atau keadaan yang sedang dibicarakan. Searle (1975: 10) mendefinisikan tindak tutur representatif sebagai berikut: The point or purpose of members of the representative class is to commit the speaker (in varying degrees) to something s being the case, to the truth of the expressed proposition. Menurut Yule menyatakan bahwa tindak tutur representatif merupakan salah satu jenis tindak tutur yang bertujuan untuk menyatakan bahwa apakah penutur percaya dengan permasalahan atau tidak. Yule (1996: 53) mendefinisikan tindak tutur representatif sebagai berikut Representatives are those kinds of speech acts that state what the speaker believes to be the case or not.

23 Tindak tutur jenis ini berupa ungkapan untuk menyatakan (asserting), menyimpulkan (conclusion), menggambarkan (description), mengeluh (complain), melaporkan (report), menuntut (demand), mengakui (admit), menyebutkan, memberi kesaksian, dan berspekulasi. Contoh tindak tutur representatif: (22) It was a warm sunny day. (23) The name of British queen is Elizabeth. Tuturan (22) menunjukkan bahwa penutur menyatakan udaranya panas karena waktu siang lebih lama, penutur dan mitra tutur percaya terhadap tuturan yang sedang dituturkan karena It was a warm sunny day merupakan suatu kebenaran. Tuturan (23) menunjuukkan bahwa penutur menyatakan bahwa nama ratu Inggris yaitu Elizabeth, penutur dan mitra tutur percaya terhadap tuturan yang sedang dituturkan karena The name of British queen is Elizabeth merupakan suatu kebenaran. 2.3.2.2 Tindak Tutur Direktif Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Searle (1975: 11) mendefinisikan tindak tutur direktif sebagai berikut: The illocutionary point of this consist in the fact that by speaker to get the hearer to do something. Artinya bahwa poin ilokusi dari tindak tutur direktif adalah fakta bahwa penutur menginginkan mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Menurut Yule (1996: 54) menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif menyatakan keinginan. Tindak direktif disebut juga dengan tindak tutur impositif.

24 They express what the speaker wants. Tindak tutur jenis ini dapat berupa ungkapan untuk memerintah (commanding), mengajak (inviting), meminta izin (asking permit), menyarankan (advising) namun dapat juga dilakukan dengan cara mengancam (treating), memaksa (insisting), melarang (forbidding), meminta bantuan (helping), memohon, mengundang, mendesak, menyuruh, menagih, menantang, dan memberi aba-aba. Contoh tindak tutur direktif: (24) Could you lend me a pen, please? (25) Don t touch that. Tuturan (24) menunjukkan bahwa penutur memohon kepada mitra tutur agar meminjamkan bolpoinnya. Ketika penutur menuturkan Could you lend me a pen, please? maka penutur juga sedang melakukan tindakan memohon terhadap mitra tuturnya dan menginginkan mitra tuturnya untuk melakukan sesuatu. Tuturan (25) menunjukan bahwa penutur melarang mitra tuturnya agar tidak menyentuh itu. Kedua tuturan tersebut di atas termasuk dalam tindak tutur ilokusi direktif karena penutur menginginkan mitra tuturnya untuk melakukan sesuatu dengan tuturan tersebut. 2.3.2.3 Tindak Tutur Komisif Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam tuturannya. Searle (1975: 11) mendefinisikan tindak tutur komisif sebagi berikut: Commissives are those illocutionary acts whose points is to commit the speaker (again in varting degrees) to some future course of action.

