Mempersiapkan Diri Sebelum Berkomunikasi Dengan Anak, (2)

dokumen-dokumen yang mirip
Mempersiapkan Diri Sebelum Berkomunikasi Dengan Anak (Tamat)

Pernahkah Anda Merasa Begitu BINGUNG Terhadap Tingkah Laku Anak Anda?

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Peranan Hypnosis/ Hypnotherapy Dalam Motivasi dan Empowerment

Interpersonal Communication Skill

LETTER OF CONSENT. Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

MENANGANI KELUHAN CUSTOMER (RUMAH SAKIT)

BERCERITA PADA ANAK SERI BACAAN ORANG TUA

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology. Hypno-EFT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga, manusia akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tuntut untuk cepat menjadikan seseorang karyawan dapat menampilkan

Cara Membaca Bahasa Tubuh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

LAMPIRAN CODING SHEET 1 TRANSKIP INTERVIEW

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian

Victorious Living #3 - Hidup Berkemenangan #3 MAKING A CHANGE IN YOUR LIFE MENGUBAH HIDUP ANDA

Ditulis oleh Administrator Rabu, 14 Desember :00 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 10 November :24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erna Victoria Noli, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

Cara Mengatasi Kecemasan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara. Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan PENDAHULUAN

Apakah Hipnosis/Hipnoterapi Berbahaya?

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

LAMPIRAN A. A-1 Skala Penelitian Awal Konformitas A-2 Skala Penelitian Awal Tingkah Laku Menolong

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik

Bagaimana Membentuk Pola Pikir yang Baru

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

PANDUAN PENYELESAIAN KOMPLAIN, KELUHAN ATAU PERBEDAAN PENDAPAT PASIEN DAN KELUARGA

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALATIHAN SOAL BAB 7. Sikap berhati hati diperlukan saat kita bepergian ke luar kota.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BUKU 4 MENDENGARKAN (DALAM MEMFASILITASI) TEKNIK BERTANYA/ MENDENGARKAN

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

Human Relations. Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan. Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap

No urut responden :..(diisi oleh enumerator) Tanggal wawancara :. Enumerator :. Nama responden :. Departemen :.

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

73 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tips Menangani Pertanyaan Peserta Diklat. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak

Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung,

KOMUNIKASI ASERTIF MENDONGKRAK TINGKAT KEPUASAN PEMANGKU KEPENTINGAN

Tabel validitas alat ukur kompetensi interpersonal

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

#### Selamat Mengerjakan ####

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang. variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua.

INDRA MAJID Mind Technology Expert International Certified Hypnotherapist Trainer of Hypnosis Trainer

Perkembangan Emosi Pada Bayi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

POLA ASUH MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF AUD. Zumrotus Sholichati PPL PLS UNY

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB IV ANALISIS DATA. dianalisis maka ada beberapa hal yang ditemukan yaitu : panca indra. Dalam iklan oreo versi oreo dan handphone ayah terdapat

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM MENGATASI EMOSI NEGATIF SISWA TUNANETRA DI MAN MAGUWOHARJO. Utik Mukaromah A Said Hasan Basri.

BELAJAR DAYA TAHAN SEJAK FORMASI AWAL Rohani, Maret 2013, hal Paul Suparno, S.J.

Kegiatan Sehari-hari

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

Lampiran 1. Uji validitas dan reliabilitas. Hasil try out Penyesuaian diri

Tetapi, tetapi, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

LAMPIRAN. 2 Ibu atau Ayah mengeluarkan kata-kata keji dan kotor kepada saya. 3 Saya merasa sedih ketika Ibu atau Ayah memarahi saya

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

STRUKTUR ORGANISASI PT. SUN MOTOR SEMARANG

Transkrip Wawancara. : Sri Suyanti, selaku Guru MIM Kasihan IV Desa Kasihan

DAFTAR PUSTAKA. Haditono.S, 1991, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta, Gadjah Mada University

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB IV ANALISIS DATA. peneliti, maka peneliti menganalisis dengan analisis deskriptif komparatif.

Pendekatan Umum Menuju Pemulihan

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Transkripsi:

