BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. BlackBerry atau sering disingkat BB adalah sebuah smartphone buatan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara historis, kecanduan telah didefinisikan semata-mata untuk suatu hal

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran dan peradaban manusia senantiasa mengalami perkembangan seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan manusia lainnya sehingga tidak bisa untuk hidup sendiri. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dan menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan, baik dalam jangka pendek

BAB I PENDAHULUAN. Semakin cepatnya perubahan dan perkembangan tekhnologi dan. informasi menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. telepon genggam hanya sebatas SMS dan telepon, namun beberapa tahun terakhir,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. proses perubahan sikap dan tingkah laku yang semula tidak tahu menjadi tahu. setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat. Hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

1.1 Latar Belakang Masalah

Ika Lestari & 2 Gusti Yarmi PGSD Universitas Negeri Jakarta UTILIZATION OF MOBILE PHONE IN COLLEGE STUDENTS

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK REALITA UNTUK MENURUNKAN KEBIASAAN MENGGUNAKAN HANDPHONE PADA SAAT JAM PELAJARAN BERLANGSUNG PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. perlu berkomunikasi.perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Pokok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Stres dalam belajar adalah perasaan yang dihadapi oleh seseorang ketika

I. PENDAHULUAN. bisnis baru bagi perusahaan yang berkembang di Indonesia. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Miler (dalam Daryanto, 2011) menjelaskan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui, teknologi adalah suatu kreasi yang telah menjadi bagian

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN INTENSITAS PEMANFAATAN GADGET DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SDN SE-GUGUS VIII KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba teknologi ini, gadget smartphone merupakan sebuah alat

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut

BAB I. 1.1 Latar Belakang. untuk berinteraksi dengan individu lain, dan hal ini telah dimulai semenjak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB V PENUTUP. Pemberian telepon genggam oleh orang tua kepada anak di SDN. Ungaran 01 pada dasarnya sebagai alat komunikasi mereka untuk dapat

PENGARUH PROMOSI, DESAIN PRODUK, DAN FITUR PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SMARTPHONE MERK OPPO DI KEDIRI ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi tanpa batasan ruang dan waktu. Sejak beredarnya handphone. seperti pada saat menggunakan telepon kabel.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kemajuan teknologi dan informasi terus berkembang. Dengan

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan. I.1.1 Tujuan. I.1.2 Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN. dan pergaulan dari teman-temannya. Mereka membuat permainan game online

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk dioperasikan. Tak terkecuali anak-anak juga ikut merasakan

BAB I PENDAHULUAN. mudah sehingga manusia seringkali mengalami ketergantungan terhadap alat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan investasi kemanusiaan yang menjadi tumpuan harapan

BAB I PENDAHULUAN. halnya bertransaksi secara langsung. Konsumen juga bisa menulusuri (surfing)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang mencari bentuk-bentuk baru untuk. memudahkan kehidupan ini, baik untuk bekerja maupun untuk menghibur

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komputer sehingga orang tua juga merasa ingin memberikan pembelajaran kepada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS X DAN XI TENTANG PENGGUNAAN EARPHONE DI SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi sangat terasa cepat di segala aspek kehidupan. Perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan media teknologi komunikasi di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia membutuhkan orang lain untuk berbagi dan berkomunikasi. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan seperti SMS (Short Message Service), MMS. (Multimedia Messaging Service), WAP (Wireless Application Protocol),

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak pada dunia perbankan secara elektronik. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang modern ini handphone dapat di jadikan untuk hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka manusia dapat dikatakan tersesat dalam menjalani hidup.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi. Hal itu juga membuat kemajuan yang cukup signifikan. pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, khususnya dalam dunia telepon seluler atau yang di kenal dengan

PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pasar penjualan handphone berkembang dengan cepat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. dengan sarana dan internet seperti yang terdapat pada smartphone (Sunarto,

BAB I PENDAHULUAN. yang baik, dengan cara mengulangi pelajaran pada saat di rumah. yang diajarkan guru, sehingga mengulang pelajaran di rumah.

