BAB I PENDAHULUAN. Bojonegoro saat ini menjadi salah satu kabupaten yang ramai. pembangunan, khususnya sejak kepemimpinan Bupati Suyoto.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. kasus Bojonegoro ini dapat dirumuskan bab kesimpulan dan saran, yang meliputi

Tata Kelola Pemerintahan dan Potensi Sumber Daya Bojonegoro untuk Peningkatan Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB V KESIMPULAN. termasuk daerah underdeveloped dengan kondisi infrastrukturnya yang terkenal buruk, saat ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu wadah bagi masyarakatnya untuk turut serta dalam proses. daerah demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah saat ini sedang mengupayakan peningkatan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu lebih dari 30 tahun, penyelenggara negara tidak dapat menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap daerah untuk melaksanakan kebijakan, ternyata membawa

B. Maksud dan Tujuan Maksud

IMPLEMENTASI KEMAUAN POLITIK PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH YANG DEMOKRATIS BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya.

I. PENDAHULUAN. Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang

ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004 merupakan tonggak awal. pelaksanaan otonomi daerah dan proses awal terjadinya reformasi

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah menuntut adanya partisipasi masyarakat dan. transparansi anggaran sehingga akan memperkuat pengawasan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

Sukses dan Gagal hanyalah Akibat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Korupsi telah menjadi masalah serius bagi bangsa Indonesia, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. dana pemerintah yang seharusnya untuk rakyat menjadi disalah gunakan.

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan Indonesia pada era demokratisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta

pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, yang diisi oleh Pegawai Negeri Sipil yang dalam tulisan ini

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013

HUT KORPRI SEBAGAI MOMENTUM UNTUK TERUS MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK (Di Era Pelaksanaan Undang-Undang ASN)

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah

I. PENDAHULUAN. sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial masing-masing. Inilah

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (PAD) sebagai salah satu sumber dana pembangunan perlu dipacu secara terus

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dan pencatatan sipil serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

KUALITAS PELAYANAN KTP DI KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA P R O P O S A L. Disusun Oleh : FAZAR ARDIANSYAH NPM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu

TERAPI DAN PEMULIHAN PENDIDIKAN. Sunaryo Kartadinata Profesor Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. mencanangkan suatu kebijakan yang dikenal dengan nama Gerakan Reformasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bojonegoro saat ini menjadi salah satu kabupaten yang ramai diperbincangkan di berbagai media nasional. Beragam prestasi pembangunan baik dalam lingkup daerah, nasional hingga internasional telah diraih. Bojonegoro juga mulai dikenal dengan keunikan gaya pemerintah daerahnya dalam mengawal pembangunan, khususnya sejak kepemimpinan Bupati Suyoto. Bojonegoro diwacanakan sebagai salah satu pencetus pemerintahan yang menerapkan demokrasi pada tingkatan baru, yaitu demokrasi pada tingkat 4.0. Demokrasi 4.0 atau demokrasi ala Bojonegoro tersebut menarik perhatian peneliti untuk melihat lebih jauh tentang penerapannya pada tata pemerintahan daerah, khususnya dari sisi perencanaan pembangunannya. Selengkapnya mengenai latar belakang, tujuan, manfaat dan konsep dari penelitian ini akan dibahas sebagai berikut: 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan bagian penting dalam pembangunan wilayah. Perencanaan memiliki peranan krusial dalam sistem manajemen kehidupan. Sebagian besar dari tindakan manusia didasarkan pada perencanaan, bahkan setiap tindakan manusia adalah hasil dari sebuah proses pemikiran kompleks, yang melibatkan aspek afeksi dan kognisi, yang bertautan dan bersamaan, dan perencanaan adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses tersebut (Rustiadi, 1

dkk, 2011). Pembangunan wilayah dalam suatu lingkup sistem pemerintahan juga tidak lepas dari kebutuhan akan perencanaan. Perencanaan dalam pembangunan di Indonesia terus berkembang seiring perubahan jaman dan perubahan tantangan pembangunan yang dihadapi. Rustiadi, dkk (2011) merumuskan trend yang berkembang di Indonesia terkait dengan permasalah perencanaan. Pertama, terjadi peningkatan yang nyata atas peran dan otorisasi pemerintahan daerah atau elite daerah seiring dengan perubahan dalam pengelolaan negara, seperti desentralisasi dan otonomi daerah, namun perubahan ini belum mengubah paradigma Keynesian yang dianut oleh para perencana profesional dan birokrasi. Kedua, perencanaan pembangunan, seiring dengan perubahan tata kelola pemerintahan tersebut masih belum banyak mengubah struktur ketimpangan wilayah, memacu laju degradasi lingkungan, dan memperlemah kohesi sosial. Ketiga, ada peningkatan terhadap kebutuhan pengembangan wilayah namun hanya sebatas fungsinya, yang secara retoris didefinisikan sebagai perencanaan pembangunan sosial-ekonomi. Praktik perencanaan pembangunan seringkali mengabaikan isu ekologi dan pendistribusian aktivitas perencanaan untuk meningkatkan partisipasi publik. Partisipasi dan isu lingkungan masih belum mendapat cukup perhatian dalam perencanaan pembangunan Nasional. Perencanaan pembangunan di Indonesia merupakan peraturan legal yang telah diatur dalam sistem perundangundangan. Undang-undang tersebut adalah UU nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. UU tersebut juga menjelaskan secara normatif mengenai pentingnya unsur-unsur yang melibatkan seluruh 2

