TELAAH MEN GENAl PANJANG CAGAK IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) YANG TERTANGKAP DI INDONESIA PADA TAHUN Sofri Bahar*) dan Priyanto Rahardjo*)

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Penentuan Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis L.) di Perairan Sangihe Sulawesi Utara

ANALISIS PENENTUAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN MANADO SULAWESI UTARA 1)

STRUKTUR UKURAN DAN UKURAN LAYAK TANGKAP IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN TELUK BONE

J. Sains & Teknologi, April 2014, Vol.14 No.1 : ISSN

DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT DAN ASPEK BIOLOGI CAKALANG (Katsuwonus pelamis) HASIL TANGKAPAN HUHATE di BITUNG

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin ABSTRAK

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Jumlah Produksi YellowfinTuna

Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(6): , Desember 2014 ISSN

KAJIAN HUBUNGAN HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

ANALISIS STRUKTUR POPULASI IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) PADA DAERAH RUMPON TERHADAP TEKANAN EKSPLOITASI DI PERAIRAN TELUK BONE

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

Fluctuation of catch per unit efforts and catch seasons of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) in Prigi waters, East Java Province

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

Daerah penangkapan ikan dari kapal huhate yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Pantai Belang

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

TEKNIK PENGOPERASIAN HUHATE (POLE AND LINE) DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPANNYA DI LAUT SULAWESI

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/KEPMEN-KP/2015 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN TUNA, CAKALANG DAN TONGKOL

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

Monitoring tren dan produktivitas hasil tangkapan kapal huhate yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian 3.2 Jenis dan Sumber Data

WARNA UMPAN TIRUAN PADA HUHATE

Budi Nugraha 1) dan Hufiadi 2) 1) Peneliti pada Loka Penelitian Perikanan Tuna, Benoa-Bali 2)

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Hubungan Panjang Alat Tangkap Purse Seine Dengan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera (Pps) Lampulo, Aceh

STATUS PERIKANAN LOBSTER (Panulirus spp.) DI PERAIRAN KABUPATEN CILACAP

PENGARUH LAMA SETTING DAN JUMLAH PANCING TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAWAI TUNA DI LAUT BANDA

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

Agriekonomika, ISSN e ISSN Volume 4, Nomor 1

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

PENENTUAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG(Katsuwonus pelamis) BERDASARKAN SEBARAN SPL DAN KLOROFIL DI LAUT FLORES SKRIPSI

VI. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI PELABUHANRATU. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

STRUKTUR UKURAN, TIPE PERTUMBUHAN DAN FAKTOR KONDISI IKAN KEMBUNG PEREMPUAN (Rastrelliger brachysoma) DI PERAIRAN MAJENE

4 HASIL. Gambar 18 Grafik kurva lestari ikan selar. Produksi (ton) Effort (trip) MSY = 5.839,47 R 2 = 0,8993. f opt = ,00 6,000 5,000 4,000

ANALISIS TINGKAT PEMANFAATAN DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN PRIGI JAWA TIMUR Hari Ilhamdi 1, Riena Telussa 2, Dwi Ernaningsih 3

KARAKTERISTIK PERIKANAN PANCING TONDA DI LAUT BANDA CHARACTERISTICS TROLL LINE FISHERY IN THE BANDA SEA

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

Analisis Faktor-Faktor Produksi Terhadap Hasil Tangkapan Purse Seine di TPI Ujong Baroh, Aceh Barat, Aceh

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

ANALISIS PENENTUAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis L.) DI PERAIRAN BELANG MINAHASA TENGGARA-SULAWESI UTARA

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap

Ledhyane Ika Harlyan Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan & Kelautan Universitas Brawijaya 2013

PENDUGAAN KELOMPOK UMUR DAN OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI KABUPATEN BOALEMO, PROVINSI GORONTALO

MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):43-50

EKSPLORASI SUMBER DAYA PERAIRAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

5 BIOLOGI PERIKANAN IKAN CAKALANG

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KINERJA ALAT TANGKAP IKAN CAKALANG DI TELUK BONE KABUPATEN LUWU PERFORMANCE OF FISHING GEAR ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY OF LUWU REGENCY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

Struktur populasi ikan cakalang hasil tangkapan pukat cincin yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tumumpa Kota Manado

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

PERUBAHAN GILLNETTER MENJADI TROLL LINER DI PPN PALABUHANRATU. Changes of Gillnetter into Troll Liner in PPN Palabuhanratu. Oleh:

