SURVEILANS PENYAKIT JEMBRANA DI PROVINSI BALI TAHUN (Jembrana diseasae surveilance in Bali Year 2013)

dokumen-dokumen yang mirip
SURVEI SEROLOGI DAN MOLEKULER PENYAKIT JEMBRANA DI PROVINSI BALI, LAMPUNG DAN NANGRO ACEH DARUSSALAM

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVII, No. 87, Desember 2015 ISSN : X

III. Bahan dan Metode

STUDI RETROSPEKTIF TERHADAP VAKSINASI PENYAKIT JEMBRANA DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

3. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

MENCIT BALB/C DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI HEWAN MODEL PENELITIAN VIRUS PENYAKIT JEMBRANA

3. METODE PENELITIAN

OPTIMASI EKSTRAKSI RNA (Ribo Nucleic Acid) DARI VIRUS AI MENGGUNAKAN METODE PRE EKSTRAKSI. YUNI, Y., EMILIA, SURYATI, Y., dan HERMAWAN, D.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE)

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metodologi

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba

MATERI DAN METODE. Materi

METODELOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Deteksi Antibodi terhadap Virus Classical Swine Fever dengan Teknik Enzyme-Linked Immunosorbent Assay

III. METODE PENELITIAN A.

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR

Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005)

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci: Cysticercus cellulosae, crude antigen, ELISA

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

SURVEILANS DAN MONITORING SEROLOGI SE DI WILAYAH KERJA BBVET DENPASAR TAHUN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, TEKNIK PCR, DAN ELEKTROFORESIS AGAROSE NAMA PRAKTIKAN : KARIN TIKA FITRIA ( )

umum digunakan untuk brucellosis yang di Indonesia umumnya menggunakan teknik Rose Bengal Plate Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), dan Compl

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus Penelitian

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III BAHAN DAN METODE

ANCAMAN PENYAKIT JEMBRANA DAN BOVINE VIRAL DIARRHEA TERHADAP PETERNAKAN SAPI BALI

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013.

RINGKASAN. Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II

Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung. Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur. Pemurnian isolat bakteri

DETEKSI FRAGMEN DNA RENDAH PENGKODE GEN SITOKROM B (cyt b) BABI PADA SAMPEL MIE INSTAN MENGGUNAKAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

Transkripsi:

SURVEILANS PENYAKIT JEMBRANA DI PROVINSI BALI TAHUN 2013 (Jembrana diseasae surveilance in Bali Year 2013) Ni Luh Putu Agustini, I Nyoman Dibia, dan Diana Mustikawati. Balai Besar Veteriner Denpasar ABSTRAK Surveilans untuk mengetahui prevalensi antibodi dan mendeteksi virus penyakit Jembrana telah dilakukan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali pada bulan Juni, sampai dengan Oktober 2013. Selama pelaksanaan surveilans berhasil dikumpulkan sebanyak 4312 sampel serum dan 4276 sampel darah dengan antikoagulan EDTA. yang diambil dari peternakan sapi Bali milik masyarakat dan SIMANTRI, serta dari breeding farm BPTU Pulukan. Semua sampel serum diuji ELISA menggunakan antigen Jembrana J Gag 6 histidin, sedangkan sampel darah EDTA diuji PCR. Hasil surveilans menunjukkan bahwa dari 4312 sampel serum yang diuji ELISA hanya 552 (12,8%) positif antibodi JD. Sedangkan hasil uji PCR terhadap 4276 sampel darah, menunjukkan semua sampel darah yang diuji negatif virus Jembrana. Dari hasil surveilans dapat disimpulkan bahwa persentase antibodi JD di lokasi survei hanya 12,8% dan tidak ditemukan adanya positif virus JD / hewan carrier JD di semua lokasi survei. Mengingat virus JD dan hewan carrier sudah tidak ditemukan selama pelaksanaan surveilans,maka perlu diupayakan pembebasan penyakit Jembrana di provinsi Bali. Untuk mewujudkan upaya pembebasan tersebut maka perlu dilakukan surveilans secara periodik dan terstruktur, peningkatan pengawasan lalu lintas ternak dan pengendalian vektor, sehingga bisa mendukung upaya pembebasan JD di provinsi Bali, serta dapat menjadikan provinsi Bali sebagai sumber bibit sapi Bali di Indonesia. Kata Kunci : Penyakit Jembrana, surveilans Abstract Jembrana disease surveilance to detect the prevalence of antibodies and the presence of Jembrana disease virus in Bali have been done in Juni until December 2013. During the surveilance was collected 1432 serum samples and 4276 blood samples with EDTA anticoagulant. taken from SIMANTRI and Breeding Farm Pulukan. All serum samples were tested by ELISA using J Gag6 histidine antigen, whereas EDTA blood samples tested PCR. Result of the ELISA test showed that the prevalence of seropositive to antibodies Jembrana in Bali province only 12.8%. PCR result showed all of samples negative Jembrana disease virus. From the surveilance result it can be concluded that Jembrana disease virus not found in all of surveilance area and no carrier animal in surveilance area. According of this surveilance result need conducted sustainable surveilance, restriction of movement cattle, and vector control for JD liberation effeorts in Bali. Key words: Jembrana disease, surveilance

PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Jembrana/Jembrana disease (JD) merupakan salah satu penyakit virus yang menyerang sapi Bali, disebabkan oleh Retovirus famili Lentivirinae. JD ditemukan pertama kali di Desa Sangkar Agung Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali pada tahun 1964. Saat ini JD sudah endemik di Bali dan telah menyebar ke beberapa daerah di luar Bali seperti Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah (Hartaningsih, 2005). Keberadaan JD di Bali sampai saat ini masih merupakan salah satu kendala dalam pengiriman sapi Bali bibit ke luar Bali serta berdampak dalam pengembangan peternakan sapi Bali. Kasus JD terakhir di Provinsi Bali dilaporkan terjadi pada tahun 2005 di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung. Selama kurun waktu 2006-2012 tidak ada dilaporkan terjadi kasus JD di Bali. Salah satu upaya pencegahan JD saat ini adalah dengan cara vaksinasi. Dalam upaya pencegahan JD di Bali, Dinas Peternakan Provinsi Bali telah melakukan vaksinasi Jembrana dengan menggunakan vaksin JD Vacc Sp 15, produksi Balai Besar Veteriner Denpasar berturut-turut selama 4 tahun dari tahun 2001-2004. Karena keterbatasan jumlah vaksin yang tersedia maka vaksinasi menyeluruh terhadap semua populasi sapi Bali tidak pernah dilakukan sehingga cakupan vaksinasi JD di Bali sangat rendah. Vaksinasi JD baru dilakukan kembali di Bali pada akhir tahun 2012. Ada indikasi bahwa vaksinasi JD selama 4 tahun berturut-turut mampu menurunkan kasus dan mengeliminasi agen. Sejak tahun 2005 vaksinasi JD tidak pernah dilakukan lagi sehingga kemungkinan jumlah hewan peka JD meningkat. Hasil monitoring penyakit Jembrana di Provinsi Bali tahun 2009 dan 2010 menunjukkan bahwa persentase positif antibodi JD di semua kabupaten / kota di Bali sangat rendah. Pada tahun 2009 persentase seropositif JD hanya 32,5% dan pada tahun 2010 bahkan menurun menjadi 19,52% serta masih ditemukan adanya virus JD sebesar 10%. Pada tahun 2011 prevalensi seropositif JD di Bali hanya sebesar 7% dan tahun 2012 hanya 0.002%. Sementara itu pada tahun 2011 masih ditemukan sebanyak 1,6% dan tahun 2012 sudah tidak ditemukan lagi. (Agustini, dkk. 2010, 2011, 2012; unpublished data) Menurut Putra, 2002 di daerah endemik kasus JD terjadi sepanjang tahun dengan tingkat insiden yang cenderung rendah dan wabah biasanya terjadi secara reguler sekurang-kurangnya 3 4 tahun dari kejadian JD terakhir. Sebaliknya di daerah baru kejadian JD cenderung mewabah. Ada fenomena menarik yang perlu segera dijawab yaitu walaupun prevalensi antibodi JD di Bali sangat rendah, namun sampai saat ini tidak pernah ada laporan kasus JD di Bali. Hal ini sangat

