BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB III METODE PENELITIAN. data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA)

BAB VI KESIMPULAN & SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan akan ketersediaan pendanaan atau biaya. Sektor perbankan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. nilai rupiah terhadap dolar Amerika serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB I PENDAHULUAN. mengikutsertakan peran dan partisipasi masyarakat secara keseluruhan yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

ANALISIS PERBANDINGAN KENERJA KEUANGAN BANK DKI KONVENSIONAL DAN BANK DKI SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

Analisis Kinerja PT. Bank Tabungan Negara (PERSERO), Tbk Dengan Menggunakan Metode CAMEL dan Metode RGEC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berkembang sejalan dengan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup andil dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Menurut. Prasanjaya dan Ramantha (2013) bank memberikan kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal


BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. modal dengan cara menawarkan sahamnya kepada masyarakat atau publik.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. Nama : Sarah Natya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan/membutuhkan dana (Muchdarsyah Sinungan,2000). Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan jenisnya bank dapat dibedakan menjadi dua yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada pasal 1 dijelaskan bahwa Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1

Eksistensi BPR baru terlihat setelah adanya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992. tentang Perbankan. BPR mempunyai fungsi yang lebih sederhana dibandingkan dengan bank umum, yaitu : 1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan / atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2) Memberikan kredit 3) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah. 4) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/22/PBI/2005 tanggal 9 Agustus 2005 tentang BPR disebutkan bahwa BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh (diantaranya) Pemerintah Daerah dan biasa disebut dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Bentuk badan hukum dari BUMD biasanya Perusahaan Daerah (PD) atau Perseroan Terbatas (PT). PD. BPR BKK Lasem sebagai salah satu BUMD di Kabupaten Rembang dituntut oleh Pemegang Saham untuk dapat memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah. Dalam hal ini BUMD dapat memberikan deviden untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). 2

BPR BKK Lasem sebagai salah satu lembaga perbankan di Kabupaten Rembang diharapkan dapat menjadi salah satu sumber PAD dan dapat berperan serta dalam peningkatan pembangunan ekonomi. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan khususnya investasi serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian khususnya di Kabupaten Rembang. Dalam penilaian tingkat kesehatan BPR, menurut Taswan (2006) disebutkan bahwa system penilaian tingkat kesehatan BPR pada dasarnya menggunakan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh pada kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan kualitatif tersebut dilakukan terhadap factor-faktor permodalan (capital), Kualitas Aktiva Produktif (asset quality), Manajemen (management), Rentabilitas (earning power) dan likuiditas (liquidity) yang selanjutnya factor-faktor tersebut disingkat menjadi CAMEL. CAMEL yang diproksikan dalam berbagai rasio keuangan perbankan pada umumnya digunakan dalam penelitian perbankan. Rasio keuangan, diantaranya rasio CAR, KAP, NPL, BOPO dan ROA. Di sini ROA sangat penting karena berkaitan dengan profitabilitas bank, dalam hal ini yang dipakai adalah laba setelah pajak. Apabila ROA tinggi maka manajemen akan mempertimbangkan untuk membagi deviden ataukah tidak. Di sisi lain manajemen berharap dengan ROA yang semakin tinggi akan dapat menarik investor menanamkan modalnya untuk investasi. Dalam menjaga profitabilitas manajemen bank perlu menjaga besarnya ROA. Dari sisi perusahaan ROA dapat dipergunakan sebagai analisis rasio keuangan dalam mengelola asset yang 3

