Efektifitas Pemberian Kompos Trichoderma Sp. Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai. (Capsicum annum L.)

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPOS Trichoderma sp. TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) SKRIPSI

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2017 di Lahan

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

PENGARUH PUPUK NPK DGW COMPACTION DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L.

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksankan di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Greenhouse Jurusan Bioloi Fakultas Sains dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

PENGARUH VARIETAS DAN DOSIS KOMPOS YANG DIPERKAYA Trichoderma harzianum TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

III. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (brassica alboglabra) PADA BERBAGAI DOSIS KOMPOS SOLID ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

ABSTRACT. APLIKASI BEBERAPA JENIS COMPOST TEA TERHADAP PERUBAHAN JUMLAH MIKROORGANISME TANAH INCEPTISOL, PRODUKSI DAN KUALITAS SAWI (Brassica juncea)

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

Pengaruh Jenis dan Cara Aplikasi Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum, Mill)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil)

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

EFEKTIFITAS MIKROORGANISME (EM) PADA PERTUMBUHAN TANAMAN GELOMBANG CINTA (Anthurium Plowmanii) DENGAN MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN KOMPOS SKRIPSI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

S U N A R D I A

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Cara Menanam Cabe di Polybag

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

BAB III. METODE PENELITIAN

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

Transkripsi:

Efektifitas Pemberian Kompos Trichoderma Sp. Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.) I MADE DEDIK SETYADI I NENGAH ARTHA *) GUSTI NGURAH ALIT SUSANTA WIRYA Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80362 Bali *) Email : arthawgd@gmail.com ABSTRACT Effectiveness composting Trichoderma sp. Against the Plant Growth Chilli (Capsicum annum L.) The objective of this study was to determine the effectiveness of compost Trichoderma sp. at the time of the nursery and moving the field on red pepper plants. This experiment was conducted February to April 2015, using a factorial randomized complete block design with three replications. The first factor seedling media (MT = Media soil + compost Trichoderma sp. With a volume ratio of 1: 1, MK = Media soil + compost Simantri the ratio of 1: 1, M = Media ground). The second factor in the media field (mt = Media soil + compost Trichoderma sp. With a volume ratio of 1: 1, mk = Media soil + compost Simantri the ratio of 1: 1, m = Media ground). The results showed that: there is interaction between media seedlings with the media on the field, the variables plant height and yield fruit of pepper plants in the field. The best treatment is shown by the media's treatment (MTmk) at high variable pepper is 61.67 cm and the media (MTmt) high were obtained are 60.78 cm. In the fruit of the pepper plant variables highest results in treatment (MTmt) with the amount of 916.67 g but not significantly different from the treatment (MKmt) with the results of 813.33 g. Keywords: Effectiveness, Trichoderma sp, chili plants. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini sudah banyak dikembangkan pupuk organik yang berkualitas dari hasil inovasi teknologi dengan memanfaatkan limbah yang mencemari lingkungan menjadi pupuk organik lengkap dengan unsur makro dan mikro yang langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Hasil penelitian mengemukakan bahwa bahan/pupuk organik merupakan penyangga biologi yang mempunyai fungsi dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, sehingga tanah dapat menyediakan hara dalam jumlah berimbang. Perbaikan kondisi kesuburan tanah yang paling praktis adalah dengan penambahan pupuk ke tanah. Namun perlu diperhatikan http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 21

