PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKSI (PPR) DI SEKOLAH Serviam, educating, enhacing and caring, Januari 2012, hal Paul Suparno, S.J.

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMALISASI PPR UNTUK PENGEMBANGAN KECERDASAN DAN PEMBINAAN KARAKTER 1

BAGIAN 1. PRINSIP-PRINSIP PEDAGOGI IGNATIAN

INTEGRASI PPR DALAM KURIKULUM 2013

METODOLOGI PENDIDIKAN/PEMBELAJARAN YANG MEMBANGKITKAN NASIONALISME KEINDONESIAAN 1

PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKSI (PPR) DAN SILABUSNYA

RELASI GURU-MURID-BIDANG STUDI BAGI GURU SEJATI

ISSN X Elementary School 3 (2016) Volume 3 nomor 1 Januari 2016

Paul Suparno, S.J. Universitas Sanata Dharma Yogyakartsa

PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR): ALTERNATIF PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN DAN KARAKTER

PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS DAN KREATIF

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PENDIDIKAN DALAM SEMANGAT IGNATIAN Seminar Pendidikan USD Mengajar USD, Yogyakarta, 2 Mei 2015 Paul Suparno, S.J.

BE AMAZING TEACHERS. Lokakarya Yayasan Suaka Insan Suster SPC Jl. Danau Agung 13, Sunter, Jakarta, 22 Juli 2015 Paul Suparno, S.J.

PROSES PEMBELAJARAN BAGI MAHASISWA CALON GURU

PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM KAITAN DENGAN WAWASAN KEBANGSAAN 1 Paul Suparno, S.J.

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi

SERATUS PERSEN RELIGIUS DAN SERATUS PERSEN INDONESIA Rohani, Agustus 2012, hal Paul Suparno, S.J.

KESENDIRIAN & KESEPIAN DALAM MASA TUA Rohani, Februari 2013, hal Paul Suparno, S.J.

IMPLEMENTASI SEMANGAT TAREKAT PADA PENDIDIKAN SEKOLAH Pertemuan Koptari, Syantikara, 13 Januari 2017 Paul Suparno, S.J.

MODEL PENDIDIKAN UNTUK MENCINTAI TANAH AIR Educare, Mei 2013, hal Paul Suparno, S.J.

STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA OLEH: TIM JURUSAN PLS

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN NASIONAL 1 Paul Suparno

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

C. Hubungan pimpinan dan anggota Dalam pendampingan dan kepemimpinan, relasi yang diharapkan adalah:

MENGAPA SULIT TERUS TERANG DALAM FORMASI? Rohani, April 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

F049 PENERAPAN PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM MATA KULIAH KONSEP DASAR IPA BIOLOGI I DI PRODI PGSD UNIVERSITAS SANATA DHARMA

ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) BERDASARKAN UNSUR COMPETENCE-CONSCIENCE-COMPASSION

MEMILIH METODE/BENTUK/MODEL PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENGAJARAN FISIKA Paul Suparno Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BELAJAR DAYA TAHAN SEJAK FORMASI AWAL Rohani, Maret 2013, hal Paul Suparno, S.J.

HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Maria Melani Ika Susanti, 2013

Orientasi Pengajaran. Maryati dan Tim UPPL UNY. Mikro

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PEMBELAJARAN BERGAYA SAINTIFIK Workshop Guru SMP, MPK Jakarta Timur, 3 Oktober 2015 Paul Suparno, S.J. Universitas Sanata Dharma

GOSIP DALAM BIARA Rohani, Mei 2013, hal Paul Suparno, S.J.

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar

gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

MENJADI TUA DAN BAHAGIA

BAB VIII METODE DAN TEKNIK FASILITASI

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

SALING TIDAK PERCAYA DALAM HIDUP BERKOMUNITAS Rohani, Februari 2012, hal Paul Suparno, S.J.

MENUMBUHKEMBANGKAN DAN MENGELOLA KREATIVITAS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kesimpulan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

Mengidentifikasi fokus pendampingan. Melaksanakan pendampingan sesuai kaidah pendampingan yang baik.

Inisiasi 2 Pengelolaan Kelas Dalam PKR

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J.

