PENGGUNAAN KATO NAN AMPEK SEBAGAI KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA MINANGKABAU PERANTAUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada suatu wilayah suku bangsa tertentu. Salah satu bahasa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 400 orang Sumatera Utara) 3 Keluarga Jawa 280 0rang 4 Keluarga Besar Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA ABSTRACT


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESANTUNAN BERBAHASA PEDAGANG SAYUR DALAM MELAYANI PEMBELI DI PASAR KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan mahasiswa harus ikut bermigrasi ke berbagai daerah. Kadang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sensus penduduk pada tahun 2010 adalah mencapai suku bangsa (Na'im &

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

Helvina Septia 1), Yetty Morelent 2), Dainur Putri 2. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Bung Hatta

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau mempunyai generasi penerus yang merupakan parik paga

STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF MENGENAI MODEL KOMUNIKASI PEMBELAJARAN PADA HOMESCHOOLING KOMUNITAS KAK SETO WILAYAH KOTA MEDAN TESIS.


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian kualitatif yang peneliti gunakan dalam proposal penelitian ini adalah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan

ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB 1 : PENDAHULUAN. mendukung kesehatan individu dan masyarakat ( World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL

TEKNIK KOMUNIKASI PENGAJAR DENGAN ANAK AUTIS DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS HSSN PIRAMIDA KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut observasi awal peneliti kelompok-kelompok beladiri ini mulai banyak

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

Budaya dan Komunikasi 1

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

KATA PENGANTAR. Penulis bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi merupakan salah satu hal yang

mengungkapkan gagasan-gagasan matematis secara tulisan atau lisan, menggunakan pendekatan bahasa matematis untuk menyatakan informasi matematis, mengg

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT

PEMAHAMAN DAN PEMANFAATAN HIMPUNAN DATA DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK N I KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 Peserta Program Student Exchange Asal Jepang Tahun (In Bound) No. Tahun Universitas Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antarpersonalnya menjadi berbeda satu dengan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa

HARAPAN MENIKAH LAGI PADA WANITA BERCERAI

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat banyak orang Korea berdatangan di negara di mana mereka. satunya di Indonesia. Selain ingin melakukan perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya teknokrasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya yang menjadikan kita sebagai makhluk yang unik Uno, H.B &

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

KERJASAMA GURU BK DAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MEMBANTU PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER DI SMA NEGERI 1 TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL

KONSEP DIRI PENGAJAR LAJANG DI TAMAN KANAK-KANAK (Studi Fenomenologi Pengajar Lajang Di TK.Attaqwa)

Keluarga merupakan tempat berlindung dari tekanan-tekanan fisik maupun psikis yang datang dari lingkungannya. Untuk melindungi diri maka diperlukan

Oleh: Cici Fitri Rahayu* Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. dunia tanpa memiliki pemahaman apapun tentang apa yang harus dilakukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

KESANTUNAN BERBAHASA MINANGKABAU SISWA KELAS VIII F DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMPN 2 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pekanbaru, terdiri atas 65 RW dan 318 RT. Luas wilayah Kecamatan Tampan

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

Memahami Peranan Perempuan Suku Minang Perantauan dalam Menjaga dan Meneruskan Komunikasi Budaya Matrilineal

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

TESIS. Oleh : DESMI YARNI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2003

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA PUBLIKASI ILMIAH. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

BAB I PENDAHULUAN. dalam berperilaku, salah satunya yaitu Nan Kuriak iyo lah Kundi, Nan Sirah iyo

MANAJEMEN DIRI UNTUK MENGELOLA KETIDAKPASTIAN DAN KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA ASAL KALIMANTAN BARAT DI SURAKARTA

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini merupakan studi kasus pada tiga rumah sakit di Sumatera Barat. Dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

Karunia terbesar yang dapat kita berikan pada orang lain adalah memberinya perhatian penuh atas keberadaannya. -Sue Atchley Ehaugh