menarik untuk diketahui apakah hal ini terjadi akibat tereliminasinya agen penyakit Jembrana, atau mungkin virus JD di Bali sudah mengalami mutasi atau tidak ada,. Untuk itu maka dilakukan surveilans penyakit Jembrana di Provinsi Bali. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas terkait dengan penyakit Jembrana di Provinsi Bali, maka teridentifikasi permasalahan sebagai berikut : 1. Seroprevalensi JD rendah, karena tidak pernah dilakukan vaksinasi secara keseluruhan terhadap populasi sapi di Bali, namun tidak ada dilaporkan kasus JD di Bali, 2. Ada upaya untuk melakukan pembebasan Jembrana atas perintah Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan terkait adanya lalu lintas sapi bibit dari Bali ke luar Bali khususnya Kalimantan dan Sumatera (proposal telah dibahas secara khusus). 3. Dalam upaya pembebasan ini perlu diketahui apakah agen penyakit Jembrana masih ada pada sapi Bali di Provinsi Bali Tujuan Surveilans ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui prevalensi antibodi dan mendeteksi virus JD pada kelompok ternak di Bali 2. Mengetahui gambaran situasi penyakit JD di Bali dalam rangka upaya pembebasan JD di provinsi Bali 3. Pemetaan penyakit dan penggalian informasi kejadian kasus penyakit yang mengarah pada penyakit Jembrana sebagai dasar penentuan program surveilans selanjutnya Manfaat Manfaat yang diharapkan dari hasil surveilans adalah : 1. Tersedianya data dan informasi tentang situasi penyakit Jembrana di Provinsi Bali 2. Terdeteksinya hewan carrier sehingga didapatkan isolat baru / strain virus yang ada di lapangan saat ini untuk kepentingan kajian lebih lanjut. 3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah pusat dan daerah dalam upaya pembebasan penyakit Jembrana di Bali. 4. Dapat dijadikan model pembebasan penyakit Jembrana di Provinsi lain secara nasional. Output Output yang diharapkan dari surveilan ini : 1. Tersedianya data seroprevalensi dan viroprevalensi penyakit Jembrana di Provinsi Bali

