VIII. ANALISIS FINANSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
VII. RENCANA KEUANGAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

A. Kerangka Pemikiran

IV. METODE PENELITIAN

Bab 5 Penganggaran Modal

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

III. METODE PENELITIAN

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

BAB 2 LANDASAN TEORI

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Kewirausahaan. Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur

BAB VI ASPEK KEUANGAN. melakukan penghitungan net present value serta payback period. Proyeksi keuangan ini dibuat. Tabel 6.

BAB VI ASPEK KEUANGAN

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI ASPEK KEUANGAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta. PT Jaya merencanakan untuk mendirikan pabrik. Biaya yang dikeluarkan sebagai berikut:

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB V KEPUTUSAN INVESTASI

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

VII. ANALISIS FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

DAFTAR ISI. ii iii iv v vi vii

BAB II LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KONSEP PENILAIAN INVESTASI PADA RUMAH SAKIT DISUSUN OLEH: SESILIA ODILIA FAU

III. METODE PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI PENILAIAN EKSPANSI USAHA (Studi Kasus pada PT. Wijaya Karya Beton, Tbk)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ABSTRAK. Kata kunci: net present value, penganggaran modal, pengambilan keputusan. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif

Transkripsi:

VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan perhitungan analisis finansial ini diperlukan beberapa parameter-parameter yang berasal dari analisis sebelumnya yaitu kapasitas produksi, pangsa pasar, teknologi yang di pakai, pilihan peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung, dan proyeksi hargaharga. A. ASUMSI PERHITUNGAN FINANSIAL Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis finansial industri katekin dan tanin ini adalah sebagai berikut. a. Umur investasi diasumsikan selama 10 tahun. b. Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek adalah 50 persen dari nilai awal, nilai sisa mesin dan peralatan adalah 10 persen dari nilai awal, nilai sisa kendaraan adalah 20 persen dari nilai awal, dan nilai sisa tanah diasumsikan tetap. c. Umur ekonomis mesin dan peralatan produksi, peralatan kantor, dan kendaraan adalah lima tahun. d. Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan adalah 2,5 persen dari harga mesin dan peralatan. e. Pada tahun keenam dilakukan perbaikan total mesin dan peralatan dengan menghabiskan biaya sekitar 40% dari nilai awal. f. Kapasitas produksi adalah 252 kg gambir asalan per hari dan menghasilkan 37.83 kg katekin per hari serta 85,12 kg tanin per hari. g. Jumlah hari kerja per tahun adalah 288 hari dengan asumsi dalam seminggu terdapat enam hari kerja dan dalam satu bulan terdapat 4 minggu serta dalam setahun terdapat 12 bulan. h. Discount factor diasumsikan sebesar 16 persen. i. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 untuk pajak badan. yaitu sebesar 28 persen. 107

j. Modal kerja dihitung berdasarkan asumsi biaya modal kerja adalah 10% dari penjualan pada tahun berikutnya. k. Kapasitas produksi pada tahun pertama adalah 40 persen, kapasitas produksi pada tahun kedua adalah 60 persen, kapasitas produksi pada tahun ketiga adalah 80 persen, sedangkan kapasitas produksi tahun keempat dan seterusnya adalah 100 persen. l. Proyek dimulai pada tahun ke-0 sedangkan produksi pertama dimulai pada tahun ke-1. Asumsi-asumsi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9. B. BIAYA INVESTASI Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan untuk mendirikan industri katekin dan tanin. Biaya investasi meliputi biaya investasi tetap dan biaya modal kerja. Biaya investasi tetap meliputi biaya perizinan, tanah dan bangunan, fasilitas penunjang, mesin dan peralatan produksi, alat kantor, dan sarana distribusi. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan industri katekin dan tanin adalah Rp 12.079.053.600,-. Biaya investasi tetap pendirian industri katekin dan tanin adalah Rp 8.374.740.000,-. Ringkasan biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 27, sedangkan rinciannya disajikan pada Lampiran 10. 108