MAKALAH PENGARUH SMARTPHONE TERHADAP INTERAKSI SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggara pendidikan yang

KARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS. Nama : Ahmad Hermantiyo NIM :

BAB I PERSYARATAN PRODUK

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

FENOMENA KEINGINAN MENAMPILKAN DIRI PADA MAHASISWA MELALUI LAYANAN SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Smartphone merupakan suatu media yang sudah biasa dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah menyebabkan begitu banyak perubahan dalam berbagai

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Secara umum perkembangan smartphone di seluruh dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. media dengan surat kabar, radio, televisi dan telepon dalam memenuhi kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selaras dengan tuntutan dunia, hal-hal baru pun bermunculan dengan siap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bau, rasa, dan sentuhan. Informasi tersebut akan masuk ke dalam pikiran sebagian masuk

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu pembelajaran interaktif dan lebih bermutu. Hal ini pun sejalan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Semakin majunya perkembangan teknologi di Indonesia, semakin terbuka luas juga

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman yang cepat, dan modern serta diiringi dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Teknologi ibarat pedang bermata dua, dapat bermanfaat, dapat juga berarti sebaliknya. Sebuah studi yang diadakan di Swedia, tepatnya di Akademik Sahlgrenska di Universitas Gothenburg mengatakan handphone dan komputer atau laptop adalah jenis perangkat yang dapat mengakibatkan masalah atau penyakit mental seperti depresi, stress, sulit tidur, gangguan tidur, dan gangguan mental lainnya (Bill, www.kabarnesia.com, 2012). Kemajuan mobile phone atau yang lebih dikenal dengan telepon genggam (handphone) terutama dalam fungsinyas semakin pesat. Telepon genggam tidak lagi hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi suara dan pesan singkat (short messages service), tetapi sudah multifungsi. Fungsi-fungsi yang dihadirkan dalam telepon genggam utamanya fungsi komunikasi, fungsi hiburan dan fungsi peralatan kantor. Manfaat kemajuan fungsi telepon genggam dapat dinikmati oleh individu pada semua tahapan perkembangan mulai anak-anak, remaja dan dewasa. (Yuwanto, 2010: 1). Handphone merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat modern. Proses globalisasi dalam tatanan kehidupan modern telah menimbulkan dampak yang luar biasa dalam kehidupan masyarakat suatu negara. Handphone merupakan salah satu sarana komunikasi dan informasi yang penting, yang bersifat praktis dan ringan karena dapat dibawa ke mana mana, oleh siapapun. Penggunaan handphone dalam dunia pendidikan merupakan sebuah permasalahan yang perlu dikaji secara mendalam karena selayaknya fungsi handphone berguna untuk menyampaikan short message service (sms), mendengarkan musik, menonton tayangan audiovisual, dan game. Tidak ada manfaat yang berarti untuk pelajar sehingga harus dilarang untuk dibawa dan dipergunakan siswa di lingkungan sekolah. Manfaat handphone bagi siswa apabila digunakan untuk kepentingan belajar, seperti

2 handphone yang dapat terhubungan dengan layanan internet akan membantu siswa menemukan informasi yang dapat menopang pengetahuannya di sekolah. Pada kenyataannya sangat sedikit siswa yang memanfaatkan pada sisi ini, handphone yang dimiliki umumnya digunakan untuk sms-an, main game, mendengarkan musik, menonton tayangan audiovisual, serta penggunaan sosial media. Dengan kata lain memfungsikan handphone bukan untuk fungsinya. Standarisasi penggunaan handphone yaitu selain berfungsi untuk melakukan dan menerima panggilan telepon, ponsel umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan penerimaan pesan singkat (short message service, SMS). Ada pula penyedia jasa telepon genggam di beberapa negara yang menyediakan layanan generasi ketiga (3G) dengan menambahkan jasa videophone, sebagai alat pembayaran, maupun untuk televisi online di telepon genggam mereka. Sekarang, telepon genggam menjadi gadget yang multifungsi. Mengikuti perkembangan teknologi digital, kini ponsel juga dilengkapi dengan berbagai pilihan fitur, seperti bisa menangkap siaran radio dan televisi, perangkat lunak pemutar audio (MP3) dan video, kamera digital, game, dan layanan internet (WAP, GPRS, 3G). Selain fitur-fitur tersebut, ponsel sekarang sudah ditanamkan fitur komputer. Jadi di ponsel tersebut, orang bisa mengubah fungsi ponsel tersebut menjadi mini komputer. Di dunia bisnis, fitur ini sangat membantu bagi para pebisnis untuk melakukan semua pekerjaan di satu tempat dan membuat pekerjaan tersebut diselesaikan dalam waktu yang singkat.(www.wikipedia.org, 2013) Generasi muda yang mengalami gejala ketergantungan telepon genggam merasa seperti kehilangan anggota tubuh ketika teleponnya tertinggal di rumah. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Maryland yang melibatkan 1000 pelajar di seluruh dunia, termasuk Inggris. Para pelajar diberikan pertanyaan dan diminta untuk tidak mengakses telepon genggam selama 24 jam dengan pengawasan dari pihak peneliti. Hasil penelitian menunjukkan teknologi merupakan pusat kehidupan bagi para pelajar yang dibuktikan dengan 50% responden dalam penelitian tidak dapat menahan diri tanpa mengakses telepon genggam dalam waktu 24 jam. Seperti yang