2. Terjadinya efisiensi dan efektifitas kegiatan pengambilan sampel yang representatif dan terjalinnya koordinasi yang baik antara petugas Puskeswan dan petugas Laboratorium Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi/ kabupaten di Bali. 3. Memudahkan dalam langkah pembebasan Penyakit Jembrana di Bali MATERI DAN METODA Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan di seluruh kabupaten/kota se-provinsi Bali serta di Balai Perbibitan Ternak Unggul sapi Bali (BPTU) pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2013 dan sebanyak 4312 sampel serum dan 4276 sampel darah EDTA berhasil dikumpulkan selama pelaksanaan surveilans. Pelaksanaan pengambilan sampel dilakukan bekerjsana dengan Dinas Peternakan kabupaten/kota dan beberapa Puskeswan yang ada di Bali. Penanganan sampel Sampel serum yang telah diambil segera dipisahkan dari gumpalan darah dengan cara disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit dan selanjutnya dimasukkan ke dalam efendorf, diberi label dan disimpan dalam Freezer (suhu -20 0 C) sampai dilakukan pengujian. Untuk sampel darah dilakukan isolasi Peripheral Blood Mononuclear Cells (PBMC) dengan cara : darah dengan antikoagulan EDTA disentrifugasi 3000 rpm selama 5 menit, kemudian buffy coatnya diambil dan dimasukkan ke dalam tabung dan selanjutnya ditambahkan sebanyak 9 ml NH 4 Cl 0,83%. Selanjutnya campuran tersebut disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit dan supernatannya dibuang, pellet yang diperoleh kemudian ditambahkan PBS steril sampai mencapai 10 ml. Setelah itu dilakukan pencucian dengan cara disentrifugasi kembali 1500 rpm selama 5 menit. Pencucian ini diulangi sebanyak 2 kali dengan cara yang sama. Terakhir supernatannya dibuang dan pellet yang diperoleh ditambahkan 0.5 1 ml media TC atau PBS steril dan disimpan pada suhu (-20 0 C) sampai digunakan. PBMC yang diperoleh selanjutnya diisolasi DNAnya dengan mempergunakan QIAmp DNA Blood Kit (Qiagen) dengan cara sebagai berikut: 20 µl Qiagen Protease (atau Proteinase K) dimasukkan ke dalam tabung microfuge 1.5 ml selanjutnya sebanyak 200 µl sampel PBMC (5 x 10 6 lymphocyte) ditambahkan ke tabung microfuge. Kemudian 200 µl Buffer AL ditambahkan ke dalam sampel dan dicampur dengan menggunakan vortex selama 15 detik. Sampel selanjutnya diinkubasi pada suhu 56 o C selama 10 menit, kemudian disentrifuge sekitar 2 detik. Tambahkan sebanyak 200 µl ethanol, kemudian kocok lagi dengan menggunakan vortex selama 15 detik. Sentrifugeasi

kembali tabung microfuge tersebut sekitar 2 detik. Dengan hati-hati masukkan campuran sampel ke dalam QIAmp spin column (in a 2ml collection tube) tanpa membasahi dinding tube, tutup dan centrifuge 6000 g / 8000 rpm selama 1 menit. Tempatkan QIAamp spin column dalam 2 ml collection tube dan buang tube yang berisi filtrat. Hati-hati buka tabung QIAamp spin column dan tambahkan 500 µl buffer AW1 tanpa membasahi dinding tube. Tutup tabung dan centrifuge 6000 g / 8000 rpm selama 1 menit. Tempatkan QIAamp spin column dalam 2 ml collection tube dan buang tube yang berisi filtrat. Hatihati buka tabung QIAamp spin column dan tambahkan buffer AW2 tanpa membasahi dinding. Tutup tabung dan centrifuge dengan kecepatan penuh 20.000 g / 14.000 rpm selama 3 menit.tempatkan QIAamp spin column pada 1.5 ml tabung microcentrifuge yang bersih dan buang tabung yang mengandung filtrat. Tahap Elution. Buka tutup tube secara hati-hati dan tambahkan 200 ul buffer AE atau aquadest. Inkubasi pada suhu kamar selama 1-5 menit dan kemudian centrifuge 6000 g / 8000 rpm selama 1 menit, buang QIAmp spin colum dan simpan supernatan (DNA) pada suhu 20 o C. Pengujian Sampel Semua sampel serum diuji terhadap antibodi Jembrana dengan Uji Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) mempergunakan antigen Jembrana J Gag 6 Histidin (Agustini et al., 2002). UJI ELISA Pengujian sampel serum dengan uji ELISA dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut : antigen J Gag 6 Histidin dilarutkan dengan carbonat coating buffer 1:50 kemudian ditambahkan ke masing-masing well sebanyak 50 µl, mulai dari well B2 sampai dengan G11. Masukkan 50 µl hanya coating buffer (tanpa antigen) ke dalam lubang blank B1 s/d G1. Kocok dengan shaker dan diinkubasikan pada suhu 4 0 C selama 24 jam. Cuci plate dengan PBST sebanyak 3 kali dengan ELISA washer. Blok plate dengan menambahkan ke masing-masing well sebanyak 50 µl larutan skim milk 5% dalam PBST dan plate diinkubasikan selama 1 jam pada suhu ruangan. Cuci plate dengan PBST sebanyak 3 kali dengan ELISA washer. Siapkan sampel serum, sampel serum standar, dan reference serum dengan cara sebagai berikut: Sampel yang akan diuji diencerkan 1: 100 dalam skim milk 5% dan 50 µl serum tersebut dimasukkan ke dalam masing-masing lubang test. Sampel serum standar (PM) diencerkan mulai dari pengenceran 1 : 100 hingga 1 : 3200 dalam skim milk 5% dan tiaptiap pengenceran dimasukkan pada lubang dideretan 2 setiap pengenceran satu lubang mulai dari B2 sampai G2. Sampel Reference serum yang digunakan ada dua yaitu reference serum positif Jembrana /Hyperimun (A), dan Reference serum negatif (Nusa Penida /B). Encerkan masing-masing reference serum tersebut 1 : 100 dalam skim milk 5% dan masukkan 50 ul reference serum A ke lubang B3, C3 dan