BENTUK-BENTUK IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KATO NAN AMPEK DALAM PASUKUAN CANIAGO DI JORONG TANGKIT NAGARI AMPANG KURANJI KABUPATEN DHARMASRAYA ARTIKEL

KOMUNIKASI VERBAL DAN KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KOMUNIKASI. Sesi 9 Pengantar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

المفتوح العضوية المفتوح العضوية

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Nazir (1986) dalam Husain (2013: 159) pendekatan kualitatif

Transkripsi:

PENGGUNAAN KATO NAN AMPEK SEBAGAI KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA MINANGKABAU PERANTAUAN (Studi Kasu Penggunaan Kato Nan Ampek sebagai Komunikasi Nonverbal dalam Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Minangakbau Perantauan di Bandung) Gina Dwi Rahmayanti, S.I.Kom dan Rah Utami Nugrahani, S.Sos., M.A.B Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom ginadwirahmayanti@gmail.com ABSTRAK Penelitian diberi judul Penggunaan Kato Nan Ampek pada Komunikasi Nonverbal dalam Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Minangkabau Perantauan. Fokus penelitian ini adalah bagaiaman penggunaan kato nan ampek pada komunikasi nonverbal dalam komunikasi antarbudaya mahasiswa Minangkabau perantauan di Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa setiap informan berbeda-beda dalam menggunakan kato nan ampek dalam seluruh aspek komunikasi nonverbal. Terdapat perilaku menggunakan, tidak menggunakan, dan menggunakan berdasarkan situasi tertentu. Informan pertama menggunakan kato nan ampek diberbagai aspek komunikasi nonverbal, seperti bahasa tubuh, sentuhan, parabahasa, penampilan fisik, bau-bauan, orientasi ruang dan jarak antarpribadi, diam, dan artefak, meskipun dibeberapa aspek penggunaannya adalah berdasarkan situasi tertentu. Informan kedua menggunakan kato nan ampek hampir diseluruh aspek komunikasi nonverbal, kecuali bau-bauan dan orientasi jarak dan hubungan antarpribadi, meskipun tidak semua jenis kato nan ampek di terapkan oleh informan kedua. Sementara itu informan ketiga menggunakan kato nan ampek di seluruh aspek komunikasi nonverbal, namun ia tidak menerapkan seluruh jenis kato nan ampek tersebut. ABSTRACT Minangkabau has a regulation in communication named kato nan ampek. This is not only for Minangkabau society who live in their hometown, but also for they who migrate to another place, one of them is student.the title of this research is The Using of Kato Nan Ampek as Nonverbal Communicanication in Intercultural Communication of Minangkabau s Migration Student. The focus of this research is how the using of kato nan ampek as nonverbal communiacation in intercultural communication of Minangkabau s migration student in Bandung. This research is using the qualitative method with case study as the aprroach.the result of this researsh is conclude that using the kato nan ampek for every kind of nonverbal communication is difference for everyone. There are using, not using, and conditionally using. The first informant is using the kato nan ampek in every kind of nonverbal communication, such as body languange, touch, paralanguage, fisical appearence, cronemics, fragrance, proximity and personal distance, color, silence, and artifact, although in several kind is conditionally. The second informant is using the kato nan ampek in almost every kind of nonverbal communication, exept aroma and proximity and personal distance, although not all kind of kato nan ampek is used. The third informant is using kato nan ampek for each kind of nonverbal communication, but not all kind of kato nan ampek that is used. Keywords : Kato Nan Ampek, Nonverbal Communication, Intercultural Communication, Minangkabau, Migration 1. PENDAHULUAN Pada sejarahnya, orang Minangkabau telah lama dikenal sebagai perantau dan suka menimba ilmu di ke daerah lain. Menuntut ilmu adalah hal yang diharuskan bagi setiap pemeluk agama Islam. Oleh karena orang

