BAB I PENDAHULUAN. Pasar yang modern berkembang dalam lingkungan yang penuh gejolak yang

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh perceived quality, perceived fit, perceived difficulty pada sikap konsumen terhadap brand extension (studi pada PT Aksara Solopos)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembahasan tesis ini akan di fokuskan ke dalam kategori Personal Care, dimana

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi pemasaran, berbagai jenis informasi, teknologi, dan

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

I. PENDAHULUAN. kebutuhan dan keinginan konsumen. Seiring dengan perkembangan jaman,

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan jasa

I. PENDAHULUAN. Fenomena persaingan antar produk pada saat ini mengharuskan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan konsumen memiliki banyak pilihan produk yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama memasuki

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan. unsur-unsur tersebut yang membantu untuk mengenali produk-produk sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang semakin ketat di zaman modern sekarang ini, pemasaran

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK HASIL BRAND EXTENSION

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran adalah kegiatan penawaran suatu produk sesuai

I. PENDAHULUAN. Keterbukaan informasi telah mendorong terjadinya exposure besar-besaran

Integrated Marketing Communication I

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri seorang wanita maupun pria akan timbul dengan rambut yang

BAB I PENDAHULUAN. Canggihnya teknologi saat ini banyak menyuguhkan beberapa saranasarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai perubahan pata perilaku terhadap. Penggunaan Perceived Fit dalam penelitian mengenai Brand

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang canggih. Banyak konsumen yang belum sempat mencoba seri terbaru

BAB I PENDAHULUAN. banyak industri yang juga mengalami fenomena tersebut. Industri fast moving

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada Era Globalisasi ini, aktivitas pembangunan dan perekonomian

I. PENDAHULUAN. Keterbukaan informasi telah mendorong terjadinya exposure besar-besaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. selalu invoatif dalam mengembangkan usahanya. Salah satu kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin ketat akibat perubahan teknologi, ekonomi, dan kondisi situasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis saat ini berkembang dengan begitu pesat. Setiap perusahaan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya produk yang ditawarkan sebuah perusahaan mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. memposisikan produknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar. variabel yang mempengaruhi kepercayaan terhadap produk.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan persaingan bisnis dan meningkatnya era perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari merek yang tertera pada produk tersebut. penjual dan untuk mendiferensikannya dari barang atau jasa pesaing.

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat. Pengaruh Ekuitas Merek terhadap Loyalitas Pelanggan shampo merek

BAB I PENDAHULUAN. bersaing untuk meningkatkan kualitas produk masing-masing. Perubahan konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. Shampoo merupakan salah satu kategori produk dengan tingkat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tiap perusahaan salah satunya adalah untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah menyebabkan adanya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pasar global. Agar perusahaan dapat bertahan dan memenangkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Perilaku konsumen juga akan menentukan proses pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak

LOYALITAS PELANGGAN SHAMPOO LIFEBOUY DI CAREFOUR RUNGKUT SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia harus berhubungan dengan sesamanya dan alam sekitarnya atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

PENGARUH PERLUASAN MEREK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SAMPO DOVE DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang hendak memasuki

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan persaingan sehingga berdampak pada peningkatan jumlah alternatif

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi pemasaran produk yang semakin dinamis menyebabkan persaingan ketat

BAB I PENDAHULUAN. Jaman moderen dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

LANDASAN TEORI. Menurut F. Sikula dalam Kotler dan Armstrong (2008:6) manajemen pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Adanya sebuah peluang maka tidak akan terlepas dari adanya persaingan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 menurut situs, (

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi dunia semakin meningkat sejalan UKDW

BAB I PENDAHULUAN an. Kerudung atau hijab merupakan kata yang tidak asing didengar oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam

ANALISIS PENGARUH BRAND EQUITY

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai keunggulan kompetitif (competitive advantage) agar mampu memenangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menyebabkan peran

BAB I PENDAHULUAN. mengalami metamorfosis yang berkesinambungan. Tidak terkecuali di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dunia bisnis semakin pesat. Perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dan industri saat ini semakin ketat dan penuh

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan

SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian brand equity pada pasta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. satu masalah utama perusahaan dalam menyusun strategi produknya adalah

I. PENDAHULUAN. Persaingan dunia bisnis semakin lama terasa semakin ketat dalam memperebutkan

ANALISIS PENGETAHUAN MEREK INDUK DAN PERSEPSI KUALITAS TERHADAP SIKAP BRAND EXTENSION PADA MINAT BELI SHAMPOO DOVE DI GADING INDAH SWALAYAN MOJOKERTO

