BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan, penyakit degeneratif dan menurunnya kualitas hidup.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebar luas di Indonesia, namun penelitian dan pemanfaatan lumut ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Imunosupresi adalah penurunan fungsi sistem imun. Imunodefisiensi adalah

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. seluruhnya berjumlah 270 dengan 9 penderita diantaranya memiliki penyakit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi dan gangguan kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

Gambaran Diff Count Pada Perokok Di Kecamatan Cibeureum. Undang Ruhimat STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

BAB I PENDAHULUAN. (kurma). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Imunitas Innate dan Adaptif pada Kulit Adapted from Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine, 8th Edition

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing,

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

Gambar: Struktur Antibodi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini para dokter yang berada di bidang Anti Aging telah mampu menghambat penuaan

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. (Munasir, 2001a). Aktivitas sistem imun dapat menurun oleh berbagai faktor,

menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kekayaan Indonesia akan keanekaragaman hayati. memampukan pengobatan herbal tradisional berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman, bahaya yang berasal dari infeksi mikroorganisme patogen, autoimun ataupun kanker. Imunosupresi adalah penurunan fungsi sistem imun. Imunodefisiensi adalah sekumpulan gejala atau penyakit akibat adanya defek pada sistem imun. Leukosit terdiri dari sel neutrofil, eosinofil, basofil yang memiliki granul pada permukaan sitoplasma serta limfosit dan monosit yang tidak memiliki granul pada sitoplasma. Jumlah normal total leukosit adalah 4,3 10,8 x 10 9 /L, terdiri dari neutrofil 45-74%, limfosit 16 45%, monosit 4-10%, eosinofil 0-7% dan basofil 0-2%. Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme patogen secara fagositik sedangkan limfosit merupakan satu-satunya jenis leukosit yang tidak memiliki fungsi fagositik. Limfosit dan leukosit berperan penting dalam sistem imun. Baik kuantitas maupun kualitas dari limfosit dan leukosit penting dalam menjaga homeostasis dari fungsi sistem imun (Baratawidjaja dan Renggani, 2009). Penuaan didefinisikan sebagai proses, cara, perbuatan menjadi tua atau kemunduran fungsi tubuh yang tidak terelakkan sejalan dengan peningkatan usia. Menjadi tua adalah bagian alami dari proses kehidupan itu sendiri. Kedokteran 1

2 konvensional memandang proses penuaan tidak dapat dicegah sehingga lebih mengupayakan pada pengobatan penyakit sedangkan pada anti aging medicine (AAM) dengan teknologi dan ilmu pengetahuan, penuaan dianggap sebagai penyakit yang dapat dicegah, diobati serta dikembalikan ke keadaan semula. Melalui paradigma baru ini, diharapkan manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya. (Pangkahila, 2011). Penuaan merupakan proses fisiologis yang kompleks yang melibatkan sejumlah reaksi biokimia disertai dengan perubahan molekul yang diwujudkan dalam sebuah sel tunggal maupun dalam keseluruhan organisme. Proses ini mencerminkan terjadinya perubahan yang terjadi pada organisme hidup yakni, bertambahnya usia menyebabkan gangguan fungsional dan peningkatan patologi. Penuaan ditandai dengan menurunnya kemampuan untuk menanggapi stres. Penuaan dikaitkan dengan penurunan fungsi kekebalan tubuh dikenal sebagai immunosenescence. Situasi ini menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit menular dan kanker akibat kapasitas penurunan sistem kekebalan tubuh untuk menanggapi rangsangan antigen, berubahnya lingkungan mikro sitokin serta penurunan kemampuan kedua imunitas, yakni imunitas bawaan dan imunitas yang didapat (Srinivasan dkk., 2005). Adanya peningkatan maupun penurunan jumlah leukosit dan limfosit, di perifer maupun pada sumsum tulang, dihubungkan dengan berbagai keadaan penyakit yang menyebabkan gangguan pada sistem imunitas. Di pihak yang lain, meskipun jumlah sel-sel imun dalam batas normal, dibutuhkan morfologi normal serta kemapuan sel-

3 sel imun menanggapi respon yang efektif diperlukan dalam mengatur keseimbangan sistem imun (Carrillo-Vico dkk., 2013). Kortikosteroid adalah obat yang telah digunakan sejak tahun 1940 dan hingga saat ini masih sering digunakan dalam dunia kedokteran. Kortikosteroid paling banyak digunakan sebagai obat alergi dan anti inflamasi sebab kortikosteroid dapat menghambat pelepasan mediator radang melalui penghambatan NF-кB. Namun di sisi lain, penggunaan kortikosteroid juga dapat menghalangi respon yang berperan dalam kemotaksis neutrofil, hambatan fagositosis makrofag dan pelepsan sitokin oleh makrofag serta menginhibisi proliferasi limfosit T dan limfosit B melalui penghambatan IL-2. Efek samping yang bisa terjadi umumnya disebabkan oleh terapi dosis tinggi atau penggunaan jangka panjang kortikosteroid (Zen dkk., 2011). Salah satu jenis kortikosteroid adalah metilprednisolon. Saat ini, metilprednisolon sering dipakai dalam jangka waktu yang panjang oleh manusia untuk mengatasi penyakit alergi dan inflamasi. Adapun efek samping dan komplikasi pada penggunaan metilprednisolon adalah osteoporosis, gangguan pertumbuhan, kelemahan otot, gangguan emosi, imunosupresi hingga imunodefisiensi (Coutinho dan Chapman, 2010). Hormon memegang peranan penting dalam proses fisiologis tubuh. Fungsi hormon ini bekerja dengan baik pada usia muda dan menurun fungsinya seiring dengan pertambahan usia. Hormon yang berkaitan dengan pemeliharaan fungsi imunitas juga menurun seiring usia sehingga mengakibatkan perubahan fisiologi normal dan memediasi penyakit degeneratif. Penurunan dalam produksi sejumlah