Minangkabau menjunjung tinggi nilai agama dan adat, maka menuntut ilmu adalah hal yang wajib dilakukan. Perkembangan zaman membuat daerah luar Minangkabau yang semula hanya dijadikan tempat untuk bekerja, kini telah banyak digunakan sebagai tempat untuk menimba ilmu di bidang akademik. Kemajuan daerah perantauan membuat orang-orang berlomba -lomba untuk pergi ke daerah rantau untuk bersekolah. Daerah perantauan di anggap sebagai daerah pembelajaran yang baik disamping kemajuan bidang akademik, adalah karena seorang yang merantau akan menjalani kehidupan yang menuntut dirinya untuk bersikap mandiri disegala situasi. Maka dari itu orang Minangkabau semestinya mempelajari adat istiadat di kampung halaman, agar kelak mereka merantau, mereka dapat menerapkan hal hal kebaikan dan menjauhi segala bentuk keburukan yang mencederai agama Islam dan adat Minangkabau. Generasi muda suku Minangkabau asal Sumatera Barat hingga saat ini masih aktif merantau untuk menuntut ilmu dan mencontoh kaum-kaum terdahulu yang telah berhasil di daerah rantau. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya organisasi kedaerahan Minangkabau yang ada di berbagai perguruan tinggi di Bandung. Aturan komunikasi bagi masyarakat Minangkabau di atur dalam kato nan ampek yang dapat di artikan sebagai empat macam cara berkomunikasi. Kato nan ampek sendiri merupakan norma-norma dalam bertutur kata yang di kelompokkan ke dalam empat cara berkomunikasi. Kato nan ampek adalah semua aturan yang berkenaan dalam komunikasi baik verbal ataupun non verbal. Tujuan dibentuknya aturan ini adalah agar komunikasi dapat terjalin dengan efektif tanpa menyinggung kedua belah pihak baik komunikator maupun komunikan ataupun pihak lain. Dengan adanya kato nan ampek pula orang Minangkabau dapat hidup rukun satu sama lain. Seperti yang dianjurkan oleh adat bahwa setiap orang Minangkabau harus tahu dengan baso jo basi, raso jo pareso yang artinya orang Minangkabau harus pintar dalam bertutur kata dan memiliki perasaan serta mengontrol perasaaan dalam setiap melakukan sesuatu. 2. DASAR TEORI Menurut (Mulyana, 2009 Komunikasi Nonverbal terdiri dari bahasa tubuh, sentuhan, parabahasa, penampilan fisik, bau-bauan, orientasi ruang dan jarak antarpribadi, konsep waktu, bau-bauan, warna, diam, dan artefak. Sedangkan kato nan ampek terdiri dari kato mandaki, kato mandata, kato manurun dan kato malereng. Kato mandaki ialah bahasa yang digunakan orang yang digunakan orang yang berusia lebih rendah dari lawannya berbicara, umpamanya yang dipakai oleh orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua, murid kepada guru dan bahwan kepada atasan.sedangkan Kato malereang yaitu komunikasi yang dilakukan kepada orangorang yang disegani, seperti ipar, mertua, besan, dan lain-lain yang bukan merupakan anggota pertalian darah dari komunikator. (A. A. Navis dalam Silvia, 2013:2). Penggabungan kato mandaki dan kato malereng dalam penelitian ini dikarenakan kato malereng dalam konteks antarbudaya sama dengan kato mandaki, yaitu orangorang yang disegani dan dihormati. Kato mandata yaitu bahasa yang digunakan orang yang sama dengan lawan berbicara, umpamanya teman sebaya atau teman sepermaian. Kato manurun adalah bahasa yang digunakan untuk lawan bicara yang lebih muda seperti membujuk pada anak kecil, mamak (paman) pada kemenakannya, guru kepada murid, dan atasan kepada bawahan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif disebut juga dengan metode yang naturalistik karena obyek yang digunakan adalah obyek yang alamiah. Sesuai dengan padangan Sugiyono (2012:1) yang mengatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif menekankan pada makna dari pada generalisasi. Menurut Sugiyono (2013:59) terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Penelitian kualitatif menggunakan peneliti sebagai instrumen dari penelitian itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pernyataan Nasution dalam Sugiyono (2013:60) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Jenis penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus merupakan strategi yang cocok bila pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why bila peneliti hanya memiliki waktu sedikit untuk penelitiannya dan apabila yang diteliti merupakan fenomena yang kontemporer dalam konteks kehidupan nyata. Hal ini sependapat dengan pandangan Kin (2002:13) yang mengatakan bahwa kelebihan dalam metode studi kasus, Pertanyaan bagaimana atau mengapa akan diarahkan ke serangkaian peristiwa kontemporer, dimana penelitinya hanya memiliki peluang yang kecil sekali atau tak mempunyai peluang sama sekali untuk melakukan kontrol terhadap peristiwa tersebut. 3. PEMBAHASAN Pada penelitian ini menggunakan informan yang merupakan mahasiswa Minangkabau asal Sumatera Barat yang merantau ke Bandung. Tabel 1.1 Informan Penelitian No Nama Jenis Usia Organisasi Kedaerahan Minangkabau Kelamin 1. Muti Cyla Dekaria Perempuan 20 Unit Pecinta Budaya Minangkabau (UPBM) Universitas Padjajaran 2. Yudi April Nando Laki-laki 21 Unit Kesenian Minangkabau (UKM) Institut Teknologi Bandung 3. Romi Arfan Laki laki 20 Unit Seni Budaya Minangkabau (USBM) Universitas Telkom Tabel 1.2 Penggunaan Kato Nan Ampek pada Komunikasi Nonverbal dalam Komunikasi Antarbudaya pada Informan 1 No. Penggunaan Kato Nan Ampek pada Komunikasi Nonverbal dalam Komunikasi Antarbudaya

