BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN. Para remaja yang ditinggal ibu bekerja di luar negeri pada umumnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PELAYANAN PASTORAL GKJW JEMAAT SENDANGBIRU TERHADAP REMAJA BERPERILAKU KONSUMTIF MELALUI PROGRAM PENANGANAN KELUARGA

PELAYANAN PASTORAL GEREJA TERHADAP REMAJA BERPERILAKU KONSUMTIF MELALUI PROGRAM PENANGANAN KELUARGA

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan maka ada beberapa hal

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja?

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB III PERILAKU KONSUMTIF REMAJA GKJW JEMAAT SENDANGBIRU YANG DITINGGAL IBU BEKERJA DI LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri, yang secara resmi dibuka tahun Ada dua faktor yang mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Minggu. Biasanya kegiatan Sekolah Minggu diadakan di dalam gereja.

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

A. KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

GKI Pasteur MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA. Penatalayanan Bina

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian

Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan

INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1. Pendampingan Pastoral Terhadap Remaja Yang Lahir Di Luar Pernikahan di Jemaat GPM Tuhaha Oleh Rona Els Wenno

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

UKDW. Bab I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 5. Penutup. (GBKP Lau Buluh), semi kota (GBKP Pancur Batu) dan juga jemaat kota (GBKP Km 7

RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. gambaran pengalaman psikososial remaja yang tinggal di panti asuhan.

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

Bab I PENDAHULUAN UKDW. Pergaulan bebas ini dapat disaksikan di kota-kota besar, yang mengarah pada perilaku seksual yang bebas. 4

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

PELATIHAN PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT DAN GULA DARAH PADA PENGURUS POKJA KESEHATAN GREJA KRISTEN JAWI WETAN (GKJW) JEMAAT JAMBANGAN SURABAYA

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I PENDAHULUAN. Stres dalam belajar adalah perasaan yang dihadapi oleh seseorang ketika

RENCANA KERJA 2015 BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147

PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN 2016

KULONPROGO BANGKIT TANGGULANGI AIDS

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

KERANGKA NARASI PROGRAM KERJA DAN RANCANGAN ANGGARAN PENERIMAAN DAN BIAYA (RAPB)/ RANCANGAN ANGGARAN INVESTASI (RAI) PAROKI KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN UKDW

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Program Kesehatan Peduli Remaja PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta

TRANSKRIP REKAMAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Nama: Herna Dwiatna NPM: /A. Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Masyarakat. TEORI H.L blum

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ibm Pemberdayaan Wanita GKJW Tulangbawang Malang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kesehatan sebenarnya telah diatur dalam UU No.9 Tahun 1960

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN ( MUSRENBANG )

Tata Kelola Desa. dalam rangka Pelaksanaan UUDesa: Hasil Temuan dari Studi Awalan Sentinel Villages

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

Lampiran 1. : Nanager Program. Lattar belakang LSM, program beserta kegiatannya

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

Transkripsi:

BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Para remaja yang ditinggal ibu bekerja di luar negeri pada umumnya berperilaku konsumtif terhadap suatu produk tertentu. Ada yang konsumtif terhadap handphone, sepeda motor, pakaian, dan ada yang konsumtif terhadap rokok, minuman keras, bahkan narkoba. Para remaja tersebut mempunyai kemampuan untuk membeli barang-barang karena mendapat kiriman uang dari ibu yang bekerja di luar negeri, dan sebagian dari mereka juga bekerja. Secara psikologis mereka rentan terhadap pengaruh lingkungan. Interaksi dengan lingkungan sosial keluarga, politik, keagamaan, ekonomi, budaya, kelompok teman sebaya remaja menjadikan para remaja tersebut perilaku konsumtif. Hal ini akibat dari ketidakhadiran ibu dalam keluarga yang mengganggu keseimbangan (homeostasis). Ibu yang bekerja di luar negeri tidak dapat lagi mengambil peran untuk memberikan bimbingan kepada remaja yang ditinggalkan. Sementara itu anggota keluarga yang lain berada di rumah, tidak kuasa untuk mencegah perilaku konsumtif yang dilakukan oleh para remaja tersebut. Anggota keluarga yang ada di rumah kurang dapat memantau perilaku para remaja tersebut. Kesibukan bekerja, teladan yang tidak baik dari anggota keluarga yang ada di rumah, sekolah yang jauh dari rumah menjadikan kurangnya pantauan itu. Perilaku konsumtif para remaja GKJW Jemaat Sendangbiru yang ditinggal ibu bekerja di luar negeri merupakan permasalahan konkret yang dihadapi. Namun pelayan pastoral terhadap permasalahan tersebut oleh gereja belum dilakukan secara 115