dimilikinya. Semakin tinggi ROA maka semakin baik pula perusahaan dalam menunjukkan kegiatan usahanya. Manfaat ROA selain untuk emiten (manajemen) juga bermanfaat bagi pengambilan keputusan para investor atau kreditur. Dalam informasi keuangan yang disajikan peningkatan ROA dari tahun ke tahun menunjukkan kestabilan perusahaan (Mulyono, 1999). ROA sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa variable diantaranya Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan Deposit Ratio ( LDR), Non Performing Loan (NPL) dan Net Interest Margin (NIM). Suatu bank yang ratio BOPO rendah maka ROA nya akan tinggi. Selain itu tingkat LDR yang tinggi akan berpengaruh terhadap ROA, demikian juga halnya dengan NPL dan NIM. Menurut ketentuan Bank Indonesia, BOPO merupakan perbandingan antara total biaya operasional dengan total pendapat operasional. Efisiensi operasional dilakukan oleh bank dalam rangka untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan dengan usaha pokok bank, dilaksanakan dengan benar dalam arti sesuai dengan dengan harapan pihak manajemen dengan pemegang saham serta digunakan untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua assetnya dengan tepat guna dan berhasil guna (Mawardi, 2005). Menurut Mawardi (2005) BOPO dan NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Dengan demikian operasi suatu bank yang diproksikan dengan BOPO akan berpengaruh negatif terhadap kinerja bank tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Amalia dan Hedyningtyas (2005) bahwa BOPO dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. BOPO diukur secara kuantitatif dengan menggunakan perbandingan (rasio) biaya operasional 4

terhadap pendapatan operasional. Dengan BOPO dapat diketahui apakah manajemen bank telah menggunakan semua asetnya dengan efektif dan efisien. Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi, sehingga semakin tinggi likuiditas maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Dengan demikian besar kecilnya likuiditas bank akan pengaruhi kinerja bank tersebut. Salah satu ukuran untuk menghitung likuiditas bank adalah adalah LDR yaitu seberapa besar dana bank dilepaskan ke perkreditan. Ketentuan BI tentang LDR yaitu antara ratio 80 % - 110 %. Semakin tinggi LDR maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut maupun menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Dengan demikian besar kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut. Penelitian mengenai LDR menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan Usman (2003) memperlihatkan hasil bahwa LDR berpengaruh negatif terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Agus Suyono (2005) bahwa LDR dan BOPO mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap ROA. Bank dalam menjalankan operasinya tentunya tak lepas dari berbagai macam resiko. Resiko usaha bank merupakan tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima (Permono, 2000). 5

NPL merupakan ratio keuangan yang berkaitan dengan resiko kredit. Menurut Ali (2004), resiko kredit adalah resiko dari kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada debitur. NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap total kredit yang dikeluarkan bank (Meydianawati, 2007). Apabila suatu bank mempunyai NPL yang tinggi, maka akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya. Dengan kata lain semakin tinggi NPL suatu bank, maka hal itu akan mengganggu kinerja bank tersebut. Penelitian yang dilakukan Mawardi (2005) memperlihatkan hasil bahwa NPL berpengaruh negative terhadap ROA. Hasil in berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Usman (2003) yang menunjukkan bahwa NPL positif ROA (EAT). Pendapatan bunga merupakan keuntungan bagi bank setelah dikurangi dengan beban bunga. NIM merupakan ratio antara pendapatan bunga terhadap jumlah kredit yang diberikan. Pendapatan diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan. Sehingga semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktifnya. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap kinerja bank. Hasil penelitian Mawardi (2005) bahwa NIM berpengaruh positif terhadap ROA yang akan datang. Sedangkan Usman (2003) mengatakan bahwa Net Profit Margin (NPM) berpengaruh negative terhadap ROA 6