BAB I LATAR BELAKANG. dilakukan oleh Rio, Vazquez, dan Iglesias (2001) yang berfokus pada sepatu

terus berlomba-lomba untuk menawarkan produknya agar dapat dikenal

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB perkapita Indonesia atas dasar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum Perusahaan J.CO Donut & Coffee Sejarah Perusahaan J. CO Donuts & Coffee

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perkembangan suatu bangsa mengindikasikan telah terjadi

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengembangan merek perusahaan yang kuat. Namun semakin

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi perubahaan gaya hidup. Manusia selalu berusaha untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi dan persaingan pasar, semua pelaku bisnis

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan kemajuan teknologi meningkatkan daya kreativitas sehingga

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagaimana diketahui bahwa merek merupakan pembeda antar satu produk dengan produk

Marcomm Management. Perancangan Strategi Komunikasi Pemasaran Merek. Berliani Ardha, SE, M.Si

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar yang modern berkembang dalam lingkungan yang penuh gejolak yang ditandai oleh berbagai bentuk tekanan lingkungan, seperti globalisasi ekonomi dunia, meningkatnya kolaborasi dengan para pesaing, dampak perubahan teknologi yang cepat, meningkatnya kekuatan dari para distributor, dan perubahan pasar yang cepat dimana para konsumen semakin menuntut produk dengan ratio harga dan kualitas yang tinggi serta selera konsumen yang semakin heterogen (Shocker, 1994; Khoiriyah, 2008). Berbagai pengaruh tersebut menciptakan dorongan untuk memiliki suatu strategi yang mampu bertahan dalam lingkungan yang modern. Kreatifitas serta terobosan-terobosan baru diharapkan terus muncul dalam persaingan yang ketat, sehingga tidak menciptakan kejenuhan akan suatu produk. Dan hal ini nampak jelas terlihat pada perusahaan ritel modern yang bergerak dalam bidang makanan. Pemeliharaan kualitas produk dan pelayanan sangat perlu ditekankan dalam perusahaan ritel makananan, tetapi saat ini tidak hanya kedua hal tersebut yang perlu ditekankan oleh suatu perusahaan. Suatu perusahaan ritel modern yang bergerak dalam bidang makanan, perlu juga untuk melakukan pengelolaan intelektual asset yang terdapat pada brand (merek) suatu perusahaan. Untuk itu dibutuhkan suatu manajemen merek yang dapat membuat suatu merek 3

menjadi aset yang tidak berwujud, namun memiliki nilai yang berharga bagi perusahaan. Manajemen merek telah menjadi salah satu topik yang populer dalam beberapa tahun terakhir ini (Stefanus, 2008). Menurut Czellar (1998), pertumbuhan minat dalam bidang manajemen merek sangat menonjol sejak periode 1990-an. Merek dipercaya sebagai salah satu aset tidak berwujud yang dapat membuat konsumen menjadi sadar (aware) terhadap suatu produk. Merek sendiri diartikan sebagai nama, terminologi, tanda, simbol,atau desain, atau kombinasi diantaranya yang ditujukan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari suatu penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dengan pesaing ( Kottler,2007). Manajemen merek yang baik dapat memberikan banyak manfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen merk memiliki manfaat yaitu : sarana identifikasi, proteksi hukum, signal tingkat kepuasan dari pelanggan yang puas, sarana menciptakan asosiasi dan makna yang unik, sumber keunggulan kompetitif, dan sumber financial returns (Kotler, 2007). Sedangkan bagi konsumen sendiri merek memiliki manfaat yaitu : identifikasi sebuah produk, menyederhanakan pengambilan keputusan dan mengurangi resiko menjadi tak ternilai, menetapkan tanggung jawab pada pembuat atau distibutor tertentu (Kotler, 2007). Melihat dari pemaparan teori tersebut, terlihat bahwa merek sangat berperan dalam membuat suatu produk memiliki keunggulan bersaing yang tinggi. Strategi merek dapat digunakan sebagai salah satu cara agar merek dapat menciptakan keunggulan bersaing (competitive advantage), menghasilkan kepuasan dan nilai tambah bagi konsumen yang dapat berujung pada peningkatan penjualan produk itu sendiri. Beberapa strategi merek dapat diidentifikasikan ke dalam lima kategori, yaitu : line extension, brand extension, new brand, 4