Jenis Nonverbal Komunikasi Kato Mandaki dan Kato Malereng 1. Bahasa Tubuh Bergantung pada 2. Sentuhan Bergantung pada 3. Parabahasa Bergantung pada 4. Penampilan Fisik Bergantung pada Kato Mandata Kato Manurun menggunakan 5. Bau-bauan 6. Orientasi ruang dan jarak antarpribadi Bergantung pada 7. Konsep Waktu 8. Diam Bergantung pada situasi dan komunikan Bergantung pada situasi dan komunikan menggunakan 9. Warna Tidak Tidak 10. Artefak Tabel 1.3 Penggunaan Kato Nan Ampek pada Komunikasi Nonverbal dalam Komunikasi Antarbudaya pada Informan 2 No. Penggunaan Kato Nan Ampek pada Komunikasi Nonverbal dalam Komunikasi Antarbudaya Jenis Komunikasi Kato Mandaki dan Kato Mandata Kato Manurun Nonverbal Kato Malereng 1. Bahasa Tubuh 2. Sentuhan Tidak menggunakan 3. Parabahasa 4. Penampilan Fisik 5. Bau-bauan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan 6. Orientasi ruang dan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan

jarak antarpribadi 7. Konsep Waktu Tidak Tidak menggunakan 8. Diam 9. Warna 10. Artefak menggunakan Tabel 1.4 Penggunaan Kato Nan Ampek pada Komunikasi Nonverbal dalam Komunikasi Antarbudaya pada Informan 3 No. Penggunaan Kato Nan Ampek pada Komunikasi Nonverbal dalam Komunikasi Antarbudaya Jenis Komunikasi Kato Mandaki dan Kato Mandata Kato Manurun Nonverbal Kato Malereng 1. Bahasa Tubuh Bergantung pada Tidak menggunakan status komunikan, Romi menggu-nakan kato man-daki dan kato ma-lereang kepada dosen dan warga sekitar, namun ti-dak kepada seniornya di kam-pus. 2. Sentuhan Bergantung pada menggunakan situasi kedekatan Romi dengan komunikan. Jika hubungan mereka tidak dekat, maka Romi tidak meng-gunakan aturan kato mandaki dan kato malereng. 3. Parabahasa 4. Penampilan Fisik 5. Bau-bauan 6. Orientasi ruang dan Tergantung pada Tidak menggunakan Tidak menggunakan jarak antarpribadi status komunikan, jika berkomu-nikasi dengan do-sen,

