PEMODELAN JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI POISSON UNTUK WILAYAH REGIONAL 2 INDONESIA (SUMATERA)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI KOTA PADANG TAHUN 2013 DAN 2014 DENGAN PENDEKATAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF

PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA BERDASARKAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI

Regresi Poisson dan Penerapannya Untuk Memodelkan Hubungan Usia dan Perilaku Merokok Terhadap Jumlah Kematian Penderita Penyakit Kanker Paru-Paru

Kata Kunci: Model Regresi Logistik Biner, metode Maximum Likelihood, Demam Berdarah Dengue

MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD PADA LAJU TAMAT MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA UNIVERSITAS ANDALAS

ANALISIS REGRESI KUANTIL

STUDI KOMPARATIF METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE REGRESI ROBUST PEMBOBOT WELSCH PADA DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN

Pengujian Overdispersi pada Model Regresi Poisson (Studi Kasus: Laka Lantas Mobil Penumpang di Provinsi Jawa Barat)

E-Jurnal Matematika Vol. 3 (3), Agustus 2014, pp ISSN:

PEMODELAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK TENAGA KERJA MENGGUNAKAN REGRESI AKAR CIRI

Pemodelan Jumlah Kematian Bayi Di Kabupaten Bojonegoro Dengan Menggunakan Metode Analisis Regresi Binomial Negatif

MODEL PARTISIPASI PEMILIH MASYARAKAT KABUPATEN DHAMASRAYA PADA PEMILU 2014 DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK BAYESIAN

(R.1) KAJIAN MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION UNTUK MASALAH DATA SPASIAL DISKRIT

MODEL REGRESI POISSON YANG DIPERUMUM UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON

BAB III MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.2, (2014) ( X Print)

(R.5) Pemodelan Regresi Poisson Terboboti Geografis Pada Kasus Gizi. buruk di Jawa Timur.

Kata Kunci Overdispersi, regresi Zero-Inflated Generalized Poisson (ZIGP), Tetanus Neonatorum.

PENDUGAAN PARAMETER DISTRIBUSI BETA DENGAN METODE MOMEN DAN METODE MAKSIMUM LIKELIHOOD

PEMODELAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSION PADA REGRESI POISSON

PENERAPAN REGRESI ZERO-INFLATED NEGATIVE BINOMIAL (ZINB) UNTUK PENDUGAAN KEMATIAN ANAK BALITA

E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.2, Mei 2013, ISSN:

E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.3, Agustus 2013, ISSN:

ANALISIS REGRESI LOGISTIK DENGAN METODE PENDUGA BAYES UNTUK MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Sarimah. ABSTRACT

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI LINIER BERGANDA DENGAN TEKNIK BOOTSTRAP

PENERAPAN REGRESI POISSON UNTUK MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI JUMLAH SISWA SMA/SMK YANG TIDAK LULUS UN DI BALI

MODEL LAJU PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH (IDR) TERHADAP POUNDSTERLING (GBP) DENGAN METODE MARKOV SWITCHING AUTOREGRESSIVE (MSAR)

PEMODELAN JUMLAH ANAK PUTUS SEKOLAH DI PROVINSI BALI DENGAN PENDEKATAN SEMI-PARAMETRIC GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION

PENENTUAN UKURAN CONTOH DAN REPLIKASI BOOTSTRAP UNTUK MENDUGA MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI POISSON TERGENERALISASI TERBATAS DENGAN METODE MAKSIMUM LIKELIHOOD

PENERAPAN ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI STRUCTURAL EQUATION MODELING PADA MODEL HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN TEKANAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Kematian wanita saat melahirkan dan saat 42 hari setelah melahirkan bukan dikarenakan kecelakaan

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Regresi Bivariat Poisson Dalam Pemodelan Jumlah Kematian Bayi dan Jumlah Kematian Ibu di Propinsi Jawa Timur

Jurnal Matematika Vol. 2 No. 2, Desember ISSN :

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

REGRESI LINIER NONPARAMETRIK DENGAN METODE THEIL

PENDUGAAN PARAMETER MODEL AUTOREGRESSIVE PADA DERET WAKTU

E-Jurnal Matematika Vol. 5 (4), November 2016, pp ISSN:

