BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang tahun 2008

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. mengambil lokasi di Kabupaten Brebes dan Pemalang dengan data yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. angka rasio rata-ratanya adalah 8.79 % masih berada diantara 0 %-25 %

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diambil adalah Kabupaten/ Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang.

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTODA DI KABUPATEN NGANJUK

BAB IV METODA PENELITIAN

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB V PENUTUP. dengan rencana yang telah dibuat dan melakukan pengoptimalan potensi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

ANALISIS PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH (Studi Kasus pada Kota di Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kinerja keuangan DPKAD Bukittinggi apabila dilihat dari rasio efektivitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Obyek Penelitian. Jawa Barat adalah salah satu provinsi terbesar di Indonesia dengan ibu

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah termasuk didalamnya sumber penerimaan asli pada penerimaan PAD

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

, ,00 10, , ,00 08,06

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi desentralisasi menandai proses demokratisasi di daerah

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN dengan menggunakan data. Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. (Susantih dan Saftiana,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Timur

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

: Shella Vida Aprilianty NPM : Fakultas /Jurusan : Ekonomi /Akuntansi Dosen Pembimbing : Dr. Masodah Wibisono SE.,MMSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Tahun di Kota Makassar

ANALISIS PERKEMBANGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pemerintahannya berdasarkan local diskresi yang dimiliki, sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISIS APBD. LP2KD Prov. Kaltara

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Lahirnya Undang-undang No.22

KAJIAN KAPASITAS KABUPATEN SEMARANG DALAM MELAKUKAN PINJAMAN (STUDI KASUS : PEMDA DAN PDAM KABUPATEN SEMARANG) TUGAS AKHIR

224/PMK.07/2008 PETA KAPASITAS FISKAL DAERAH

2015, No Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Kapasitas Fiskal Daerah yang selanjutnya disebut Kapasitas Fiskal adalah g

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan layanan tersebut di masa yang akan datang (Nabila 2014).

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN

Bab-3 Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

M. Wahyudi Dosen Jurusan Akuntansi Fak. Ekonomi UNISKA Kediri

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dan komparatif. Dalam penelitian ini langkah pertama yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PMK.07/2015 TENTANG PETA KAPASITAS FISKAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS ANTARA ANGGARAN DENGAN REALISASI PADA APBD KABUPATEN KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN Nama : Sukur Kurniawan NPM :

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis rasio ketergantungan keuangan daerah, simpulan yang

Transkripsi:

44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Rasio keuangan yang digunakan dalam pembahasan pada bab IV ini adalah Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Indek Kemampuan Keuangan Rutin, Rasio Keserasian dan Pertumbuhan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang tahun 2008-2011, sehingga dapat diketahui bagaimana kecendurungan yang terjadi. Adapun data yang digunakan adalah data yang berasal dari arsip dokumen pada bagian anggaran kantor pemerintah Kabupaten Tangerang yang berupa data APBD. Dari hasil APBD tersebut nantinya akan diketahui bagaimana kinerja keuangan APBD Kabupaten Tangerang. Adapun hasil dari Analisis Rasio APBD tersebut adalah sebagai berikut : 1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Rumus yang digunakan untuk menghitung Rasio Kemandirian Keuangan Daerah adalah : Rasio kemandiian : Pendapatan Asli Daerah Sumber Pendapatan dari Pihak Ekstern Berdasarkan data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang dapat diperoleh informasi berkenaan dengan pendapatan daerahnya, yaitu yang bersumber dari intern ( Pendapatan Asli Daerah ) dan pendapatan dari pihak ekstern. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat dalam tabel berikut : 44

45 Tabel IV.1 Data Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang Tahun PAD ( Rupiah ) 2008 336.921.813.888 2009 372.841.974.479 2010 350.295.783.693 2011 558.546.464.774 Sumber : BPKAD Kabupaten Tangerang 2011 Sedangkan pendapatan daerah Kabupaten Tangerang yang bersumber dari pihak ekstern dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat dalam tabel yang disajikan di halaman berikut : Tabel IV.2 Data Pendapatan Ekstern Kabupaten Tangerang Keterangan 2008 2009 2010 2011 Bagi hasil pajak 428.909.788.720 471.415.704.547 321.056.256.562 216.287.758.953 Bagi hasil Bukan Pajak 563.587.066 348.446.273 549.297.473 906.082.964 DAU 774.453.991.000 855.219.787.000 628.872.716.000 720.492.542.000 DAK 52.005.000.000 49.765.000.000 70.529.900.000 51.524.250.000 Transfer Pemerintah Pusat 85.695.530.000 299.251.655.500 Pendapatan Hibah 4.999.965.000 2.999.965.000 8.999.965.000 Dana Darurat 3.000.000.000 Dana Hasil Pajak Provinsi 272.817.924.457 140.451.366.108 174.237.037.108 245.814.188.161 Dana Otonomi Khusus 13.066.544.400 17.668.950.000 Bantuan Provinsi 20.000.000.000 15.100.000.000 15.800.000.000 Jumlah 1.569.816.800.643 1.549.969.253.928 1.283.940.702.143 1.559.076.442.578 Sumber: BPKAD Kabupaten Tangerang 2011