maksimal, masih sebatas kulit luarnya saja, dan belum secara mendalam. Komisi yang terkait dengan remaja tidak mengangkat permasalahan remaja berperilaku konsumtif. Permasalahan itu hanya disinggung dalam dimensi pewartaan kabar baik dan kebaktian. Program penanganan keluarga, yang berisi pendidikan kehidupan keluarga (family life education), pengayaan kehidupan keluarga (family life enrichment), dan terapi keluarga (family therapy/treatment), yang terkait dengan masalah di atas belum dilakukan oleh gereja. Faktor-faktor penghambat yang mengakibatkan kurang maksimalnya pelayanan pastoral terhadap remaja berperilaku konsumtif adalah sumber daya manusia dalam menyusun dan melaksanakan program, budaya agraris, alur pelaksanaan program yang panjang, program yang bersifat top down, beban ganda pendeta, dan belum diadakannya program pelatihan dan pendampingan konseling. Kondisi remaja GKJW Jemaat Sendangbiru yang ditinggal ibu bekerja di luar negeri seperti tersebut di atas menjadi pelajaran berharga bagi penulis. Penulis merasakan bahwa ketika melayani di GKJW Jemaat Sendangbiru belum memberi perhatian secara penuh terhadap pelayanan pendampingan dan konseling pastoral. Dari pengalaman ini penulis ditantang untuk lebih meningkatkan pelayanan pendampingan dan konseling pastoral. B. Saran Berdasar pada kesimpulan di atas maka saran dari penulis adalah sebagai berikut: Pertama, GKJW Jemaat Sendangbiru memiliki warga jemaat dengan tingkat pendidikan yang rendah. Tetapi bukan berarti mereka tidak dapat dididik dan dilatih agar kemampuan intelektualnya meningkat. Secara umum mereka yang terlibat pelayanan di komisi-komisi perlu disegarkan dengan pembinaan-pembinaan dalam 116

pembuatan program kegiatan. Agar program kegiatan yang dilakukan tidak diulang dan miskin program. Kedua. Dengan tidak adanya BPMJ atau komisi yang secara khusus melayani pendampingan dan konseling pastoral, penulis mengusulkan di GKJW Jemaat Sendangbiru perlu dibentuk Komisi Pembinaan Pelayanan Pendampingan dan Konseling Pastoral (KP3KP), yang di dalamnya terdapat unsur pendeta. Komisi ini ada dalam bidang Pelayanan, berada pada bidang yang sama dengan KPP. Komisi inilah yang menjalankan program penanganan keluarga, yakni program pendidikan kehidupan keluarga (family life education), pengayaan kehidupan keluarga (family life enrichment), dan terapi keluarga (family therapy/treatment). Dengan bertambahnya komisi akan berdampak bertambahnya anggaran. Menurut penulis dari sisi anggaran GKJW Jemaat Sendangbiru mampu untuk membiayai, karena setiap tahun anggaran selalu mengalami kenaikan. Ketiga. Untuk melakukan pelayanan pendampingan pastoral diperlukan orang yang terdidik dan terlatih. Untuk itu penulis mengusulkan adanya pelatihan pendampingan konseling tingkat dasar kepada warga jemaat yang nantinya dilibatkan dalam kepengurusan KP3KP. Sehingga mereka mengenal berbagai pendekatan dalam melakukan pelayanan pendampingan pastoral, termasuk program penanganan keluarga. Keempat. Penulis menyarankan tiga buah program kegiatan, yaitu pendidikan kehidupan keluarga (family life education), pengayaan kehidupan keluarga (family life enrichment), dan terapi keluarga (family therapy/treatment) sebagai model pelayanan pastoral terkait dengan permasalahan remaja berperilaku konsumtif yang ditinggal ibu bekerja di luar negeri. Program ini nantinya dapat dilaksanakan oleh KP3KP. Program pendidikan dan pengayaan keluarga ini merupakan upaya preventif untuk mencegah 117