keseimbangan kesuburan tanah sehingga pupuk yang diberikan dapat efektif dan efisien. Penambahan pupuk anorganik yang menyediakan ion mineral siap saji saja akan merusak kesuburan fisik tanah, dimana tanah menjadi keras dan kompak. Dengan demikian, aplikasi pupuk organik akan sangat memperbaiki kondisi tanah. Namun pupuk organik lebih lambat untuk terurai menjadi ion mineral, apalagi jika aplikasinya hanya berupa penambahan bahan organik mentah saja. Maka dari itu kandungan mikroorganisme tanah juga perlu diperkaya untuk mempercepat dekomposisi, sehingga kesuburan tanah dapat terjaga (Syamsuddin. 2003). Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah adalah jamur Trichoderma sp. Spesies Trichoderma sp. disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies Trichoderma sp. telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T. Harzianum, T. Viridae, dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma sp. diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Selain itu juga dapat berlaku sebagai biofungisida,yang berperan mengendalikan organisme pathogen penyebab penyakit tanaman. Trichoderma sp. dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsi. Disamping kemampuan sebagai pengendali hayati, Trichoderma sp. memberikan pengaruh positif terhadap perakaran tanaman, pertumbuhan tanaman, hasil produksi tanaman. Sifat ini menandakan bahwa juga Trichoderma sp. berperan sebagai Plant Growth Enhancer. (Herlina, dkk 2009). Cabai merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, dengan ketingian tempat 1-1200 mdpl. Masalah utama dalam budidaya cabai adalah tingginya serangan hama/penyakit yang secara ekonomis dapat menurunkan produkitifitas, penggunaan pestisida kimia yang kurang bijaksana berdampak pada lingkungan dan tidak aman untuk dikonsumsi. Untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia diperlukan teknologi inovasi penggunaan pupuk dan pestisida organik. Budidaya cabai organik tidak terlepas dari penggunaan pupuk organik dan pestisida organik, untuk itu kondisi lahan harus diketahui agar produktifitas dari cabai yang diusahakan tidak menurun. Mengingat peran Trichoderma sp. yang sangat besar dalam menjaga kesuburan tanah dan menekan populasi jamur patogen, sehingga Trichoderma sp. memiliki potensi sebagai kompos aktif dan sebagai agen pengendali organisma patogen. (Herlina, dkk 2009). 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui efektifitas kompos Trichoderna sp. pada saat persemaian. Mengetahui efektifitas kompos Trichoderma sp. pada tanam lapang, Mengetahui interaksi antara media semai dan media dilapang 22 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

1.3 Hipotesis Beberapa hipotesis yang diajukan dan akan di buktikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Trichoderma sp. efektif untuk pertumbuhan tanaman cabai pada saat semai, Ditemukan efektifitas pemberian Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan tanaman cabai pada saat di lapang, Terjadi interaksi antara media semai dan media dilapang pada budidaya tanaman cabai. 2. Metode penelitian 2.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Pebruari sampai dengan April 2015. 2.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kompos Trichoderma sp., kompos Simantri, media tanah, benih cabai, mulsa plastik hitam perak, tali raffia, serta bahan bahan lain yang terkait dengan penelitian ini. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah, kamera digital, hand tractor, cangkul, sabit, ember, sprayer, baki semai (seedling tray), alat tulis, penggaris, gunting serta alat-alat lain yang terkait dengan penelitian ini. 2.3 Metode Pelaksanaan 2.3.1 Persemaian Pembuatan bibit di lakukan dengan cara memilih benih cabe yang akan digunakan untuk pembuatan bibit. Benih tersebut direndam dengan air selama kurang lebih 24 jam, setelah 24 jam benih ditiriskan dan dimasukan ke dalam lubang-lubang baki semai satu lubang diisi 2 benih cabai untuk menghindari jika salah 1 benih tidak tumbuh ( Gambar 3.2 ). Media tanam yang digunakan yaitu Media tanah + kompos Trichoderma sp. dengan perbandingan volume 1:1, Media tanah + kompos Simantri dengan perbandingan 1:1, Media tanah. Setelah bibit berumur 25 hari setelah tanam, bibit cabai siap untuk di tanam dilapang. 2.3.2 Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan diolah terlebih dahulu dengan pembersihan gumla yang tumbuh disekitar lahan. Setelah pembersihan gulma dilakukan lanjut dengan pembuatan bedengan dengan panjang 300 cm dan lebar 100 cm. setelah bedengan selesai lalu ditutup dengan mulsa plastik dan dibuatkan lubang dengan diameter 10 cm dengan jarak 75 x 50 cm, kemudian lubang tanam diisi sesuai perlakuan ( Media Tanah + Kompos Trichoderma sp. 1:1, Media Tanah + Kompos Simantri 1:1, dan dengan Media Tanah ) (gambar 3.1) denah percobaan. 2.3.3 Penanaman Penanaman bibit di lapangan disesuaikan dengan perlakuan yang digunakan. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 23