3 diutarakan oleh salah satu partisipan dalam penelitian, Rayen Blondino mengaku merasa cacat. Hanya saja bukan cacat fisik, tetapi cacat karena tidak menggunakan telepon genggamnya. Rayen juga merasa telepon genggamnya terus menerus bergetar dan merasa masih menerima pesan walaupun tidak membawa telepon genggamnya. Salah seorang partisipan lain secara terang-terangan mengakui dirinya ketergantungan dan merasa ada sesuatu yang hilang. Gejala-gejala yang dialami kedua partisipan juga terlihat pada kebanyakan partisipan lainnya (www.mentang.blogspot.com, Tempointeraktif, 2011, online). Tercatat sekitar 7,3 juta pengguna telepon genggam di Indonesia dan 56% diantaranya adalah kelompok muda, dibawah umur 20 tahun (Nugroho, 2008). Fitur telepon genggam yang sering digunakan remaja antara lain fungsi panggilan suara, pesan singkat, bermain game, browsing internet, kamera, dan video. Fitur-fitur telepon genggam menyebabkan aktivitas menggunakan telepon genggam menjadi menyenangkan bagi remaja. Yuwanto (2010: 9) melakukan validasi simtom-simtom kecanduan telepon genggam dengan subjek penelitian sebanyak 200 mahasiswa berusia 17-18 tahun dengan teknik incidental sampling. Hasil penelitiannya mengungkapkan empat simtom, pertama kecanduan telepon genggam yaitu ketidakmampuan mengontrol keinginan menggunakan telepon genggam dengan persentase 35,5% (sedang), kedua simtom kecemasaan dan kehilangan bila tidak menggunakan telepon genggam 34% (sedang), ketiga simtom menarik diri / mengalihkan dari masalah 31% (tinggi), dan keempat simtom kehilangan produktivitas 45% (tinggi). Dapat dilihat dari data mahasiswa apabila mengalami masalah akan mengalihkan diri dengan menggunakan telepon genggamnya sehingga kehilangan produktivitas. Leung (2007a) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji faktor-faktor psikologis yang berhubungan dengan kecanduan telepon genggam. Hasil penelitian menunjukan leisure borendom, sensation seeking, dan self-esteem berhubungan dengan kecanduan telepon genggam. Makin tinggi skor leisure borendom dan

4 sensation seeking maka makin tinggi skor kecanduan telepon genggam. Sebaliknya makin tinggi skor self-esteem maka makin rendah skor kecanduan telepon genggam. James dan Drennan (2005) meneliti tentang faktor situasi yang dapat menjadi penyebab kecanduan telepon genggam. Hasil penelitian menunjukan terdapat beberapa faktor situasi yang dapat menjadi penyebab kecanduan telepon genggam. Faktor-faktor tersebut adalah perasaan sedih, kesepian, mengalami kebosanan, dan stres. Billieux, Linden, dan Rochat (2008) menyatakan kecemasan dan depresi dapat menjadi penyebab individu menggunakan telepon genggam secara berlebihan. Selain faktor depresi dan kecemasan Billieux, Linden, dan Rochat menguji faktor implusivitas. Hasil penelitian menunjukan individu yang memiliki tingkat implusivitas tinggi dicirikan dengan keinginan melakukan sesuatu dengan segera dan kontrol diri yang rendah memiliki kecenderungan mengalami kecanduan telepon genggam. Journal Personal and Ubiquitous Computing merilis penelitian tentang kebiasaan secara kompulsif memeriksa handphone. Secara berulang-ulang seseorang dapat mengecek handphonenya paling tidak selama 30 detik dalam rentang waktu kurang dari 10 menit. Seseorang yang terkena gejala ketergantungan handphone dapat bolakbalik memeriksa handphonenya sedikitnya 34 kali dalam sehari. Kebiasaan secara kompulsif memeriksa handphone terjadi di bawah sadar yang dapat dijelaskan dalam dua tahapan. Pertama, individu menyukai perasaan ketika menerima e-mail, twitter, atau informasi baru. Individu selalu menyukai hal baru yang diterima pada smartphonenya dan tanpa sadar selalu mengharapkan kehadiran notifikasi baru, secara tidak sadar otak senang dengan hal tersebut. Kedua, memeriksa handphone menjadi hal yang otomatis bahkan tanpa perlu dipikirkan. Penelitian juga mengungkapkan individu menghentikan kegiatan penting hanya untuk memeriksa BlackBerry, pikiran orang tersebut akan menjadi sulit untuk kembali ke tugas sebelumnya dengan mood dan konsentrasi yang sama. (Kwanghyo dalam Letty, 2012 : 4).

