BAB II KAJIAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan informasi kepada pengguna yang mempunyai minat serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan rekreasi bagi pemustaka. Salah satu perpustakaan umum

Pengembangan Koleksi Modul 3

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat diperoleh melalui jalur non-formal salah satunya melalui perpustakaan.

MANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

MAKALAH. Pemanfaatan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

EFEKTIVITAS PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR. Dosen Pengampu : Nanik Arkiyah, M.IP

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB II LANDASAN TEORI. Salim (2002) menjabarkan pengertian analisis sebagai berikut :

UJIAN AKHIR SEMESTER PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN PENDIDIKAN PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya jika suatu kebutuhan informasi

Mengoptimalkan Pengembangan Koleksi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA TINGKAT KUNJUNGAN DI PERPUSTAKAAN DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KOTA PADANG

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Alasan pemilihan lokasi magang

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat suatu organisasi yang menyediakan layanan-layanan dan

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Promosi Dan Minat Baca Terhadap Kunjungan Pemustaka Ke Perpustakaan SD SALMAN AL FARISI Bandung

Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah sebagai Pusat Sumber Belajar bagi Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inggris perpustakaan dikenal dengan nama library. Library berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

TEMA PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR JUDUL : PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU MAKALAH

Sarliaji Cayaray, 2014 Model layanan perpustakaan sekolah luar biasa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

MAKALAH PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR YANG PENTING. Makalah ini disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Monika, 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 4 SERI E

PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SARANA PUSAT SUMBER BELAJAR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN

Pengembangan Koleksi. Presented by Yuni Nurjanah. Pengembangan Koleksi Modul 4 by Yuni Nurjanah

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bacaan yang disusun secara sistematis untuk mempermudah pengguna dalam

EVALUASI LAYANAN REFERENSI DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Peran Perpustakaan Sekolah dalam Usaha Menumbuhkan Minat Baca Pada Siswa

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

TUGAS INDIVIDU PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

2015 STUD I TENTANG KOMPETENSI PENGELOLAAN INFORMASI TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LITERASI DI KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB II KAJIAN TEORETIS

Toto Fathoni. Vol. 2, No. 2, Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atiasih, 2014

Evaluasi Koleksi: Antara Ketersediaan dan Keterpakaian Koleksi. Syukrinur Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Aceh

Evaluasi Pemanfaatan Koleksi (Suatu studi di Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara)

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa bukan hanya tugas pendidikan formal saja, tetapi pendidikan nonformal. terutama masyarakat sasaran pendidikan nonformal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS OTOMASI PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PELAYANAN SIRKULASI PADA PERPUSTAKAAN SEKOLAH

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI PURWAKARTA,

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Priyanka Permata Putri, 2013

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR... TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN

Peranan User Education Dalam Memahami. Karakteristik dan Kebutuhan Pemustaka

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PERPUSTAKAAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BAB 1 PENDAHULUAN Fera Meliza Lestari, 2015

Dasar-dasar Layanan Perpustakaan

INOVASI PERPUSTAKAAN BERBASIS TEKNOLOGI UNTUK LAYANAN INFORMASI, PENELITIAN DAN REKREASI DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1.8 Pengertian, Tujuan dan Tugas Pokok Perpustakaan

PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elin Asrofah Qobtiah, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menyediakan beragam informasi yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini, peran website sebagai media promosi (X) diturunkan menjadi dua sub

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perpustakaan Sekolah. 1. Pengertian Perpustakaan Sekolah. Perpustakaan merupakan salah satu bagian penting terutama bagi

GERAKAN LITERASI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MANFAAT PERPUSTAKAAN SEBAGAI MEDIA BELAJAR BAGI SISWA DI SEKOLAH DASAR. Dosen : Nanik Arkiyah, M.IP. Oleh : Leny Nurhanifah PGSD/ 7A

PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH. II.1 Mainan Anak Edukatif II.1.1 Definisi Mainan Anak Edukatif

BAB I PENDAHULUAN. Mengutip dari jurnal Puslit Biologi LIPI. Indonesia merupakan negara kepulauan

MAKALAH PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR UNTUK KECERDASAN ANAK. Untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

PANDUAN TEKNIS PENULISAN NASKAH BACAAN SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH, TAHUN 2009 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR : 040/871/ KPAD/ 2015

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MAKALAH PERPUSTAKAAN SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR BAGI SISWA SEKOLAH DASAR. Dosen Pengampu : Nanik Arkiyah, M.IP

