Ketika konsepsi siswa ada yang berbeda dari yang biasa diterima, dalam Tan (2005) hal itu disebut alternative frameworks, misconceptions, student

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indah Rizki Anugrah, Mengungkap Miskonsepsi Topik Stoikiometri Pada Siswa Kelas X Melalui Tes Diagnostik Two-Tier

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran fisika pada materi gelombang bunyi di SMK masih menyisakan

2015 ID ENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PAD A MATERI TEKANAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

2014 ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Komala Eka Sari, 2013

C. Prosedur Penelitian Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nur Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Gambar 3.1 Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Namun biasanya penilaian ini lebih ditujukan hanya untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA POKOK BAHASAN RANGKAIAN ARUS SEARAH DI KELAS XII MAN 1 JEMBER. Risalatun Nur Rohmah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO TIER MULTIPLE CHOICE PADA MATERI ASAM-BASA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA SMA SEKECAMATAN KAPUAS TENTANG GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Semua pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mohammad Iqbal, 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Esa Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik

Penerapan Instrumen Three-Tier Test untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa SMA pada Materi Keseimbangan Benda Tegar

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)

BAB I PENDAHULUAN. Pepy Susanty, 2014

PENGEMBANGAN THREE TIER TEST SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI MAHASISWA PADA KONSEP OPTIK. Hebron Pardede

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Unesa Journal Of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 3, pp September 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KELAYAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK PADA MATERI ASAM- BASA DAN KESETIMBANGAN KELARUTAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses pembelajaran matematika, siswa mempelajari konsep-konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 8 (2), 2016,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profil miskonsepsi siswa sma pada materi hidrokarbon menggunakan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat

Keyword: four-tier multiple choice, level of understanding, chemical bonding.


Journal of Innovative Science Education

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PDEODE BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP LISTRIK DINAMIS

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan

Tes awal identifikasi miskonsepsi siswa. siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wawan Bunawan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA MATERI POKOK WUJUD ZAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BAWANG TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Fitriyani, 2014 Profil model mental siswa pada materi termokimia dengan menggunakan TIM_POE

Daimul Hasanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK THREE-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI LISTRIK DINAMIS SISWA KELAS X SMA

Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta

BAB III METODE PENELITIAN. sekarang (Arikunto, 2010:245). Hal yang digambarkan pada penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (Syarifudin, 2007: 21). Dalam arti luas, pendidikan berlangsung bagi siapapun,

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM MENGGUNAKAN TEKNIK CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) TERMODIFIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Alumni Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram 2

Pengetahuan Alam, Pembimbing I: Dr. Astin lukum, M.Si; Pembimbing II: La Ode Aman, M.Si

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif. Menurut Nazir (2009:54) Metode deskriptif adalah suatu

Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest and Posttest Design.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat-sifat, serta hubungan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum, prinsip dan teori. Materi kimia yang sangat luas menyebabkan kimia

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS. Oleh Surya Gumilar

Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN MELALUI TES DIAGNOSTIK EMPAT TAHAP PADA SISWA SMA KELAS XII

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa mencapai kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Seorang guru yang baik tentu selalu berusaha menciptakan pembelajaran yang efektif (Depdiknas, 2007). Pada kenyataannya, pembelajaran yang baik tidak cukup jika tidak ditunjang dengan evaluasi yang baik. Pembelajaran akan lebih maksimal jika seorang guru mengetahui kesulitan dan miskonsepsi yang terjadi pada siswa sehingga pembelajaran yang terjadi berdasarkan kebutuhan siswa. Miskonsepsi adalah pemahaman yang berbeda dari para ahli yang akan mempengaruhi bagaimana siswa memahami fenomena alam dan penjelasan ilmiah (Hammer dalam Kaltakci & Didiş, 2007). Hal serupa juga dikemukakan oleh Dahar (2011) yaitu miskonsepsi adalah konsepsi siswa yang dibangun dari pengalamannya sehari-hari yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Dalam kegiatan pembelajaran miskonsepsi dianggap sebagai penghambat dan berdampak negatif bagi siswa. Menurut Tan (2005) Konsepsi siswa sangat penting untuk pembelajaran karena ada interaksi antara pengetahuan baru yang siswa hadapi di dalam kelas dengan pengetahuan mereka yang sudah ada. Ketika seseorang mencoba untuk menyimpan materi dalam memori jangka panjang dan tidak dapat menemukan pengetahuan yang ada yang dapat digunakan untuk menghubungkan itu, ia mungkin mencoba untuk menghubungkan pengetahuan itu agar sesuai, dan ini menimbulkan ide-ide yang keliru (Johnstone dalam Tan, 2005). Ketika konsepsi siswa ada yang berbeda dari yang biasa diterima, dalam Tan (2005) hal itu disebut alternative frameworks, misconceptions, student

