EVALUASI KEMAMPUAN KONDISI FISIK DOMINAN PADA ATLIT PENCAK SILAT PERGURUAN GERAK ILHAM KABUPATEN ACEH BESAR. Aldiansyah Akbar 1 dan Syahrul 2

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KEMAMPUAN KONDISI FISIK DOMINAN PADA ATLIT PENCAK SILAT PERGURUAN GERAK ILHAM KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN Syahrul 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

BAB III METODE PENELITIAN. membuktikan sesuatu atau untuk mencari sebuah jawaban.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

BAB III METODE PENELITIAN. dan Kesehatan (FPOK) dan Gelanggang Olahraga Stadion Bumi Siliwangi

Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan TKJI untuk Anak Usia Tahun. Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode adalah salah satu cara yang ditempuh dalam mencapai suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Casady, Mabes, dan Alley :1971) yang dikutip oleh Sudarno,SP (1992:9)

Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. 1) lintasan lurus, datar, tidak licin, berjarak 30 meter, dan mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

dengan batas batas setiap jarak 10 meter 1) 1 orang tester merangkap pencatat waktu 2) Pengawas merangkap penghitung jarak lari sesuai kebutuhan

BAB III METODE PENELITIAN. 2002: 108). Sedangkan menurut (Sudjana, 1996: 6) populasi adalah totalitas

METODE PENELITIAN. perlakuan (treatment), seperti pendapat Thomas dan Nelson (1997:352).

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 8. Petunjuk Pelaksanaan Tes Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Umur tahun TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA UNTUK UMUR TAHUN

BAB IV HASIL PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN

METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Arikunto Suharsimi (2006:160) Metodologi penelitian adalah cara


III. METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan dalam proses penelitiannya, sebab metode penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1: Lembar Permohonan Pembimbing Tugas Akhir Skripsi

III. METODOLOGI PENELITIAN. serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik dan alat-alat tertentu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jasmani Melalui Bermain sirkuit 8 Pos Siswa kelas IV dan V SD Negeri

TES PENGUKURAN KAPASITAS AEROBIK

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

ATRI WIDOWATI 1 ADHE SAPUTRA 2 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas jambi

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. tentunya disesuaikan dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Arikunto (2002: 160) metode penelitian adalah cara yang digunakan

Lampiran 1. Data Siswi Peserta Ekstrakurikuler Sepakbola Putri SMP Negeri 2 Pengasih Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. potensi jasmani, rohani dan sosial (Toho dan Ali, 2007: 2). Dari pengertian

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh

Lampiran 1. Surat Ijin Dari Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

PETUNJUK PELAKSANAAN BARROW MOTOR ABILITY TEST. a. Tujuan : Untuk mengukur komponen power otot tungkai

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI DI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian agar dapat menungkap jawaban yang diinginkan. Metode ini. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2012:2).

III. METODE PENELITIAN. variabel satu dengan variabel yang lain. Sedangkan menurut Soekidjo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sadoso Sumodisardjono (1989;9), Pada hakekatnya kebugaran jasmani lebih menggambarkan kualitas

METODOLOGI PENELITIAN. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Hal ini sesuai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014 Halaman

III. METODOLOGI PENELITIAN. pemecahan masalah dengan teknik dan cara tertentu sehingga diperoleh data yang

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

PROSEDUR PELAKSANAAN TES KONDISI FISIK DAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA. Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan aerobic seseorang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. dan teknik penelitian membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

KONTRIBUSI TINGGI BADAN DAN TINGGI LOMPATAN TERHADAP SMASH BOLA VOLI PEMAIN BOLA VOLI KLUB LAVENDOS VC KECAMATAN JAYA KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2016

Agus Susworo Dwi Marhaendro Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Pengantar

A. Latar Belakang Masalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini menggunakan komparatif. Menurut Ulber (2005)

Esra Fitriyanti Kedo ABSTRAK

Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN :

METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010 : 16). Metode penelitian merupakan hal yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) Metodologi penelitian adalah cara