46 Tabel IV.3 Perhitungan Rasio Kemandirian Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2008-2011 TA Total Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Perkem Rp bangan % Sumber Pendapatan Dari Pihak Ekstern Perkem Rp. bangan % Rasio Kemandi rian Keterangan 2008 1.906.738.614.531 336.921.813.888 17.67 1.569.816.800.643 82.33 21.46 Instruktif 2009 1.922.811.228.407 372.841.974.479 10.6 % 19.39 1.549.969.253.928 (1.26 %) 80.61 24.05 Instruktif 2010 1.634.236.485.836 350.295.783.693 ( 6 % ) 21.43 1.283.940.702.143 (17.6 %) 78.57 27.28 Konsultatif 2011 2.117.622.907.352 558.546.464.774 59 % 26.38 1.559.076.442.578 21.43 % 73.62 35.83 Konsultatif Sumber: Hasil analisis 2011 Berdasarkan hasl analisis yang tersaji dalam tabel di atas, dapat diketahu bahwa data pendapatan baik yang bersumber dari pihak intern ataupun pihak ekstern mengalami penurunan dan kenaikan. Total penerimaan pendapatan Pemerintah Kabupaten Tangerang dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena terdapat beberapa pos penerimaan yang bersumber dari pihak ekstern ditiadakan. Misalnya pada tahun 2009 pos penerimaan dana hibah dan dana darurat tidak ada. Pada tahun 2010 pos penerimaan dari dana otonomi khusus dan dana bantuan provinsi tidak ada. Sedangkan pada tahun 2011 pendapatan ekstern dari pos penerimaan dari dana darurat dan dana otonimi khusus tidak ada. Kondisi di atas sangat mempengaruhi pendapatan daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang. Sedangkan untuk

47 tahun 2011 pendapatan dari pihak ekstern mengalami kenaikan di bandingkan dengan penerimaan pada tahun 2011. Kenaikan terjadi pada pos-pos penerimaan seperti : bagi hasil bukan pajak, DAU, transfer pemerintah pusat, pendapatan hibah, dana hasil pajak provinsi, dan bantuan provinsi. Selain itu pada tahun 2009, sebagian wilayah Kabupaten Tangerang dimekarkan menjadi Kota Tangerang Selatan. Sehingga dalam pos penerimaan pendapatan asli daerahnya mengalami penurunan. Hasil perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah untuk Pemerintah Kabupaten Tangerang pada tahun 2008 sebesar 21.46%, pada tahun 2009 sebesar 24.05%, pada tahun 2010 sebesar 27.28%, dan pada tahun 2011 sebesar 35.83%. Dengan demikian tingkat rata-rata rasio kemandiriannya adalah sebesar 27.16%. Secara visual ternd nilai Rasio Kemandirian Keuangan Daerah untuk Pemerintah Kabupaten Tangerang seolah mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Padahal pada kenyataannya terdapat beberapa pos penerimaan dari sumber ekstern yang menjadi tidak ada dan sebaliknya pos penerimaan dari sektor PAD dari tahun 2008 sampai dengan 2010 mengalami penurunan. Hanya pada tahun 2011 PAD Pemerintah Kabupaten Tangerang Mengalami kenaikan. Menurut uraian dan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa rasio kemandirian selama empat tahun pada Kabupaten Tangerang memiliki rata-rata tingkat kemandirian masih rendah dan dalam kategori