Mempersiapkan Diri Sebelum Berkomunikasi Dengan Anak, (2) Berdasarkan pengalaman klinik dalam menangani masalah anak-anak, hampir sebagian besar kasus berasal dari masalah komunikasi antara orang tua dengan anak. Dan permasalahan ini ternyata terbawa terus oleh seseorang sampai dia dewasa. Banyak kasus-kasus orang dewasa terjadi karena permasalahan masa kecilnya. Kita semua sudah mengetahui bahwa suatu komunikasi yang tidak tepat dapat menimbulkan kesalahan interprestasi bagi yang mendengarkan. Dalam kasus masalah hubungan orang tua dengan anak, kesalahan interprestasi seorang anak dapat membuat anak, yang mungkin saat mendengarkan kata orang tua berkata Iya, iya, namun tindakan dan perilaku anaknya tidak sesuai dengan apa yang telah disampaikan. Akibatnya orang tua akan merasa apa yang telah disampaikan tidak efektif. Maunya begini, tetapi mengapa hasilnya begitu? Atau orang tua, secara tidak sengaja, menjadi berpersepsi tertentu mengenai anaknya yang padahal belum tentu benar, "Uh, anak ini bandel sekali sih, Kenapa sih dia tidak tahu?, Hmh, dasar manja!, dan sebagainya. Untuk selanjutnya, orang tuapun menjadi merasa kesulitan dalam mendidik dan menanamkan nilai-nilai kepada anaknya. Padahal, para orang tua tersebut sudah banyak mendapatkan informasi mengenai nilai-nilai pendidikan anak, mengenai mengasuh anak yang baik dan benar, dan sebagainya dari berbagai sumber seperti seminar-seminar maupun buku-buku yang menurut saya sangat bagus. Namun pada kenyataannya, sebagian dari mereka merasa kesulitan dalam menerapkannya. Tidak berhasil menerapkannya. Bahkan, dalam beberapa kasus yang terjadi, anak malahan melawan orang tuanya. Diberi tahu tidak menurut. Diberikan nasihat, malahan menentang. Dan sebagainya. Akhirnya, mereka mengambil jalan pintas dengan menemui seorang hypnotherapist dan meminta anaknya di hypnosis supaya perilakunya berubah. Mereka menganggap bahwa seorang hypnotherapist seperti seorang montir yang dapat langsung memperbaiki suatu kendaraan rusak. Mereka lupa, bahwa anak mereka adalah manusia yang mempunyai pikiran, akal, dan emosi. Mereka lupa bahwa perubahan pada manusia sangat membutuhkan proses. Meskipun toh menganggapnya demikian, membandingkan anak dengan kendaraan, tetapi 1 / 5

harus diperhatikan juga bahwa keawetan sebuah kendaraan sangat tergantung cara merawat dan mengendarainya, baik sebelum ke bengkel maupun sesudahnya. Apalagi seorang anak, dimana dia adalah seorang manusia yang mempunyai akal, pikiran dan emosi, maka perawatannya lah yang menentukan seperti cara mendidik dan mengasuhnya. Saya yakin, bahwa hal inipun sebenarnya sudah diketahui oleh para orang tua. Namun mengapa masih tidak berhasil? Apanya yang salah? Sekali lagi, semua seminar dan buku-buku tersebut sangat bagus. Jadi, sumber-sumber tersebut tidak ada yang jelek. Komunikasi. Itulah rata-rata penyebab dari ketidak berhasilan tersebut. Disengaja atau tidak, sebagai orang tua kita telah menghypnosis anak kita setiap hari. Buktinya, anak kita berperilaku seperti sekarang ini tentunya karena kita sendiri sebagai orang tua yang mendidik dan mengasuhnya. Sekali lagi, Hypnosis dapat dikatakan seperti iklan yang dapat membuat orang tertarik. Nah, sekarang bagaimana iklan kita terhadap anak-anak? Apakah iklan kita efektif dapat mempengaruhi anak-anak kita? Atau, malahan iklan dari luar lingkungan kita yang lebih menarik sehingga anak-anak mengabaikan orang tuanya. Terpaksa saya harus mengatakan bahwa itulah tantangan orang tua. Seperti dikatakan oleh Milton H. Erickson, seorang pakar Hypnotherapist modern dari Amerika, suatu komunikasi dikatakan efektif (berefek) jika komunikasi tersebut dapat menghasilkan respons dan reaksi penerimanya. Lebih lanjut kita dapat mengontrolnya dengan mengetahui apakah efek yang terjadi sesuai atau tidak dengan yang diharapkan. Kalau tidak sesuai maka kita akan mengganti pola komunikasinya. Hal seperti ini biasanya sering luput dari perhatian para orang tua. Kalau tidak sesuai, biasanya orang tua akan mengulang-ulang suatu perintah yang sama. Hasilnya mungkin sama, tetap tidak berefek juga. Akhirnya orang tua sendiri kebingungan harus bicara apa lagi. Sekali lagi, anak-anak dapat dikatakan seperti kanvas yang bersih. Sehingga bila seorang anak tidak mengikuti apa yang kita komunikasikan, BELUM TENTU bahwa anak itu melawan atau menentang. Sangat besar kemungkinannya bahwa anak itu tidak memahami apa yang sedang dikomunikasikan. Karena mungkin tidak paham, maka dia akan melakukan suatu tindakan menurut apa yang dia pahami sendiri. Kembali ke kasus-kasus klinik di atas, setelah memperhatikan bagaimana pola komunikasi sebagian besar orang tua terhadap anaknya. Sengaja atau tidak, ternyata pola komunikasi mereka kepada anaknya mirip dengan pola komunikasi kepada teman sejawat mereka. Meskipun sepertinya memanjakan, kenyataannya malah mengajak anak untuk beranalisa sesuai pemikiran orang tua sendiri dalam memahami suatu percakapan, memberikan solusi langsung tanpa tahu permasalahan sebenarnya, memaksakan kehendak sementara anak sendiri tidak atau belum paham apa yang dikehendaki orang tua, dan sebagainya. Atau 2 / 5