Tabel 27. Komponen Biaya Investasi Tetap yang Dibutuhkan dalam Pendirian Industri Katekin dan Tanin No Komponen Nilai Total (Rp) 1 Biaya prainvestasi 180.000.000 2 Tanah dan bangunan 5.034.400.000 3 Fasilitas Penunjang 210.000.000 4 Mesin dan Peralatan 1.775.000.000 5 Alat kantor 74.000.000 6 Sarana Distribusi 340.000.000 Subtotal 7.613.000.000 Kontingensi 10% 761.340.000 Total 8.374.740.000 Menurut Husnan dan Muhammad (2000). modal kerja dapat diartikan semua investasi yang diperlukan untuk aktiva lancar. Total biaya modal kerja yang dibutuhkan pada awal pendirian pabrik diasumsikan sebesar 10 persen dari total penjualan tahun berikutnya. Modal kerja yang dibutuhkan adalah Rp. 3.707.060.257,- pada tahun pertama, Rp 1.853.530.129,- pada tahun kedua sampai tahun keempat. Sedangkan pada tahun berikutnya tidak dibutuhkan tambahan untuk modal kerja karena produksi pada tahap sebelumnya sudah mampu terjual dan menutupi biaya modal kerja yang dibutuhkan. C. PRAKIRAAN BIAYA DAN PENERIMAAN Biaya yang digunakan dalam analisis finansial ini dikategorikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya akan berubah dengan perubahan intensitas volume kegiatan. Biaya variabel meliputi biaya bahan baku dan penunjang, biaya kemasan, biaya bahan bakar, biaya listrik, gaji tenaga kerja langsung, komisi penjualan, dan biaya distribusi. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak dipengaruhi oleh intensitas kegiatan. Biaya yang termasuk biaya tetap adalah biaya produksi tetap, biaya administrasi umum tetap, dan penyusutan. Rincian penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 11, komposisi biaya tetap dan biaya variabel diperlihatkan pada Lampiran 12 dan kebutuhan bahan bakar pada Lampiran 1, serta rincian biaya lengkap dapat dilihat pada Lampiran 14. Prakiraan biaya produksi katekin dan 109

tanin pada tahun pertama sebesar Rp 27.107.674.640,-, pada tahun kedua Rp 39.246.326.960,-, tahun ketiga Rp. 51.384.979.280,-, pada tahun keempat Rp 63.523.631.600,-, pada tahun kelima Rp 64.181.631.600,-. sedangkan prakiraan biaya total pada tahun keenam dan seterusnya sebesar Rp 63.523.631.600,-. Prakiraan biaya pada awal-awal produksi memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan tahun keempat dan seterusnya, hal ini dikarenakan pada awal produksi kapasitas produksi belum penuh, sedangkan pada tahun keempat dan seterusnya kapasitas produksi sudah mencapai 100%. Adapun pada tahun ketiga biaya total yang dikeluarkan pada tahun kelima jauh besar dibandingkan biaya total pada tahun lainnya, hal ini dikarenakan pada tahun kelima dilakukan perbaikan mesin dan peralatan dengan biaya yang dipersiapkan sebesar 40 persen dari harga mesin dan peralatan. Pada tahun pertama. perusahan memproduksi sebanyak 40% dari kapasitas total. Pada tahun kedua perusahaan memproduksi 60%, pada tahun ketiga adalah sebesar 80%, sedangkan pada tahun keempat sampai tahun kesepuluh perusahaan memproduksi dalam kapasitas total. Prakiraan penerimaan yang diperoleh pada tahun pertama adalah Rp 37.043.136.000,-, pada tahun kedua adalah Rp 55.564.704.000,-, prakiraan penerimaan pada tahun ketiga adalah Rp 74.086.272.000,- sedangkan prakiraan penerimaan pada tahun keempat dan seterusnya adalah Rp 92.607.840.000,-. Harga dan prakiraan penerimaan ini dihitung dengan asumsi harga tetap selama periode operasional. Informasi mengenai harga dan prakiraan penerimaan dapat dilihat pada Tabel 28 dan informasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. 110