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT KESEGARAN JASMANI MURID SD INPRES MALENGKERI SETINGKAT KOTA MAKASSAR PADA KELOMPOK USIA TAHUN. Muhammad Adnan Hudain

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu keadaan secara objektif (Notoatmojo, 2002:138). Sedangkan

TINJAUAN TENTANG KONDISI FISIK PESILAT PADA PERGURUAN HIMPUNAN SENI SILAT SELURUH INDONESIA (HIMSSI) DI KECAMATAN BENAI

BAB III METODE PENELITIAN. keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti.

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah

Lampiran 1: Surat Pembimbing Tugas Akhir Skripsi (TAS)

Melatih Kebugaran. Kecepatan gerak Loncat katak

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KOMPONEN MENDASAR KONDISI FISIK ATLET TARUNG DERAJAT KOTA BANDA ACEH. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian diperlukan suatu metode penggunaan metode dalam

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB.

PROFIL KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA PERKUMPULAN SEPAKBOLA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam suatu penelitian membutuhkan suatu metode yang sesuai untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang diuraikan sebelumnya, bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

EVALUASI KEMAMPUAN KONDISI FISIK DOMINAN PADA ATLIT PENCAK SILAT PERGURUAN GERAK ILHAM KABUPATEN ACEH BESAR Aldiansyah Akbar 1 dan Syahrul 2 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan kondisi fisik dominan atlet pencak silat Perguruan Gerak Ilham Kabupaten Aceh Besar. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet pencak silat Perguruan Gerak Ilham Kabupaten Aceh Besar yang berjumlah 13 orang, mengingat jumlah populasi lebih dari 100 maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel sebanyak 10 %. Teknik pengambilan sampel menggunakan secara acak (random sampling). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes,(1) tes daya tahan jantung paru diukur dengan menggunakan tes Balke lari 15 menit,(2) tes daya tahan otot lengan dan tungkai diukur dengan menggunakan tes pull up, sit up, squat jump,(3) tes kekuatan lengan diukur dengan pull and push dynamometer,(4) tes kekuatan tungkai diukur dengan leg dynamometer,(5) tes kelincahan diukur dengan menggunakan tes lari bolak-balik 4x10 meter,(6) tes kecepatan diukur dengan menggunakan tes lari 30 meter. Data diolah menggunakan statistik dalam bentuk perhitungan nilai rata-rata dan persentase. Hasil rata-rata dalam penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) tes balke lari 15 menit (X=56,63), dikatagorikan baik,(2) tes pull up 1 menit (X=12,11), dikategorikan sedang, (3)tes gantung siku tekuk untuk putri (X= 18,6)dikatagorikan kurang, (4) tes sit up 1 menit (X=44,1), dikatagorikan sedang, (5) tes squat jump (X=58,3) dikatagorikan baik,(6) tes lari 30 meter (X=4,6) dikatagorikan baik (7) tes pull dynamometer (X=20,2) dikategorikan kurang, (8) tes push dynamometer (X=27,0) dikatagorikan sedang,(9) tes leg dynamometer (X=112,4) dikatagorikan kurang, (10) tes lari bolak-balik 4 x10 meter (X=13,4) dikatagorikan baik. Dari analisis data, dapat disimpulkan bahwa kemampuan kondisi fisik dominan pada atlet pencak silat Perguruan Gerak Ilham Kabupaten Aceh Besar tahun 2014 berada pada kategori baik. Kata Kunci: Kemampuan, Kondisi Fisik, Atlet Pencak Silat 1 Aldiansyah Akbar, Dosen Prodi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, STKIP Bina Bangsa Getsempena 2 Syahrul, Mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, STKIP Bina Bangsa Getsempena ISSN 2355-0058 Volume II Nomor 1. Januari Juni 2015 37