ANALISIS PENDUDUK BEKERJA BERDASARKAN SEKTOR PEKERJAAN DAN JAM KERJA MENGGUNAKAN REGRESI PROBIT BIVARIAT DI PROVINSI ACEH

PENERAPAN REGRESI GENERALIZED POISSON UNTUK MENGATASI FENOMENA OVERDISPERSI PADA KASUS REGRESI POISSON

ANALISIS ESTIMASI PARAMETER REGRESI KUANTIL DENGAN METODE BOOTSTRAP

PERMASALAHAN AUTOKORELASI PADA ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA

ISSN: Vol. 1 No. 1 Agustus 2012

TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains HASNARIKA NIM /2007

PROSIDING ISSN : Seminar Nasional Statistika 12 November 2011 Vol 2, November 2011

Perbandingan Analisis Generalized Poisson Regression

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik

PEMODELAN KEMATIAN BALITA MALNUTRISI DENGAN PENDEKATAN ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) REGRESSION DI PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA DENGAN TEKNIK SEM

ANALISIS REGRESI TERSEGMEN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-NEWTON

BAB III PERLUASAN MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD DENGAN VARIABEL TERIKAT OLEH WAKTU

PEMODELAN ANGKA KEMATIAN BAYI DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION DI PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Regresi Nonlinear (I)

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di

APLIKASI REGRESI BINOMIAL NEGATIF DAN GENERALIZED POISSON DALAM MENGATASI OVERDISPERSION PADA REGRESI POISSON

GENERALIZED POISSON REGRESSION (GPR)

Kata Kunci: TBC, Laju Kesembuhan, Analisis Survival, Regresi Cox-Weibull

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGUJIAN KESAMAAN BEBERAPA MODEL REGRESI NON LINIER GEOMETRI (Studi Kasus : Data Emisi CO 2 dan Gross Nation Product di Malaysia, Bhutan, dan Nepal)

PEMODELAN INFANT MORTALITY RATE (IMR) DENGAN PENDEKATAN ZERO INFLATED POISSON REGRESSION BERBASIS ALGORITMA EM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III REGRESI TERSENSOR (TOBIT) Model regresi yang didasarkan pada variabel terikat tersensor disebut

Kata Kunci: Penciri Tingkat Kesejahteraan, Kemiskinan, bagging MARS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penerapan Hurdle Negative Binomial pada Data Tersensor

(R.2) KAJIAN PREDIKSI KLASIFIKASI OBYEK PADA VARIABEL RESPON BINER

Pengantar Statistika Matematika II

PERBANDINGAN KUASA WILCOXON RANK SUM TEST DAN PERMUTATION TEST DALAM BERBAGAI DISTRIBUSI TIDAK NORMAL

PENERAPAN HURDLE NEGATIVE BINOMIAL PADA DATA TERSENSOR

HASIL DAN PEMBAHASAN Model Regresi Poisson

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial

Pengantar Statistika Matematika II

APLIKASI ANALISIS KONJOIN DENGAN MODEL REGRESI LOGISTIK DALAM MENGUKUR PREFERENSI MAHASISWA DALAM MEMILIH HANDPHONE

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

GENERALIZED LINEAR MODELS (GLM) UNTUK DATA ASURANSI DALAM MENENTUKAN HARGA PREMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI GENERALIZED POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF

APLIKASI MODEL REGRESI POISSON TERGENERALISASI PADA KASUS ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TENGAH TAHUN 2007

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel

REGRESI LOGISTIK UNTUK PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA DI PULAU KALIMANTAN

S - 13 PEMODELAN SPASIAL KEMISKINAN DENGAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION DAN FLEXIBLY SHAPED SPATIAL SCAN STATISTIC

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER

Pendugaan Selang Kepercayaan Persentil Bootstrap Nonparametrik untuk Parameter Regresi

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui fenomena yang akan terjadi pada periode mendatang akan

PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR KOMODITAS PROTEIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS)

Pemodelan Jumlah Kematian Bayi di Propinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Geographically Weighted Poisson Regression Semi Parametric (GWPRS)

Model Regresi Zero Inflated Poisson Pada Data Overdispersion

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

Kata Kunci: Komponen Akreditasi, Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS)

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan

BAB III MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

Transkripsi:

Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 116 124 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI POISSON UNTUK WILAYAH REGIONAL 2 INDONESIA (SUMATERA) WIKASANTI DWI RAHAYU, DODI DEVIANTO, HAZMIRA YOZZA Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas Padang, Kampus UNAND Limau Manis Padang, Indonesia email : wikasantidr022@yahoo.com Abstrak. Jumlah kasus tetanus neonatorum di Sumatera menyebar mengikuti distribusi Poisson dan merupakan suatu data cacahan, sehingga jumlah kasus tetanus neonatorum dapat dimodelkan dengan pendekatan regresi Poisson. Dari analisis diperoleh faktorfaktor yang berpengaruh nyata terhadap jumlah kasus tetanus neonatorum di Sumatera adalah persentase ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan dan persentase penduduk miskin. Sebagian besar penduduk miskin diduga kurang peduli terhadap higienitas dalam proses kehamilan dan persalinan. Padahal proses kehamilan dan persalinan yang tidak higienis sangat rentan untuk bayi baru lahir terinfeksi tetanus. Kata Kunci: Data Cacahan, Regresi Poisson, tetanus neonatorum 1. Pendahuluan Tetanus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh basil Clostridium tetani yang masuk ke tubuh melalui luka. Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang menginfeksi bayi baru lahir, salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Tetanus neonatorum menyebabkan 50% kematian perinatal dan menyumbangkan 20% kematian bayi [1]. Pada tahun 2012, tetanus neonatorum terjadi di delapan negara ASEAN, dengan jumlah kasus tertinggi di Filipina dan Indonesia. Di Indonesia dilaporkan terdapat 119 kasus tetanus neonatorum dengan jumlah meninggal 59 kasus [2]. Pada tahun 2010, WHO menyatakan bahwa wilayah regional 1 Indonesia yaitu Jawa dan Bali (59 % dari populasi Indonesia) telah berhasil bebas dari tetanus neonatorum [1]. Namun pada Wilayah Regional 2 Indonesia belum berhasil bebas dari tetanus neonatorum. Saat ini, Indonesia sedang berada pada proses akhir penghapusan noenatorum, sehingga diharapkan untuk tahun-tahun berikutnya Wilayah Regional 2 Indonesia diharapkan dapat terbebas dari kasus ini. Agar terbebas dari tetanus neonatorum, maka perlu diketahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kasus tetanus neonatorum. Jumlah kasus tetanus neonatorum merupakan suatu data cacahan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga jumlah terjadinya kasus ini dapat dijadikan suatu variabel respon. Hubungan antara variabel respon dengan faktor-faktor yang 116

Pemodelan Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dengan Regresi Poisson 117 mempengaruhinya biasanya dapat dimodelkan dengan menggunakan analisis regresi. Dalam artikel ini akan dibentuk model jumlah kasus tetanus neonatorum di Wilayah Regional 2 Indonesia (Sumatera) dengan menggunakan pendekatan regresi Poisson. 2. Analisis Model Regresi Poisson Analisis regresi merupakan teknik analisis yang memanfaatkan hubungan antara variabel prediktor (X) dengan variabel respon (Y) dalam suatu penelitian. Analisis ini bertujuan untuk mencari pola hubungan variabel prediktor dan variabel respon yang ditunjukkan dalam suatu model. Generalized linear Model (GLM) merupakan sebuah metode untuk menguantifikasi hubungan antara variabel respon dengan variabel prediktor. Dengan menggunakan GLM, dapat dijelaskan bagaimana perubahan nilai dari variabel respon apabila terdapat perubahan dari variabel-variabel prediktornya. Regresi Poisson termasuk ke dalam GLM dan merupakan salah satu bentuk regresi yang digunakan untuk model data cacahan. Variabel respon (Y) dalam regresi Poisson berasal dari data cacahan yang menyebar mengikuti distribusi Poisson. Regresi Poisson juga disebut sebagai model regresi nonlinier yang digunakan untuk menganalisa data cacahan. Misalkan ingin diketahui hubungan antara variabel respon (Y) dan p buah variabel prediktor X 1, X 2,, X p. Diberikan sampel berukuran n pengamatan yaitu {(x 1i, x 2i,, x ji, y i ); i = 1, 2,, n dan j = 1, 2,, p}. Pengamatan ke-i dari variabel X 1, X 2,, X p adalah x 1i, x 2i,, x ji. Pengamatan ke-i dari variabel Y adalah y i. Jika Y i merupakan peubah acak untuk data cacahan dengan i = 1, 2,, n, dimana n menyatakan banyaknya data dan Y i mengikuti distribusi Poisson, maka fungsi kepadatan peluangnya adalah: µ f(y i, µ i ) = e µi yi i ; y i = 0, 1, 2,, y i! untuk µ i > 0, dengan µ i merupakan rataan dari variabel respon (Y). Model regresi Poisson ditulis sebagai berikut [5]: y i = µ i + ε i ; i = 1, 2,, n, dimana y i adalah jumlah kejadian, µ i adalah rata-rata jumlah kejadian yang berdistribusi Poisson, dan ε i adalah galat acak. Model regresi Poisson merupakan GLM dengan data responnya diasumsikan berdistribusi Poisson. Dalam GLM terdapat sebuah fungsi g yang linier dan menghubungkan mean dari variabel respon dengan sebuah variabel prediktor, yaitu: η i = g(µ i ) = β 0 + β 1 x i1 + β 2 x i2 + + β p x ip = x T i β; i = 1, 2,, n. Fungsi g disebut fungsi penghubung (link function). Pada model regresi Poisson, biasanya link function yang digunakan adalah fungsi logarithma natural ln, sehingga η i = ln µ i. Dengan demikian model regresi Poisson dapat ditulis sebagai berikut: ln µ i = x T i β; i = 1, 2,, n,