komponen masyarakat dalam pembangunan (Pasal 1.2), maka sudah seharusnya perencanaan disusun dengan melibatkan peran aktif dari seluruh komponen masyarakat, bukan hanya golongan tertentu saja. Pengedepanan ego-ekonomi menjadi penghambat terwujudnya perencanaan pembangunan yang melibatkan partisipasi menyeluruh dan menutup kesadaran atas permasalahan lingkungan yang terjadi. Kebutuhan akan perencanaan yang lebih mendukung terwujudnya partisipasi bersama dan kepedulian terhadap lingkungan atau eco-awareness semakin mendesak. Partisispasi yang masih terabaikan tersebut tidak lepas dari praktik demokrasi perwakilan yang berkembang dalam perencanaan pembangunan saat ini. Contoh demokrasi perwakilan dalam perencanaan pembangunan, salah satunya terlihat dari masih banyak masyarakat yang tidak tahu dan tidak peduli tentang perencanaan pembangunan di daerahnya dan secara tidak langsung memberikan kendali berlebih pada parlemen untuk bertanggungjawab dalam perencanaan pembangunan. Kendali berlebih berdampak pada penyalahgunaan kekuasaan, korupsi dan berbagai penyelewengan pembangunan lainnya. Demokrasi perwakilan juga menjadi semacam budaya yang membiasakan sebagian golongan untuk berpendapat dan mencari tahu, dan sebagian lainnya diam dan tidak tahu. Demokrasi terjadi bagi mereka yang berani bersuara dan tidak terjadi bagi mereka yang tidak berani atau merasa tidak mampu bersuara. Golongan yang tidak bersuara ini seharusnya juga diwadahi untuk mencapai partisipasi yang menyeluruh. 3

Demokrasi dalam tingkatan yang lebih maju atau lebih langsung dari demokrasi perwakilan diperlukan untuk mencapai partisipasi pembangunan secara menyeluruh. Perkembangan demokrasi langsung dalam perencanaan pembangunan dindikasikan terjadi di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, khususnya semenjak kepemimpinan Bupati Suyoto mulai tahun 2008 silam. Sejak awal kepemimpinannya, Bupati yang sempat tidak diunggulkan dan mendapat perlawanan sengit dari lawan-lawan politiknya ini menerapkan cara demokratis dalam memimpin proses perencanaan pembangunan di Kabupaten Bojonegoro. Salah satu gebrakan demokratis yang beliau lakukan adalah menyelenggarakan dialog publik di pendopo Kabupaten Bojonegoro setiap hari Jumat siang guna merangkum sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, yang dalam perkembangannya digunakan sebagai masukan untuk kemajuan perencanaan pembangunan Bojonegoro. Hingga memasuki tahun ketujuh kepemimpinannya, acara dialog tersebut terus dilaksanakan, dan telah banyak merangkum aspirasi masyarakat yang menjadi sumber inspirasi perencanaan pembangunan di Bojonegoro. Dialog publik di Bojonegoro menjadi salah satu topik yang diangkat dalam buku Leading from The Emerging Future karya Scharmer dan Kaufer (2013) terkait fenomena perubahan demokrasi dalam sistem pemerintahan 1, selain pada buku tersebut dalam blog resmi Presencing Institute yang dikelola Otto Scharmer 1) Dialog publik dan beberapa contoh kegiatan lain yang menjadi ciri penerapan Demokrasi 4.0 di Bojonegoro dapat dilihat pada buku Leading from the Emerging Future karya Otto Scharmer dan Katrin Kaufer tahun 2013, hal. 198-201, dan pada situs www.blog.ottoscharmer.com. 4

dan Tim, juga diberbagai media lain Bojonegoro kerap kali disebut sebagai pencetus era demokrasi baru. Demokrasi baru yang dipraktikkan di Bojonegoro disebut sebagai Demokrasi 4.0. Perkembangan Demokrasi 4.0 di Bojonegoro tidak lepas dari kapasitas Bupati Suyoto yang merupakan lulusan dari program The MIT IDEAS Indonesian tahun 2010. Program yang digarap tim dari Profesor Otto Scharmer tersebut, mengajarkan pada para pemimpin daerah mengenai penerapan prinsip-prinsip U dan perjalanan transformasi sosial menuju tingkat 4.0 pada seluruh aspek dalam sistem kehidupan, termasuk aspek demokrasi dalam pemerintahan. Praktik Demokrasi 4.0 ala Bojonegoro ini mengundang banyak pertanyaan, karena merupakan sesuatu yang baru dan unik di Indonesia. Bentuk-bentuk Demokrasi 4.0 di Bojonegoro, khususnya dalam proses perencanaan pembangunannya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya menjadi fokus dalam penelitian ini. 1.2. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan-pertanyaan yang mengawali penelitian ini meliputi: a. Bagaimana bentuk-bentuk penerapan Demokrasi 4.0 dalam proses perencanaan pembangunan di Kabupaten Bojonegoro? b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan Demokrasi 4.0 dalam proses perencanaan pembangunan di Kabupaten Bojonegoro? 5