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Keja Siswa (LKS) LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Marlon Sihole SMA Negeri 12 Medan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

SPIRITUALITAS STUDI: KESUNGGUHAN BELAJAR Rohani, September 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PEMBANGUNAN KARAKTER DAN PEMBENTUKAN BANGSA: APLIKASINYA DALAM SEKOLAH 1 Paul Suparno Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB IV PENERAPAN TEORI INSIGHT IN LEARNING PRESPEKTIF WOLFGANG KOHLER DALAM PEMBELAJARAN FIQIH

DAYA TAHAN LEMAH: TANTANGAN KAUL DARI DIRI SENDIRI Rohani, Oktober 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

NATIONAL EDUCATORS CONFERENCE 2015 Sampoerna University, Mei /12/2015. Garis Besar Proses Belajar Mengajar Sekolah SALAM

Melakukan Pendampingan yang Efektif

KETIDAKPERCAYAAN DALAM BIARA Rohani, Januari 2012, hal Paul Suparno, S.J.

Meningkatkan Kemampuan Matematika di Sekolah Dasar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Sosiokultur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MOTIVASI DAN TEKNIK PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

Prosiding Seminar Nasional Prodi Teknik Busana PTBB FT UNY Tahun 2005 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

TEKNIK-TEKNIK PSIKOEDUKASI

Ketrampilan Memfasilitasi dan Mendengarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

dimengerti oleh penerima, dan secara nyata dapat dilaksanakan, sehingga tercipta interaksi dua arah.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN. Pada bab V bagian ini mencakup uraian tentang: (1) simpulan, (2) implikasi, dan (3) saran. A.

MANAJEMEN KELAS RAHMA WIDYANA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya (Permana dan Utari Sumarmo, 2007: 117). Koneksi matematika harus

PELATIHAN ASKOT, FASILITATOR MANAJEMEN KEUANGAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2012 OSP.08 PROVINSI SULAWSI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

Oleh: Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si KONSEP, MATERI DAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Masalah internal yang sering dihadapi siswa dalam pembelajaran

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN. 1. Pembinaan pencak silat yang berorientasi olahraga kompetitif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. profil sekolah penelitian baik penelitian tindakan kelas maupun penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KURIKULUM Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN. Kelas / Semester : V / 2

PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

PENGEMBANGAN KARAKTER UNTUK ANAK ZAMAN SEKARANG 1

Pendidik. Pengertian. Pendidik. Hakekat PAUD-KBK PAUD-SPN AKD-NON. Oleh: Dra. OCIH SETIASIH, M.Pd

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. dan efektivitas pada setiap kegiatannya. Bidang-bidang seperti e-commerce,

Transkripsi:

1 PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKSI (PPR) DI SEKOLAH Serviam, educating, enhacing and caring, Januari 2012, hal 34-35 Paul Suparno, S.J. Akhir-akhir ini di beberapa sekolah mulai dikenal dan dikembangkan suatu model pembelajaran yang disebut PPR (Paradigma Pedagogi Refleksi). Apa PPR dan bagaimana pedagogi ini dapat ditrapkan di pembelajaran maupun pendidikan di sekolah secara singkat akan dijelaskan disini. Asal mula PPR PPR sebenarnya suatu pedagogi pembelajaran atau pendidikan yang diambil alih dari suatu pendekatan retret pribadi, yaitu relasi antara orang yang retret, pembimbing retret, dan Tuhan sendiri. Skemanya dapat dilihat di bawah ini: RETRETAN/ (SISWA) TUHAN/ (KEBENARAN/ILMU) PEMBIMBING/ (GURU) Dalam retret pribadi, yang ada adalah peserta retret dan pembimbing retret. Tujuan utama retret adalah bahwa si retretan bertemu dengan Tuhan sendiri; sedangkan pembimbing hanya memfasilitasi agar si retretan aktif membuka dan mengusahakan diri untuk bertemu Tuhan. Retret yang berhasil bila si retretan menemukan Tuhan. Maka dalam retret yang aktif mengolah bahan, yang aktif berdoa dan berefleksi adalah si retretan bukan terutama si pembimbing. Pembimbing hanya membantu saja, sebagai moderator atau fasilitator. Hubungan antara si retretan dan pembimbing adalah dialogis, sehingga si retretan terbantu untuk maju.