singkatnya orang tua sudah langsung membuat anak untuk mengikuti apa yang dipikirkan orang tuanya, sebelum memahami permasalahan sebenarnya dihadapi, seperti : Sudah, tidak usah dipikir, Jangan merengek terus, malu sama orang lain, Kalau kamu marah-marah terus, kamu tidak boleh main lagi, Kalau kamu ingin main game, kamu harus belajar yang rajin, Kamu boleh ikut pergi, tetapi kamu tidak boleh nakal, Kamu jangan malas, nanti nilai kamu jelek, dan seterusnya. Bukan sebaliknya, orang tua menyesuaikan dengan pola pikir anak. Sekali lagi, sebagian besar anak belum mampu beranalisa seperti orang dewasa. Mereka masih belajar. Saya ingat apa yang pernah dikatakan oleh Dr Seto Mulyadi, bahwa seorang anak seperti gelas ukuran kecil untuk anak-anak tetapi diisi air seukuran orang dewasa. Tentu saja air itu tumpah. Pernyataan-pernyataan seperti di atas mungkin dapat dengan mudah dipahami oleh orang dewasa. Namun, untuk seorang anak menjadi sesuatu yang berbeda. Perhatikan kalimat yang biasa orang tua katakan kepada anak-anak seperti di atas, Kamu boleh ikut pergi tetapi kamu tidak boleh nakal. Pernyataan Kamu boleh ikut dapat merupakan suatu pengkabulan suatu kehendak yang hasilnya mungkin akan menyenangkan. Di sisi lain, ada suatu persyaratan "tetapi kamu tidak boleh nakal, dimana tidak boleh nakal adalah mungkin- sesuatu yang belum/tidak dipahami oleh anak-anak, nakal seperti apa? Pertanyaannya, apakah anak sudah memahami suatu persyaratan yang mana persyaratan hanya dapat dipahami setelah melakukan suatu analisa. Apakah anak sudah memahami antara apa yang dia lakukan sekarang dengan resiko yang akan ditimbulkan? Jawabannya: BELUM TENTU. Ketidak pahaman ini dapat membingungkan anak. Pertama, boleh senang, sementara di sisi lain tidak boleh bersenang-senang. Dan oleh karena orang tua sering berkata seperti itu, lama kelamaan anak akan terbiasa bingung. Mungkin anak tidak dapat membedakan lagi mana yang senang dan mana yang tidak senang, mana yang benar dan mana yang salah. Kalaupun dia berusaha paham, hal itu adalah sesuai dengan apa yang dipahaminya selama ini. Suatu kata atau kalimat dapat memberikan penafsiran yang berbeda tergantung pengalaman-pengalaman yang pernah ditangkap sebelumnya. Saya pernah mengatakan kepada anak saya ketika dia berumur 6 tahun sewaktu baru mulai belajar memakai sepatu yang bertali sendiri, Dik, kalau memakai sepatu, supaya mudah, lidahnya dikeluarkan dulu. (Maksud saya lidah sepatunya). Dan saya katakan hal itu berulang-ulang, tetapi dia sepertinya dia tidak memperhatikan kata-kata saya, dia hanya menjawab, Iya,iya, aku tahu, sementara dia tetap kesulitan memakai sepatu. 3 / 5