48 kemampuan keuangan kurang dengan pola hubungan konsultatif yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang, karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi. Hal ini dapat dilihat dari rasio kemandirian yang dihasilkan masih antara 25-50 %. Rasio kemandirian yang masih rendah mengakibatkan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Tangerang dalam membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan masih tergantung pada penerimaan dari pemerintah pusat. Rasio kemandirian yang masih rendah dapat disebabkan pada sumber penerimaan daerah dan dasar pengenaan biaya, tampaknya Pendapatan Asli Daerah masih belum dapat diandalkan bagi daerah untuk otonomi daerah, karena relatif rendahnya basis pajak / retribusi yang ada di daerah dan kurangnya pendapatan asli daerah yang dapat digali oleh pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan sumber-sumber potensial untuk menambah Pendapatan Asli Daerah masih dikuasai oleh pemerintah pusat. Sedangkan untuk basis pajak yang cukup besar masih dikelola oleh pemerintah pusat, yang di dalam pemungutan / pengenaannya berdasarkan undang-undang / peraturan pemerintah, dan daerah hanya menjalankan serta akan menerima bagian dalam bentuk dana perimbangan. Dana perimbangan itu sendiri terdiri dari : Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak / SDA, DAU, DAK, penerimaan lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah daerah harus mampu mengoptimalkan penerimaan dari potensi pendapatannya yang telah ada.

49 Inisiatif dan kemauan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan PAD. Pemerintah daerah harus mencari alternatif-alternatif yang memungkinkan untuk dapat mengatasi kekurangan pembiayaannya, dan hal ini memerlukan kreaitifitas dari aparat pelaksana keuangan daerah untuk mencari sumber-sumber pembiayaan baru baik melalui program kerjasama pembiayaan dengan pihak swasta dan juga program peningkatan PAD misalnya pendirian BUMD sektor potensial. 2. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : DDF : PADt x 100 % TPD t Keterangan : DDF PAD t TPD t : Derajat Desentralisasi Fiskal : Total PAD tahun E : Total Pendapatan Daerah Tahun Hasil perhitungan Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal dapat dilihat dalam tabel IV.4 berikut ini :

50 Tabel IV.4 Kontribusi PAD terhadap TPD Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2008-2011 Tahun PAD TPD Kemampuan % Anggaran (Rp) (Rp) Keuangan 2008 336.921.813.888 1.906.738.614.531 17.67 Kurang 2009 372.841.974.479 1.922.811.228.407 19.39 Kurang 2010 350.295.783.693 1.634.236.485.836 21.43 Cukup 2011 558.546.464.774 2.117.622.907.352 26.38 Cukup 404,651,509,208 1,895,352,309,031 Rata-rata 21.35 Cukup Sumber : Hasil analisis 2011 Berdasarkan hasil perhitungan yang tersaji dalam tabel IV.4 dapat dijelaskan bahwa dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang mengalami peningkatan tiap tahunnya, Dengan demikian rata-rata Derajat Desentralisasi Fiskal Pemerintah Kabupaten Tangerang adalah sebesar 21.35%. Menurut uraian dan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal selama empat tahun pada pemerintahan Kabupaten Tangerang masih dalam skala interval yang sangat cukup, karena masih berada dalam skala interval antara 20,01-30,00 yaitu sebesar 21,35 % dan ini berarti bahwa PAD mempunyai kemampuan yang cukup dalam membiayai pembangunan daerah. Hal ini terjadi karena PAD di Kabupaten Tangerang masih relatif kecil dibandingkan dengan Total Pendapatan Daerah dan Kabupaten Tangerang dalam membiayai

51 pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan masih sangat tergantung pada sumber keuangan yang berasal dari pemerintah pusat. 3. Rasio Indeks Kemampuan Rutin Indeks Kemampuan Rutin dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : PAD IKR : x100% Total Pengeluaran Rutin Keterangan : IKR : Indeks Kemampuan Rutin PAD : Pendapatan Asli Daerah Hasil perhitungan rasio Indeks Kemampuan Rutin dapat dilihat dalam tabel IV.5 di bawah ini : Tabel IV.5 Kontribusi PAD terhadap Pengeluaran Rutin Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2008-2011 Tahun PAD Pengeluaran Rutin Kemampuan % Anggaran (Rp) (Rp) Keuangan 2008 336.921.813.888 740.475.717.769 45.50 Cukup 2009 372.841.974.479 859.815.480.021 43.36 Cukup 2010 350.295.783.693 840.292.958.518 41.69 Cukup 2011 558.546.464.774 914.740.857.604 61.06 Baik Rata-rata 404,651,509,208 838,831,253,478.00 48.24 Cukup Sumber: Hasil analisis 2011 Berdasarkan tabel IV.5 terlihat bahwa Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Pengeluaran Rutin Daerah Kabupaten Tangerang dari tahun ke