118 Wikasanti Dwi Rahayu dkk. dimana µ i = µ(x i, β) = exp(x T i β) dan Var (Y i) = µ(x i, β) = exp(x T i β). Parameter µ i adalah rata-rata jumlah kejadian pada waktu tertentu. Parameter µ i diasumsikan tidak berubah pada setiap pengamatan. Parameter µ(x i, β) adalah rata-rata Poisson dan vektor β menunjukkan parameter yang ditaksir, sehingga persamaan fungsi kepadatan peluangnya dinyatakan sebagai berikut: f(y i, β) = e [exp(xt i β)] [exp(x T i β)]yi ; y i = 0, 1, 2,, y i! dimana y i adalah jumlah kejadian pada waktu tertentu. Selanjutnya model regresi Poisson dapat dituliskan sebagai berikut [3]: µ i = exp(x T i ˆβ) + ε i. Untuk menemukan penduga parameter dari model regresi Poisson, pada artikel ini digunakan Maximum Likelihood Estimator (MLE). Anggap terdapat sampel acak dari suatu populasi dengan fungsi kepadatan peluang f(y i, µ i ) mempunyai suatu parameter µ, jika terdapat suatu peubah acak Y 1, Y 2,, Y n, maka fungsi Likelihood-nya adalah: L(µ; Y i ) = f(y i, µ). Untuk regresi Poisson, µ i adalah fungsi dari β, sehingga µ i = µ(x i, β). Fungsi likelihood dapat dianggap fungsi dari β, sehingga L(β; y i ) = e [exp(xt i β)] [exp(x T i β)]yi. y i! Jika fungsi Likelihood dengan parameter β ini dapat dimaksimumkan maka akan didapatkan nilai penduga β yang optimal. Untuk memaksimumkan fungsi likelihood ini dapat dilakukan dengan diferensial biasa [4]. Nilai penduga β yang optimal diperoleh dengan menyelesaikan persamaan berikut: dimana: ln L(β; y) = ln L(β; y) β = 0, [ e [exp(x T i β)] [exp(x T i β)]yi y i! = y i x T i β exp(x T i β) ln(y i!), maka persamaan Likelihood untuk mencari ˆβ adalah: β ( y i x T i β exp(x T i β) ln(y i!)) = 0. Untuk mencari taksiran maksimum likelihood ˆβ 0, ˆβ 1,, ˆβ p, fungsi log-likelihood L(β) didiferensialkan secara parsial terhadap parameter β 0, β 1,, β p, kemudian disamakan dengan nol. Sehingga diperoleh p+1 buah persamaan likelihood. Persamaan-persamaan likelihood tersebut adalah: ],