Penanaman bibit cabai dilakukan dengan cara membuat lubang tanam meletakkan tanaman cabai pada lubang tanam dan menimbun sampai tanaman tumbuh tegak terakhir disiram. 2.3.4 Pemeliharaan a. Pemeliharaan pada saat semai meliputi : penyiraman setiap hari dilakukan untuk mencegah bibit layu ataupun kematian bibit. b. Pemeliharaan tanaman di lapangan meliputi : penyiraman, penyiangan dan penyulaman. Penyiraman tanaman di lakukan secara intensif pada pagi hari atau sore hari pada awal penanaman. Penyulaman di lakukan untuk menggantikan tanaman yang mati, dan di lakukan sampai umur tanaman dua minggu di lapangan. Penyiangan di lakukan untuk mengendalikan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman, yang di lakukan tiap dua minggu sekali dan di lakukan secara mekanis, yaitu dengan cara mencabut langsung gulma yang tumbuh disekitar tanaman cabai. 2.3.5 Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengamatan dilakukan dengan 2 tahapan yaitu saat pembibitan dan dilapang. Pengamatan yang dilakukan pada saat pembibitan meliputi : waktu tumbuh tunas, tinggi tanaman, dan jumlah daun. Pengamatan dilakukan dengan mencatat gejala yang terjadi pada saat semai adapun variabel yang diamati pada saat pembibitan adalah sebagai berikut : 1. Waktu muncul tunas ( hari ) Waktu muncul tunas dihitung dari persemaian bibit hingga tunas berumur 25 hari setelah semai. Disebut sebagai tunas apabila tunas sudah memiliki minimal tinggi 0,1 cm di atas permukaan tanah. 2. Tinggi tunas ( cm ) Tinggi tunas diukur dari permukaan tanah sampai pucuk tunas tertinggi dan pengamatan di lakukan setiap 5 hari sekali sampai bibit berumur 25 hari setelah tanam. 3. Jumlah daun ( helai ) Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung daun, dihitung setiap 5 hari sekali sampai tunas berumur 25 hari setelah tanam. Pengamatan yang dilakukan pada saat tanaman di lapangan meliputi : tinggi tanaman, jumlah daun dan hasil. Pengamatan dilakukan dengan mencatat gejala yang terjadi pada tanaman. Adapun variabel yang diamati pada saat tanaman dilapang adalah sebagai berikut : 1. Tinggi tanaman ( cm ) Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman tertinggi, diukur 7 hari setelah tanam lapang dilakukan mulai saat penanaman sampai tanaman berbunga. 24 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

2. Jumlah daun ( helai ) Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung daun yang telah membuka sempurna di hitung setiap minggu sekali dimulai dari 7 hari setelah tanam lapang. 3. Hasil buah Segar ( g ) Hasil panen adalah berat segar buah panen ( g ) berat segar buah panen di dapat dengan menimbang buah yang baru dipanen kemudian dihitung secara komulatif berat segar dari setiap kali panen. 2.4 Analisis Data Untuk mengetahui hasil dan pengaruh dari perlakuan yang diberikan, data hasil pengamatan ditabulasikan sehingga diperoleh nilai rata-rata. Selanjutnya dilakukan analisis keragaman sesuai rancangan yang digunakan. Apabila perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji beda nilai rata-rata dengan uji BNT taraf 5% 3. Hasil Dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis statistik ( Tabel 4.1 ) menunjukan bahwa terjadi interaksi antara media semai dan media dilapang pada variabel tinggi tanaman dan hasil buah cabai dilapang berpengaruh sangat nyata. Interaksi antara perlakuan media semai dan media lapang tidak terjadi pada variabel lainnya. Media semai berpengaruh nyata pada variabel waktu muncul tunas dan tinggi tunas, sedangkan pada variabel jumlah daun saat semai perlakuan ini menunjukan tidak berpengaruh nyata (non signifikan). Sementara itu, media semai dan media dilapang berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan hasil tanaman cabai. Tabel 4.1. Signifikansi Efektifitas Pemberian Kompos Trichoderma Sp. terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai. Perlakuan No Variabel Media Media Interaksi Semai Lapang 1 Waktu muncul tunas * ns ns 2 Tinggi tunas semai * ns ns 3 Jumlah daun semai ns ns ns 4 Tinggi tanaman dilapang * ** ** 5 Jumlah daun dilapang * * ns 6 Hasil buah * * ** Keterangan : ns : berpengaruh tidak nyata (p<0,05) * : berpengaruh nyata (p 0,05) ** : berpengaruh sangat nyata (p 0,01) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 25