Dari keterangan di atas dapat diketahui adanya research gap tentang variabel yang mempengaruhi ROA, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. PD. BPR BKK Lasem Kabupaten Rembang sebagai salah satu BUMD di Kabupaten Rembang yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Rembang dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Dalam perkembangan terakhir per bulan Desember 2010 mempunyai aset sebesar Rp.199.557.687ribu, kas sebesar Rp.7.484.682ribu, ABA sebesar Rp.30.034.107ribu, jumlah kredit diberikan sebesar Rp.162.332.477ribu, dana masyarakat sebesar Rp.154.872.265ribu, total pendapatan sebesar Rp.40.751.968ribu, total biaya sebesar Rp.31.922.958ribu dan laba sebelum pajak sebesar Rp.8.829.010ribu. Sebagai BUMD yang tergolong sehat pada tahun 2011 telah memberikan deviden kepada Pemerintah Kabupaten Rembang selaku salah satu pemegang saham sebesar Rp.875.913ribu yang merupakan kinerja per Desember 2010. Deviden tersebut mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp.1.067.141ribu dikarenakan adanya kebijakan Bank Indonesia tentang system SAK ETAP yang telah diberlakukan untuk BPR di tahun 2010, selain adanya penurunan kepemilikan saham dari Pemkab Rembang. Karena besar kecilnya deviden tersebut selain dipengaruhi oleh perolehan laba juga dipengaruhi komposisi saham yang dimilki, Pada saat pembagian deviden tersebut di atas komposisi saham adalah 75 % untuk Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan 25 % untuk Pemerintah Kabupaten Rembang. 7

Berkaitan dengan penelitian ini disajikan data perkembangan ROA PD BPR BKK Lasem Kantor Pusat dan 10 Kantor Cabang untuk periode 2004 2009 seperti tersaji dalam Tabel di bawah ini : Tabel 1.1 ROA pada PD. BPR BKK Lasem Periode 2004-2009 (dalam prosentase) Rasio (%) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 KPO 3,48 3,81 1,90 2,25 1,58 1,83 Cab. Sarang 1,29 1,52 1,98 5,13 7,55 5,13 Cab. Rbg Kt 2,36 2,98 2,03 4,76 5,54 5,54 Cab. Sluke 2,13 1,34 2,56 5,04 6,66 4,81 Cab. Pmt 2,47 4,59 3,36 4,98 5,09 5,20 Cab. Kragan 1,24 1,68 1,70 2,05 5,81 3,93 Cab. Sale 3,61 3,82 3,01 6,11 6,01 5,71 Cab. Pancur 2,98 3,24 0,95 2,51 4,78 3,33 Cab. Sedan 2,27 3,29 3,35 5,24 4,33 5,75 Cab. Gunem 3,34 2,37 1,18 1,67 6,10 5,00 Cab. Sulang 0,65 1,48 1,70 1,44 3,74 2,38 Rata-rata 2,34 2,74 2,16 3,74 5,20 4,42 Sumber : Data sekunder, diolah Dari tabel di atas dapat diketahui adanya fluktuasi ROA dari tahun 2004 2009 yaitu sebagai berikut : 1. Tahun 2005 rata rata ROA sebesar 2,74%, mengalami peningkatan sebesar 17,09% dari tahun 2004 sebesar 2,34%. 2. Tahun 2006 rata rata ROA sebesar 2,16% mengalami penurunan 21,16% dari tahun sebelumnya; 8

3. Tahun 2007 rata rata ROA sebesar 3,74% mengalami kenaikan secara signifikan sebesar 73,14% dibanding tahun 2006 4. Tahun 2008 rata-rata ROA sebesar 5,2% atau mengalamii kenaikan yang signifikan sebesar 39,03% dibanding tahun sebelumnya; 5. Tahun `2009 rata-rata ROA sebesar 4,42% mengalami penurunan sebesar 15% dari tahun sebelumnya. Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa ROA berfluktuasi (naik atau turun) mulai dari tahun 2004 sampai dengan 2009. Berubahnya ROA dari tahun ke tahun ( 2004 2009) dipengaruhi oleh rasio BOPO, LDR, NPL dan NIM sebagaimana disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1.2 ROA, BOPO, LDR, NPL dan NIM pada PD. BPR BKK Lasem 2004 2009 (dalam prosentase) Rasio 2004 2005 2006 2007 2008 2009 (%) ROA 2,72 3,20 5,56 4,95 5,30 5,70 BOPO 85,27 82,87 79,41 78,15 76,51 75,16 LDR 86,45 84,93 89,97 93,77 100,16 90,57 NPL 5,77 8,90 17,55 10,32 8,88 5,54 NIM 14,40 15,05 8,40 13,16 13,11 13,92 Sumber : Data sekunder, diolah Dari tabel di atas dapat diketahui adanya fenomena business gap, yaitu : Secara teori BOPO berpengaruh negative terhadap ROA. Namun berdasarkan data yang ada penurunan BOPO di tahun 2007 justru menyebabkan penurunan ROA tahun 2007, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. 9