2 conceptions, alternative conceptions, intuitive beliefs, intuitive conceptions, naive beliefs, or children's science. Siswa mungkin mengikuti proses pembelajaran pada topik tertentu, mengerjakan tes dengan hasil yang cukup baik, namun tetap tidak mengubah gagasan awal mereka yang berkaitan terhadap topik tersebut meskipun bertolak belakang dengan konsep ilmiah yang diajarkan (Fetherstonhaugh dan Treagust, 1992). Konsep-konsep kimia memiliki keterkaitan satu sama lain dan memungkinkan materi tertentu menjadi materi prasyarat untuk topik selanjutnya. Dengan demikian, akan sulit melanjutkan materi jika beberapa materi prasyarat belum dikuasai. Dalam standar isi, sistem periodik unsur merupakan materi yang diberikan di kelas X semester ganjil. Hal ini menunjukkan pentingnya materi sistem periodik unsur sebagai materi dasar. Siswa dituntut untuk paham dan bukan sekedar hafalan. Jika materi sistem periodik unsur ini tidak dikuasai dengan benar dan tidak segera diremidiasi bila terdapat miskonsepsi, tentu akan menghambat siswa untuk mempelajari materi-materi seperti ikatan kimia dan lainlain. Maka, sangatlah penting untuk meluruskan miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Namun, sebelum memperbaiki pemahaman siswa, guru terlebih dahulu harus mengetahui miskonsepsi tersebut. Jika miskonsepsi tidak diperbaiki sejak dini, maka bukan tidak mungkin miskonsepsi tersebut akan bertahan hingga perguruan tinggi bahkan sampai tua. Dalam Cetin-Dindar dan Omar (2011) ada banyak penelitian dalam pendidikan sains yang melaporkan terkait siswa yang memiliki miskonsepsi dan miskonsepsi ini mempengaruhi pemahaman siswa. Dalam Cetin-Dindar dan Omar (2011) diungkapkan berbagai jenis evaluasi yang digunakan dalam pendidikan sains untuk mengidentifikasi miskonsespsi siswa seperti wawancara, pertanyaan open- ended, peta konsep, dan pertanyaan pilihan ganda, yang semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Menurut Cetin-Dindar dan Omar (2011) Tes pilihan ganda

3 sering lebih disukai di kelas sains karena mudah untuk menerapkan dan mengevaluasi pemahaman siswa terhadap subjek yang terkait. Namun, tes pilihan ganda memiliki beberapa keterbatasan dalam menerapkannya seperti menentukan apakah seorang siswa memberikan respon yang benar secara sadar atau hanya secara kebetulan/menebak. Di sisi lain wawancara dapat memberikan informasi lebih rinci tentang miskonsepsi siswa dan pemahaman mereka pada konsep tertentu, tetapi dibutuhkan waktu yang banyak untuk melakukan wawancara dengan banyak siswa untuk generalisasi miskonsepsi mereka. Karena teknik tersebut memiliki beberapa keterbatasan dan tidak praktis digunakan dalam kelas. two-tier multiple-choice diusulkan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa (Treagust, 1988; Treagust,1995). Tetapi, senada dengan pendapat Hasan, Bagayoko, dan Kelley (dalam Pesman dan Eryilmaz, 2010), Two tier test memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat membedakan antara miskonsepsi dengan lack of knowledge atau lack of concept, begitu pula dengan wawancara. Padahal membedakan miskonsepsi dengan lack of knowledge sangat penting karena miskonsepsi resisten terhadap perubahan sehingga remediasi miskonsepsi lebih sulit daripada remediasi lack of knowledge dan remediasi keduanya membutuhkan metode pembelajaran yang berbeda (Pesman dan Eryilmaz, 2010). Ada tes lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa yaitu three tier test yang dikembangkan oleh Bagayoko dan Kelley (Pesman dan Eryilmaz, 2010) yang menggunakan cara sederhana dan mudah untuk mengidentifikasi miskonsepsi dan membedakannya dengan kurangnya pengetahuan (lack of knowledge) atau kurangnya konsep (lack of concept) yaitu alat tes yang merupakan pengembangan dari two tier test yang dikombinasikan dengan certainly responce index (CRI) atau confidence rating (CR). Menurut Renner dalam Caleon dan Subramaniam (2010), Tingkat keyakinan bisa dianggap sebagai wujud kepercayaan internal terhadap keakuratan dalam memilih jawaban. Tingkat keyakinan juga dapat mencerminkan kekuatan pemahaman konsep siswa dan kekuatan miskonsepsi yang dialami siswa. Siswa yang menjawab benar pada