1.3. Keaslian Penelitian Penelitian terkait perencanaan ataupun pembangunan di Kabupaten Bojonegoro telah dilakukan oleh pihak lain sebelumnya, namun belum ada penelitian yang secara spesifik terkait dengan penerapan Demokrasi 4.0 dalam proses perencanaan di Kabupaten Bojonegoro. Daftar penelitian tersebut antara lain: Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No. Judul Penyusun Instansi/Penerbit Tahun Perencanaan Pembangunan Di 1. Kabupaten Bojonegoro (Studi Lukman Arief Adm.Publik FISIP- Tentang Perencanaan RTRK Di UPN Veteran Jatim 2006 Kecamatan Kota Bojonegoro) 2. 3. 4. Analisis Dampak Eksploitasi Migas Terhadap Perubahan Kebijakan Tata Ruang Kabupaten Bojonegoro Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat (Suatu Studi di Desa Trucuk Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro) Dampak Pengelolaan Sumber Daya Alam Migas Terhadap Pembangunan Daerah dan Implikasinya pada Ketahanan Wilayah (Studi pada Masyarakat Sekitar Pertambangan Migas di Kabupaten Bojonegoro) Agus Setyawanto Ahmad Suprastiyo Elly Irhana Savitri Magister Administrasi Publik, UGM Fisipol, Universitas Bojonegoro Magister Ketahanan Nasional, UGM 2011 2012 2014 Penelitian-penelitian sebelumnya memiliki beberapa kesamaan pada tema umum mengenai masalah pembangunan, dan kesamaan lokasi penelitian yaitu Bojonegoro, namun dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Lukman Arief menekankan penelitian pada perencanaan di lingkup Kota Bojonegoro, sedangkan Ahmad Suprastiyo berfokus pada wilayah Desa Trucuk, lokus penelitian berbeda dari peneliti yang melihat wilayah Kabupaten Bojonegoro secara keseluruhan. 6

Agus Setyawanto dan Elly Irhana berfokus pada tema Migas, berbeda dengan tema Demokrasi yang diangkat dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya tidak memiliki kesamaan yang cukup spesifik dengan penelitian ini, sehingga mendukung keotentikan dari penelitian ini. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi bentuk Demokrasi 4.0 diterapkan dalam proses perencanaan pembangunan Kabupaten Bojonegoro. b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan Kabupaten Bojonegoro dengan Demokrasi 4.0. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa kalangan antara lain: a. Manfaat penelitian bagi kalangan akademisi di bidang perencanaan adalah tambahan pengetahuan mengenai konsep Demokrasi 4.0 dan perkembangan penerapannya pada proses perencanaan pembangunan. b. Manfaat penelitian bagi kalangan Pemerintah Daerah adalah sebagai pembelajaran praktis mengenai penerapan Demokrasi 4.0 dalam proses perencanaan pembangunan daerah. 7

c. Manfaat penelitian bagi masyarakat secara umum adalah memberikan gambaran praktis pelaksanaan Demokrasi 4.0 dalam proses perencanaan pembangunan di Kabupaten Bojonegoro. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu ruang lingkup wilayah penelitian yang mencakup lokasi penelitian dan ruang lingkup materi yang mencakup materi-materi utama yang menjadi dasar penelitian. a. Ruang Lingkup Wilayah Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. b. Ruang Lingkup Materi Karakteristik demokrasi 4.0 dalam perencanaan pembangunan. 1.7. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan juga keaslian penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini menjelaskan teori-teori dari berbagai literatur dan referensi yang digunakan sebagai pengetahuan dasar sebelum melakukan penelitian. Dengan teori-teori tersebut didapatkan 8

preposisi sehingga berguna sebagai petunjuk dalam melakukan penelitian ini. Bab III Metode Penelitian Bab ini menjelaskan metode penelitian yang dipilih, tahapan penelitian, cara pengumpulan data, cara analisis, hingga kendala yang dihadapi. Bab IV Gambaran Umum Wilayah Penelitian Bab ini menjelaskan kondisi umum wilayah penelitian yang meliputi sejarah singkat, kondisi geografis, kependudukan, kondisi perekonomian dan permasalahan pembangunan secara umum. Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini terdiri dari hasil penelitian yang menjelaskan temuantemuan yang didapatkan dari hasil pencarian dan pengumpulan data yang kemudian disusun sehingga mampu menjawab pertanyaan dari penelitian. Kemudian pembahasan, yang meliputi pembahasan kontribusi teoritik dan pembahasan implikasi kebijakan. Bab VII Kesimpulan dan Saran Bab ini menjelaskan ringkasan temuan penelitian, kontribusi teoritik, implikasi kebijakan dan saran untuk penelitian lebih lanjut. 9