25 Artinya tindak tutur komisif adalah tuturan ilokusi yang menitikberatkan pada komitmen penutur terhadap tindakannya di masa yang akan datang. Menurut Yule (1996: 54) menyatakan bahwa tindak tutur komisif dapat dituturkan oleh penutur sebagai dirinya sendiri, atau penutur sebagai bagian dari sebuah kelompok. The commissive can be performed by the speaker alone, or by a speakers as a member of a group. Tindak tutur yang termasuk ke dalam jenis komisif adalah berjanji (promises), mengancam (threats), menolak (refusals), bersumpah (pledges) dan menyatakan kesanggupan. Contoh tindak tutur komisif: (26) I ll be back. (27) I m going to get it right next time. Tuturan (26) menunjukkan bahwa penutur berjanji kepada mitra tutur. Ketika penutur menuturkan I ll be back maka penutur berjanji kepada mitra tutur dan melakukan janjinya tersebut bahwa penutur akan kembali. Tuturan (27) menunjukkan bahwa penutur menyatakan kesanggupan kepada mitra tutur. Kedua tuturan tersebut di atas termasuk dalam tindak tutur ilokusi direktif karena tuturan ilokusi yang menitikberatkan pada komitmen penutur terhadap tindakannya di masa yang akan datang.

26 2.3.2.4 Tindak Tutur Ekspresif Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu. Tindak tutur ini disebut juga dengan tindak tutur evaluatif. Searle (1975: 12) The illocutionary point of this class is to express the psychological state specified in the sincerity condition about a state of affairs specified in the propositional content. Menurut Searle tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang mengekspresikan sikap dan emosi penutur terhadap proposisinya. Sedangkan menurut Yule (1996: 53) menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan jenis tindak tutur mengenai perasaan penutur. Expressive are those kinds of speech acts that state what the speaker feels. Tindak tutur ekspresif dapat berupa ungkapan untuk rasa senang (pleasure), sakit (pain), suka (likes), benci (dislike), bahagia (joy), nyaman (comfort), sedih (sorrow), meminta maaf (excuses), memuji (praise), mengucapkan terima kasih (thanks), memberi selamat (congratulate), mengeluh, menyanjung, menyalahkan, dan mengkritik. Contoh tindak tutur ekspresif: (28) I m really sorry. (29) This beer is disgusting. Tuturan (28) mengindikasikan rasa penyesalan penutur yang dapat disebabkan karena telah berbuat suatu kesalahan. Ketika penutur menuturkan I am really sorry maka penutur juga sedang melakukan tindakan meminta maaf terhadap mitra tuturnya. Tuturan (29) mengindikasi rasa benci penutur terhadap minuman bir. Ketika penutur menuturkan This beer is disgusting, penutur

27 sekaligus melakukan tindakan tidak suka minuman bir yang diberikan oleh mitra tutur. Kedua tuturan tersebut di atas termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekpresif karena sama-sama menyatakan keadaaan psikologis yang sedang dirasakan oleh penutur baik itu yang disebabkan oleh pengalaman penutur sendiri ataupun berdasarkan pengalaman yang dialami oleh mitra tuturnya. 2.3.2.5 Tindak Tutur Deklaratif Tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Searle (1975: 3) mendefinisikan tindak tutur deklaratif sebagai berikut: It is the defining characteristic of this class that the successful performance of one of its member brings about the correspondence between the propositional content and reality. Searle menyatakan bahwa mengenai tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang mengubah kenyataan sesuai dengan proposisi deklarasi. Yule (1996: 53) menyatakan bahwa tindak tutur deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui ucapan penutur dan mitra tutur. Declarations are those kinds of speech acts that change the world via their utterance. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tuturan deklaratif dapat berupa ungkapan untuk memaafkan, mengampuni, menghukum, menamai, membatalkan, mengizinkan, memecat, mengucilka, mengabulkan, mengangkat, menunjuk, memutuskan dan mengesahkan. Contoh tindak tutur deklaratif: (30) Priest: I now pronounce you as husband and wife.

28 (31) Referee: You re out! Pada contoh (30) pendeta menuturkan I now pronounce you as husband and wife mengubah status seorang pria sebagai suami dan seorang wanita sebagai istri. Kemudian pada contoh (31) tuturan yang diucapkan wasit You re out! mengubah keadaan seorang pemain sehingga seorang pemain tidak bisa melanjutkan permainannya tersebut. Adanya perubahan status dan keadaan merupakan ciri-ciri dari tindak tutur deklaratif.