perilaku konsumtif remaja. Sedangkan program terapi keluarga merupakan upaya kuratif, yakni penyembuhan terhadap perilaku konsumtif remaja. a. Program pendidikan kehidupan keluarga (family life education), Salah satu tema yang dapat diangkat untuk melakukan program pendidikan kehidupan keluarga adalah tentang keluarga dan perkembangan remaja. Tema ini diangkat dengan tujuan agar semua keluarga warga GKJW Jemaat Sendangbiru memahami tentang keluarga dan perkembangan remaja. Sasaran dari program ini adalah seluruh keluarga yang menjadi warga GKJW jemaat Sendangbiru. Kegiatan yang dilakukan dalam program ini adalah mewartakan kepada warga jemaat tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, menghubungi ahli keluarga untuk menjadi pembicara. Pembicara tersebut kemudian memberikan pembekalan kepada para fasilitator. Selanjutnya para fasilitator yang akan terjun memberikan pendidikan kehidupan keluarga dalam bentuk ceramah dan diskusi. Tempat yang digunakan para fasilitator untuk memberikan pendidikan keluarga adalah rumah warga. Dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut dilakukan menggunakan waktu yang biasa dugunakan untuk ibadah KRW. Sebab dalam ibadah KRW ini semua anggota keluarga datang mengikuti ibadah. Tetapi sebelum para fsilitator terjun untuk mendaratkan materi, para fasilitator perlu untuk melakukan uji coba di salah satu KRW, kemudian dievaluasi. Momentum yang tepat untuk melakukan program kegiatan seperti ini adalah ketika bulan keluarga. b. Program pengayaan kehidupan keluarga (family life enrichment). Target yang dapat menjadi sasaran dalam program ini adalah keluarga yang akan ditinggalkan salah satu anggota keluarga (istri/suami) bekerja di luar negeri. KP3KP perlu melakukan perkunjungan (patuwen) secara rutin agar dapat memperoleh target yang menjadi sasaran. Selain itu juga melakukan kerjasama dengan berbagai 118

pihak termasuk aparat desa yang memberikan surat keterangan bagi seseorang yang akan bekerja di luar negeri. Kegiatan yang dilakukan dalam program ini adalah pendampingan dan konseling serta memberikan pembekalan baik kepada keluarga yang akan ditinggal maupun orang yang akan bekerja bekerja di luar negeri. Materinya adalah tentang membangun komunikasi, seksualitas, perawatan anak, informasi tentang pekerja migran dan lain-lain. Program pengayaan keluarga dengan target keluarga yang ditinggal bekerja di luar negeri perlu terus untuk dilakukan, baik dengan cara mengumpulkan keluarga-keluarga maupun dalam bentuk perkunjungan rutin. Bagi keluarga yang bekerja di luar negeri juga perlu mendapatkan pengayaan kehidupan keluarga. Oleh karena itu gereja perlu untuk membuat jejearing dengan gereja yang ada di luar negeri dalam rangka perhatian terhadap warga jemaat yang bekerja di luar negeri. c. Program terapi keluarga (family therapy/treatment). Dengan adanya perkunjungan rutin kepada keluarga-keluarga yang ditinggal bekerja di luar negeri akan dapat diketahui berbagai permasalahan yang muncul dalam keluarga, termasuk permasalahan perilaku konsumtif remaja. Sehingga KP3KP dapat menindaklanjuti dengan melakukan pelayanan pendampingan dan konseling pastoral. Dalam program ini fungsi pelayanan pastoral diterapkan pada keluarga sebagai sebuah sistem. Pelayanan tersebut dilakukan di rumah warga. Selain itu KP3KP juga perlu siap untuk dihubungi oleh warga jemaat, jika mereka mengalami permasalahan. Kelima. Dari penelitian yang penulis lakukan di GKJW Jemaat Sendangbiru, diketahui bahwa ada banyak mantan TKW. Hal yang perlu diteliti lebih lanjut adalah bagaimana perkembangan perekonomian mereka dan bagaimana peranan gereja dalam mendampingi dan memberdayakan perekonomian mereka setelah mereka tidak lagi bekerja di luar negeri. 119