52 tahun menunjukkan keadaan yang tidak stabil dan selalu berubah-rubah. Pada tahun 2008 rasio Indeks Kemampuan Rutin mencapai 45.50%, tetapi pada tahun 2009 dan 2010 turun menjadi 43,36% dan 41,69 %. Selanjutnya pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 61,06 %. Menurut uraian dan perhitungan pada tabel IV.5 dapat disimpulkan bahwa Rasio Indeks Kemampuan Rutin selama empat tahun pada pemerintahan Kabupaten Tangerang masih dalam skala cukup, karena masih berada dalam skala interval antara 40,01-60,00 yaitu sebesar 48,24 % dan ini berarti bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai kemampuan yang cukup untuk membiayai pengeluaran rutin. Hal ini terjadi karena PAD Kabupaten Tangerang belum mampu membiayai anggaran rutinnya dan masih tergantung pada sumber keuangan yang berasal dari pemerintah pusat. 4. Rasio Keserasian Rasio keserasian yang digunakan dalam analisis ini menggunakan rumus sebagai berikut : Total Belanja Rutin Rasio Belanja Rutin : Total Belanja APBD Rasio Belanja Pembangunan : Total Belanja Pembangunan Total Belanja APBD Hasil perhitungan analisis rasio keserasian dapat dilihat dalam IV.6 dibawah ini :

53 Tabel IV.6 Belanja Rutin, Pembangunan dan total APBD Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2008-2011 No Tahun Anggaran Total Belanja (Rp) Realisasi Belanja Rutin Perkem Rp. bangan Realisasi Belanja Pembangunan Perkem Rp. bangan Rasio Belanja Rutin Rasio Belanja Pembangunan 1 2008 1.690.648.258.691 740.475.717.769 950.172.540.922 43.80% 56.20% 2 2009 2.015.224.698.054 859.815.480.021 16.12% 1.155.409.218.033 21.60% 42.67% 57.33% 3 2010 1.783.247.996.252 840.292.958.518 (2.27%) 942.955.037.734 (18.39%) 47.12% 52.88% 4 2011 1.908.078.000.676 914.740.857.604 8.86% 993.337.143.072 5.34% 47.94 52.06% Sumber: Hasil analisis 2011 Dari hasil perhitungan tabel IV.6 diatas, menunjukkan bahwa belanja rutin tahun 2008 sebesar Rp.740.475.717.769,- mengalami kenaikan menjadi Rp.859.815.840.021,- atau sebesar 16,12 % pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2010 belanja rutin turun menjadi Rp. 840.292.958.518,- atau sebesar (2,27 %). Kemudian pada tahun 2011 kembali mengalami kenaikan menjadi Rp.914.740.857.604,- atau sebesar 8,86 %. Sedangkan untuk belanja pembangunan masih belum stabil dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 sebesar Rp.950.172.540.922,- naik ditahun 2009 menjadi Rp.1.115.409.218.033,- atau sebesar 21,60 %. Kemudian pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi Rp.942.955.037.734,- atau sebesar (18,39 %). Selanjutnya pada tahun 2011 naik menjadi Rp.993.337.143.072,- atau sebesar 5,34%.

54 Dari tabel diatas juga dapat dilihat rasio belanja rutin dan belanja pembangunan yang belum stabil. Pada tahun 2008 rasio belanja rutin dan rasio belanja pembangunan sebesar 43,80 % dan 56,20 %. Sedangkan pada tahun 2009 rasio belanja rutin turun menjadi 42,67 % dan rasio belanja pembangunan naik menjadi 57,33 %. Selanjutnya pada tahun 2010 rasio belanja rutin naik menjadi 47.12 % dan rasio belanja pembangunan mengalami penurunan menjadi 52,88 %. Pada tahun 2011 rasio belanja rutin naik menjadi 47,94 % dan rasio belanja pembangunan turun menjadi 52,08%. Menurut uraian dan perhitungan diatas bahwa dana yang dimiliki pemerintah daerah hanya memiliki selisih sedikit untuk kebutuhan belanja rutin dan kebutuhan belanja pembangunan. Ini dapat dibuktikan dari rasio belanja rutin dan rasio belanja pembangunan yang memiliki selisih tidak lebih dari 15%. Besarnya alokasi dana untuk belanja rutin terutama dikarenakan besarnya dinas-dinas otonomi dan belanja pegawai untuk gaji PNS. Belum adanya patokan yang pasti untuk belanja pembangunan, sehingga pemerintah daerah masih berkonsentrasi pada pemenuhan belanja rutin yang mengakibatkan belanja pembangunan untuk pemerintah Kabupaten Tangerang kecil atau belum terpenuhi. 5. Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan menggambarkan seberapa besar kemampuan Pemerintah Daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari periode ke periode lainnya. Pertumbuhan