PENDAHULUAN Pada masyarakat modern prestasi dibidang olahraga menjadi semakin dihargai, sehingga yang menjadi masalah bagi para pembina olahraga adalah bagaimana meningkatkan prestasi atlet-atletnya semaksimal mungkin. Apakah itu harus dilakukan dengan cara menemukan program latihan yang baik kemudian diterapkan pada atlet-atletnya yang sudah ada atau justru mencari bibit-bibit baru yang dianggap potensial kemudian dilatih dengan sistem latihan yang sudah ada. Pada prinsipnya untuk mencapai tujuan prestasi optimal dalam tiap-tiap cabang olahraga, haruslah berdasarkan prinsip-prinsip pendekatan ilmu pengetahuan olahraga. Prinsip-prinsip modern dari tiap cabang olahraga memerlukan kekhususan. Telah dikenal empat macam kelengkapan yang perlu dimiliki, apabila seseorang akan mencapai suatu prestasi optimal. Kelengkapan tersebut meliput: 1). perlengkapan fisik, 2). pengembangan teknik, 3). pengembangan mental, 4). kematangan juara Sajoto (1988:7) Dalam bidang olahraga untuk mencapai prestasi yang tinggi, adanya kondisi fisik yang baik pada olahragawan merupakan persyaratan yang tidak dapat terabaikan, disamping itu kesegaran jasmani yang tinggi dapat meningkatkan penampilan atau kinerja olahragawan sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya cedera. Menurut Sajoto (1988:57) kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi. Peningkatan status kondisi fisik seseorang dapat diketahui setelah mengikuti latihan. Latihan dapat dilakukan sendiri atau terkoodinasi seperti pemusatan atlet binaan yang ada di Aceh Besar. Dari berbagai cabang olahraga yang masuk dalam binaan di Aceh Besar, seperti: sepak bola, atletik, angkat besi, anggar, bola volly, maupun cabang olahraga beladiri. Pencak silat merupakan salah satu cabang olahraga beladiri yang dibina saat ini. Pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela atau mempertahankan eksintensi (kemandirian) intergritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup atau alam sekitar untuk mencapai keselarasan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. PB. IPSI (2000:14). Atlet pencak silat Perguruan Gerak Ilham merupakan sosok atlet pencak silat yang menjadi andalan bagi Kabupaten Aceh Besar. Dari berbagai event yang diikuti baik dikejuaraan Daerah, Wilayah maupun Nasional atlet dari perguruan ini pernah menjuarainya. Akan tetapi sekarang ini atlet dari perguruan ini mengalami penurunan dalam meraih prestasi. Padahal selama ini atlet perguruan Gerak Ilham selalu melaksanakan latihan secara kontinue, sistematis, serta terprogram. Mungkinkah ini di karenakan kondisi fisik yang kurang baik dan tepat sehingga mengakibatkan menurunnya prestasi bagi atlet pencak silat Perguruan Gerak Ilham Kabupaten Aceh Besar. KAJIAN TEORETIS Pengertian Evaluasi ISSN 2355-0058 Volume II Nomor 1. Januari Juni 2015 38