Perpustakaan sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Umum Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang dibiayai oleh dana umum dan diperuntukkan bagi siapa saja (masyarakat umum) tanpa adanya diskriminasi. Dalam UU Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, Bab 1 pasal 1, dinyatakan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi. Menurut Sutarno (2003 : 32) perpustakaan umum adalah : Lembaga pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya Sedangkan pendapat lain mengemukakan bahwa Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang seluruh atau sebagian dananya disediakan oleh masyarakat dan pengggunaanya tidak terbatas pada kelompok orang tertentu. (Yusuf, 1996 : 17) Dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000 : 4), dikemukaan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota atau desa) diperuntukkan bagi semua lapisan dan golongan masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhannya akan informasi dan bahan bacaan. Dari definisi di atas dapat diuraikan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang pembiayaannya berasal dari dana umum dan menyediakan sumberdaya perpustakaan kepada masyarakat umum tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi.

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum Sebagai suatu organisasi, perpustakaan umum memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam jangka tertentu. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, perpustakaan harus mampu menyusun berbagai program yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan perpustakaan. Pada tahun 1972 UNESCO mengeluarkan Manifesto Perpustakaan Umum yang menyatakan bahwa perpustakaan umum harus terbuka bagi semua orang tanpa membedakan warna kulit, jenis kelamin, usia, kepercayaan dan ras. Tujuan perpustakaan umum dalam manifesto UNESCO yang dikutip oleh Jonner Hasugian (2009 : 77) dinyatakan : 1. Memberikan kesempatan bagi masyarakat umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik. 2. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat,terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat. 3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bahan pustaka. 4. Bertindak sebagai agen cultural artinya Perpustakaan Umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Gill (2010 : 2), tujuan didirikannya perpustakaan umum adalah : to provide resources and services in a variety of media to meet the needs of individuals and groups for education, information and personal development including recreation and leisure Pendapat di atas dapat diartikan bahwa tujuan didirikannya perpustakaan umum adalah untuk menyediakan literatur dan layanan dalam berbagai media untuk memenuhi kebutuhan individu dan kelompok dalam berbagai bidang, seperti bidang pendidikan, informasi dan pengembangan diri. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan perpustakaan umum adalah memberikan kesempatan bagi masyarakat umum untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan baik secara individu dan kelompok dalam berbagai bidang seperti pendidikan, informasi, dan pengembangan diri. 2.1.3 Fungsi Perpustakaan Umum Perpustakaan umum merupakan tempat penyimpanan berbagai jenis bahan pustaka, dimana masyarakat dapat memanfaatkan bahan pustaka tersebut untuk menambah pengetahuan,

mencari informasi atau sekedar mendapatkan hiburan. Salah satu fungsi perpustakaan adalah mencerdaskan kehidupan masyarakat. Upaya-upaya pengelola perpustakaan agar masyarakat gemar membaca dan mau mengunjungi perpustakaan patut dihargai. Dengan semakin banyaknya pengguna/masyarakat yang mengunjungi dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di perpustakaan, mengindikasikan bahwa perpustakaan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000 : 6) dijabarkan fungsi perpustakaan umum sebagai berikut : 1. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan bacaan. 2. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan. 3. Pengolahan dan penyiapan setiap bahan pustaka. 4. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi. 5. Pendayagunaan koleksi. 6. Pemberian layanan kepada warga masyarakat. 7. Pemasyarakatan perpustakaan. 8. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan. 9. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak Pemerintah Daerah. 10. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan bersama koleksi dan sarana/prasarana. 11. Pengolahan dan ketata-usahaan perpustakaan. Fungsi perpustakaan dari masa kemasa mungkin saja mengalami perubahan dan perkembangan, namun pada dasarnya fungsi perpustakaan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Fungsi Edukatif Perpustakaan berfungsi sebagai tempat untuk belajar secara mandiri, di situ pengguna dapat mencari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menambah ilmu dan wawasan. Siapapun dapat belajar di perpustakaan dengan mengikuti tata cara dan prosedur yang berlaku di perpustakaan tersebut. Dengan fungsi edukatif ini, perpustakaan membantu pemerintah, dalam program gemar membaca dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan belajar sepanjang hayat. 2. Fungsi Informatif Perpustakaan mempunyai fungsi informatif, artinya informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dapat dicari di perpustakaan. Jenis informasi yang akan di dapat tergantung jenis perpustakaannya, apakah itu perpustakaan perguruan tinggi perpustakaan khusus dan perpustakaan sekolah (informasinya biasanya bersifat ilmiah dan semi ilmiah ada juga yang non ilmiah/populer) ataupun perpustakaan Nasional dan perpustakaan umum (informasinya lebih beragam, dari yang populer hingga yang bersifat ilmiah). 3. Fungsi Kultural Perpustakaan mempunyai fungsi kultural artinya, perpustakaan memiliki dan menyediakan bahan pustaka baik tercetak maupun elektronik yang menyajikan kebudayaan daerah, kebudayaan suatu bangsa ataupun kebudayaan antar bangsa.