Pemodelan Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dengan Regresi Poisson 119 Dengan menggunakan dugaan maksimum likelihood ˆβ 0, ˆβ 1,, ˆβ p dapat dibentuk dugaan dari model regresi Poisson berganda yaitu: ˆµ i = exp( ˆβ 0 + ˆβ 1 x i1 + ˆβ 2 x i2 + + ˆβ p x ip ); i = 1, 2,, n. Setelah taksiran parameter dari model Poisson berganda diketahui, selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi model untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel prediktor terhadap variabel respon dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut: H 0 : β 0 = β 1 = = β p = 0 H 1 : Ada β p 0; j = 0, 1, 2,, p. Statistik uji yang digunakan untuk menguji hipotesis diatas adalah statistik uji rasio likelihood, yang dinotasikan dengan G, sebagai berikut [5]: G = 2 ln L 0 L 1. Aturan keputusan yang akan diambil adalah H 0 ditolak pada tingkat signifikansi α jika G > χ 2 α,n k (k banyaknya parameter dalam model). Penolakan H 0 pada tingkat signifikansi α memberi arti bahwa terdapat paling sedikit satu parameter berpengaruh terhadap model. Parameter model regresi Poisson yang telah dihasilkan dari taksiran parameter belum tentu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap model. Untuk itu perlu dilakukan pengujian terhadap parameter model regresi Poisson secara individu. Pengujian yang dilakukan adalah uji rasio likelihood, dengan hipotesis: H 0 : β r = 0; r = 0, 1,, p H 1 : β r 0, dimana p + 1 adalah banyak parameter. Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut: t hit = ˆβ r SE( ˆβ r ), dimana β r adalah nilai koefisien regresi parameter ke-r, SE( ˆβ r ) adalah nilai standar error dari β r. Kriteria pengujian adalah tolak H 0 jika t hit > t (α/2,v), dimana α adalah tingkat signifikansi dan v = n 2 adalah derajat kebebasan. Penolakan H 0 pada tingkat signifikansi α memberi arti bahwa parameter β r berpengaruh terhadap model.

120 Wikasanti Dwi Rahayu dkk. Kriteria pemilihan model terbaik pada regresi Poisson adalah Akaike Information Criteria (AIC) dan Bayesian Information Criteria (BIC). AIC dan BIC digunakan untuk melihat kecocokan model terhadap data. Nilai AIC dan BIC dapat didefinisikan sebagai berikut: AIC = 2 ln L( ˆβ r ) + 2k, BIC = 2 ln L( ˆβ r ) + k ln (n) dimana L( ˆβ) adalah nilai likelihood, k adalah jumlah parameter dan n adalah banyak data pengamatan. Model terbaik adalah model yang memiliki nilai AIC dan BIC yang terkecil. Dalam model regresi Poisson terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi, pertama variabel respon (Y) harus berdistribusi Poisson. Untuk mendeteksi apakah suatu variabel menyebar mengikuti distribusi Poisson dilakukan uji kebaikan suai (goodness of fit) salah satunya menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut ini adalah hipotesis uji Kolmogorov-Smirnov: Statistik uji yang digunakan adalah: H 0 : Data mengikuti distribusi Poisson, H 1 : Data tidak mengikuti distribusi Poisson. D hitung = max F 0 (x) S n (x), i = 1, 2,, n, dimana F 0 (x) adalah nilai fungsi sebaran kumulatif dan S n (x) adalah nilai fungsi sebaran kumulatif sampel. Kriteria untuk pengujian ini adalah tolak H 0 jika nilai D hitung lebih dari nilai D tabel. Jika α = 0.05 dengan banyak pengamatan n maka D tabel sebagai berikut [6]: D tabel = 1.36 n. Setelah diperoleh data yang berdistribusi Poisson, asumsi kedua yang harus dipenuhi dalam model regresi Poisson adalah tidak terjadi overdispersi pada data. Agar data tidak mengalami overdispersi maka nilai varian dari variabel respon (Y) harus sama dengan nilai harapannya. Namun, ada kalanya terjadi fenomena overdispersi dalam data yang dimodelkan dengan distribusi Poisson yaitu varian lebih dari nilai harapan, sehingga terdapat salah satu toleransi bahwa overdispersi terjadi apabila rasio antara varian dan nilai harapan lebih dari 2.5 [7]. 3. Data dan Metode Data yang digunakan adalah data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012, 2013 dan 2014 yang dipublikasikan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan pengolahan data menggunakan software SPSS 22.00. Variabel respon yang digunakan adalah jumlah kasus tetanus neonatorum di Sumatera tahun 2012, 2013 dan 2014. Tetanus neonatorum dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada umumnya faktor yang menyebabkan terjadinya kasus tetanus neonatorum adalah terjadinya infeksi pada tali pusat, karena proses pemotongan dan perawatan tali pusat yang