Evaluasi pada dasarnya sangat dibutuhkan tidak hanya di ruang lingkup pendidikan akan tetapi juga mempunyai peran yang penting dalam mengetahui kebugaran jasmani pada atlet. Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama Evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak pembuat keputusan (desicion maker) untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah di lakukan. Evaluasi tidak hanya mencakup pada aspek pendidikan saja, akan tetapi juga perlu ditetapkan dalam bidang olahraga. Dalam dunia olahraga, evaluasi juga tidak kalah penting. Hal ini karena evaluasi, seseorang dapat mengoreksi individu maupun kelompok. Dalam pendidikan olahraga, evaluasi sangat berperan aktif dalam peningkatan prestasi olahraga kelompok maupun individu. Kondisi Fisik Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun peliharaannya. Artinya bahwa setiap usaha peningkatan kondisi fisik, maka harus mengembangkan semua komponen tersebut. Walaupun harus dilakukan dengan sitem prioritas (komponen apa saja yang perlu mendapat porsi latihan lebih besar dibanding komponen latihan yang lain) atau kondisi fisik dominan. Sesuai status yang diketahui, setelah komponen tersebut diukur dan dinilai. Sejarah Perkembangan Olahraga Beladiri Pencak Silat Pencak Silat berkembang sejalan dengan sejarah perkembangan masyarakat Indonesia. Situasi geografis dan etimologi secara perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, membentuk corak silat yang beraneka ragam dasar gerak dan tujuan, namun berbagai aliran tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk bela diri. Pencak silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia, dimiliki secara turun temurun. Menurut Sumarto (1986:114) sejarah perkembangan pencak silat secara selintas dapat di bagi dalam kurun waktu sebagai berikut: a. Perkembangan sebelum zaman penjajahan Belanda. b. Perkembangan pada zaman penjajahan Belanda. c. Perkembanagan pada zaman penjajahan Jepang. d. Perkembanagan pada zaman kemerdekaan. Sebelum zaman penjajahan Belanda pencak silat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan pembelaan diri pribadi yang tinggi. Sebelum zaman penjajahan Belanda, pencak silat dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan pembelaan diri baik di dalam menghadapi hidup, maupun dalam pembelaan kelompok. Masa perkembangan pencak silat seiring dengan perkembangan agama yang di padukan dengan ajaran kerohanian sehingga ISSN 2355-0058 Volume II Nomor 1. Januari Juni 2015 39

basis-basis agama islam terkenal dengan ketinggian ilmu beladirinya. Pada zaman penjajahan Belanda pencak silat tidak dibenarkan karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahan. Larangan tersebut tidak hanya terhadap latihan pencak silat juga membentuk perkumpulan dan kelompok apa saja, sehingga perkembangan beladiri bangsa Indonesia yang dulu kuat seakan akan kehilangan tempat berpijak, namun dengan sembunyi- sembunyi kelompok tertentu perguruan silat tetap dipertahankan. Pemerintah Belanda hanya memberikan kesempatan-kesempatan melakukan kegiatan yang mengarah keperkembangan seni semata, yang menjurus kepada pertunjukan atau upacara saja. Sehingga pencak silat di negera kita saat itu tidak sepenuhnya dapat berkembang. Selanjutnya pada zaman kedudukan Jepang, pencak silat sebagai ilmu beladiri Nasional hidup kembali didorong dan di kembangkan untuk kepentingan jepang, dengan mengobarkan semangat pertahanan melawan sekutu. Atas anjuran SHIMITSU pencak silat dikembangkan, bahkan di jakarta diusulkan agar pencak silat dipakai sebagai gerakan Olahraga disekolah. Usulan akhirnya dibatalkan oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho Jepang, yang telah dikembangkan disekolah-sekolah. Pencak silat selain dapat dimanfaatkan demi kepentingan Jepang dan diperkirakan dapat menghidupkan semangat bangsa dan untuk kepentingan Nasional kita. Setalah masa penjajahan Jepang berakhir, berkibarlah semangat patriotisme dan Nasionalisme dengan dorongan semanagt Nasional. Sehingga terbentuklah ikatan pencak silat pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, dengan singkatan Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) yang diketahui Oleh Mr. Wongsonegoro. Dengan program utamanya bertujuan untuk mempersatukan aliran-aliran dikalangan Pencak Silat Selurah Indonesia, mengandung unsur unsur Olahraga, seni, beladiri dan kebatinan. Sehingga perkembanganya begitu pesat hingga saat ini sampai kepelosok daerah. METODE PENELITIAN Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka jenis penelitian ini dapat digolongkan dalam penelitian deskriptif sesuai dengan yang dikemukakan Arikunto (1991:63) bahwa: Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu termasuk kegiatankegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan dan proses-proses yang sedang berlangsung serta pengaruh-pengaruh dari fenomena.penelitian ini untuk mengetahui adanya sebab akibat yang ditimbulkan melalui pengumpulan data dan pengolahan data. Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet pencak silat perguruan Gerak Ilham kabupaten Aceh Besar berjumlah 138 orang. ISSN 2355-0058 Volume II Nomor 1. Januari Juni 2015 40