Di perpustakaan juga tersimpan koleksi hasil karya budaya manusia dari masa-ke masa, yang dapat dijadikan rujukan untuk mempelajari sejarah peradaban manusia. 4. Fungsi Rekreasi Perpustakaan mempunyai fungsi rekreasi artinya, pengguna dapat mencari koleksiyang bersifat populer dan menghibur. Disamping itu, pengguna dapat menggunakan media audio visual serta koran yang disediakan di perpustakaan tersebut. Untuk beberapa perpustakaan, ada yang menyediakan taman dan mendekorasi ruang perpustakaan menjadi tempat yang nyaman dan, toko buku, warnet sampai mini market. (Yusuf, 1996 : 21) Dari kedua uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perpustakaan umum mempunyai fungsi edukatif, informatif, kultural, dan rekreasi, referensi, preservasi dan konservasi, dan riset. 2.2Penggunaan Koleksi Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online kata pakai berarti mempergunakan. Jadi keterpakaian koleksi adalah mempergunakan koleksi perpustakaan baik berupa buku maupun non buku untuk selanjutnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Kebutuhan pengguna perpustakaan akan informasi berbeda-beda (beragam) sesuai dengan latar belakang informasi, antara lain untuk meningkatkan pengetahuan, mengetahui perkembangan baru tentang ilmu pengetahuan, mendukung proses belajar-mengajar sarana hiburan dan lainya. Beragam latar belakang tersebut menyebabkan perbedaan dan tingkat keterpakaian sebuah koleksi. Menurut Lasa HS (2005: 317) bahwa pemanfaatan koleksi seperti banyaknya peminjam dan jumlah koleksi yang dipinjam biasanya digunakan sebagai salah satu unsur untuk mengetahui efektifitas suatu perpustakaan. Sesuai dengan teori di atas maka keterpakaian koleksi dalam penelitian ini adalah diukur dari koleksi buku yang dipinjam. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa penggunaan koleksi merupakan salah satu unsur untuk mengetahui apakah koleksi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan termanfaatkan secara efektif. 2.2.2Tujuan Pengunaan Koleksi Anak Dalam Prosiding Seminar Internasional Multikutural dan Globalisasi (2012:6) tujuan koleksi anak sebagai media pendidikan dapat menggugah dan mengembangkan potensi seorang anak. Koleksi anak yang baik pada umumnya tercipta berdasarkan ilham pengarang yang diambil