D3; 50 µl serum B ke lubang E3, F3, dan G3. Homogenkan dengan dishaker dan inkubasikan pada suhu 37 0 C selama 1 jam. Cuci plate dengan PBST sebanyak 3 kali dengan ELISA washer. Encerkan conjugate antibovine Ig G Whole molecule (SIGMA) 1 : 1000 dalam PBST buffer. Masukkan 50 µl conjugate yang telah diencerkan tersebut pada setiap lubang baik yang mengandung serum maupun lubang blank dan kontrol. Inkubasikan pada suhu 37 0 C Pembacaan dan intepretasi hasil Pembacaan hasil uji ELISA dilakukan pada ELISA READER dengan panjang gelombang 405 nm. Bila nilai OD sampel lebih besar atau sama dengan OD pengenceran 1 : 100 maka sampel dikatakan positif sedangkan bila nilai OD sampel lebih kecil dari OD pengenceran 1 : 100 maka sampel dikatakan negatif POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) DNA virus dari PBMC diisolasi dengan menggunakan QIAmp DNA Blood Kit (Qiagen). Tabung eppendorf yang sudah berisi DNA filtrat diberi label dan disimpan pada -20 o C sampai siap diuji. Sedangkan metoda uji PCR yang dipakai untuk mendeteksi provirus Jembrana ini adalah metoda second round PCR yang dikembangkan oleh Masa Tenaya dkk., (2003 & 2004). Bahan-bahan yang diperlukan dalam teknik PCR JD antara lain: Master mix, PCR water, Primer JDV 1, Primer JDV 3, DNA template, Agarose gel 1%, TAE buffer, dan Ethidium Bromide. Primer yang digunakan terdiri dari selama 1 jam. Cuci plate dengan PBST sebanyak 3 kali dengan ELISA washer. Tambahkan campuran satu bagian substrate Hidrogen Peroxidase (HRP) solution B dan 9 bagian (solution A) atau 2,2- Azino-bis (3- ethylbenzothiazoine-6 sulfonic acid diamonium salt). Masukkan 50 µl substrate ke dalam setiap well (blank, kontrol dan serum sampel), diamkan selama 2 menit. Kemudian stop reaksi dengan menambahkan 50 µl larutan asam oxalat 2 % ke semua well. Primer JDV-1 dan Primer JDV 3. Forward primer (JDV 1) dengan sekuen 5 GCAGCGGAGGTGGCAATTTT GATAGGA 3. Reverse primer (JDV 3) dengan sekuen 5 CGGCGTGGTGGTCCACCCCAT G 3 (Chadwick et al., 1995). Untuk setiap reaksi PCR digunakan 25 µl Master Mix, 2 µl primer JDV-1, dua ul primer JDV- 3, 19 µl PCR water dan DNA template sebanyak 2 µl. Bahanbahan tersebut kemudian dicampur ke dalam tabung effendorf volume 500 µl. Campuran tersebut diamplifikasi dengan thermocycler sebanyak 35 siklus dengan perincian sebagai berikut: Step 1 (denaturasi) 94 o C selama 5 menit, Step 2 (denaturasi) 94 o C selama 30 detik dan (annealing) 66 o C selama 1 menit, Step 3 pemanjangan (ekstensi) 72 o C selama 1,5 menit. Pada akhir siklus, ada program tambahan 72 o C selama 10 menit untuk melengkapi pemanjangan DNA yang belum selesai, dan satu siklus untuk masa inkubasi di bawah suhu ruang, biasanya 15 o C dengan waktu tak terbatas. Total

siklus adalah selama 2 jam 15 menit. Untuk reaksi Second Round PCR, dikerjakan dengan running ulang hasil dari First Round PCR dengan formula PCR yang sama dengan formula pada First Round PCR. Analisa dan dokumentasi hasil PCR Hasil PCR kemudian dielectrophoresis dengan 1% gel agarose yang mengandung 5 ug Etidium bromide/ ml. Elektrophoresis dilakukan dengan voltase 70 volt selama 45 menit. Hasil PCR dalam gel kemudian divisualisasi dengan sinar UV pada alat UV transluminator dan dianalisa dengan program Gel Doc untuk melihat adanya band / pita DNA. HASIL Selama pelaksanaan monitoring berhasil dikumpulkan sebanyak 4312 sampel serum dan 4276 sampel darah. Secara umum jumlah sampel ini sudah mencapai jumlah target sampel yang direncanakan bahkan sedikit melebihi. Namun bila dilihat dari rincian jumlah sampel berdasarkan kabupaten/kota, untuk Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, jumlah sampelnya sedikit dibawah dari jumlah yang ditargetkan. Pengambilan sampel serum dilakukan bekerjasama/supervisi dengan petugas Puskeswan di Dinas Peternakan Kabupaten/Kota. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan petugas Puskeswan dalam melakukan pengambilan sampel, selain itu juga diharapkan secara epidemiologi wilayah asal sampel bisa lebih mewakili. Selain bekerjasama dengan Puskeswan, pengambilan sampel juga dilakukan di Balai Perbibitan Ternak Unggul Sapi Bali (BPTU) Pulukan, hal ini dilakukan dalam rangka pembinaan, serta peningktan kemampuan /ketrampilan petugas laboratorium BPTU dalam melakukan pengambilan sampel dan pengujian. Seperti diringkaskan pada Tabel 1 terlihat bahwa hasil pengujian ELISA terhadap 4312 sampel serum yang diuji hanya 552 (12.8%) positif mengandung antibodi JD. Sedangkan hasil konfirmasi dengan uji PCR menunjukkan bahwa virus penyakit Jembrana tidak ditemukan pada semua sampel darah asal Provinsi Bali (Tabel 2). Dari 1984 sampel serum yang diambil dari hewan yang divaksinasi JD hanya 463 (23.3%) yang menghasilkan antibodi positif. Ada terdeteksi antibodi positif pada sampel serum yang diambil dari hewan yang tidak divaksinasi JD sebanyak 4,8%. (seperti pada Gambar 1)

Tabel 1. Prevalensi antibodi penyakit Jembrana di Provinsi Bali Tahun 2013 No Kabupaten/ Kota Jumlah sampel Jumlah Positif Persentase Positif (%) 1 Badung 345 105 30.4 2 Jembrana 860 157 18.3 3 Buleleng 659 55 8.3 4 Bangli 468 28 6.0 5 Klungkung 295 50 16.9 6 Tabanan 529 66 12.5 7 Gianyar 496 30 6.0 8 Denpasar 196 23 11.7 9 Karangasem 464 28 6.0 TOTAL 4312 552 12.8 Tabel 2. Persentase virus penyakit Jembrana di Provinsi Bali Tahun 2013 No Kabupaten Jumlah sampel Jumlah Positif Persentase Positif 1 Badung 345 0 0 2 Buleleng 826 0 0 3 Bangli 659 0 0 4 Klungkung 467 0 0 5 Tabanan 295 0 0 6 Denpasar 528 0 0 7 Gianyar 496 0 0 8 Jembrana 196 0 0 9 Karangasem 464 0 0 (%) TOTAL 4276 0 0