55 APBD dilihat dari berbagai komponen penyusun APBD yang terdiri dari pendapatan asli daerah, total pendapatan, belanja rutin, dan belanja pembangunan. Rumus yang digunakan untuk menghitung Rasio pertumbuhan adalah sebagai berikut : Pn Po r : x100% Po Keterangan : Pn Po r : Data yang dihitung pada tahun ke-n : Data yang dihitung pada tahun ke-0 : Pertumbuhan Hasil perhitungan analisis rasio pertumbuhan dapat dilihat dalam tabel IV.7 dibawah ini : Tabel IV.7 Rasio pertumbuhan APBD Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2008-2011 No Keterangan 2008 2009 2010 2011 1 2 3 4 5 6 7 PAD Pertumb PAD Total Pendapatan Pertumb. Pdptan Belanja Rutin Pertmbh. B. Rutin B. Pembangunan 336.921.813.888 1.906.738.614.531 740.475.717.769 950.172.540.922 372.841.974.479 10.6 % 1.922.811.228.407 0.84% 859.815.480.021 16.12% 1.155.409.218.033 350.295.783.693 ( 6 % ) 1.634.236.485.836 (15.01 %) 840.292.958.518 (2.27%) 942.955.037.734 558.546.464.774 59 % 2.117.622.907.352 29.58% 914.740.857.604 8.86% 993.337.143.072 8 Pertmb. B. 21.60% (18.39%) 5.34% Pembangunan Sumber: Hasil Analisis 2011

56 Dari perhitungan Tabel IV.7 diatas dapat diketahui bahwa pertumbuhan pendapatan asli daerah tahun 2008 sebesar Rp.336.921.813.888,- naik pada tahun 2009 menjadi Rp. 372.841.974.479,- atau sebesar 10,6 %. Lalu pada tahun 2010 pendapatan asli daerah mengalami penurunan menjadi Rp.350.295.783.693, atau sebesar (6%). Penurunan rasio pertumbuhan pendapatan asli daerah lebih banyak dipengaruhi oleh dampak pemekaran wilayah Kabupaten Tangerang menjadi Kota Tangerang Selatan, sehingga terdapat beberapa sumber potensial pendapatan pajak daerah menjadi berkurang, contohnya pajak bumi dan bangunan. Kemudian pada tahun 2011 pendapatan asli daerah mengalami kenaikan menjadi Rp.558.546.464.774,- atau sebesar 59 %. Untuk pertumbuhan pendapatan, pada tahun 2009 mengalami kenaikan dari Rp.1.906.738.614.531,- pada tahun 2008,- menjadi Rp.1.922.811.228.407,- atau sebesar 0,84%. Pada tahun 2010 rasio pertumbuhan pendapatan mengalami penurunan tingkat pertumbuhan sebesar (15,01 %). Penurunan diakibatkan karena adanya pemekaran Kota Tangerang Selatan. Pada tahun 2011 rasio pertumbuhan pendapatan mengalami kenaikan sebesar 29,58%. Pada rasio pertumbuhan belanja rutin pada tahun 2008 sebesar Rp.740.457.717.769,- naik sebesar 16,12% pada tahun 2009 naik menjadi Rp.859.815.480.021,-. Akan tetapi, pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 2,27% menjadi Rp.840.292.958.519,-. Kemudian pada

57 tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 8,86% menjadi Rp.914.740.857.604. Pada rasio perkembangan belanja pembangunan juga mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2009 mengalami kenaikan yang semula Rp.950.172.540.922,- menjadi Rp.1.155.409.218.033,- atau sebesar 21,60 %. Selanjutnya pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi Rp.942.955.037.734,- atau sebesar (18,39 %). Sedangkan pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi Rp.993.337.143.072,- atau sebesar 5,34%. Menurut uraian dan perhitungan diatas kondisi pertumbuhan APBD Kabupaten Tangerang dapat disimpulkan bahwa APBD pada tahun anggaran 2008-2011 menunjukkan pertumbuhan rata-rata yang positif. Penurun terjadi pada tahun 2010, hal ini disebabkan karena pemekaran Kabupaten Tangerang menjadi Kota Tangerang Selatan.