dari pengalaman dan prinsip hidup. Koleksi yang baik tidak melupakan unsur-unsur kenikmatan, kesenangan serta sentuhan emosi, emosi yang di peroleh pembacanya ketika membaca karya tersebut. Selain itu karya yang baik merupakan pengendapan, wawasan, penelitian, dan ketrampilan pengarang yang berhubungan dengan cara-cara penulisan untuk anak. 2.3Tingkat Penggunaan Koleksi Anak Menurut pendapat Murti (2004: 18-19) tingkat penggunaan koleksi ditentukan berdasarkan usia dari anak yang menggunakan koleksi antara lain : 1). Anak umur 0-2 tahun, buku untuk anak usia ini terbuat dari bahan yang tidak mudah robek, aman, jumlah halaman tidak lebih dari 10 halaman, buku dengan ilustrasi berwarna berani dan berbentuk jelas, serta cerita atau rangkaian kata yang memancing interaksi. Untuk melatih indra penglihatan dan pendengaran, serta memperkenalkan buku sebagai media interaksi antara orangtua dan anak. 2). Anak umur 2-3 tahun, buku dengan ilustrasi cerdas dan jenaka serta rangkaian kata yang dapat diucapkan bersama untuk mulai mengajak mereka berpikir kreatif. Jenis cerita yang disukai adalah cerita yang memperkenalkan tentang benda dan binatang di sekitar rumah, misalnya: sepatu, kucing, anjing, bola dan sebagainya. Memilih bahan bacaan tentang tokoh atau peran yang karakternya secara kontras berbeda. Hal ini untuk melatih mengidentifikasi aneka perasaan yang berbeda yang dirasakan oleh tokoh yang satu dengan yang lainnya. Sebaiknya lembaran buku terbuat dari bahan yang tidak mudah lecek atau rusak. 3). Anak umur 3-5 tahun, pilih buku yang mengandung pilihan kata yang cerdas dan kreatif serta ilustrasi yang menggugah imajinasi. Buku-buku yang memperkenalkan huruf-huruf akan menarik perhatiannya, misal hurufhuruf yang bisa membentuk nama orang, nama binatang dan nama buah yang ada dalam cerita. Mengenal angka angka dan hitungan yang dijalin dalam cerita, misal jam berapa si tokoh bangun, ke sekolah, dan lain-lain. Menyediakan buku dengan tema permainan (misalnya puzzle), dan menyediakan literatur yang menekankan pada bacaan yang sifatnya menghibur yang memuat pesan moral. Buku bacaan yang sudah umum dengan tokoh yang sudah populer untuk cerita anak misalnya, si kancil, menyediakan bahan pustaka yang memuat informasi atau gambar tentang adanya aneka peran, dan pekerjaan atau fungsi benda. 4). Anak umur 5-7 tahun, pilih buku dengan tema yang unik serta tokoh yang menarik. Pada usia ini mereka mulai mengembangkan daya fantasinya, mereka sudah dapat menerima adanya benda atau binatang yang dapat berbicara. Cerita si Kancil atau cerita rakyat lainnya bisa mulai diberikan. Bila ceritanya panjang, lebih baik agak disederhanakan. Selain itu, anak-anak cenderung sudah mampu menikmati cerita yang menunjuk karakter sama dengan karakter pada umumnya. Menyediakan bacaan-bacaan cerita ringan, yang memuat cerita konflik dan solusinya,misalnya kisah anak yang mampu mengatasi kesulitan hidupnya dalam keluarga. 5). Anak umur 8-10 tahun, biasanya anak-anak amat menyukai cerita-cerita rakyat yang lebih panjang dan rumit, cerita petualangan ke negeri dongeng yang jauh dan aneh,

juga cerita humor. Selain itu, menyediakan bacaan yang melukiskan anak mampu mengatasi ketegangan seperti cerita anak korban bencana alam dan juga dengan tema kemandirian seperti kisah Nabi Muhammad sewaktu kecil. 6). Anak usia 10-13 tahun, pada usia ini anak-anak sudah mandiri membaca buku,mulai menyadari emosi dan gagasannya sendiri, haus mengenal wawasan baru dan perlu memperkaya kosa kata dan gaya berbahasanya. Di usia ini, dapat memperkenalkannya pada buku tanpa gambar atau bergambar sedikit, agar ia dapat menggunakan imajinasinya untuk melihat dunia yang diceritakan oleh buku tersebut. Pada umumnya menyukai cerita dari jenis mitologi, legenda, dan fiksi ilmiah serta humor. Cerita yang diadaptasi dari biografi pun bagus untuk didongengkan pada anak. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat penggunaan koleksi anak berbeda di setiap usia anak disesuaikan dengan keadaan dari pola pikir pada masing masing anak. 2.4 PengertianEvaluasi Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penafsiran (Echols dan Shadily, 2000: 220). Banyak definisi evaluasi yang dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain definisi evaluasi menurut Tyler dalam Tayibnapis (2000: 3) evaluasi adalah proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Menurut Maclcolm dalam Tayipnapis (2000: 3) evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Menurut Stufflebeam dalam Tayibnapis (2000: 14) evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Beberapa pendapat para ahli mengenai evaluasi dapat diuraikan sebagai berikut: Menurut Umar (2002: 36) evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan harapan yang ingin diperoleh. Arikunto (2002: 1) menyatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Dari pendapat diatas evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. 2.4.1 Evaluasi Koleksi Evaluasi koleksi merupakan salah satu kegiatan yang cukup penting dalam meningkatkan kualitas suatu perpustakaan. Menurut Lasa HS (2001: 9) evaluasi adalah proses monitoring terhadap implementasi strategis dalam mengambil tindakan perbaikan agar kinerja organisasi itu sesuai dengan rencana strategis. Evaluasi merupakan salah satu dari tiga kegiatan dalam sistem menejemen strategis. Dua kegiatan lainnya adalah perencanaan dan implementasi. Menurut Mosher dalam Hardi (2005: 30) keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan evaluasi koleksi antara lain 1. Mengetahui cakupan, kedalaman dan kelengkapan koleksi; 2. Membantu perencanaan pengembangan koleksi; 3. Membantu pengambilan keputusan kebijakan pengembangan koleksi; 4. Mengukur efektifitas kebijakan pengembangan koleksi; 5. Menentukan kualitas koleksi; 6. Meningkatkan kualitas koleksi dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada. Dalam kegiatan evaluasi koleksi ada beberapa langkah yang harus dilakukan: 1. Menentukan standar maupun ukuran, sasaran, tujuan atau hasil yang akan dicapai. 2. Mengukur dan mencatat kinerja yang telah dicapai. 3. Mengadakan perbandingan antara rencana strategi dengan hasil kinerja yang telah dicapai. 4. Melakukan tindakan koreksi. 5. Terus menerus berusaha untuk memperoleh umpan balik faktor internal dan eksternal (Lasa HS, 2001: 9). Dari beberapa pendapat tentang evaluasi di atas, dapat dipahami bahwa evaluasi merupakan suatu proses kegiatan untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan suatu alat ukur tertentu dalam membantu memberikan informasi yang dibutuhkan bagi pengambilan keputusan. Keterkaitan pengertian evaluasi keterpakaian koleksi dalam penelitian ini adalah suatu proses untuk mendeskripsikan bagaimana keterpakaian koleksi di Perpustakaan dengan