Sampel Teknik Pengumpulan Data Sampel merupakan bagian dari Untuk memperoleh data dalam populasi atau yang mewakili dari populasi. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah penelitian ini digunakan tehnik tes pengukuran dan kondisi fisik dominan seperti dibawah ini: seluruh atlet pencak silat perguruan Gerak 3.3.1 Pelaksanaan Tes Daya Tahan Ilham Kabupaten Aceh Besar yang telah 1) Umum (Lari 15 Menit Tes Balke) terjaring dan ditetapkan sebagai atlet. a. Tujuan untuk mengukur daya tahan Penetapan jumlah sampel tersebut didasarkan kerja jantung dan pernapasan atau dapat atas pendapat yang dikemukakan oleh pula untuk mengukur VO2max. Arikunto (1991:109) bahwa: Jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100 maka diambil antara 10-15%, 20-25% sedangkan jika tidak b. Pelaksaan: Pelaksanaan seperti lari 1.600 meter, hanya saja testy berusaha lari sejauh mencapai 100 maka subjeknya diambil mungkin dalam waktu 15 menit. Apabila semua. Mengingat jumlah populasi lebih dari testi tidak kuat lari dapat diselingi dengan 100 maka peneliti menggunakan teknik perjalanan. Persis 15 menit stopwotch pengambilan sampel sebanyak 10 % yang berjumlah 13 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan pengambilan secara acak (random sampling). dihentikan bersamaan dengan bunyi peluit yang keras dan saat itu pula setiap testy berhnti ditempat atau lari-lari di tempat. Pengawas menghitung jarak tempuh setiap testy dalam meter. VO2 Max = 33,3 + (jarak tempuh 133) x 0,172 15 Misalkan seorang testy dalam lari 15 menit menempuh jarak 3.800 meter. VO2 Max = 33,3 + (3800 133) x 0,172 15 = 33,3 + (253 133) x 0,172 = 33,3 120 x 0,172 = 33,3 + 20,6 = 53,9 ml/g/min 2) Lokal (Pull Up) bergantung angkat tubuh a. Tujuan tes ini untuk mengukur daya tahan kekuatan otot-otot lengan bahu. b. Pelaksanaan: Testy berada di bawah paling tunggal, meloncat lalu bergantung atau berdiri di atas kursi lalu bergantung pegangan ke depan (forward grip). Tester membantu memegang tali agar testy betul-betul bergantung kedua lengan lurus dan badan tidak bergerak lagi. Setelah itu testy segera membengkokan kedua lengan lurus dan badan tidak bergerak lagi. Setelah itu testy segera membengkokan kedua lengan dan mengangkat tubuh sampai dagu berada di atas palang tunggal, kemudian kembali bergantung kedua kawan lurus. Selanjutnya angkat lagi tubuh sampai dagu di atas palang tunggal dan turun lagi bergantung dengan lurus. Jumlah berapa kali testy mengangkat tubuh sampai dagu diatas palang ISSN 2355-0058 Volume II Nomor 1. Januari Juni 2015 41