Tabel 28. Prakiraan Penerimaan Industri Katekin dan Tanin Tahun ke- Kapasitas Produksi Produksi katekin per tahun (kg) Produksi tanin per tahun (kg) Total Penerimaan (Rp) 1 40% 4.358 9.820 37.043.136.000 2 60% 6.537 14.729 55.564.704.000 3 80% 8.716 19.639 74.086.272.000 4 100% 10.895 24.549 92.607.840.000 5 100% 10.895 24.549 92.607.840.000 6 100% 10.895 24.549 92.607.840.000 7 100% 10.895 24.549 92.607.840.000 8 100% 10.895 24.549 92.607.840.000 9 100% 10.895 24.549 92.607.840.000 10 100% 10.895 24.549 92.607.840.000 D. PROYEKSI LABA RUGI Proyeksi laba rugi merupakan ringkasan penerimaan dan pembiayaan perusahaan setiap periode yang merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan. Proyeksi laba rugi diperlukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu usaha. Laba rugi adalah selisih antara penjualan bersih produk selama satu periode tertentu dengan total biaya selama periode yang sama. Laba bersih yang merupakan pengurangan laba operasi earning before interest and tax (EBIT) yang dengan pajak. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang No.36 tahun 2008. untuk mendapatkan laba bersih dilakukan pengurangan pada laba atas pajak. Laba bersih pada proyek bernilai positif pada tahun pertama, hal ini dikarenakan produk katekin dan tanin yang dihasilkan merupakan produk yang bernilai tambah tinggi. Laba bersih ini kemudian menjadi dasar perhitungan dalam analisis arus kas. 111

Besarnya proyeksi rugi laba ini dapat dilihat pada Tabel 29 dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 16. Tabel 29. Proyeksi Laba Rugi Penjualan Katekin dan Tanin dalam 10 Tahun Produksi Total Total Tahun Laba bersih Penerimaan Pengeluaran EBIT (Rp) Pajak (Rp) ke- (Rp) (Rp) 1 37.043.136.000 27.107.674.640 9.935.461.360 2.781.929.181 7.153.532.179 2 55.564.704.000 39.246.326.960 16.318.377.040 4.569.145.571 11.749.231.469 3 74.086.272.000 51.384.979.280 22.701.292.720 6.356.361.962 16.344.930.758 4 92.607.840.000 63.523.631.600 29.084.208.400 8.143.578.352 20.940.630.048 5 92.607.840.000 64.181.631.600 28.426.208.400 7.959.338.352 20.466.870.048 6 92.607.840.000 63.523.631.600 29.084.208.400 8.143.578.352 20.940.630.048 7 92.607.840.000 63.523.631.600 29.084.208.400 8.143.578.352 20.940.630.048 8 92.607.840.000 63.523.631.600 29.084.208.400 8.143.578.352 20.940.630.048 9 92.607.840.000 63.523.631.600 29.084.208.400 8.143.578.352 20.940.630.048 10 92.607.840.000 63.523.631.600 29.084.208.400 8.143.578.352 20.940.630.048 E. PROYEKSI ARUS KAS Aliran kas dihitung dengan mengurangi aliran kas masuk dengan aliran kas keluar setiap tahunnya. Aliran arus kas proyek dikelompokkan menjadi tiga yaitu. aliran kas awal (initial cash flow) aliran kas periode operasi (operational cash flow). dan aliran kas terminal (terminal cash flow) (Soeharto. 2000). Aliran kas masuk terdiri dari modal kerja sendiri dan pinjaman (initial cash flow), laba bersih, depresiasi (operational cash flow), nilai sisa dan pengembalian modal kerja (terminal cash flow). Aliran kas keluar terdiri dari investasi tetap. modal kerja dan angsuran pinjaman. Kas bersih didapatkan dengan mengurangi kas masuk dengan kas keluar setiap tahunnya. Proyeksi arus kas industri katekin dan tanin ini dapat dilihat pada Tabel 30 dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 17. 112