menggunakan kriteria tertentu, guna dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan untuk mengetahui bagaimana keterpakaian koleksi literatur anak di Badan Perpustakaan, Arsip, Dokumentasi Propinsi Sumatera Utara. 2.4.2 Tujuan Evaluasi Koleksi Tujuan evaluasi koleksi dapat dibagi menjadi dua kategori luas, yaitu alasan internal dan alasan eksternal. 1. Alasan Internal Evaluasi koleksi bagi internal dapat dilakukan untuk memberikan informasi tentang kebutuhan pengembangan koleksi. Pertanyaan yang dapat dijawab seperti: cakupan subjek koleksi, kedalaman koleksi, bidang koleksi yang kuat dan lemah, masalah yang ada dalam program dan kebijakan pengembangan koleksi.selain itu evaluasi koleksi untuk internal dapat memberikan informasi bagi kebutuhan anggaran, misalnya anggaran untuk memperkuat koleksi yang lemah dan memelihara koleksi yang sudah kuat. 2. Alasan Eksternal Alasan eksternal evaluasi koleksi antara lain: 1) kebutuhan institusi lokal 2) kebutuhan di luar organisasi. Menurut stufflebeam dalam worthen dan sanders (1979 : 129) evaluasi adalah : process of delineating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatives. Tujuan evaluasi koleksi terdiri dari beberapa unsur yang terdapat antara lain : adanya sebuah proses (process) perolehan (obtaining), penggambaran (delineating), penyediaan (providing) informasi yang berguna (useful information) dan alternatif keputusan (decision alternatives). Sedangkan Menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 13) ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen. Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk mengetahui sejauh mana program tersebut berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa evaluasi, program-program yang berjalan tidak akan dapat mengetahui apakah efektif untuk dilaksanakan. Karenanya, evaluasi bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi

pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah kegiatan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa evaluasi koleksi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi agar dapat diambil keputusan untuk mengembangkan koleksi dari sebuah perpustakaan. 2.3.3 Teknik Evaluasi Koleksi Teknik evaluasi koleksi merupakan cara dalam melakukan evaluasi koleksi. Menurut Evans(2000) menyebutkan ada lima pendekatan terhadap evaluasi koleksi yaitu: Penyusunan statistik koleksi yang dimiliki, Pengecekan pada daftar standar seperti katalog dan bibliografi, Pengumpulan pendapat pengguna, pengujian koleksi secara langsung dan penerapan standar yang melibatkan kegunaan-kegunaan metode-metode yang telah disebutkan di atas. Yulia (1999: 8) menegaskan ada lima cara melakukan evaluasi kolesi yaitu: 1. Membandingkan koleksi dengan senarai standart yang diterbitkan. Misalnya catalog dan daftar standar seperti daftar-daftar terbitan American Library Associations (ALA) : Book for colege Libraries, Public Library catalog dan sebagainya; 2. Membandingkan koleksi perpustakaan dengan koleksi perpustakaan sejenis yang besar. Misalnya dengan membandingkan data statistik untuk ukuran koleksi, pertambahan koleksi; 3. Melakukan kajian beberapa banyak koleksi yang digunakan; 4. Memeriksa koleksi dengan bantuan pakar pada subyek yang bersangkutan. Misalnya ahli geologi diminta membandingkan koleksi perpustakaan dengan daftar buku geologi yang dianggap baku maupun klasik; 5. Mengumpulkan pendapat pemakai. Misalnya mengedarkan angket kepada pengunjung mengenai koleksi perpustakaan, hasilnya dapat diketahui apa yang diinginkan dan apa yang masih kurang. Pedoman untuk mengevaluasi koleksi juga dikeluarkan oleh American Library Association (ALA s Guide to the Library Collections) yang membagi metode kedalam ukuranukuran terpusat pada koleksi dan ukuran-ukuran terpusat pada penggunaan (Evans, 2000). Dalam metode terpusat pada koleksi ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu pencocokan terhadap daftar tertentu, penilaian dari pakar, perbandingan data statistik, dan perbandingan pada berbagai standar koleksi. Menurut Sudjana (2006: 4) metode evaluasi terpusat pada pengguna ada beberapa cara yaitu; melakukan kajian sirkulasi, meminta pendapat pengguna, menganalisis statistik pinjam antar perpustakaan,