Laju tangkap dan musim penangkapan madidihang (Thunnus albacares) dengan tuna hand line yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

Perikanan: Armada & Alat Tangkap

MORFOMETRI DAN KOMPOSISI ISI LAMBUNG IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) YANG DIDARATKAN DI PANTAI PRIGI JAWA TIMUR

Peneliti pada Loka Penelitian Perikanan Tuna, Benoa-Bali 2)

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

Struktur ukuran dan pertumbuhan populasi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Laut Flores Sulawesi Selatan

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas


Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-2, Januari 2013 ISSN:

STUDI PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN SELAR KUNING

seine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

rovinsi alam ngka 2011

PENDUGAAN MUSIM IKAN MALALUGIS BIRU (Decapterus macarellus) DI PERAIRAN SEKITAR LIKUPANG, SULAWESI UTARA.

POLA PENGGUNAAN ALAT TANGKAP IKAN DI DESA KETAPANG BARAT, KABUPATEN SAMPANG, JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow

PENGKAJIAN STOK IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR

ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN Adrian A. Boleu & Darius Arkwright

Transkripsi:

Jurnal Pen. Perikanan Laut No. 41 Th. 1987Hal. 11-17 TELAAH MEN GENAl PANJANG CAGAK IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) YANG TERTANGKAP DI INDONESIA PADA TAHUN 1985 Sofri Bahar*) dan Priyanto Rahardjo*) ABSTRAK : Pengumpulan data berdasarkan pengambilan contoh ikan cakalang di perairan Sorong, Ambon, Bitung, Kedonganan (Bali), Prigi, Pelabuhan Ratu dan Bungus (Padang). Kisaran Panjang cakalang yang didaratkan di temp at pelelangan ikan adalah 18-90 cm dengan modus pad a tiap lokasi pendaratan masing-masing secara berurut adalah: 48, 49,9; 48,8; 47,53,1; 61,5 dan46 cm. Dalam tulisan ini disajikan analisis frekuensi panjang cagak ikan cakalang yang tertangkap disemua tempat pendaratan ikan. ABSTRACT : Review on fork length distribution of skipjack (Katsuwonus pelamis) caught in Indonesia waters 1985, by Sofri Bahar*) and Priyanto Rahardjo*). Length data were obtained from skipjack sampling in Sorong, Ambon, Bitung, Kedonganan (Bali), Prigi, Pelabuhan Ratu and Bungus (Padang) waters. Their fork length were 18-90 cm for each landing place with mode of: 48, 49.9, 48.8, 47, 53.1, 61.5, and 46 cm respectively. Length frequency analysis is also presented in this paper. PENDAHULUAN Seperti halnya dengan sumberdaya perikanan laut lainnya sumberdaya perikanan cakalang dapat pulih kembali (renewable) namun demikian perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam pengelolaan agar pengusahaan dan potensinya tetap lestari. Cakalang mempunyai kemampuan bergerak sangat cepat dan dapat beruaya jauh, bahkan menyeberangi lautan antar lintas negara. Hal ini menimbulkan penambahan dan pengurangan sediaan disuatu perairan yang berperan penting dalam sediaan lokal pada saat musim penangkapan di suatu daerah penangkapan. Seberapa jauh pengetahuan tentang ruaya dan pengelolaan sumberdaya ini tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, akan tetapi membutuhkan kerjasama antar negara yang berbatasan dan mempunyai kepentingan yang sarna. Perlu ditegaskan bahwa data statistik yang akurat mutlak perlu bagi terlaksananya pengkajian stok, karena kenyataannya masih banyak hambatan untuk memperoleh data sekunder yang terpercaya dan lengkap dilapangan sehingga menyulitkan pengkajiannya. Tulisan ini membahas ukuran panjang cagak cakalang yang tertangkap dari hasil pengambilan contoh (sampling) yang dilakukan pad a tahun 1985 ditujuh lokasi *) Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta. 11