multibrand strategy, dan co-brand (kotler, 2002). Berikut akan dijelaskan definisi menurut beberapa ahli dan contoh penerapan dalam dunia nyata mengenai kelima kategori strategi merek tersebut. Kategori strategi merek yang pertama yaitu Line extension (Perluasan lini), Line extension terjadi jika perusahaan memperkenalkan unit produk tambahan dalam kategori produk yang sama dengan merek yang sama, biasanya dengan tampilan baru seperti rasa, bentuk, warna baru, tambahan, ukuran kemasan, dan lainnya (Kotler, 1997:71). Diharapkan dengan tambahan jenis baru, konsumen memiliki lebih banyak pilihan dalam mengkonsumsi merek yang sama (Dharmayanti, 2006:65), sebagai contoh : setelah sukses dengan kemasan botol shampoo Pantene meluncurkan kemasan sachet sekali pakai, yang dapat memudahkan untuk dibawa bepergian. Kategori yang kedua dari strategi merek yaitu Brand extension (Perluasan merek), merupakan strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk baru yang berbeda kategorinya namun menggunakan nama merek yang sama dengan nama merek produk sebelumnya (Kotler, 2000; Hem, et al,2001; Lye, Venkateswarlu & Barret, 2001; Martinez & Leslie, 202, Czelar, Sandor, 2003; Khoiriyah 2008). Strategi ini dipilih bila perusahaan ingin memanfaatkan nama besar sebuah merek dengan meluncurkan merek yang sama ke dalam katgori produk yang berbeda, sehingga biaya promosi untuk menanamkan brand awareness akan bisa ditekan oleh perusahaan. Strategi merek yang ketiga yaitu New brand (Merek baru), Strategi ini adalah kebalikan dari brand extension. Strategi New brands menggambarkan situasi dimana perusahaan masuk ke kategori produk baru dengan nama merek yang sama sekali berbeda. Biasanya strategi ini dipilih apabila tidak satupun merek 5

yang tersedia di perusahaan sesuai untuk kategori baru tersebut. Kelemahan strategi ini adalah dari segi biaya. Pembinaan merek yang baru dalam kategori yang baru harus dimulai dari nol, sehingga membuat biaya yang dikeluarkan pun tinggi. Sebagai contoh : PT Sayap Mas Utama (Wings Corporation) yang sudah sangat kuat di pasar household dan personal care dengan merek-merek Wings, So-Klin, Nuvo, Ciptadent, dll, beberapa tahun terakhir ini ikut melakukan penetrasi ke kategori makanan dengan menggunakan merek Jas-Jus dan Segar- Dingin. (Maulana, 2004). Strategi merek yang keempat yaitu Multibrand (Multi merek), Strategi multibrand dipakai apabila perusahaan ingin masuk ke dalam segmen yang selama ini belum tergarap oleh merek yang ada dalam kategori produk yang sama. Resiko ketidakberhasilan merek baru, kecil pengaruhnya terhadap merek yang sudah lebih dulu mapan. Sisi negatifnya adalah kanibalisasi antar merek, karena bersaing untuk memperebutkan konsumen dalam pasar yang itu-itu saja. Untuk memperkecil resiko kanibalisasi, diferensiasi antar merek harus jelas bagi konsumen. Sebagai contoh : Unilever dengan multibrand di kategori shampo. Differensiasi antar merek cukup jelas. Clear adalah shampo anti ketombe untuk remaja; sedangkan Sunsilk untuk wanita yang menginginkan rambut sehat dan berkilau (Maulana, 2004). Strategi merek yang terakhir yaitu Co-brand (Merek bersama), Co-branding terjadi apabila dua merek terkenal atau lebih digabung dalam satu penawaran dengan tujuan agar merek yang satu dapat memperkuat merek yang lain sehingga dapat menarik minat konsumen, sebagai contoh : perusahaan yang bergerak dalam bidang telepon genggam Sony-Ericson (Kotler, 1997:71; Dharmayanti,2006:68). 6