tunggal, menunjukan jumlah berapa kali dapat melakukan pull up dinyatakan betul, apabila pada waktu mengangkat tubuh tidak didahului dengan mengayunkan kedua kaki ke depan atau kebelakang. Pelaksanaan pull up dilakukan sebanyak mungkin atau sekuat mungkin selama 1 (satu) menit sampai atlet turun kembali atau melepas kedua tangan dari palang tunggal. ). Bergantung Siku Tekuk (Flexed Arm Harg) a. Tujuan untuk mengukur kekuatan statis dan daya tahan otot-otot lengan dan daya tahan otot-otot lengan dan bahu. b. Pelaksanaan Atlet menggosokan tapak tangan pada kapur, kemudian testy naik bangku, keduatangan memegang paling tunggal dengan pegangan ke depan (tapak tangan menghadap ke depan). Kedua siku ditekuk sehingga dagu diatas palang tunggal. Setelah aba-aba ya bersamaan stopwatch dijalankan dan bangku diambil oleh tester, testy berusaha menahan sikap dagu diatas palang tunggal tersebut selama mungkin. Stopwatch dihentikan bila dagu bertumpu pada palang tunggal. Hasil yang dicatat ialah waktu yang dicapai testy dari aba-aba ya sampai testy tidak mampu lagi melakukannya. Waktu dihitung sampai dengan 0,1 atau 0,01 detik. Sit-Up a. Tujuan: mengukur daya tahan otot perut b. Pelaksanaan: Testy berbaring telentang, kedua tangan dibelakang tungkuk, kedua siku lurus kedepan. Kedua lutut ditekuk kedua telapak kaki tetap dilantai. Bersamaan dengan aba-aba siap testy siap melaksanakan, bersamaan dengan aba-aba ya stopwatch dijalankan, testy mengangkat tubuh, kedua siku menyentuh lutut, kemudian kembali berbaring/ke sikap semula. Lakukan tes tersebut berulang kali dan sebanyak mungkin dalam waktu I menit. Jumlah berapa kali testy melakukan tes tersebut dicatat hasilnya. Squat Jump a. Tujuan: mengukur komponen daya tahan otot tungkai b. Pelaksanaan Testy coba berada pada sikap jongkok dengan salah satu tumit kaki menyentuh pantatnya, dan kaki yang lainnya berada di depan. Sedangkan kedua tangan saling berkait diletakan di belakang kepala, pandangan ke depan. Orang coba melompat ke atas sehingga kedua tungkai lurus, lalu mendarat dengan berganti kaki ke depan dan ke belakang, dengan posisi sikap setengah jongkok (half squat). Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan sikap kaki bergantian, sampai orang coba tak dapat melompat lagi secara sempurna, seperti ketentuan tersebut di atas. 3.3.2 Pelaksanaan Tes Kecepatan Lari Sprint 30 Meter a. Tujuan: Mengukur komponen kecepatan b. Pelaksaan Dengan aba-aba siap testy siap lari dengan start berdiri, setelah aba-aba ya testy ISSN 2355-0058 Volume II Nomor 1. Januari Juni 2015 42