Peningkatan LDR di tahun 2007 tidak diikuti dengan peningkatan ROA di tahun yang sama, tetapi terdapat penurunan ROA. Hal ini menunjukkan adanya gap dengan teori yang ada, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. NPL secara teori berpengaruh negative terhadap ROA. Berdasarkan data tahun 2005 dan 2006 kenaikan NPL diikuti dengan kenaikan ROA dan sebaliknya di tahun 2007 penurunan NPL diikuti dengan penurunan ROA, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan data yang ada, penurunan NIM pada tahun 2006 dan 2008 justru menjadikan ROA naik begitu pula sebaliknya peningkatan NIM di tahun 2007 menjadikan ROA turun. Melalui penelitian ini apakah NIM berpengaruh positif terhadap ROA? 1.2 Perumusan Masalah Atas dasar latar belakang masalah tersebut di atas,maka dapat diketahui bahwa ROA mengalami fluktuasi dari tahun 2004 2009. Perubahan ROA dari tahun ke tahun pada periode 2004 2009 bisa dipengaruhi BOPO, LDR, NPL maupun NIM. Hal tersebut diperkuat dengan adanya beberapa research gap antara peneliti satu dengan peneliti yang lain, perbedaan pendapat peneliti secara garis besar dapat dipaparkan seperti di bawah ini: 10

BOPO, menurut Mawardi (2005) dalam penelitiannya tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bank di Indonesia, BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA sementara penelitian yang dilakukan Amalia dan Hedyningtyas (2005) tentang Analisis Rasio Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan diperoleh hasil BOPO dan CAR berrpengaruh positif signifikan terhadap laba tahun depan. LDR, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bahtiar Usman (2003) tentang analisa rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada industri perbankan menunjukkan bahwa Quick Ratio, LDR, Gross Profit Margin, Net Profit Margin, NIM, BOPO, Capital Adequacy Ratio (CAR), Leverage Multiplier, NPL dan Deposit Risk Ratio mempunyai pengaruh negative terhadap perubahan laba. Sedangkan menurut Agus Suyono (2005) dihasilkan bahwa BOPO dan LDR mempunyai pengaruh positif terhadap ROA. NPL, menurut Mawardi (2005) NPL mempunyai pengaruh negative terhadap ROA sedangkan menurut Ustman (2003) bahwa NPL berpengaruh positif terhadap ROA (EAT). NIM, menurut Mawardi (2005) dan NIM berpengaruh positif terhadap ROA sedangkan menurut Ustman (2003) NIM berpengaruh negative terhadap ROA. Sehingga dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh BOPO terhadap ROA pada PD. BPR BKK Lasem? 2. Bagaimana pengaruh LDR terhadap ROA pada PD. BPR BKK Lasem? 3. Bagaimana pengaruh NPL terhadap ROA pada PD. BPR BKK Lasem? 11

4. Bagaimana pengaruh NIM terhadap ROA pada PD. BPR BKK Lasem? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian : 1. Untuk menganalisis pengaruh BOPO terhadap ROA pada PD. BPR BKK Lasem? 2. Untuk mengalisis pengaruh LDR terhadap ROA pada PD. BPR BKK Lasem? 3. Untuk menganalisis pengaruh NPL terhadap ROA pada PD. BPR BKK Lasem? 4. Untuk menganalisis pengaruh NIM terhadap ROA pada PD. BPR BKK Lasem? Manfaat Penelitian : 1. Bagi manajemen untuk menentukan strategi pengembangan BPR BKK Lasem 2. Bagi Dewan Pengawas dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam pengawasan BPR BKK Lasem 3. Bagi pemegang saham sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk perkembangan BPR BKK Lasem di masa mendatang. 12

13