Dari kelima strategi merek tersebut, brand extension merupakan salah satu strategi yang cukup sering dilakukan oleh perusahaan. Menurut Aaker & Keller (1990) menyatakan bahwa strategi perluasan merek memiliki beberapa manfaat yang pertama adalah mengurangi persepsi resiko ditolaknya produk tersebut oleh pelanggan. Kedua, perluasan merek dapat meingkatkan efesiensi dalam biaya distribusi dan promosi. Untuk mengembangkan produk barunya banyak perusahaan-perusahaan yang menerapkan perluasan merek (brand Extension) pada merek-merek mereka yang dianggap sudah dikenal luas oleh masyarakat dan dianggap mapan, sebagai contoh : Lifebouy sudah dikenal luas oleh masyarakat sebagai merek yang menciptakan sabun mandi untuk keluarga, untuk mengembangkan produk barunya kini Lifebuoy melakukan perluasan merek berupa shampo dengan merek dan segmentasi yang sama. Contoh produk lain yang sudah memiliki lebih dari satu perluasan merek yaitu ABC, merek ABC dahulu lebih dikenal dengan produk sirup dan kecapnya, tetapi sekarang ABC mengeluarkan produk sambal dan saos ABC, kopi ABC, dan terasi ABC. Walaupun sudah banyak contoh perusahaan-perusahaan yang berhasil melakukan strategi perluasan merek, tidak membuat strategi perluasan merek ini mudah untuk dilakukan oleh seluruh perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan brand extension adalah kesesuain kategori parent brand dengan extension brand (similarity), reputasi yang dimiliki oleh parent brand (reputation), resiko yang dirasakan oleh konsumen (perceived risk), dan keinginan konsumen untuk mencoba produk baru (innovativeness) (Hem, Leslie, dan Iverson, 2001). Kendala dalam meluncurkan produk baru tidak hanya membutuhkan waktu yang lama, namun juga biaya yang sangat tinggi, dan hal ini menunjukkan tingkat resiko yang dihadapi perusahaan relatif tinggi (Khoiriyah, 7

2008). Hal ini disebabkan karena perlu adanya upaya untuk membangun awareness kepada konsumen, agar mereka mengetahui manfaat yang ditawarkan produk perluasan merek tersebut yang berbeda secara kategori. Czellar (2003) mengemukakan bahwa sikap konsumen terhadap perluasan produk sangat dipengaruhi opleh persepsi konsumen terhadap tingkat kemiripan merek dan kategori produk yang baru dengan merek dan kategori produk yang sudah ada sebelumnya. Dengan adanya perluasan merek dapat membantu konsumen untuk setidaknya aware terhadap suatu produk baru tersebut dan mengurangi tingkat resiko kegagalan produk baru, karena menggunakan nama dari merek induk (parent brand) yang memiliki kemiripan merek dan kategori dengan produk perluasan merek, yang tentunya sudah memiliki persepsi yang baik dibenak konsumen. Salah satu perusahaan yang melakukan perluasan merek dengan keimiripan kategori yaitu perusahaan Richeese, reputasinya yang baik yang dimiliki oleh parent brand, dan menciptakan keinginan konsumen untuk mencoba produk baru, membuat perusahaan richeese tidak berhenti untuk melakukan inovasi-inovasi produknya melalui strategi perluasan merek (brand extension). Perusahaan Richeese yang tergolong baru dalam industri makanan ringan dapat dikatakan sebagai perusahaan yang cukup banyak melakukan perluasan merek (brand extension) dengan kategori produk yang sama yaitu makanan ringan berciri khas krim keju. Walaupun memiliki ciri khas yang sama, perusahaan Richeese menampilkannya dalam berbagai bentuk dan kemasan yang berbeda-beda. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 2002 ini sudah memiliki enam produk perluasan merek, seperti : richeese roll; richeese ahh; richeese pasta; richeese 8