lari secepat-cepatnya menempuh jarak 30 meter sampai melewati garis finish. Bersamaan dengan aba-aba ya bendera start diangkat. Kecepatan lari dihitung dari saat bendera diangkat sampai pelari melewati garis finish. Kecepatan lari dicatat sampai dengan 0,1 detik, bila memungkinkan dicatat sampai dengan 0,01 detik. Lakukan tes lari tersebut dua kali, setelah berselang satu kali pelari berikutnya/kelompok pelari berikutnya. Kecepatan lari yang terbaik yang dihitung. Testy dinyatakan gagal, apabila pelari melewati atau menyeberang ke lintasan lainnya. Pull dynamometer (kekuatan otot lengan tarik) a. Tujuan mengukur kekuatan otot bahu ekstensor tarik, alat ekspanding dynamometer b. Pelaksanaan Berdiri tegak, posisi kaki terbuka selebar bahu, ekspanding dynamometer dipegang oleh kedua tangan diletakkan didepan dada dengan skala menghadap keluar, lengan ditekuk siku diangkat sejajar dengan bahu, pastikan jarum penunjuk berada diangka nol. Lakukan gerakan menarik oleh kedua tangan dengan sekuat-kuatnya kearah yang berlawanan dengan gerakan perlahanlahan dan badan tetap tegak. Catatan gerakan dianggap gagal apabila ekspanding dynamometer menyentuh dada, posisi kedua lengan tidak sejajar dengan bahu dan melakukan gerakan sentakan. Tulis angka yang ditunjukkan oleh jarum skala dalam satuan kilogram (kg) dengan ketelitian satu angka dibelakang nol. 3.3.4 Pelaksanaan Tes Kekuatan Otot Tungkai (Leg Dynamometer) a. Tujuan: untuk mengukur kekuatan otot tungkai b. Pelaksanaan: Berdiri dengan membengkokan kedua lututnya hingga bersudut ±45%, lalu alat. Setelah itu testy coba berusaha sekuat-kuatnya meluruskan kedua tungkainya. Setelah testy itu ternyata telah maksimum meluruskan kedua tungkainya, lalu kita lihat jarum alatalat tersebut menunjukan angka berapa. Angka ini menyatakan kekuatan otot tungkai orang tersebut. Besarnya kekuatan otot tungkai, yang dapat dilihat pada alat tersebut. Angka yang ditunjukan oleh jarum alat tersebut menyatakan besarnya kekuatan otot tungkai tersebut. 3.3.5 Pelaksanaan Tes Kelincahan (Shuttle run 4 x 10 meter) a. Tujuan untuk mengukur kelincahan seseorang mengubah posisi atau arah. b. Pelaksanaan Pada aba-aba bersedia setiap testy berdiri dibelakang garis atau garis pertama ditengah lintasan. Pada aba-aba siap testy dengan start berdiri siap lari, dengan aba-aba ya testy segera lari menuju ke garis kedua dan setelah kedua kaki melewati garis kedua segera berbalik dan menuju garis start. Lari dari garis start atau garis pertama menuju ISSN 2355-0058 Volume II Nomor 1. Januari Juni 2015 43

kegaris kedua dan kembali ke garis start dihitung 1 kali. Pelaksanaan lari dilakukan sampai keempat kalinya bolak-balik sehingga menempuh jarak 40 meter. Setelah melewati garis finish stopwatch dihentikan. Kelincahan lari dihitung sampai dengan 0,1 atau 0,01 detik.perhatian: testi berbalik setelah dua kaki mmelwati garis kedua atau pun garis start. 1. Menghitung rata-rata menggunakan rumus: 3.4 Teknik Analisis Data Setelah semua data terkumpul melalui tes kondisi fisik, langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah mengkategotikan hasil yang telah terkumpul sesuai dengan norma seperti tabel pada lampiran. Setelah itu, dilakukan penghitungan rata-rata dan persentase untuk setiap komponen fisik dengan menggunakan rumus seperti di bawah ini: Keterangan: = Nilai Rata-rata yang dcari = Jumlah nilai X = Jumlah Sampel 2. Menghitung pensentase digunakan rumus: F P x100 % N Keterangan: P = Persentase f = Frekuensi N = Jumlah Responden 100% = Bilangan tetap HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi, Subjek, Waktu, dan Data Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 04 Mei 2014 s/d selesai, bertempat di Stadion Lhong Raya, Banda Aceh. Subjek penelitian ini adalah atlet pencak silat gerak ilham kabupaten aceh besar tahun 2014 berjumlah 13 orang. B. Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data tes kondisi fisik dominan pada atlet Pencak Silat perguruan Gerak Ilham Kabupaten Aceh Besar Tahun 2014, yang ISSN 2355-0058 Volume II Nomor 1. Januari Juni 2015 44