Sofri Bahar dan Priyanto Rahardjo di perairan Indonesia, untuk menipelajari struktur populasi dan parameter biologi lainnya. BAHAN DAN CARA Bahan yang digunakan dalam pengkajian tulisan ini diambil dari hasil sampling Balai Penelitian Perikanan Laut Jakarta tahun 1985di perairan: Sorong (Irian Jaya), Ambon (Maluku Utara), Bitung (Sulawesi Utara), Kedonganan (Bali), Prigi (Jawa Timur), Pelabuhan Ratu (Jawa Barat) dan Bungus (Sumatera Barat). Pengambilan sampling dilakukan secara acak dari kapal penangkap, diharapkan contoh ikan yang diamati dapat mewakili populasi yang ada. Untuk mengetahui adanya perbedaan panjang cagak ditiap daerah dilakukan analisa variasi dengan metode perbandingan ganda Tukey. HASIL DAN PEMBAHASAN Umumnya alat-alat tangkap yang digunakan dalam penangkapan cakalang di Indonesia adalah pancing tonda (troll line), huhate (pole and line), pukat cincin (purse seine), jaring insang hanyut (gill net), payang, rawai tuna (tuna longline). Untuk m~nghindari bias sampling karena perbedaan selektivitas alat tangkap (contoh: gill net) maka dipilih alat tangkap yang dapat menangkap ikan cakalang dari berbagai ukuran dengan tingkat peluang yang sarna baik yang besar maupun yang keci!. Alat tangkap yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Huhate (pole and line) di Sorong, Ambon, Bitung; Pancing tonda di Bungus dan Kedonganan; Pukat cincin di Prigi dan Payang di Pelabuhan Ratu. Kisaran, rataan dan kelompok panjang ikan cakalang yang tertangkap dapat disarikan sebagai berikut: Kisaran Rataan Modus Sorong 24-76 47,02 48 Ambon 30-67 49,50 49,9 Bitung 35-63 48,11 48,8 Kedonganan 35-57 47,5 47 Prigi 42-84 50,04 53,1 Pelabuhan Ratu 42-69 56,90 61,5 Bungus 18-90 45,23 46 Hasil analisis sidik ragam menunjukkan adanya perbedaan rataan panjang cagak ikan cakalang di tiap daerah pada tingkat kepercayaan 5 persen (Tabel 1). Selanjutnya untuk membandingkan rataan panjang cagak ikan ini dilakukan perhitungan perbandingan ganda Tukey (Tabel 2). Interval-interval yang tidak memuat nol sebanyak sembilan interval, karena sembilan interval ini terletak dikiri nol, sehingga kesimpulannya adalah: Perairan Prigi dan Pelabuhan Ratu mempunyai ukuran rataan panjang cagak yang tidak dapat kita bedakan dan merupakan yang tertinggi dibandingkan perairan lainnya. Perairan Ambon mempunyai rataan panjang cagak lebih rendah dibanding Prigi dan P. Ratu, tapi lebih tinggi dibanding 12

furnal Pen. Perikanan Laut No. 41 Th. 1987 Hal. 11-17 Tabel I. HasH sidik ragam panjang cagak cakalang 1985. Table 1. Analysis of variance fork length from skipjack 1985. Treatment Error Source of var. Perlakuan Sumber variasi db df 14 6 Sesatan lumlah kuadrat Kuadrat rata2 SS MS 372,23 60,04 FhiL Fcal. 152,16* Ftab. (5070) Ftab. 2,74 5,71 0,41 * Berbeda nyata/ Significant. A-B Tabel 2. Perbandingan(XA-XB) Batas - ganda 13,45 12,59 4,66 0,01 0,39 0,13 (XA-XB) Batas Selisih -II 6,05 -,57 -,83 0,842,62 4,4-3,571,39 3,171,65 3,43 2,49 2,64 1,12,88 sampel 9,89 9,03-0,69 0,92 4,26 0,7 7,24 2,61 0,95 8,11,79 8,32 4,76 9,18 5,62 2,04 9,71 6,15 9,97 6,41 7,01 7,27 11,67,81 2,87 1,52 8,79 2,48 4,27 0,26 7,93 0,86 1,09 9,02 9,88 6,54 7,4 8,19 9,05,66 Tukey konfidensi -mean 1,78 + panjang 1,78 cagak ikan cakalang 1985. Table 2. Multiple comparation of Tukey on fork length of skipjack 1985. Selisih mean Keteranganl Remarks: U1 = Sorong U2 = Ambon U3 = Bitung U4 = Kedonganan (Bali) U5 = Prigi U6 = Pelabuhan Ratu U7 = Bungus (Padang) UI '" U3 = U4 = U7 < U2 < US = U6 13