melakukan analisis sitasi, melakukan kajian penggunaan di tempat (ruang baca) dan memeriksa ketersediaan koleksi di rak. 1. Metode evaluasi Terpusat Pada Koleksi Sudjana (2006: 7) mengemukakan metode evaluasi terpusat pada koleksi memiliki beberapa cara antara lain: a) Pencocokan Terhadap Daftar Tertentu Metode ini merupakan metode lama dan pelaksanaannya penggunaan metode ini bisa dilakukan sendiri maupun dikombinasikan dengan metode yang lain. Caranya dengan mencocokan antara koleksi yang dimiliki perpustakaan dengan bibliografi standar. Hasilnya berupa prosentase. Semakin tinggi prosentase kecocokan antara koleksi dengan bibliografi standar untuk subyek tertentu, semakin baik. b) Penilaian Pakar Metode ini berfokus pada penelitian terhadap kualitas seperti kedalaman koleksi, kegunaanya terkait dengan kurikulum atau penelitian, serta kelemahan dan kekuatan koleksi. Metode ini melakukan peninjauan terhadap keseluruhan koleksi oleh pakar dengan menggunakan daftar penggerakan (shelf list). c) Perbandingan Data Statistik Metode ini digunakan dengan membandingkan jumlah koleksi di Perpustakaan dengan perpustakaan lain. Perbandingan antar perpustakaan menghasilkan data yang terbatas untuk evaluasi karena adanya perbedaan tujuan, program, dan jenis layanan. d) Perbandingan dengan Berbagai Standar Koleksi Pada metode evaluasi ini dilakukan dengan membandingkan sebuah perpustakaan dengan standar yang memuat semua aspek dari perpustakaan, termasuk mengenai koleksi. Standar tersebut ada yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan ada pula yang menggunakan pendekatan kualitatif. 2. Metode Evaluasi Terpusat pada Penggunaan Metode evaluasi selanjutnya menurut sudjana (2006: 18) adalah : a. Kajian Sirkulasi Kajian sirkulasi adalah salah satu metode evaluasi yang dilakukan dengan memantau data sirkulasi. Kelemahan metode ini adalah data koleksi tidak mencatat buku yang dibaca oleh pengguna maka, hasilnya belum mewakili keseluruhan data pemanfaatan koleksi. Asumsi dasar kajian sirkulasi ada dua, yaitu pertama, kecukupan koleksi buku yang terkait langsung dengan pengguna secara umum. Kedua, sirkulasi memberikan gambaran representatif mengenai keguanaan koleksi (Evans, 2000). Meski ada kelemahan, metode ini mampu menjelaskan keterpakaian koleksi dengan tingkat validitas yang tinggi, khususnya data peminjaman.