3.1.1 Waktu Muncul Tunas pada saat Persemaian Perlakuan media kompos Trichoderma sp. (MT) menunjukkan pertumbuhan tunas tercepat dibandingkan dengan perlakuan lainya yaitu 2.22 hari setelah tanam (hst). Akan tetapi, perlakuan kompos Simantri (MK) dengan waktu muncul tunas 2.66 hst tidak berbeda nyata dengan perlakuan kompos Trichoderma sp. (MT) Sementara itu, perlakuan media tanah (M) saja menunjukkan waktu muncul tunas yang paling lambat yaitu dengan waktu 3.22 hst ( Tabel 4.2 ). Herlina dkk., (2009) menyatakan Trichoderma sp. ternyata dapat meningkatkan 150-250% pertumbuhan tanaman. Untuk pembenihan sebagai dressing dicampur bersama pupuk cair atau dapat dicampur bersama pupuk atau herbisida melalui permukaan saluran irigasi atau ditanamn dalam bentuk kering ke tanah Tabel 4.2. Pengaruh Perlakuan Kompos Trichoderma sp., Kompos Simantri, dan Tanah terhadap Waktu Muncul Tunas, Tinggi Tunas, dan Jumlah Daun saat Semai. Perlakuan Muncul tunas (hari) Tinggi tunas (cm) Jumlah daun (helai) MT 2.22 a 11.42 a 8.67 a MK 2.66 ab 11.38 a 8.89 a M 3.22 b 10.61 a 8 a Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak nyata berdasarkan uji Duncan 5%. 3.1.2 Tinggi Tunas saat Semai Perlakuan kompos Trichoderma sp. (MT) menunjukan tinggi tunas tertinggi dengan 11.42 cm akan tetapi hal tersebut tidak menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan kompos Simantri (MK) dengan tinggi 11.38 cm. sementara itu, perlakuan media tanah (M) saja menunjukan tinggi tanaman yang terpendek dibandingkan dengan perlakuan lainya dengan tinggi 10.61 cm (Tabel 1). Menurut Suwahyono, dkk (2004) bahwa Trichoderma sp. mengeluarkan zat aktif semacam hormone auksin yang merangsang pembentukan akar lateral. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman memerlukan unsur hara dan air, penyerapan air dan hara yang baik diperngaruhi oleh pertumbuhan akar, dengan pemberian Trichoderma sp. maka pertumbuhan akar menjadi lebih baik sehingga proses penyerapan hara dan air berjalan baik yang berakibat juga terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan lebih baik. 3.1.3 Jumlah Daun saat Bibit dipersemaian Perlakuan kompos Simantri (MK) menunjukan jumlah daun terbanyak yaitu 26 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

8.89 helai, dibandingkan dengan perlakuan kompos Trichoderma sp. (MT) dengan 8.67 helai, dan perlakuan media tanah (M) 8 helai. Ketiga perlakuan tersebut menunjukkan tidak berbeda nyata dengan setiap perlakuan. Hasil penelitian Rainiyati, dkk. (1998) menunjukkan bahwa pemberian kompos 15 ton ha-1 dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kedelai. Dalam hal ini terlihat bahwa tinggi tanaman, jumlah cabang primer, berat brangkasan kering dan hasil buah segar nyata meningkat dengan pemberian kompos. 3.1.4 Tinggi Tanaman di Lapangan Perlakuan ini menghasilkan tinggi tanaman cabai tertinggi 61.67 cm dengan perlakuan MTmk, akan tetapi perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan media MKmt dengan tinggi 61.22 cm. Sementara itu perlakuan media Mm menunjukkan hasil terpendek dibandingkan dengan perlakuan lainya yakni 53.89 cm (Tabel 4.3). Saraswati. (2007), menyatakan kompos banyak mengandung mikroorganisme (fungi, aktinomisetes, bakteri, dan alga) di tambahkannya kompos ke dalam tanah tidak hanya jutaan mikroorganisme yang ditambahkan, akan tetapi mikroorganisme yang ada dalam tanah juga terpacu untuk berkembang. Proses dekomposisi lanjut oleh mikro-organisme akan tetap terus berlangsung tetapi tidak mengganggu tanaman. Tebel 4.3. Tabel Interaksi Media Semai dan Media di Lapang terhadap Tinggi Tanaman Cabai di Lapangan. Perlakuan Media saat semai MT MK M Media dilapang..cm. mt 60.78 a 61.22 a 56.33 b mk 61.67 a 60.78 a 55.45 b m 54.89 b 55.56 b 53.89 c Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan berbeda tidak nyata berdasarkan uji Duncan 5%. 3.1.5 Jumlah Daun di Lapangan Pengaruh media pada saat di lapangan jumlah daun terbanyak ditunjukkan pada perlakuan media kompos Simantri dengan jumlah daun 49,29 helai akan tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan media kompos Trichoderma sp. 48,78 helai. Perlakuan media tanah memiliki jumlah daun paling sedikit dibandingkan dengan perlakuan lainya dengan jumlah 47.89 helai akan tetapi perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan media kompos Trichoderma sp. (Tabel 4.4). http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 27

