BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling besar jumlah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. angka kelahiran adalah melalui program keluarga berencana nasional. Program KB

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

ANALISIS DAN EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KB DAN KS TAHUN 2013

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mendiami Pulau Jawa (Sulistyawati, 2011). dengan menggunakan alat kontrasepsi (Kemenkes, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah

belum baik karena standar pelayanan belum dilaksanakan seluruhnya, diperkuat

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 menunjukkan, penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

sedang berkembang setelah India. Hasil pencacahan lengkap sensus 2015, penduduk Indonesia berjumlah 254,9 juta jiwa. Menurut proyeksi yang dilakukan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dan keterbelakangan melalui pendekatan kependudukan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan berkelanjutan, karena di samping sebagai pelaksana pembangunan, penduduk

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Secara umum penduduk adalah

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada

PENINGKATAN PESERTA KB PRIA MOP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Soekanto, 1995:431 (dalam Atika, 2011) proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

A. Latar Belakang Sejalan dengan salah satu butir hasil Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. besar jiwa pada tahun 2010, laju pertumbuhan tinggi yaitu sebesar

BAB I PENDAHULUAN. dapat diatasi. Permasalahan ini antara lain diwarnai jumlah yang besar

BABI PENDAHULUAN. Memasuki pembangunan jangka panjang ke dua (PJP II) pembangunan. sumber daya manusia menjadi sangat penting. Untuk itu perlu terus

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 96

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

Standard Operating Procedure Database Profil KKB Desa DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... ii SOP PENGAKSESAN APLIKASI DATABASE PROFIL KKB DESA...

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penduduk di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar, pertambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

PROFIL DATA KEPENDUDUKAN DAN KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian UN-

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Inggris disebut dengan performance. Pada prinsipnya, ada istilah lain yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan. Peningkatan partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

SINOPSIS RENCANA TESIS ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PASANGAN USIA SUBUR TIDAK MENGGUNAKAN KONTRASEPSI DI DESA CERME KECAMATAN GROGOL KABUPATEN KEDIRI

LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN JUNI 2008

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya. pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di tahun 2010 (BKKBN, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang paling besar jumlah penduduknya. Jumlah kelahiran yang tinggi menyebabkan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Indonesia mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar 248.422.956 jiwa, yang terdiri atas jumlah penduduk laki-laki sebesar 125.058.484 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 123.364.472 jiwa. Jumlah penduduk di Indonesia meningkat dengan relatif cepat. Diperlukan kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran agar kelahiran dapat dikendalikan dan kesejahteraan penduduk makin meningkat (Profil Kesehatan Indonesia 2013). Indonesia memiliki potensi sumberdaya manusia yang besar. Jika dengan jumlah penduduk yang banyak namun tidak memiliki kualitas maka Indonesia hanya akan menjadi negara yang besar namun minim dari segi kualitas penduduknya. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional melakukan penekanan jumlah angka kelahiran dengan pengelolaan dan pelaksaan program Keluarga Berencana (KB). Pada dasarnya pengelolaan Program Keluarga Berencana (KB) Nasional adalah suatu proses pelaksanaan pembangunan yang bertujuan untuk pengaturan kelahiran guna membangun keluarga sejahtera. Keterlibatan masyarakat yang semakin meluas dalam pengelolaan Program KB dengan sektor-sektor pembangunan lainnya sehingga menjadikan Program KB Nasional sebagai salah

satu sektor yang strategis dan penting kontribusinya untuk keberhasilan pembangunan baik di tingkat daerah maupun nasional (BKKBN, 2011). Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menunjukkan bahwa pada tahun 2013 ada 8.500.247 PUS (Pasangan Usia Subur) yang merupakan peserta KB baru, dan cakupan KB aktif secara nasional sebesar 75,88%. Dari 33 provinsi, ada 15 provinsi yang cakupannya berada dibawah cakupan nasional. Provinsi Bengkulu merupakan provinsi dengan cakupan tertinggi sebesar 87,70% dan Provinsi Papua merupakan provinsi dengan cakupan terendah sebesar 67,15%. Berdasarkan data dari BPS laju pertumbuhan penduduk di Sumatera Utara pada tahun 2000-2010 adalah sekitar 1,11% (SDKI 2012). Persentase pencapaian KB baru terhadap Pemenuhan Permintaan Masyarakat (PPM) Peserta KB Baru(PB) tahun 2010 sekitar 138%, tahun 2011 sekitar 115,4%, dan tahun 2012 sekitar 127,3%. Perkembangan pencapaian peserta KB baru (PB) mandiri tahun 2010 sekitar 109.876, tahun 2011 sekitar 96.168, dan tahun 2012 sebanyak 75.147. Persentase pencapaian peserta KB aktif (PA) terhadap total PA dari tahun 2010-2012 rata-rata 34,06% (BKKBN,2013). Dari data BKKBN Provinsi Sumatera Utara tercatat capaian peserta KB Aktif (PA) Kota Binjai sebesar 69,77% lebih rendah dibandingkan Kota Tebing Tinggi yaitu 73,77% dan capaian peserta KB baru (PB) Kota Binjai sampai dengan Maret 2014 yaitu hanya sebesar 29,06%. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan bergabung menjadi satu bidang pada tahun 2011, sebelumnya bernama Dinas Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Hal ini terjadi setelah otonomi daerah dan

masing-masing daerah dapat menentukan keperluan dan penekanan bidang sesuai kebutuhan Kabupaten/Kota tersebut. Dalam hal ini Petugas Lapangan KB (PLKB) di distribusikan sesuai daerahnya dan kebutuhan PLKB di daerah tersebut. Namun setelah otonomi daerah para PLKB dapat pindah ke bidang lain sehingga terjadi krisis PLKB dikarenakan pemahaman tentang PLKB yang bekerja terlalu berat dilapangan. Data di BKBPP Kota Binjai jumlah petugas lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yaitu sebanyak 35 orang, 5 orang merupakan kepala koordinator di setiap kecamatan yang terdiri dari 5 kecamatan yang tersebar di 37 kelurahan. Jadi, terdapat PLKB yang menangangi 2 kelurahan. Idealnya setiap satu kelurahan mempunyai satu PLKB atau lebih sesuai luas wilayah binaan (SPM Bidang KB dan KS). Data cakupan KB baru dan KB aktif di Kota Binjai pada tahun 2014 tidak stabil. Tahun 2014 terjadi penurunan cakupan PB (BKBPP Kota Binjai, 2014). Tabel 1.1 Cakupan peserta KB Baru dan KB Aktif Kota Binjai Tahun 2012-2014 Peserta KB Baru Peserta KB Aktif Tahun PPM Pencapaian % PUS PPM Pencapaian % Lapangan PA PA PUS 2012 7.071 642 9,08 39.102 25.450 28.985 74,13 2013 5.485 6.825 124,43 39.454 29.227 29.564 74,93 2014 5.892 598 10,15 39.781 29.187 29.508 74,18 Sumber : BKBPP Kota Binjai Pemenuhan Permintaan Masyarakat (PPM) peserta KB baru (PB) di Kota Binjai dari tahun 2012-2014 tidak stabil yaitu pencapaian PB setiap tahun pada tahun 2012 sebanyak 642, pada tahun 2013 sebanyak 6.825 dan tahun 2014 sebanyak 598. Data pencapaian pengguna aktif (PA) dari tahun 2014 terjadi penurunan.