5 Cooper, (Letty, 2012: 4) berpendapat kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi. Individu biasanya secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi pada kesempatan yang ada. Individu dikatakan ketergantungan apabila dalam satu hari melakukan kegiatan yang sama sebanyak lima kali atau lebih. Ketergantungan merupakan kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak mampu lepas dari keadaan, individu kurang mampu mengontrol dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu. Penggunaan telepon genggam berlebih memiliki dampak negatif dan positifnya. Dampak negatif kecanduan telepon genggam (Yuwanto, 2010: 60) dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Konsumtif, penggunaan telepon genggam dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan penyedia jasa layanan telepon genggam (operator) sehingga membuat individu harus mengeluarkan biaya untuk memanfaatkan fasilitas yang digunakan. 2. Psikologis, individu merasa tidak nyaman atau gelisah ketika tidak menggunakan atau tidak membawa telepon genggam. 3. Fisik, terjadi gangguan seperti gangguan atau pola tidur yang berubah. 4. Relasi sosial, berkurangnya kontak fisik secara langsung dengan orang lain. 5. Akademis/pekerjaan, berkurangnya waktu untuk mengerjakan sesuatu yang penting dengan kata lain berkurangnya produktivitas sehingga mengganggu akademis atau pekerjaan. 6. Hukum, keinginan untuk menggunakan telepon genggam yang tidak terkontrol menyebabkan menggunakan telepon genggam saat mengemudi dan membahayakan bagi diri sendiri dan pengendara lain. Mobile phone addict tidak hanya mempunyai dampak negatif, tetapi terdapat dampak positifnya, antara lain : 1. Handphone menjadi salah satu sarana mengurangi kondisi kurang nyaman. Contohnya ketika mengalami kesedihan, bosan, stress, dan kecemasan.

6 2. Handphone salah satu alat yang digunakan untuk berkomunikasi dan mempertahankan kontak dengan orang lain. Dapat dilihat adanya dampak negatif dan positif dari penggunaan handphone. Stress akademik, kejenuhan belajar, kesepian mempergunakan handphone sebagai media coping masalah atau keadaan tidak menyenangkan. Disinilah peranan bimbingan dan konseling salah satunya untuk melakukan pencegahanan (preventif) agar peserta didik tidak mengalami adiksi handphone sesuai dengan fungsi bimbingan dan konseling yaitu sebagai pencegahan (preventif), yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi preventif, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan. Konselor memberikan bantuan terhadap peserta didik yang mengalami gejala ketergantungan handphone dengan cara membantu peserta didik mampu menolak gejala-gejala ketergantungan handphone. Apabila tidak ditangani sejak dini peserta didik yang mempunyai ciri-ciri ketergantuangan handphone akan menjadi mobile phone addict yang nantinya berdampak kurangnya konsentrasi di kelas, berkurangnya waktu untuk mengerjakan tugas bahkan untuk memperhatikan pelajaran di kelas. Konselor membantu dengan mengajarkan peserta didik untuk belajar menolak dengan latihan asertif (assertive training), Assertive training bertujuan agar peserta didik mampu bersikap tegas dalam menghadapi stimulus yang bersifat internal (dari dalam diri) maupun eksternal (dari lingkungan luar). Asertivitas berasal dari bahasa inggris, yaitu assert yang berarti menyatakan, menegaskan, menuntut, dan memaksa. Menurut kamus Inggris-Indonesia (John M. Echols dan Hassan Shadily, 1995: 41) kata kerja assert berarti menyatakan atau