Metode ini digunakan penulis untuk melakukan evaluasi keterpakaian literatur anak di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara. Data primer yang dikaji adalah data statistik peminjaman untuk mengkaji masyarakat pemakai dan informasi apa yang diinginkan. b. Pendapat Pengguna Metode evaluasi koleksi dilakukan dengan meminta pendapat pengguna, baik pengguna potensial maupun pengguna aktual. Populasi pengguna harus acak agar semua unsur terwakili. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, khususnya apabila melakukan evaluasi koleksi dengan teknik ini, yaitu keobjektifan pengguna dalam memberikan jawaban, sistem temu kembali informasi dan masalah promosi perpustakaan. Menurut Sudjana (2006: 7) penentuan pertanyaan yang tepat akan menghasilkan kesimpulan yang akurat. Analisis komunitas pembaca melalui survai bisa dilakukan sehingga keputusan bahan pustaka tertentu harus dipilih dan bahan lainya tidak sematamata karena pertimbangan yang melibatkan partisipasi pengguna. c. Statistik Pinjam Antar Perpustakaan Penggunaan metode evaluasi ini, melihat data statistik pinjam antar perpustakaan yang hanya dapat dilakukan untuk perpustakaan yang mempunyai layanan pinjam antar perpustakaan. Menurut Sudjana (2006: 8) metode ini dapat digunakan untuk menganalisis beberapa hal diantaranya adalah: untuk menggali pendapat mengapa perpustakaan lebih memilih pinjam di Perpustakaan lain, keramahan dalam pelayanan, kenyamanan ruang perpustakaan, kemudahan dalam menemukan buku, kedekatan dengan tempat tinggal, dan hal lain yang berhubungan dengan kecukupan koleksi. d. Analisis Sitiran Menurut Lasa (2001: 4) analisis sitiran merupakan bentuk kajian terhadap sejumlah rujukan yang terdapat pada karya tulis ilmiah. Dengan sistem ini dapat diperoleh gambaran adanya hubungan antara sebagian atau seluruh dokumen yang disitir dengan dokumen atau karya tulis yang menyitir. e. Kajian Penggunaan di Tempat Metode ini dilakukan dengan cara melengkapi data yang diperoleh pada kajian sirkulasi, kajian terhadap buku dan jurnal yang dibaca di tempat/ ruang baca perlu dilakukan.

Kajian dapat dilakukan dengan cara menghitung buku dan jurnal yang ada di meja baca setelah selesai dibaca pengguna. f. Ketersediaan Koleksi di Rak Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi bahan pustaka yang dicari pengguna tersedia di rak koleksi. Metode ini dilakukan dengan cara seperti yang dilakukan untuk kajianpenggunaan koleksi di tempat, hanya waktu pelaksanaan yang berbeda, yaitu dilaksanakan terus-menerus sepanjang tahun. Apabila hasil evaluasi prosentasenya tinggi berarti koleksi yang disediakan sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna. Bila prosentase penemuan rendah berarti ada dua kemingkinan, yaitu pertama perpustakaan memiliki koleksi tersebut tapi sedang dipinjam atau dibaca pengguna. Kemungkinan yang kedua adalah bahan pustaka yang dicari memang tidak dimiliki (Sujana, 2006: 10). Untuk pengumpulan data ini diperlukan petugas khusus untuk melakukannya. Cara pengumpulan data bisa dilakukan seperti yang dilakukan untuk kajian di tempat. Namun untuk mendapatkan judul-judul bahan pustaka yang banyak diperlukan tetapi belum tersedia di rak, bisa dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun. Pengguna diminta untuk menuliskan judul tersebut pada sehelai daftar isian yang akan dikaji oleh pustakawan pengembangan koleksi untuk keputusan pembelianya. Dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa cara atau teknik dalam melakukan evaluasi koleksi sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari pengguna perpustakaan. 2.5 Layanan Anak Menurut Darmono (2001: 134), Layanan perpustakaan adalah menawarkan semua bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya. Salah satu layanan yang ada pada suatu perpustakaan adalah layanan anak. Menurut Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota: (Perpusnas, 2006: 41) Layanan anak-anak adalah salah satu kegiatan layanan Perpustakaan Umum yang menyediakan jasa untuk anak-anak. Anak-anak yang menjadi sasaran adalah anak-anak pra-sekolah sampai usia 12-13 tahun. Perpustakaan dalam memberikan layanan bagi mereka, terutama diarahkan untuk mengembangkan imajinasi, meningkatkan minat dan kebiasaan membaca serta memberikan sarana rekreasi yang mendidik. Sasaran atau target pemustaka layanan anak di perpustakaan umum menurut IFLA Guidelines for Children s