Pemodelan Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dengan Regresi Poisson 121 tidak higienis, dan biasanya bayi ini lahir dari ibu yang tidak mempunyai antibodi terhadap kuman tetanus, artinya ibu ini tidak pernah mendapatkan vaksinasi anti tetanus, atau vaksinasi tetanus tidak lengkap, atau tidak mendapatkan vaksinasi (booster) sebelum menikah. Terdapat beberapa faktor lainnya yang secara tidak langsung mempengaruhi tetanus neonatorum, sehingga beberapa faktor yang berpotensi mempengaruhi tetanus neonatorum tersebut dapat dijadikan variabel respon, sehingga didefinisikan variabel prediktor yang digunakan adalah persentase ibu hamil melaksanakan program K1 (X1), persentase ibu hamil melaksanakan program K4 (X2), persentase ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan (X3), persentase ibu hamil mendapatkan imunisasi TT1 (X4), persentase ibu hamil mendapatkan imunisasi TT2+ (X5) dan persentase penduduk miskin (X6). Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Melakukan pengujian distribusi Poisson dan overdispersi pada data. (2) Melakukan penaksiran parameter model regresi Poisson. (3) Melakukan pengujian signifikansi model. (4) Membentuk model regresi Poisson hingga semua parameter dalam model signifikan. (5) Menentukan model terbaik. (6) Menginterpretasikan model yang terbentuk. (7) Menentukan nilai taksiran parameter dan Pearson residual. (8) Memberikan kesimpulan mengenai penelitian jumlah kasus tetanus neonatorum di wilayah regional 2 Indonesia (Sumatera). 4. Model Regresi Poisson tetanus neonatorum di Sumatera Pada artikel ini akan dibentuk model regresi Poisson dengan variabel respon yang digunakan adalah jumlah kasus tetanus neonatorum di Sumatera tahun 2012, 2013 dan 2014. Untuk menentukan apakah jumlah kasus tetanus neonatorum berdistribusi Poisson atau tidak dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut ini adalah hipotesis uji Kolmogorov-Smirnov: H 0 H 1 : Jumlah kasus tetanus neonatorum di Sumatera berdistribusi Poisson. : Jumlah kasus tetanus neonatorum di Sumatera tidak berdistribusi Poisson. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh D hit = 0.193 < 0.248 = D tabel, maka tidak tolak H 0, yang berarti jumlah kasus tetanus neonatorum di Sumatera tahun 2012, 2013 dan 2014 berdistribusi Poisson. Selanjutnya diuji apakah terjadi overdispersi atau tidak. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai harapan dari variabel respon jumlah kasus tetanus neonatorum adalah 1.97 dan variannya sebesar 4.52. Rasio dari nilai harapan dan varian adalah 2.3 dimana kurang dari 2.5, sehingga disimpulkan tidak terjadi overdispersi pada data, sehingga regresi Poisson dapat digunakan pada penelitian ini. Selanjutnya dilakukan pembentukan model regresi Poisson dengan menggunakan enam variabel prediktor dengan cara menaksir parameter-parameter