2500 2000 1984 1500 1000 1333 Jumlah sampel Jumlah Positif Persentase 500 0 463 64 23,3 4,8 Vaksinasi JD Non Vaksinasi JD Gambar 1. Hasil uji ELISA Jembrana di Bali berdasarkan status Vaksinasi

PEMBAHASAN Adanya perbedaan jumlah sampel yang ditargetkan dengan jumlah sampel yang berhasil dikumpulkan untuk Kabupaten Badung dan Kota Denpasar hal ini terjadi karena pengambilan sampel di kedua kabupaten/kota tersebut dialihkan ke BPTU terkait dengan instruksi dari Dirjen Peternakan untuk lebih meningkatkan pengawasan penyakit Jembrana di BPTU. Hasil surveilans menunjukkan bahwa dari total sampel serum yang diperiksa sebanyak 4312 sampel hanya 12.8%.diantaranya yang positif antibodi JD. Hasil ini sangat rendah, karena secara imunologi persentase seropositif ini belum mampu melindungi hewan dari serangan penyakit Jembrana Antibodi bisa terbentuk apabila hewan pernah divaksinasi atau hewan pernah terinfeksi. Selama pelaksanaan surveilans dilakukan pengambilan sampel dari 1984 hewan yang pernah divaksinasi JD. Dari total sampel tersebut hanya 463 (23,3%) diantaranya yang menghasilkan titer antibodi positif. Rendahnya respon antibody hasil vaksinasi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor dintaranya, : kualitas vaksin yang digunakan kurang bagus, aplikasi vaksin yang tidak sesuai status gizi dari hewan yang divaksin terganggu serta sistem imun dari hewannya kurang bagus. Terkait dengan aplikasi vaksin ada kemungkinan rendahnya antibodi yang terbentuk disebabkan karena vaksin hanya diberikan dalam dosis tunggal yaitu tidak dilakukan vaksinasi ulang (Booster). Secara immunologi antibodi akan terbentuk optimal setelah dilakukan booster. Adanya antibodi positif yang terdeteksi pada beberapa sampel yang berasal dari hewan yang tidak divaksinasi, kemungkinan merupakan antibodi lentivirus lainnya (BIV), hal ini bisa terjadi karena antigen yang dipergunakan untuk uji ELISA ( antigen J Gag 6 histidin masih mempunyai sifat cross reaction atau bereaksi silang dengan Lentivirus lainnya sehingga masih mampu mendeteksi antibodi dari Lentivirus lain seperti BIV. Dugaan bahwa antibodi yang terdeteksi tersebut bukan antibodi JD juga diperkuat dari hasil konfirmasi uji PCR, dimana dari semua sampel serum yang menunjukkan hasil positif antibodi, setelah dikonfirmasi sampel darahnya dengan uji PCR memberikan hasil negatif virus JD. Selain itu dugaan antibodi yang terbentuk bukan antibodi JD diperkuat dengan informasi petugas di lokasi pengambilan sampel bahwa di tempat tersebut tidak pernah dilakukan vaksinasi JD dan juga tidak ada laporan kasus JD. Hasil surveilans ini memperkuat hasil penelitian Hartaningsih, et al. 1990 yang menemukan adanya antibodi Lentivirus di Provinsi Bali. Hasil surveilans ini membuktikan bahwa tidak terjadinya kasus JD di Bali dari tahun 2006 sampai dengan 2012 walaupun prevalensi antibodi JD di Bali sangat rendah disebabkan karena persentase virus JD di Bali sangat rendah dan bahkan dari hasil survei tahun 2013 menunjukkan semua sampel darah yang diambil negatif virus JD. Hasil ini membuktikan bahwa hewan carrier JD tidak ditemukan di semua lokasi survei. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil surveilans ini dapat disimpulkan beberapa hal antara lain : Persentase positif antibodi JD di Bali hanya 12.8% dan tidak ditemukan adanya (positif virus JD) dari semua sampel yang diambil selama pelaksanaan survei Hewan carrier JD tidak ditemukan di semua lokasi survei. Tidak terjadinya kasus JD di Bali walaupun prevalensi antibodi JD sangat rendah disebabkan karena virus JD sudah tidak ditemukan di semua lokasi survei di Kabupaten /Kota di Bali. Saran Walaupun virus JD tidak ditemukan di semua lokasi survei di kabupaten/kota di Provinsi Bali, surveilans/monitoring secara periodik dan terstruktur, peningkatan pengawasan lalu lintas ternak. dan pemberantasan vektor tetap harus dilakukan., Perlu diupayakan pembebasan JD di Provinsi Bali sehingga Provinsi Bali bisa dijadikan sebagai sumber bibit sapi Bali untuk memenuhi kebutuhan bibit sapi Bali di Indonesia. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar atas dana, kepercayaan dan ijin yang diberikan untuk melaksanakan surveilans ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Kepala Dinas Peternakan kabupaten/kota se- Provinsi Bali, beserta staf atas bantuan dan kerjasamanya dalam membantu pelaksanaan pengambilan sampel. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Medik dan Paramedik Veteriner Balai Besar Veteriner Denpasar yang telah membantu dalam pengambilan dan pengujian sampel ini. DAFTAR PUSTAKA Agustini, NLP., and Hartaningsih, N. (2002). Uji Elisa untuk Mendeteksi Antibodi Lentivirus Menggunakan Antigen Rekombinan J Gag-6. Manual Peningkatan Metode Diagnosa Penyakit Jembrana ACIAR BPPV VI. Agustini, NLP. (2009). Surveilans Penyakit Jembrana di Provinsi Bali, Lampung dan Sumatera Barat. Laporan Tahunan Balai Besar Veteriner Denpasar. Chadwick, B J., Coelen, RJ., Wilcox, G E., Sammels, L M., Kertayadnya, G.(1995). Nucleotide sequence analysis of Jembrana disease virus : a bovine lentivirus associated with an acute disease syndrome. Journal of General Virology. 76: 1637-1650 Hartaningsih, N., Sulistyana, K.,and G.E. Wilcox. (1996). Serological Test for JDV Antibodies and Antibody Respons of Infected Cattle. In Jembrana Disease and the Bovine Lentiviruses, ACIAR Proceedings No.75, page 79-84. Hartaningsih, N. (2005). Laporan Hasil Investigasi Penyakit Jembrana di Kalimantan Timur. Laporan Tahunan Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Denpasar.

Putra, AAG. (2003). Peranan Hewan Karier penyakit Jembrana dalam penularan penyakit di lapangan. Buletin Veteriner. Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional VI Denpasar. XV (63) :16-26 Soeharsono, S., Hartaningsih, N., Soetrisno, M., Kertayadnya, G., and Wilcox, GE. (1990). Studies experimental Jembrana disease of infectious agen in Bali cattle. Transmission and persistence of the infectious agent in ruminant and pigs and resistance of recovered cattle to re-infection, Journal of Comparative Pathology 103 : 49-59 Tenaya, IWM., Ananda, CK dan Hartaningsih, N. (2003). Deteksi Proviral DNA Virus Jembrana pada Limposit Sapi Bali dengan Uji Polymerase Chain Reaction. Buletin Veteriner. 63: 44-48, BPPV VI Denpasar. Tenaya, IWM dan Hartaningsih, N. (2004). Detection of JDV Carrier Animals by PCR. Buletin Veteriner. 65: 46-50, BPPV VI Denpasar.