Libraries Services adalah bayi dan balita, anak anak pra-sekolah, murid sekolah sampai umur 13 tahun, kelompok berkebutuhan khusus, orangtua dan anggota keluarga yang terkait, pemerhati anak dan orang dewasa lainnya yang berkerja dengan anak-anak, buku dan media. Dapat diambil kesimpulan bahwa layanan anak adalah kegiatan untuk memberikan/ menawarkan koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna yaitu anak anak agar dapat memperkenalkan perpustakaan dan meningkatkan minat baca sejak dini. 2.5.1 Tujuan Layanan Anak Berdasarkan pendapat Yusuf (2003: 175) mengungkapkan tujuan utama dari layanan anak-anak yaitu: 1. Menyediakan koleksi berbagai bentuk bahan pustaka,serta penyajian menarik perhatian anak dan mudah digunakan. 2. Memberikan bimbingan kepada anak-anak dalam memilih buku dan bahan pustaka lainya yang sesuai dengan usianya. 3. Membina, mengembangkan, dan memelihara kesenangan membaca (sebagai hobi) dan mendidik anak belajar mandiri. 4. Mempergunaan sumber yang ada di perpustakaan untuk menunjang belajar seumur hidup. 5. Membantu anak untuk mengembangkan kecakapannya dan menambah pengetahuan sosialnya. 6. Berfungsi sebagai suatu kegiataan sosial dalam masyarakat untuk mensejahterakan anak-anak. Sedangkan menurut IFLA Guidelines for Children s Libraries Services, layanan anak bertujuan untuk: a) Memfasilitasi hak setiap anak dalam : 1.Informasi 2. Tugas fungsional, visual, literasi digital dan media 3. Pengembangan kebudayaan 4. Pengembangan pembaca 5. Pembelajaran seumur hidup/lifelong learning 6. Program kreatif pada waktu senggang b) Menyediakan akses terbuka untuk semua sumber daya dan media bagi anak

c) Menyediakan berbagai macam aktifitas untuk anak, orangtua serta pemerhatianak d) Memfasilitasi jalan masuk keluarga ke komunitas e) Memberikan kekuasaan untuk anak dan mendukung kebebasan serta keamanan mereka f) Mendorong anak-anak agar menjadi individu yang percaya diri dan berkompetensi g) Memperjuangkan sebuah perdamaian dunia Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari layanan anak memberikan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan dari anak anak dan membantu dalam menambah wawasan serta ilmu pengetahuan dalam berbagai hal sehingga dapat dipergunakan dengan sebaik baiknya. 2.5.2 Fungsi Koleksi Anak Ada beberapa fungsi yang dimiliki dari koleksi anak. Menurut Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Daerah (1992 : 40), fungsi koleksi anak adalah : a) Mengembangkan imajinasi b) Meningkatkan minat dan kebiasaan membaca c) Memberikan sarana rekreasi yang mendidik. 2.5.3 Jenis Jenis Layanan Anak Jenis layanan anak merupakan layanan yang diberikan suatu perpustakaan kepada pengguna perpustakaan khususnya anak anak. Di dalam Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Daerah(1992 : 38-39) disebutkan bahwa jenis layanan yang bisa diberikan untuk anak di perpustakaan umum antara lain yaitu : a) Peminjaman Buku b) Bimbingan Membaca c) Layanan Rujukan d) Mendongeng (story telling) e) Pertunjukkan Film f) Pertunjukkan Boneka g) Mainan Anak

2.6 Kategori Anak Ada beberapa pembagian kategori anak. MenurutCharlotte Buhler, seorang ahli psikologi, dalam Practische Kinder Psychologie, 2006 mengemukakan masa perkembangan anak dan pemuda sebagai berikut: 1. Masa pertama, usia sampai 1 tahun Pada masa ini anak berlatih mengenal dunia lingkungan dengan berbagai macam gerakan. 2. Masa kedua, usia 2 sampai 4 tahun Keadaan dunia luar makin dikuasai dan dikenalnya melalui bermain, kemajuan bahasa, dan pertumbuhan kemauannya. 3. Masa ketiga, usia 5 sampai 8 tahun Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan semakin tinggi. 4. Masa keempat, usia 9 sampai 13 tahun Pertumbuhan jasmani sangat subur padausia 10 sampai 12 tahun. Kejiwaannya tampak tenang, seakan-akan ia bersiap-siap untuk menghadapi perubahan yang akan datang. Ketika anak perempuan berusia 12 sampai 13 tahun, anak laki-laki berusia 13 sampai 14 tahun, mereka mengalami masa krisis dalam proses perkembangannya. 5. Masa kelima, usia 14 sampai 19 tahun Pada awal masa pubertas anak kelihatan lebih subjektif. Anak di masa pubernya selalu merasa gelisah karena mereka sedang mengalami sturm und drang (ingin memberontak, gemar mengeritik, suka menentang, dan sebagainya). Pada akhir masa pubertas, yaitu sekitar usia 17 tahun.