Berdasarkan cakupan peserta KB baru dan KB aktif tersebut diketahui bahwa pada tahun 2013 terjadi peningkatan PB dari tahun 2012. Namun pada tahun 2013 terjadi penurunan pencapaian PB yang sangat signifikan yaitu dari 6.825 menjadi 598. Sementara itu cakupan PA pada tahun 2014 tidak terjadi peningkatan yang berarti yaitu hanya 0,002% dari tahun 2013. Tenaga kesehatan sangat berpengaruh dalam keberhasilan kegiatan ber- KB, dengan memberikan informasi yang jelas maka masyarakat dapat mengerti dan paham kegunaan KB serta manfaatnya terhadap masyarakat, sehingga terpenuhi program yang telah ditetapkan. Namun kebanyakan yang terjadi di masyarakat petugas lapangan KB kurang jelas memberikan informasi sehingga masyarakat takut untuk melakukan KB. Rasa tanggung jawab, kondisi pekerjaan, insentif, prestasi kerja dan hubungan interpersonal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi motivasi individu sehingga kinerja PLKB kurang maksimal. Motivasi adalah suatu dorongan atau semangat untuk melaksanakan tugas. Menurut teori Hezberg ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi pekerja yaitu faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik yaitu berupa kondisi kerja, penghasilan dan insentif. Faktor intrinsik yaitu tanggung jawab, prestasi, penghargaan, dan pekerjaan itu sendiri. Apabila seorang individu mempunyai motivasi yang baik maka kinerjanya akan maksimal sebaliknya jika motivasinya kurang maka kinerjanya tidak akan maksimal. Kinerja merupakan hasil kerja atau tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Rendahnya perilaku ber-kb dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti pengetahuan, tingkat pendidikan,serta kondisi sosial sangat berpengaruh. Faktor ekternal yaitu berupa efektivitas penyuluhan program KB, dalam hal ini PLKB sangat berperan dan mempunyai posisi yang penting untuk mengenalkan dan memberikan informasi yang jelas kepada warga tentang alat kontrasepsi karena PLKB merupakan ujung tombak peningkatan program KB. Semakin baik kinerja petugas lapangan KB, semakin baik pula perubahan pengetahuan warga tentang KB sehingga perilaku ber-kb PUS dapat meningkat. Kompensasi yang berupa imbalan, tunjangan dan insentif juga berpengaruh terhadap kinerja PLKB. Menurut penelitian Hutanto (2013) bahwa kepemimpinan, kompensasi dan kompetensi sangat berpengaruh terhadap kinerja petugas lapangan KB kota Samarinda. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan terlihat bahwa para PLKB sudah melaksanakan tugasnya namun setiap bulannya para PLKB tidak selalu mencapai target yang ditetapkan oleh kepala koordinator karena ada sebagian wilayah yang sulit untuk dijangkau dalam mendapatkan informasi mengenai PUS dan tentang informasi alat KB yang digunakan para PUS. PLKB sebagian besar juga jarang terlihat berada di kantor, dan masih ada yang datang terlambat. tidak adanya insentif atau tunjangan yang didapatkan PLKB diluar dari gaji membuat para PLKB kurang bersemangat dalam menjalankan tugasnya dilapangan, selain itu para PLKB tidak diberikan reward atas prestasi yang diraih, seperti melebihi target pencapaian. Kompensasi yang berupa imbalan, tunjangan, dan insentif merupakan salah satu motivasi pegawai dalam melakukan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Salamuk dan Kusnanto

(2006) yang menunjukkan bahwa insentif berpengaruh signifikan terhadap kinerja bidan di Puskesmas Kabupaten Puncak Jaya. Selain itu, semangat yang ada di diri para PLKB terlihat menurun dikarenakan kurangnya pengakuan seperti pujian dari atasan dan yang tidak dapat mencapai target yang ditentukan tidak mendapatkan sanksi yang bermakna, hanya teguran lisan dari atasan. Selain itu, para PLKB terlihat lebih sering duduk dikantor daripada turun kelapangan, padahal PLKB merupakan ujung tombak keberhasilan program KB karena PLKB yang langsung berkomunikasi kepada warga, mensosialisasikan alat kontrasepsi, dan mengajak untuk melakukan KB. Faktor yang menyebabkan rendahnya perilaku berkb yaitu efektifitas program penyuluhan KB. Dalam hal ini, pihak yang memiliki posisi penting dan strategis adalah para PLKB beserta kader yang membantu mereka. Semakin baik kinerja mereka maka semakin baik pengetahuan para PUS tentang KB, sehingga perilaku berkb dapat meningkat. Dengan demikian kinerja PLKB harus ditingkatkan. Hal ini sejalan dengan penelitian Sani (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kinerja pengelola program KB dengan pencapaian program KB. Berdasarkan hal tersebut maka penulis melakukan penelitian tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja petugas lapangan KB di Kota Binjai tahun 2015. 1.2 Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja PLKB di Kota Binjai tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja PLKB di Kota Binjai Tahun 2015. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan kepada Pemerintah Daerah Kota Binjai dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas kinerja sumber daya manusia dibidang keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan. 2. Sebagai masukan kepada Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Binjai dalam pembuatan kebijakan tentang kinerja PLKB untuk keberhasilan program KB yang akan datang. 3. Sebagai sumber referensi dan perbandingan untuk peneliti lain.