Setelah saya amati, apa yang terjadi? Anak saya memakai sepatunya sambil menjulurkan lidah dari mulutnya! Saya baru menyadari, ternyata konsep lidah di sepatu belum dipahaminya. Atau hal lain, dimana kebiasaan orang tua selalu menggunakan tanda pentung (tanda seru:!) dalam setiap ucapannya yang dapat membuat anak merasa tidak nyaman, sementara isinya tidak dipahami. Kamu jangan malas!, Jangan menaruh barang sembarangan! Atau bahkan mungkin ditambahkan kata-kata kebun binatang. Mungkin anak hanya akan menangkap kesan tanda pentung nya saja. Dan mungkin untuk selanjutnya, anak akan menangkap kesan, bahwa orang tuanya selalu memarahinya. Akibatnya, seperti kasus-kasus yang terjadi di klinik, cepat atau lambat perkembangan anak sampai dia dewasa. Banyak kasus klien yang tidak percaya diri, mudah takut, mudah kesal (karena marah yang tertahan), terjadi karena pengalaman-pengalaman masa kecilnya. Ketidak tepatan suatu pola komunikasi sama seperti iklan yang tidak berhasil menarik minat para konsumen, sehingga orang cenderung mencari ke toko sebelah yang mungkin iklannya lebih menarik. Ketidak tepatan ini dapat memberikan efek negatif bagi kedua pihak. Orang tua semakin kesal, anak juga semakin menantang, semakin kesal, atau semakin takut. Akibatnya, hubungan orang tua dan anak semakin tidak harmonis lagi. Anak tidak mau diajak berbicara, sementara orang tua selalu kesal sewaktu berbicara dengan anak. Bagaimana akan berkomunikasi? Orang yang marah cenderung mengeluarkan kata-kata menghardik atau malah kata-kata kotor, padahal mungkin maksudnya tidak seperti itu. Orang yang sedang tenang, tentunya akan mengeluarkan kata-kata yang menenangkan juga. Keadaan emosi seseorang sangat berpengaruh pada gaya atau cara berbicaranya sehingga orang yang menerimanya akan berpersepsi tertentu mengenai orang yang berbicara tersebut. Anda boleh mencobanya dengan mengatakan satu kata saja, misalnya tidak. Anda rekam suara anda dan dengarkan kembali. Kata tidak dapat berarti macam-macam tergantung cara anda menyampaikan, kondisi si penerima, dan suasana/ keadaan ketika kata itu disampaikan. Cara anda mengatakannya dalam keadaan kesal akan berbeda dengan cara anda mengatakannya dalam keadaan sedih. Penerima bukan hanya menangkap kata tidak nya saja, tetapi lebih menangkap bagaimana kata itu diekspresikan. Hasil penelitian Dr. Albert Mehrabian, seorang psikolog dari Amerika yang mempelajari mengenai komunikasi, menunjukkan bahwa kata-kata hanya berkontribusi 7% dalam suatu komunikasi. Seseorang hanya memperhatikan kata-kata sebesar 7% dari keseluruhan komunikasi yang dia tangkap. Sisanya 93 %, adalah apa yang dilihatnya, apa yang dirasakannya, atau apa yang diamatinya ketika seseorang berbicara kepadanya. Oleh karena itu sadarilah, bahwa orang lain tidak mengetahui apa yang ada dalam pikiran kita sebenarnya, dan kitapun tidak tahu apa yang sedang dipikirkan orang, kecuali dari kata-kata dan cara mengekspresikan suatu komunikasi. 4 / 5

Demikian juga, keadaan emosional atau apa yang sedang dipikirkan si penerima dapat mempengaruhi keefektifan suatu komunikasi. Misalkan si pembicara mengekspresikan kata-katanya dengan menghardik (padahal, mungkin, maksudnya memperingatkan), dan si penerima pada saat itu sedang merasa kesal (mungkin karena baru dimarahi bosnya), maka kedua pihak bisa merasa tidak nyaman ketika saling berkomunikasi. Dalam keadaan ini penerima mungkin berpersepsi buruk terhadap si pembicara sehingga merasa tidak nyaman dan memberikan respons negatif kepada si pembicara. Dengan respons ini pembicara mungkin merasa tidak diperhatikan, akibatnya hardikannya semakin kuat. Dan begitu seterusnya, dimana kedua pihak saling membuat lawannya makin tidak nyaman yang berefek balik ketidak nyamanan bagi dirinya sendiri. Akhirnya, komunikasi terputus! Dapat kita bayangkan jika si penerima adalah seorang anak. Dia mungkin menjadi heran mengapa orang tuanya berperilaku demikian. Atau juga kesal (mungkin karena dia sendiri sedang kesal) dengan ucapan orang tuanya. Kita perlu berhati-hati di sini. Kebiasaan umum orang tua menebak-nebak masalah yang sedang dialami anaknya sebelum berkomunikasi dapat memicu ketidak nyamanan berkomunikasi. Dan lebih jauh lagi, orang tua tidak mendapatkan informasi sesungguhnya mengenai permasalahan anak. Oleh karena itulah sangat penting bagi orang tua untuk mengendalikan emosi yang sedang kita alami sebelum berkomunikasi dengan anak. Sekali lagi, itulah tantangan kita sebagai orang tua. Di bawah ini ada beberapa tips bagaimana cara mempersiapkan dan mengatur diri kita sendiri sebelum menghadapi dan berkomunikasi dengan anak berdasarkan pendekatan hypnotherapy. Tips-tips ini... (Bersambung) : NSK Nugroho, MCH, CHt Hypnotherapist www.nsknugroho.com email: nnsk@dnet.net.id dan nsknugroho@yahoo.com 5 / 5