122 Wikasanti Dwi Rahayu dkk. β 0, β 1, β 2, β 3, β 4, β 5, β 6. Pada pembentukan model regresi Poisson I ini, terdapat empat variabel prediktor yang tidak signifikan, sehingga tersisa dua variabel prediktor yang signifikan yaitu variabel persentase ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan (X3) dan persentase penduduk miskin (X6). Selanjutnya dibentuk model regresi Poisson II dengan dua variabel yang signifikan, sehingga diperoleh estimasi parameter pada Tabel 7.1 sebagai berikut: Dengan menggunakan taraf nyata 5% (α = 0.05), diperoleh persentase ibu bersalin ditolong tenaga kesehatan (X3) dan persentase penduduk miskin (X6) berpengaruh nyata terhadap jumlah kasus tetanus neonatorum. Sehingga model regresi Poisson II yang terbentuk untuk jumlah kasus tetanus neonatorum di Sumatera tahun 2012, 2013, dan 2014 adalah: ˆµ i = exp (8.779 0.111X 3i + 0.134X 6i ). Setelah mendapatkan model dengan uji signifikansi model, selanjutnya perlu diuji apakah model tersebut cukup baik untuk memodelkan data. Dari proses sebelumnya didapatkan model dengan dua variabel prediktor yang signifikan. Sehingga dapat dibentuk tiga kemungkinan model dari kedua variabel prediktor tersebut. Untuk mendapatkan model terbaik dapat dibandingkan nilai AIC dan BIC yang terkecil dari ketiga model yang terbentuk. Dari Tabel 7.2 dapat dilihat model regresi Poisson dengan variabel persentase ibu bersalin ditolong tenaga kesehatan (X3) dan persentase penduduk miskin (X6) memiliki nilai AIC dan BIC yang terkecil, sehingga model regresi Poisson terbaik dari jumlah kasus tetanus neonatorum di Wilayah Regional 2 Indonesia (Sumatera) tahun 2012, 2013 dan 2014 adalah: ˆµ i = exp (8.779 0.111X 3i + 0.134X 6i ). Dari model tersebut dapat diinterpretasikan beberapa hal berikut: (1) Persentase ibu bersalin ditolong tenaga kesehatan (X3). Rata-rata jumlah kasus tetanus neonatorum cenderung turun menjadi

Pemodelan Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dengan Regresi Poisson 123 exp( 0.111) = 0.895 kali jika persentase ibu bersalin ditolong tenaga kesehatan naik 1 % dengan asumsi variabel prediktor lainnya konstan. Hal ini menunjukkan bahwa pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan berperan penting dalam menurunkan jumlah kasus tetanus neonatorum. (2) Persentase penduduk miskin (X5). Rata-rata jumlah kasus tetanus neonatorum cenderung naik menjadi exp(0.134) = 1.131 kali jika persentase penduduk miskin naik 1 % dengan asumsi variabel prediktor lainnya konstan. Kemiskinan menjadi sesuatu yang harus diperhatikan dari berbagai kalangan termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli dan akses dari masyarakat. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam mendapatkan pelayanan persalinan yang memiliki standar kesehatan yang baik. 5. Kesimpulan Dari analisis dan pembahasan diperoleh model terbaik untuk jumlah kasus tetanus neonatorum di Wilayah 2 Indonesia (Sumatera) adalah sebagai berikut: ˆµ i = exp (8.779 0.111X 3i + 0.134X 6i ). Berdasarkan model regresi Poisson diperoleh faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kasus tetanus neonatorum di Wilayah Regional 2 Indonesia (Sumatera) tahun 2012, 2013 dan 2014 adalah persentase ibu bersalin ditolong tenaga kesehatan (X3) dan persentase kemiskinan (X6). 6. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Dodi Devianto, Ibu Hazmira Yozza, M.Si, Ibu Dr. Maiyastri, Ibu Izzati Rahmi H.G., M.Si, dan Ibu Dr. Ferra Yanuar yang telah memberikan masukan dan saran sehingga artikel ini dapat diselesaikan dengan baik. 7. Daftar Pustaka (1) Badan Pembangunan Nasional. 2010. (http://els.bappenas.go.id/ 8 Desember 2015). BPS: Jakarta. (2) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Data Kesehatan Republik Indonesia 2012. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. (3) Myers, R.H. 1990. Classical and Modern Regression with Applications. PWS- Kent Publishing Company: Boston. (4) Neter, J., Michael, K., Christopher, N. dan William, W. 1996. Applied Linear Statistical Models. 4th Edition. Irwin & Co: Boston. (5) Sakamoto, Y., Ishiguro, M., dan Kitagawa, G. 1987. Akaike information criterion statistics. D. Reidel Publishing Company: USA. (6) Winkelmann, Rainer. 2008. Econometric Analysis of Count Data. 5th edition. Springer: Berlin.

124 Wikasanti Dwi Rahayu dkk. (7) Yulianingsih, K.A, Sukara K.G. dan Suciptawati, L.P. 2012. Penerapan Regresi Poisson untuk Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Siswa SMA/SMK yang Tidak Lulus di Bali. E-Jurnal Matematika. 1 : 59 63.