4 tier pertama dan tier kedua dan yakin atas jawabannya menunjukkan bahwa ia memang paham pada konsep tersebut. Namun siswa yang menjawab salah pada tier pertama dan tier kedua namun merasa yakin dengan jawabannya menunjukkan bahwa ia mengalami miskonsepsi. Sedangkan siswa yang menjawab salah pada tier pertama dan tier kedua lalu merasa tidak yakin dengan jawabannya, maka siswa tersebut mengalami lack of knowledge. Hambatan miskonsepsi untuk diubah adalah terkait dengan seberapa kuat keyakinan mereka terhadap konsep tersebut. Dalam penelitian ini akan digunakan tingkat keyakinan dengan dua pilihan jawaban yaitu yakin dan tidak yakin yang pernah digunakan oleh Kaltakci dan Didis (2007) dan Pesman (2010). Three tier test merupakan tes diagnostik yang dapat mengidentifikasi siswa melalui pilihan pada tier pertama yang menentukan pengetahuan faktual sedangkan pada tier kedua digunakan untuk mengetahui alasan dari jawaban pada tier pertama serta tier ketiga yang merupakan tingkat keyakinan siswa. Hal ini dapat membedakan siswa yang benar-benar paham, siswa yang mengalami miskonsepsi dan siswa yang mengalami lack of knowledge. Di Indonesia, penelitian mengenai three tier test masih sangat sedikit. Begitu pula dengan materi sistem periodik unsur. Oleh karena itu, peneliti berpendapat bahwa three tier test merupakan tes diagnostik yang sesuai untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Berdasarkan uraian diatas, penelitian mengenai Pengembangan Three-Tier Test Sebagai Instrumen Dalam Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas X Pada Materi Sistem Periodik Unsur perlu dilakukan dengan harapan instrumen yang dikembangkan dapat mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi sistem periodik unsur. B. Rumusan masalah

5 Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan diungkapkan adalah Bagaimana pengembangan tes diagnostik threetier pada materi sistem periodik unsur yang dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengembangan instrumen three-tier pada materi sistem periodik unsur? 2. Apakah instrumen three tier test yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kelayakan dilihat dari validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan indeks distraktornya? 3. Miskonsepsi apa saja yang dialami siswa kelas X pada materi sistem periodik unsur yang dapat diungkap dengan instrumen three tier test? C. Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut : 1. Validitas yang digunakan yaitu validitas isi dengan metode CVR (Content Validity Rasio) 2. Realibilitas yang digunakan yaitu koefisien konsistensi internal dengan KR 20 (Kuder-Richardson) D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menghasilkan instrumen tes diagnostik three-tier untuk materi sistem periodik unsur. 2. Mengetahui kelayakan instrumen three tier test yang dikembangkan berdasarkan validitas dan reabilitas, taraf kesukaran dan indeks distraktor.

6 3. Mengungkap miskonsepsi siswa pada topik sistem periodik unsur dari hasil three tier test. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa, three tier test dapat menjadi sarana untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami pada materi sistem periodik unsur sehingga dapat memperbaiki konsep-konsep yang salah. 2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tes diagnostik yang dapat dilakukan sendiri oleh guru pada materi sistem periodik unsur sehingga kualitas proses pembelajaran dapat lebih ditingkatkan. 3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan penelitian pada kajian masalah serupa atau sebagai acuan dalam penelitian sejenis dengan materi yang berbeda. F. Struktur Organisasi Penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bagian yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran dari penulis. 1. Pendahuluan Bagian pendahuluan memuat tentang latar belakang yang menjadi alasan penulis dalam mengembangkan instrumen three tier test. Selain itu terdapat rumusan masalah dan tujuan penelitian, serta struktur organisasi. 2. Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka membahas tentang definisi, ciri-ciri, dan penyebab terjadinya miskonsepsi. Selain itu dalam kajian pustaka memuat tentang definisi, fungsi dan karakteristik tes diagnostik, three tier test, pengembangan tes, serta tinjauan materi sistem periodik unsur. 3. Metode Penelitian

7 Metode penelitian mengungkapkan secara rinci mengenai prosedur penelitian yang telah dilakukan yang meliputi lokasi dan objek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, jenis-jenis instrumen yang digunakan, teknik pengumpulan data serta teknik pengolahan data. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian dan pembahasan akan menjelaskan tentang hasil penemuan beserta pembahasannya. Miskonsepsi siswa diidentifikasi menggunakan instrumen three tier test, nilai validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan indeks distraktor soal. dibahas pula untuk mengetahui kualitas soal three tier test dalam mengindentifikasi miskonsepsi siswa. 5. Kesimpulan dan Saran Penulis menuliskan kesimpulan berdasarkan rumusan masalah yang ada serta hasil penelitian. Selain itu penulis juga mengungkapkan saran untuk penelitian selanjutnya.