Sofri Bahar dan Priyanto Rahardjo perairan Iainnya. Sedangkan perairan Sarong, Bitung, Kedonganan dan Bungus mempunyai ukuran rataan panjang eagak yang tidak dapat kita bedakan. Hasil penelitian Sivasubramanian (1985) diperairan Srilangka dan sekitarnya kisaran panjang eagak ikan eakalang yang tertangkap 30-78 em, terdiri dari kelompok umur 1, 2, 3,4,5 dengan modus 34,2; 43; 52,4; 63; 72,5 em. Sementara itu hasil penelitian Appukuttan dkk, (1977) di perairan India dan sekitarnya mendapatkan parameter pertumbuhan ikan ini L = 843 mm, to = 11,95 tahun dan K = 0,22314. Kisaran panjang 350-695 mm denganmodus 402,2; 494; 562 dan 620,5 mm. Hasil penandaan ikan eakalang di Indonesia Timur (Suhendrata dkk, 1986) telah memberi gambaran mengenai jangkauan dan ruaya ikan yang dilepas, namun belum dapat menentukan unit populasi/unit stok ikan diperairan ini. Sementara itu perikanan industri beroperasi seeara intensif di lautail Pasifik Barat (Utara Irian) dalam skala besar yang masih dalam jangkauan ikan eakalang yang dilepas pada penelitian ini. Data ini diperkirakan mewakili sebahagian kecil dari hasil tangkapan ikan eakalang di stok/populasi yang sarna, oleh karena itu dalam penelitian ini tidak dieoba menentukan struktur populasi dan parameter biologi lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kisaran panjang eagak ikan eakalang yang tertangkap di Indonesia adalah 18-90 em, dengan perincian kisaran panjang yang tertangkap memakai alat Huhate 24-76 em, Pukat cinein 35-84 em, memakai alat Payang 42-69 em dan Tonda 18-90 em. 2. Ukuran ikan yang terkecil dan terbesar ditangkap di perairan Bungus (Padang), dan dari analisa rataan, maupun kelomp~k panjang (modus) ikan yang tertangkap diperairan Indonesia bagian Barat lebih besar dibandingkan Cakalang dari perairan Indonesia Timur. 3. Rataan panjang eagak ikan yang tertinggi terdapat di perairan Prigi dan Pelabuhan Ratu. 4. Untuk mempelajari arah ruaya, besar populasi dan stok ikan di perairan Indonesia Barat khususnya di Samudera India perlu diadakan penandaan eakalang. DAFTAR PUSTAKA Appukuttan, K.K.; P.N, Radhakrishnan and K.K. Kunshikoya. 1977. Studies on the fishery and growth rate of oeeanie skipiak (Katsuwonus pe/amis Linnaeus) at Minieoy Island from 1966-1969. Indian Journal of Fisheries, 24: 33-47. Dajan, A. 1972. Pengantar Metode Statistik I. Lembaga Penelitian. Pendidikan dan Penerapan Ekonomi dan Sosial, Jakarta. Hal. 53-146. Sivasubramaniam, K. 1985. The tuna fishery in the EEZs of India, Maldives and Srilangka. BOBP/WP/31. Colombo: 19-35. 14

Jurnal Pen. Perikanan Laut No. 41 Th. 1987Hal. 11-17 Soejoeti, Z. 1985. Metode Statistika II. Universitas Terbuka. Karunia. Jakarta: 96-142. Suhendrata, T; I.G.S. Merta dan B. Gafa, 1986. Pendugaan pertumbuhan dan pergerakan ikan cakalang yang diberi tanda di Perairan Indonesia Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Laut nomor 35: 67-77. 15 ii, \

Sofri Bahar dan Priyanto Rahardjo 0 1 120 I~O Gambar 1. Daerah penelitian. Figure J. Survey areas. (Cm) KeteranganlAmbon" Area Sorong Bitung Bali Prigi P. Daerah Remarks: Alat " Padang Modus Tonda18-90 Tonda35-57 Pukat Payang Huhate24-76 Ratu Length 30-67 35-63 Gear tangkap 45,23 48,11 49,50 47,02 47,85 42-84 42-69 56,04 Average Panjang Rataan 56,90 cincin (Cm) ikan Kode. 16

Jurnal Pen. Perikanan Laut No. 41 Th. 1987 Hal. 11-17 0J0 20 Sorong n=4136 fj!o 20 30 60 fj!o Bitung n=2~ 'L "~l~ Ambo" ~ ~ ID W Fork length (em) 20 fj!o 40 45 50 Fork length (em) Bali n = 94 5 60.~--< 45 50 Fork length (em) l;:"~ fj!0j Fork length (em) fj!o 5~ 5 30 ~ 50 60 70 Fork length (em) P. Ratu n = 1794 Gambar 2. Penyebaran frekuensi panjang dalam persen ikan cakalang 1985. Figure 2. Length-frequency distribution in percentage of skipjack 1985. 17