7 menegaskan. To assert dapat juga berarti menyatakan dengan sopan dan manis serta hal-hal lain yang menyenangkan diri sendiri. Asertif adalah perilaku yang dipelajari atau dibiasakan. Perilaku asertif adalah suatu perilaku seseorang yang merespon suatu stimulus dari lingkungannya dengan tegas dan menjaga hak dirinya tanpa melanggar hak orang lain. Keunggulan teknik assertive training adalah dirancang untuk membantu orang berdiri untuk dirinya sendiri dan memperkuat dirinya sendiri. Diharapkan peserta didik dapat menolak dan menegaskan diri sehingga tidak mengalami gejala adiksi handphone dan dapat menggunakan handphone dengan sehat. Studi pendahuluan di SMA Pasundan 8 Bandung mengenai gejala-gejala adiksi handphone dengan metode wawancara dan observasi langsung dilakukan peneliti ketika mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) pada bulan Januari sampai Juni 2013. Peneliti mewawancarai beberapa peserta didik yang ketika berada didalam kelas terus saja melakukan kegiatan dengan handphone, didapatkan data peserta didik mengaku mengalami kegelisahan ketika handphonenya tertinggal dirumah, merasakan aneh jika tidak melihat handphonenya untuk lima menit saja walaupun tidak ada sms, bbm, atau telepon masuk. Terkadang ketika sedang berbincang dengan teman atau keluarga tidak memperhatikan secara serius karena pusat perhatiannya tertuju kepada telepon genggamnya, yang sangat sering dilakukan adalah ketika peserta didik mengalami kesepian maka handphone adalah alat yang dicarinya. Terdapat peserta didik yang mengalami gejala adiksi handphone di SMA Pasundan 8 Bandung. Selanjutnya penelitian dilakukan di SMA Pasundan 8 Bandung berdasarkan fenomena penelitian mengangkat masalah Assertive Training untuk Mereduksi Peserta Didik yang Mengalami Gejala Adiksi Handphone.

8 B. Rumusan Masalah Telepon genggam diciptakan sebagai salah satu sarana untuk memudahkan berkomunikasi. Melalui telepon genggam, komunikasi dapat dilakukan tanpa batasan waktu dan tempat secara fisik. Pengguna telepon genggam diduga sebagian besar adalah remaja (Yuwanto, 2010, 5). Penggunaan telepon genggam yang berlebihan juga dapat berdampak pada kecanduan telepon genggam (mobile phone addict). Telepon genggam memungkinkan individu berkomunikasi tanpa batasan waktu dan lokasi, namun menjadi masalah apabila individu tidak dapat hidup secara normal tanpa menggunakan telepon genggam seperti keinginan membawa telepon genggam kemana saja, merasa tidak nyaman, dan terganggu apabila tidak menggunakan telepon genggam. (Yuwanto, 2010: 6). Remaja membutuhkan bimbingan agar mempunyai kemampuan untuk bersikap tegas. Remaja harus mampu mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya tanpa khawatir akan tekanan yang ada dari lingkungan sekitar. Banyak remaja yang cemas atau takut untuk berperilaku asertif. Remaja juga kurang terampil dalam mengekspresikan diri secara asertif. Dari paparan peneliti mengajukan rumusan masalah penelitian : Apakah Teknik Assertive Training Efektif untuk Mereduksi Peserta Didik yang Mengalami Gejala Adiksi Handphone? berikut: Rumusan masalah penelitian, diturunkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai 1. Bagaimana gambaran umum gejala adiksi handphone pada peserta didik kelas XI SMA Pasundan 8 Bandung angkatan 2013/2014? 2. Bagaimana rancangan assertive training untuk mereduksi peserta didik yang mengalami gejala adiksi handphone di SMA Pasundan 8 Bandung kelas XI angkatan 2013/2014? 3. Seberapa besar efektivitas teknik assertive training untuk mereduksi gejala adiksi handphone di SMA Pasundan 8 Bandung kelas XI angkatan 2013/2014?

9 C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ialah memperoleh gambaran efektivitas teknik assertive training untuk mereduksi peserta didik yang mengalami gejala adiksi handphone di SMA Pasundan 8 Bandung kelas XI angkatan 2013/2014. Tujuan khususnya adalah : 1. Memperoleh gambaran umum gejala adiksi handphone pada peserta didik kelas XI SMA Pasundan 8 Bandung angkatan 2013/2014. 2. Merumuskan rancangan assertive training untuk mereduksi peserta didik yang mengalami gejala adiksi handphone di SMA Pasundan 8 Bandung kelas XI angkatan 2013/2014. 3. Mengetahui seberapa besar efektivitas teknik assertive training untuk mereduksi gejala adiksi handphone di SMA Pasundan 8 Bandung kelas XI angkatan 2013/2014. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Pedoman bantuan layanan bimbingan dan konseling untuk mereduksi peserta didik yang mengalami gejala adiksi handphone. 2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Salah satu implementasi layanan BK untuk mereduksi gejala adiksi handphone pada peserta didik.

10 E. Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan harapan memperoleh data mengenai gambaran umum peserta didik yang mengalami gejala adiksi handphone. Metode penelitian yang digunakan yaitu pra-eksperimen, dengan desain Pretest- Postest One Group Design. F. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ialah Assertive training efektif mereduksi peserta didik yang mengalami gejala adiksi handphone