warga, atau orang yang tidak di anggap dekat, maka Romi menggunakan kato mandaki dan kato malereng. 7. Konsep Waktu Bergantung pada Tidak menggunakan Tidak menggunakan kedekatan Romi dengan komu-nikan, jika tidak dekat, maka Romi menggunakan kato mandaki dan kato malereng 8. Diam 9. Warna 10. Artefak menggunakan 4. KESIMPULAN Informan pertama (Cici) menggunakan kato nan ampek pada aspek bahasa tubuh, sentuhan, parabahasa, penampilan fisik, bau-bauan, orientasi ruang dan jarak antarpribadi, diam, dan artefak. Akan tetapi tidak semua jenis kato nan ampek diterapkan dalam setiap aspek komunikasi nonverbal, seperti aspek bahasa tubuh, sentuhan, parabahasa, penampilan fisik, orientasi ruang dan jarak antarpribadi, serta diam yang digunakan Cici pada jenis kato mandaki berdasarkan situasi. Sedangkan Cici tidak menggunakan kato nan ampek dalam bentuk kato mandaki dan malereang serta kato mandata dalam aspek warna. Cici juga tidak menggunakan kato nan ampek dalam konsep waktu. Penggunaan kato nan ampek menurut situasi didasarkan pada jenis kedekatan Cici terhadap komunikan. Jika hubungan Cici dekat dengan komunikan, maka ia tidak menerapkan kato nan ampek. Selain itu Cici tidak menerapkan kato nan ampek dalam beberapa aspek karena memang sudah mengikuti budaya yang ada di daerah rantau, lingkungan pergaulan, serta memang karena sifat bawaan dari Cici itu sendiri. Informan kedua (Yudi) menggunakan seluruh jenis dari kato nan ampek pada aspek bahasa tubuh, parabahasa, penampilan fisik, warna dan artefak. Sedangkan pada aspek sentuhan, Yudi tidak menggunakan kato nan ampek pada jenis kato manurun. Yudi juga tidak menggunakan salah satu daripada kato nan ampek yaitu pada aspek konsep waktu, ia tidak menggunakan kato mandaki dan kato malereng. Pada aspek bau-bauan serta orientasi ruang dan jarak antarpribadi Yudi sama sekali tidak menggunakan kato nan ampek, hal ini disebabkan karena menurut Yudi belum pernah terpikir untuk membeli dan memeliki wewangian, peneliti menyimpulkan bahwa secara pribadi Yudi menganggap wewangian sebagai barang tersier. Sedangkan pada aspek orientasi ruang dan jarak antarpribadi, alasan Yudi tidak menggunakan kato nan ampek adalah karena secara pribadi Yudi memang tidak akrab dengan orang luar suku Minangkabau, dan menurut Yudi di kampusnya banyak terdapat orangorang yang bersifat individualis dengan karakter yang memang tidak mudah akrab satu sama lain kecuali berasal dari suku yang sama.

Informan ketiga (Romi), hampir sama dengan Cici, menggunakan beberapa jenis kato nan ampek berdasarkan situasi seperti kedekatan dan pengaruh lingkungan, seperti pada jenis kato mandaki dan kato malereng yang digunakan berdasarkan situasi pada aspek bahasa tubuh, sentuhan, orientasi ruang dan jarak antarpribadi serta konsep waktu. Romi tidak menggunakan jenis kato manurun pada aspek bahasa tubuh, orientasi ruang dan jarak antarpribadi, serta konsep waktu. Begitupun dengan jenis kato mandata yang tidak digunakan Romi pada aspek konsep waktu serta orientasi jarak dan hubungan antarpribadi. Alasan Romi tidak menggunakan kato nan ampek adalah didasarkan kepada hubungan pergaulan dan lingkungan yang menurutnya memang tidak harus digunakan karena menurutnya hal itu merupakan bentuk dari adaptasi pada lingkungan perantauan agar dapat diterima dengan baik.