4 hormon yang terkait dengan usia diantaranya adalah growth hormone (GH), estrogen, testosteron dan melatonin (Pangkahila, 2011). Melatonin, merupakan hormon yang berperan dalam siklus sirkadian diproduksi terutama oleh kelenjar pineal serta dalam jumlah yang kecil diproduksi pula pada retina dan sel-sel euchromatin saluran pencenaan bagian bawah. Banyak studi mengatakan bahwa melatonin berfungsi secara umum untuk meningkatkan kualitas tidur pada orang sehat. Selain digunakan untuk terapi pada kasus jet-lag, melatonin memiliki aktivitas antioksidan serta berperan pada sistem imun manusia (Pangkahila dan Wong, 2015). Menurunnya kadar melatonin seiring proses aging diyakini memiliki peran dalam immunoscenecence (Carrillo-Vico dkk., 2013). Penurunan melatonin seiring proses penuaan dihubungkan dengan kerentanan terhadap infeksi, penyakit autoimun serta kanker (Srinivasan dkk., 2005). Para ahli dalam penelitiannya menunjukkan adanya kemungkinan interaksi antara melatonin dan sistem kekebalan tubuh. Penghambatan sintesis melatonin menyebabkan penghambatan respons imunitas seluler dan respons imunitas humoral pada tikus (Salucci dkk., 2013). Kadar melatonin yang tinggi pada bayi baru lahir terbukti sebagai efek protektif dari respiratory distress syndrome. Pemberian melatonin pada tikus yang terinfeksi dengan Venezuelan Equine Encephalomyelitis Virus (VEEV) terbukti menekan mortalitas hingga 16% daripada tikus yang tidak diberikan melatonin (Carrillo-Vico dkk., 2013). Kadar melatonin yang rendah ditemukan pada orang dengan infeksi HIV.

5 Pada penelitian yang melibatkan 77 orang terinfeksi HIV ditemukan kadar melatonin rendah, sel Th1 yang rendah serta IL-12 yang rendah (Pandi-Perumnal dkk., 2006). Melatonin memiliki cara yang unik dalam mengatur sistem imunitas tubuh. Melatonin terbukti berperan sebagai anti inflamasi dan antioksidan. Melatonin juga memiliki kemampuan baik sebagai anti apoptosis dan proapoptosis (Da-Silva-Ferreira dkk., 2010). Melatonin memiliki kemampuan melindungi serta turut meregulasi selsel hematopoiesis, mencegah atrofi timus terhadap efek dari obat kemoterapi kanker (Salucci dkk., 2013). Pada studi in vivo pemberian implan melatonin dapat meningkatkan sel Th2 (Pandi-Perumal dkk., 2006). Melatonin memiliki peran dalam melindungi sel imun dan efek imunostimulan, melalui kemampuan peningkatan IL-2 yang berperan dalam proliferasi limfosit serta memperkuat fungsi limfosit, sel dendritik, makrofag dan sel imun yang lain (Carrillo-Vico dkk., 2013; Szczepanik, 2007). Penelitian keterkaitan tentang hubungan hormon dan sistem imun masih terbatas. Penelitian tentang manfaat melatonin sudah banyak dilakukan tetapi yang dikaitkan dengan sistem imunitas juga masih terbatas. Sehingga perlu dibuktikan secara ilmiah adanya keterkaitan antara sistem imun dan hormon. Kortikosteroid paling banyak digunakan sebagai obat alergi dan anti inflamasi. Di masyarakat luas, sering terjadi penyalahgunaan kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan imunosupresi. Salah satu jenis kortikosteroid yang sering digunakan adalah metilprednisolon. Limfosit dan leukosit baik kuantitas dan kualitasnya penting dalam menjaga integritas sistem imun. Dalam hal ini jumlahnya memegang peranan

6 yang penting dalam status imunitas. Atas dasar hal tersebut maka penelitian ini dibuat untuk membuktikan apakah melatonin mampu mencegah imunodefisiensi sekunder akibat penggunaan jangka panjang kortikosteroid. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1.2.1 Apakah melatonin dapat menghambat penurunan jumlah limfosit pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang diberi metilprednisolon? 1.2.2 Apakah melatonin dapat menghambat penurunan jumlah leukosit pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang diberi metilprednisolon? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Untuk membuktikan bahwa pemberian melatonin dapat menghambat penurunan jumlah limfosit pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang diberi metilprednisolon. 1.3.2 Untuk membuktikan bahwa pemberian melatonin dapat menghambat penurunan jumlah leukosit pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang diberi metilprednisolon.

7 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah Memberikan informasi ilmiah mengenai peran melatonin dalam menghambat penurunan jumlah limfosit dan leukosit. Dapat dipergunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang penggunaan melatonin sebagai imunostimulator. 1.4.2 Manfaat Aplikasi Manfaat dari penelitian ini adalah dapat dipakai sebagai acuan masyarakat agar lebih memahami manfaat dari penggunaan melatonin.