chocochiz, richeese bretos; richeese bisvit dan inovasi terbaru yang dilakukan perusahaan richeese yaitu richeese factory terletak di paris van java Bandung. Richeese nabati dikenal sebagai parent brand dalam perusahaan Richeese, karena Richeese nabati merupakan produk yang pertama kali muncul ke pasaran. Salah satu produk yang memiliki kemiripan dengan produk Richeese nabati yaitu Richeese Ahh. Richeese Ahh dapat dikatakan sebagai salah satu produk perluasan merek perusahaan richeese yang memiliki kemiripan (similarity) kategori dengan richeese nabati (parent brand). Richeese Ahh menawarkan makanan ringan dalam bentuk roll keju yang didalamnya berisi krim keju, sedangkan richeese nabati menawarkan makanan ringan dalam bentuk wafer yang berlapis-lapis, dimana setiap lapisnya terdapat krim keju. Walaupun richeese ahh memiliki kategori yang berbeda, tetapi richeese ahh ini tetap memunculkan ciri khas yang sama dengan richeese nabati, yaitu penggunaan krim keju sebagai bahan dasar dan bahan pelengkap. Richeese ahh berusaha mendompleng popularitas dari richeese nabati yang sudah sangat dikenal luas oleh masyarakat dan memiliki image yang baik untuk produk makanan ringan. Kesuksesan richeese nabati terlihat dari banyaknya penghargaan yang diterima oleh richeese nabati dan produk richeese lainnya, antara lain : Superbrands Awarded Indonesia pada bulan Desember 2008; Swa Best Brand tahun 2009; Muri ( Museum Rekor Dunia Indonesia) ; Word of Mouth Marketing nomer 1 pada tahun 2009, dan Indonesia Best Packaging nomer 1 pada tahun 2009. Kesuksesan yang dicapai oleh perusahaan richeese nabati dan produk-produk richeese lainnya dalam melakukan perluasan merek, memotivasi peneliti untuk menjadikan Richeese Nabati dan Richeese Ahh sebagai objek penelitian, dan melihat fenomena yang terjadi mengenai kesuksesan perluasan merek melalui 9

similarity, reputation, dan innovativeness yang mempengaruhi evaluasi konsumen pada produk brand extension, membuat penulis ingin meneliti lebih dalam lagi mengenai pengaruh ketiga faktor kesuksesan brand extension (similarity, reputation, dan innovativeness ) terhadap evaluasi konsumen pada produk brand extension yang diberi judul PENGARUH SIMILARITY, REPUTATION, DAN INNOVATIVENESS TERHADAP EVALUASI KONSUMEN PADA PRODUK BRAND EXTENSION. Studi empiris mengenai pengaruh similarity, Reputation, dan Innovativeness terhadap evaluasi konsumen pada produk brand extension sebelumnya telah dilakukan oleh Khoiriyah (2008), dengan menguji secara simultan keseluruhan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan brand extension. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa similarity, reputation, dan innovativeness berpengaruh positif terhadap evaluasi konsumen pada produk perluasan merek (evaluation of brand extension). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka menarik untuk dikaji bagaimana variabel similarity, reputation, dan innovativeness yang dikemukanan pada penelitian mempengaruhi kesuksesan perluasan merek (Brand Extension). Dalam penelitian ini penulis mencoba merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan : a. Apakah similarity berpengaruh positif terhadap evaluasi konsumen pada produk brand extension? b. Apakah Reputation berpengaruh positif terhadap evaluasi konsumen pada produk brand extension? 10

c. Apakah Innovativeness berpengaruh positif terhadap evaluasi konsumen pada produk brand extension? 1.3 Tujuan Penelitian Dari rumusan penelitian tersebut, maka tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan yaitu : a. Untuk menguji apakah similarity berpengaruh positif terhadap evaluasi konsumen pada produk brand extension. b. Untuk menguji apakah Reputation berpengaruh positif terhadap evaluasi konsumen pada produk brand extension. c. Untuk menguji apakah Innovativeness berpengaruh positif terhadap evaluasi konsumen pada produk brand extension. 1.4 Manfaat Penelitian Dalam melakukan sebuah penelitian, seorang penulis tentunya ingin mendapatkan manfaat dari penelitiannya, baik itu bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Bagi Penulis Sebagai alat untuk mempraktekan teori-teori yang sudah dipelajari selama berada di jurusan manajemen terutama konsentrasi pemasaran, sehingga penulis dapat menambah pengetahuan secara praktikal tentang masalahmasalah pemasaran yang dihadapi oleh perusahaan. b. Bagi Perusahaan Richeese 11

Hasil penelitian ini dapat membantu perusahaan Richeese dalam merencanakan dan menentukan keputusan yang tepat dalam perancangan kebijakan yang harus dilakukan oleh perusahaan khususnya kebijakan pada perluasan merek. c. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan peneliatian serupa. 1.5 Sistematika Penulisan Bab 1 terdiri dari : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 terdiri dari : landasan teori, pengembagan hipotesis, dan model penelitian. Bab 3 terdiri dari : populasi dan sampel, teknik pengumpulan sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional dan skala pengukuran, alat yang digunakan, uji instrumen, dan metode analisis data. Bab 4 terdiri dari : analisis dan pembahasan Bab 5 terdiri dari : simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. 12