2 Model ini diambil alih dalam bidang pengajaran dan pendidikan ilmu pengetahuan atau nilai di sekolah. Dalam lingkup pendidikan, si retretan adalah siswa yang sedang belajar. Sedangkan yang dicari adalah ilmu pengetahuan atau nilai hidup yang dipelajari. Sedangkan pembimbingnya adalah guru atau pendidik. Pendidikan berhasil bila siswa sendiri menemukan pengertian dan nilai itu, dan tugas guru hanyalah membantu sebagai fasilitator. Maka yang harus aktif belajar, menggali, latihan mengerjakan persoalan, dll, adalah siswa. Bila siswa tidak mau mengolahnya sendiri dan aktif belajar, maka ia tidak akan mengerti dan pengetahuannya tidak bertambah. Hubungan siswa dan guru adalah dialogis, saling membantu demi siswa semakin mengerti dan kompeten. Bagaimana Paradigma itu dilakukan PPR mempunyai proses atau langkah sebagai berikut: (1) pengalaman, (2) refleksi, (3) aksi, dan (4) evaluasi. Langkah itu semua didahului dengan pemahaman akan konteks. KONTEKS Konteks Seorang guru atau pendidik yang baik, sebelum mengajar atau membantu siswa, perlu lebih dulu mengerti konteks dari siswa yang mau dibantu, sekolah, dan lingkungan di sekitarnya. Dengan mengerti konteks dari siswa dan sekolah yang dibantu, guru akan dapat membantu siswa

3 lebih tepat sesuai dengan situasi dan keadaan siswa sendiri. Beberapa konteks yang perlu diperhatikan seperti: konsep awal siswa, pengertian awal yang dibawa ke kelas, daya tangkap siswa, kecepatan siswa menangkap, cara berpikir dan merasa, kemampuan siswa. Juga penting guru mengerti budaya siswa, lingkungan hidup, teman-teman mereka, agama, keyakinan mereka. Situasi keluarga, harapan orang tua, keadaan ekonomi dan social keluarga perlu juga dimengerti. Bahkan guru juga perlu tahu konteks sekolah dimana ia mengajar, apakah disiplin atau tidak, apa yang dituntut, apa yang diharapkan, dll. Apakah itu sekolah desa, kota, kampong; apakah peralaannya cukup atau tidak. Pendek kata, guru perlu mengerti lingkungan dan situasi siswa serta sekolahnya. Konteks ini akan mempengaruhi guru dalam mempersiapkan bahan pelajaran, mempersiapkan metode mengajar, dan juga memilih pendekatan kepada siswa. Pengalaman Hal yang sangat penting dalam belajar adalah pengalaman siswa. Siswa akan lebih mudah dan mendalam dalam belajar bila mereka mengalami sendiri apa yang dipelajari. Maka tugas guru adalah menyediakan pengalaman belajar bagi siswa. Pertanyaan kita, pengalaman belajar apa yang harus disediakan bagi siswa kita, agar mereka sungguh mengalami proses belajar dan menjadi semakin mengerti. Pengalaman dapat berupa pengalaman langsung maupun tidak langsung. Pengalaman langsung, bila guru menyediakan pengalaman yang memang langsung dapat dialami oleh siswa sendiri. Misalnya, dalam mempelajari air, siswa dibawa ke danau yang berisi air, dimana siswa dapat melihat, mencermati, bermain, mengukur, merasakan, dan mengolah air itu. Mau mengajarkan nilai kepekaan kepada orang miskin, siswa diajak untuk berjumpa dengan kelompok orang miskin yang sedang mencari makan di tumpukan sampah, sehingga siswa dapat mempunyai pengalaman langsung dengan orang miskin tersebut. Pengalaman tidak langsung, bila pengalaman itu disajikan lewat buku. lewat imaginasi, bacaan, simulasi, role play, video dll. Misalnya, untuk belajar mengenai gempa, siswa melihat video tentang gempa. Meski siswa tidak mengalami langsung, tetapi dengan melihat peristiwa itu, mereka akan lebih mudah dan mendalam dalam belajar tentang gempa.

4 Penting dalam mempersiapkan pengalaman yang mau diberikan kepada siswa, seorang guru memilih pengalaman yang menyangkut banyak unsur kehidupan seperti pikiran, hati, kehendak, perasaan, emosi, fakta, prinsip, dll. Banyak guru kurang memberikan siswa pengalaman, sehingga siswa kurang kaya dalam mendalami bahan pelajaran. Misalnya, mempelajari novel, siswa tidak dibasakan membaca sendiri novelnya, sehingga siswa tidak diperkaya batinnya dengan segala gejolah batin dalam novel tersebut. Siswa hanya diberikan singkatan isi novel, yang kering, yang tidak memancing batin dan pikiran siswa. Pengalaman siswa dalam mengerjakan soal, dalam melakukan praktikum, dalam berdebat, dalam diskusi, dalam praktek olah raga, dalam bergulat dengan soal yang sulit, akan banyak memperkaya pengetahuan, batin, dan kesadaran siswa dalam belajar dan mengembangkan kepribadian mereka. Terutama dalam penanaman nilai kehidupan, pengalaman sangat penting bagi siswa. Refleksi Refleksi berarti melihat secara mendalam makna dan nilai dari bahan yang dipelajari; sehingga memunculkan tanggapan AKSI. Dalam refleksi kita mempertimbangkan secara mendalam akan bahan, pengalamam, ide, tujuan, reaksi, dll untuk menangkap makna terdalam, kebenaran terdalam. Caranya antara lain dengan: Mengerti kebenaran terdalam. Misalnya: Apa asumsi dibalik teori ini? Mengerti sumber reaksi: Apa yang menarik bagi saya, mengapa? Perdalam pengertian & implikasi: Apa implikasinya bagi aku dan orang lain? Temukan insight: Apa maknanya bagi hidupku; siapa aku? Biasanya guru harus membantu dengan beberapa pertanyaan refleksi, sehingga siswa pelan-pelan menggali makna terdalam dari bahan yang dipelajari. Tanpa bantuan pertanyaan guru, biasanya siswa sulit menemukan makna dari apa yang telah dipelajari. Aksi

5 Aksi merupakan hasil dari proses refleksi. Refleksi yang mendalam dari pengalaman yang dibuat, dapat mendorong siswa untuk melakukan sesuatu tindakan. Tindakan dapat berupa interiorisasi ke dalam diri, merupakan pembatinan, dan mengiyakan akan nilai yang digeluti. Tetapi refleksi juga dapat wewujud dalam tindakan keluar, melakukan sesuatu tindakan keluar. Misalnya, setelah merefleksikan penderitaan sesama manusia, siswa terdorong untuk melakukan tindakan yaitu menolong mereka sebagai tanda kepekaan social. Setelah merefleksikan kesulitan mengerjakan soal, siswa didorong untuk menyediakan waktu belajar lebih banyak dan melatih banyak soal-soal yang lain. Dengan refleksi, siswa akhirnya digerakkan afeksinya dan juga psikomotornya; didorong untuk melakukan sesuatu dan akhirnya melakukan tindakan nyata dalam hidupnya. Bila demikian maka pembelajaran menjadi sungguh menyangkut seluruh pribadi siswa. Evaluasi Evaluasi merupakan proses dari luar, dimana pendidik melihat seluruh proses dari pengalaman, refleksi, dan aksi, apakah memang sungguh berjalan dengan baik. Apakah proses berjalan baik sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Bila tidak, maka perlu diadakan perubahan; sedangkan bila sudah baik, maka dapat terus dikembangkan lebih maju lagi. Proses itu akhirnya harus terus bergulir, ke pengalaman baru, refleksi, aksi, dan pengalaman baru lagi. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk pelajaran dan bahan apa saja, karena yang dipentingkan adalah pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Mau mencoba, silahkan! Sumber: Paradigma Pedagogi Reflektif. 2010. Yogyakarta: Kanisius.