terdiri dari 9 item tes telah di peroleh hasil sebagai berikut: Daya tahan jantung/paru yang ditimbulkan dalam usaha peningkatan dan pembinaan prestasi dalam cabang olahraga pencak silat berada pada kategori baik (56,63%), dengan frekuensi baik 4 orang, sedang 6 orang, dan kurang 3 orang. Daya tahan otot lengan (pull up )putra yang ditimbulkan dalam usaha peningkatan dan pembinaan prestasi dalam cabang olahraga pencak silat berada pada kategori sedang (12,11%), dengan frekuensi baik 1 orang, dan sedang 6 orang. Dan kurang 2 orang. Sedangkan pull up/gantung siku tekuk pada putri berada pada kategori kurang (18,6%). Sedang 3 orang, dan kurang 1 orang. Daya tahan otot perut dengan sit up yang ditimbulkan dalam usaha peningkatan dan pembinaan prestasi dalam cabang olahraga pencak silat berada pada kategori sedang (44,15%), dengan frekuensi baik sekali 2 orang, baik 4 orang dan sedang 7 orang. Daya tahan otot tungkai dengan squart jump yang ditimbulkan dalam usaha peningkatan dan pembinaan prestasi dalam cabang olahraga pencak silat berada pada kategori baik (58,38%), dengan kualifikasi baik sekali 7 orang, dan baik 6 orang, Kecepatan dengan lari 30 meter yang ditimbulkan dalam usaha peningkatan dan pembinaan prestasi dalam cabang olahraga pencak silat berada pada kategori baik (4,68%), dengan kualifikasi baik 5 orang, sedang 3 orang, kurang 1 orang, dan kurang sekali 4 orang Kekuatan lengan dengan pull dynamometer yang ditimbulkan dalam usaha peningkatan dan pembinaan prestasi dalam cabang olahraga pencak silat berada pada kategori kurang (20,23%), dengan kualifikasi sedang 8 orang, dan kurang 5 orang. Kekuatan lengan dengan push dynamometer yang ditimbulkan dalam usaha peningkatan dan pembinaan prestasi dalam cabang olahraga pencak silat berada pada kategori sedang (27,07%), dengan kualifikasi baik 3 orang, sedang 9 orang. Dan kurang 1 orang. Kekuatan otot tungkai dengan leg dynamometer yang ditimbulkan dalam usaha peningkatan dan pembinaan prestasi dalam cabang olahraga pencak silat berada pada kategori kurang (112,46%), dengan kualifikasi sedang 7 orang dan kurang 6 orang. Kelincahan dengan lari bolak balik 4x10 meter yang ditimbulkan dalam usaha peningkatan dan pembinaan prestasi dalam cabang. KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kondisi fisik dominan atlet Pencak Silat perguruan Gerak ilham kabupaten Aceh besar tahun 2014. dapat dikategorikan Baik. ISSN 2355-0058 Volume II Nomor 1. Januari Juni 2015 45

DAFTAR PUSTAKA Daksina Moeloek Dan Arjadino Tjokro. (1984). Kesehatan Dan Olahraga. Jakarta. Guba dan Lincoln. (1981). Metodelogi Penelitian Kualitatif, Penerbit Angkasa, Bandung Harsono. (1988). Coaching dan aspek aspek psikologi dalam coaching. Jakarta, PT. Dirjen Dikti P2LPT Irianto (2010). Fungsi makanan bagi tubuh manusia. Jakarta. Joko subroto (1994). Pembinaan Dan Pembentukan Unsur Unsur Fisik. Jakarta. Moeslim, mochamad (2003. Pengukuran dan evaluasi pelaksanaan program pelatihan cabang olahraga perkembangan olahraga terkini, Jakarta Pusat Kesegaran Jasmani Dan Rekreasi. (1977). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta Pondok pustaka PB IPSI (2000).Periode Pengembangan Pencak Silat. Jakarta. R. Kotot Slamet Hariyadi (2002). Teknik Dasar Pencak Silat Tanding, Jakarta, Penerbit PT. Dian Rakyat Sajoto, M. (1995). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta, Sajoto, M. (1988). Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga, Jakarta, proyek pengembangan lembaga pendidikan Suharsimi Arikunto. (2004). Evaluasi pendidikan, http://evaluasi pendidikan. Blogspot.com/2008/03/evaluasi-program-sebuah-pengantar-html Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, PT Asdi Mahasatya. Sudijono. (1987). Statistik Deskriptif dalam Ilmu Pendidikan, Jakarta. ISSN 2355-0058 Volume II Nomor 1. Januari Juni 2015 46