Tabel 30. Proyeksi Arus Kas Industri Katekin Dan Tanin Tahun ke- Total Kas Masuk Total Kas Keluar 0-12.079.053.600 1 7.506.002.179 1.852.156.800 2 12.101.701.469 1.852.156.800 3 16.697.400.758 1.852.156.800 4 21.293.100.048 0 5 20.894.740.048 0 6 21.293.100.048 544.000.000 7 21.293.100.048 0 8 21.293.100.048 0 9 21.293.100.048 0 10 32.739.027.048 Aliran Kas Bersih (12.079.053.600) 5.653.845.379 10.249.544.669 16.697.400.758 21.293.100.048 20.894.740.048 20.749.100.048 21.293.100.048 21.293.100.048 21.293.100.048 32.739.027.248 F. KRITERIA KELAYAKAN INVESTASI Kriteria investasi yang digunakan antara lain adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Pay Back Period (PBP), dan analisis sensitivitas. Perhitungan kriteria kriteria ini didasarkan pada aliran kas bersih (net cash flow) pada proyeksi arus kas. Discount factor yang digunakan adalah 16 persen. Berdasarkan proyeksi arus uang tersebut dapat dihitung berbagai kriteria investasi. 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya dari suatu proyek investasi. Perhitungan angka yang dihasilkan menunjukkan besarnya penerimaan bersih selama sepuluh tahun setelah dilkalikan discount factor yang dihitung pada masa kini. Berdasarkan kriteria investasi metode NPV, suatu investasi dikatakan 113

layak untuk dijalankan jika nilainya lebih besar dari nol. Discount factor yang digunakan adalah 16% berdasarkan perhitungan Weighted Average Capital Cost. Rincian mengenai perhitungan NPV industri ini dapat dilihat pada Lampiran 18. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 18, nilai NPV menunjukkan angka positif yaitu Rp 67.196.856.477,- pada discount factor 16% per tahun dengan umur investasi sepuluh tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa investasi yang ditanam perusahaan sepanjang sepuluh tahun ke depan memperoleh manfaat bersih menurut nilai uang sekarang sebesar Rp 67.196.856.477,-. Perhitungan rinci untuk memperoleh nilai NPV tersebut dapat dilihat pada Lampiran 18. 2. Internal Rate Of Return (IRR) Menurut Gray et al. (1993). Internal rate of return (IRR) adalah discount factor pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen. Untuk menentukan layak atau tidaknya proyek dilaksanakan maka sebagai patokan dasar pembanding adalah discount factor yaitu ditetapkan sebesar 16 persen. Jika nilai IRR lebih besar dibandingkan dengan Discount factor, maka usaha dinyatakan layak, IRR pada usaha ini sebesar 86,11 % persen yang berarti bahwa pendirian pabrik pengolahan gambir asalan menjadi katekin dan tanin layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh sangat besar karena produk yang dihasilkan merupakan produk yang bernilai tambah sangat tinggi. 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net benefit cost ratio yaitu suatu perbandingan nilai kini arus manfaat bersih dibagi dengan nilai sekarang arus biaya bersih. Analisis ini merupakan perbandingan antara jumlah present value dari net benefit yang bernilai positif dengan present value dari net benefit yang bernilai negatif. Suatu investasi dikatakan layak apabila hasil perhitungan Net B/C nya lebih besar atau sama dengan satu. Dari hasil perhitungan Net B/C kegiatan investasi produksi katekin dan tanin diperoleh nilai sebesar 6,56. 114

yaitu setiap investasi Rp 1,- yang dikeluarkan sekarang pada tingkat discount factor 16% akan diperoleh keuntungan bersih Rp 6,56,-. 4. Payback Period (PBP) PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih. Masa pengembalian ini dapat diartikan sebagai jangka waktu pada saat NPV sama dengan nol. Nilai NPV yang besar akan menunjukkan jangka waktu pengembalian investasi yang ditanam semakin cepat. Dari hasil perhitungan PBP investasi produksi katekin dan tanin diperoleh 1,63 tahun, yaitu investasi yang ditanam akan kembali setelah satu tahun 8 bulan. Jangka waktu pengembalian investasi tergolong cepat karena katekin dan tanin yang dihasilkan merupakan produk bernilai tambah sangat tinggi. 5. Break Even Point (BEP) Titik impas atau Break even point adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan penerimaan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Titik impas selama umur proyek industri katekin dan tanin ini berada pada penjualan saat harga jual katekin Rp 2.963.872,- dan harga tanin Rp 1.481.936,-. Titik impas selama umur proyek dalam bentuk unit yaitu pada saat produksi katekin 4.968,11 kg dan 11.178,25 kg tanin. 115