Tabel 4.4. Pengaruh Perlakuan Kompos Trichoderma sp., Kompos Simantri, dan Tanah terhadap Jumlah Daun di Lapang. Perlakuan Jumlah daun (helai) Media dilapang mt 48.78 ab mk 49.29 a m 47.89 b Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan berbeda tidak nyata berdasarkan uji Duncan 5%. 3.1.6 Hasil buah Tanaman di Lapangan Kombinasi perlakuan media MTmt menunjukan hasil terbanyak dengan 916,67 g, akan tetapi hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi media MKmt 813,33 g dan pada kombinasi media Mm menghasilkan 516,67 g. Hasil terrendah ditunjukkan pada perlakuan kombinasi perlakuan media Mmk menunjukkan 423,34 g (Tabel 4.5). Herlina (2009), hasil penelitian bahwa pemberian kompos aktif Trichoderma sp. berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai. Respon pertumbuhan tanaman cabai akibat pemberian kompos aktif Trichoderma sp. dapat meningkatkan jumlah akar lateral, kandungan klorofil serta berat kering tanaman cabai. Tabel 4.5. Tabel Interaksi Media Semai dan Media di Lapang terhadap Hasil Buah Tanaman Cabai di Lapangan. Perlakuan Media saat semai MT MK M Media dilapangan..g. mt 916.67 a 813.33 a 456.67 cd mk 776.67 a 676.67 ab 423.34 cd m 590 bc 583.34 c 516.67 e Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak nyata berdasarkan uji Duncan 5% 4. Kesimpulan Dan Saran 4.1.1 Kesimpulan 1. Pemberian kompos Trichoderma sp. pada saat persemaian menujukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kompos Simatri, ditunjukan dari waktu muncul tunas, tinggi tanaman, dan jumlah daun. Perlakuan Trichoderma sp. menunjukan waktu tercepat dalam variabel waktu muncul tunas saat semai dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kompos Simantri. Dan pada variabel tinggi tunas kompos Trichoderma sp. menujukan tinggi tanaman tertinggi dan tidak berbeda nyaa dengan tinggi tanaman pada perlakuan kompos Simantri pada variabel jumlah daun jumlah daun paling 28 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

banyak ditunjukan oleh perlakuan kompos Simantri dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kompos Trichoderma sp. 2. Pemberian kompos Trichoderma sp. pada saat dilapangan pada variabel tinggi tanaman, jumlah daun, dan hasil buah tanaman cabai menujukan hasil yang tidak berbeda nyata dengan hasil pada media kompos Simantri. 3. Interaksi terjadi pada variabel tinggi tanaman dan hasil buah dilapangan pada variabel tinggi tanaman, tanaman tertinggi ditunjukan oleh perlakuan MTmk akan tetapi hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan MKmt. Interaksi pada hasil buah tanaman cabai hasil terbanyak ditunjukan pada perlakuan MTmt akan tetapi hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan MKmt dan hasil paling sedikit di tunjukan pada perlakuan Mmk. 4.2 Saran Saran yang bisa diberikan oleh penulis perlu dilakuakn penelitian lanjutan terhadap kompos Trichoderma sp. dengan mengukur kandungan hara yang terdapat dalam Trichoderma sp. yang dibutuhkan oleh tanaman. Daftar Pustaka Anis, S, dan Aman, S. 2014. Kajian Efektifitas Penggunaan Agensia Hayati Trichoderma sp Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fussarium pada Tanaman Bawang Merah Diluar Musim. Program Studi Agrotek Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Bayu, N. 2014. Aplikasi Pupuk Organik Campuran Limbah Cangkang Telur dan Vetsin dengan Penambahan Rendaman Kulit Bawang Merah Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum Annum L) Var. Longum. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. CPIS (Centre for Policy and Implementation Studies) dan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. (1991). Penelitian dan Pengembangan Pupuk Kompas Sampah Kota. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Darmawan. 2010. Cabai merah : Komoditas Prospektif dan Andalan. Dalam: Atie Sri Duriat, A.W.W. Hadisoeganda, Thomas Agoes Soetiarso, dan L. Prabaningrum (Eds.). Teknologi Produksi Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Lembang. Devi, R, N. 2010. Budidaya Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L.) di Uptd Perbibitan Tanaman Hortikultura Desa Pakopen Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Skripsi Program Diploma Iii Agribisnis Minat Hortikultura Dan Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 29

Harpenas. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Cabai Merah (Capsicum annum L.). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah. Herlina, L, dan Pramesti, D. 2009. Penggunaan Kompos Aktif Aktif Trichoderma sp. dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Cabai. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Hilda, C. 2013. Efektifitas Jamur Trichoderma Harzianum Dan Mikroba Kotoran Sapi pada Pengomposan Limbah Sludge Pabrik Kertas. Skripsi Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 30 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat