BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menghambat pembangunan ekonomi atau memiskinkan masyarakat (Rufendi,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian telah. masyarakat, peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto

Multifungsi Lahan dan Revitalisasi Pertanian

Mempertahankan Tanah Agraris

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN...

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lahan permukiman, jalan, industri dan lainnya. 1. hukum pertanahan Indonesia, negara berperan sebagai satu-satunya

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masih rawannya ketahanan pangan dan energi, serta berbagai permasalahan lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Konversi Lahan Petanian: Seberapa Cepat dan Di Belahan Nusantara Mana? Uzair Suhaimi 1 uzairsuhaimi.wordpress.com

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. umum disebabkan dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief,

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konversi Lahan Petanian: Seberapa Cepat dan Di Belahan Nusantara Mana? Uzair Suhaimi 1 uzairsuhaimi.wordpress.com

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu hak manusia yang paling

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

DAMPAK DAN STRATEGI PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN UNTUK KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Bangkitnya era otonomi daerah semakin memberikan peluang kepada setiap

Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN. peningkatan produksi pangan dan menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan ke keadaan lain dalam waktu yang berbeda. Suatu proses perubahan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi sering dipertentangkan dengan konservasi sumber daya alam. Bahkan ada yang mengatakan konservasi sumber daya alam dapat menghambat pembangunan ekonomi atau memiskinkan masyarakat (Rufendi, 2012: 12). Perubahan dalam penggunaan dan pengelolaan lahan berlangsung sangat dinamis sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat. Pengelolaan lahan pertanian lebih banyak didorong oleh orientasi ekonomi yang mementingkan keuntungan jangka pendek tanpa memperhitungkan manfaat yang hilang atau kerugian yang mungkin terjadi akibat berkurang atau hilangnya fungsi lingkungan lahan pertanian (Sandy, 1992: 3). Pada kenyataannya konservasi lahan bersifat dilematis. Adanya peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan kegiatan ekonomi memerlukan lahan. Disisi lain adanya pertambahan penduduk tersebut memerlukan supply bahan pangan yang banyak, artinya diperlukan lahan pertanian yang luas, padahal lahan merupakan sumberdaya yang terbatas jumlahnya. Kondisi yang demikian menyebabkan persaingan yang ketat dalam pemanfaatan lahan sehingga akan berakibat pada meningkatnya nilai lahan (land rent). Pada umumnya penggunaan lahan untuk pertanian akan selalu dikalahkan (Zenaldi, 1999: 129). Sektor pertanian mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini menyebabkan lahan pertanian menjadi faktor produksi pertanian yang utama dan unik karena sulit digantikan dalam sebuah proses usaha pertanian.

2 Secara filosofis, lahan memang memiliki peran dan fungsi sentral bagi masyarakat Indonesia yang bercorak agraris. Ini karena di samping memiliki nilai ekonomis, lahan juga memiliki nilai sosial, bahkan religius. Akan tetapi, lahan pertanian menghadapi permasalahan konversi lahan subur pertanian dan degradasi lahan. Sementara keberlanjutan lahan subur yang ada tidak terjamin, pencetakan lahan sawah baru pun relatif kecil. Padahal, ketersediaan lahan dalam usaha pertanian merupakan conditio sine-quanon (syarat mutlak) untuk mewujudkan peran sektor pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture), terutama dalam mewujudkan ketahanan pangan secara nasional. Hal ini tentu amat disayangkan mengingat potensi sektor pertanian Indonesia yang membanggakan (Panudju, 2010: 4). Mengacu pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menunjukkan terjadinya alih fungsi lahan sawah sepanjang tahun 2000-2012 di Provinsi Bali. Data tersebut ditampilkan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Luas Lahan Sawah, Alih Fungsi Lahan Sawah dan Persentase Alih Fungsi Lahan Sawah di Provinsi Bali, 2000-2012 Tahun Luas Lahan Sawah Alih Fungsi Lahan (Ha) Sawah(Ha) Persentase (%) 2000 85.776 - - 2001 84.409 1.367-2002 83.560 849-37,89 2003 82.644 916 7,89 2004 82.095 549-40,07 2005 80.207 1.888 243,90 2006 80.997-790 -141,84 2007 81.238-241 -69,49 2008 81.482-244 1,24 2009 81.931-449 84,02 2010 82.908-977 117,59 2011 81.744 1.164-219,14 2012 81.625 119-089,78 Rata-Rata 4.151 345,92-0,14 Sumber : BPS Bali, 2013 (data diolah)

3 Berdasarkan data dalam Tabel 1.1 terjadi alih fungsi lahan sawah pada tahun 2000-2012, dimana pada tahun 2000 luas lahan sawah di Provinsi Bali yang semula 85.776 hektar menjadi 81.625 hektar pada tahun 2012, jadi sekitar 4.151 hektar lahan sawah yang di alih fungsikan ke non sawah. Alih fungsi lahan terkecil terjadi pada tahun 2010 sebesar -977 Ha dan alih fungsi lahan sawah besar-besaran terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 1.888 Ha. Pertumbuhan alih fungsi lahan sawah terbesar terjadi pada tahun 2005 sebesar 243,90 persen dan pertumbuhan alih fungsi terkecil terjadi pada tahun 20011 sebesar -219,14 persen. Rata-rata luas alih fungsi lahan sawah yang terjadi di Provinsi Bali pada tahun 2000-2012 sebesar 377,36 hektar dengan pertumbuhan alih fungsi lahan sawah sebesar 14 persen. Kenyataan ini akan berdampak kepada banyak pihak dimana pihak-pihak tersebut tentunya ada yang berdampak baik dan berdampak buruk. Kebijakan pengelolaan lahan, termasuk lahan sawah lebih menekankan aspek pertumbuhan ekonomi dan ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kondisi tersebut berdampak buruk terhadap kelestarian lahan sawah. Gejala kejenuhan aplikasi teknologi produksi padi mulai terlihat sejak beberapa tahun terakhir, yang diindikasikan dengan penurunan produktivitas lahan sawah intensif di daerah-daerah sentra produksi padi. Sampai saat ini upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tabanan untuk mempertahankan lahan pertanian produktif, khususnya lahan persawahan adalah dengan menentapkan zona lahan abadi untuk tanaman padi. Kebijakan zona lahan abadi untuk tanaman padi pada wilayah sentra pertanian produktif yang terletak di Desa Jatiluwih diharapkan dapat menjawab degradasi lahan yang dihadapi oleh Kabupaten

4 Tabanan. Keberlanjutan program kawasan pelestarian lahan pertanian khususnya persawahan merupakan kemajuan yang berarti bagi sektor pertanian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tabanan dilihat dari kontribusi terhadap PDRB, sektor yang cukup kuat dan tetap memberikan kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Kabupaten Tabanan adalah sektor pertanian dalam arti luas. Sektor ini memiliki porsi rata-rata 33,03 persen (tahun 2008-2012) dari PDRB Kabupaten Tabanan. Namun, kecenderungan pertumbuhan sub sektor tersebut sempat menurun dari 7,54 persen pada tahun 2009 turun menjadi 5,03 persen pada tahun 2010 dan kembali naik menjadi 7,57 persen pada tahun 2012. Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tabanan Menurut Laporan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku, 2008-2012 (Jutaan rupiah) Sumber: BPS Kabupaten Tabanan (Data Diolah)

5 Sawah merupakan lahan pertanian pangan sebagai karunia yang dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, namun makin meningkatnya pertambahan penduduk serta perkembangan ekonomi dan industri mengakibatkan terjadinya degradasi, alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian pangan telah mengancam daya dukung wilayah nasional dalam menjaga kemandirian ketahanan dan kedaulatan pangan. Untuk melestarikan keberadaan sawah di Kabupaten Tabanan dipandang perlu penyediaan lahan pertanian pangan secara berekelanjutan sebagai sumber pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dengan mengedepankan prinsip kebersamaan, efisisensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan kemandirian. Dengan dasar pertimbangan tersebut maka diterbitkanlah Peraturan Bupati Tabanan No 27 Tahun 2011 tentang penetapan sawah berkelajutan sebagai sawah abadi pada subak di Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan, dimana Subak Desa Jatiluwih seluas 303 Ha ditetapkan sebagai Zona Lahan Abadi untuk Tanaman Padi. Desa Jatiluwih merupakan bagian dari Kabupaten Tabanan dengan luas wilayah 2.233 Ha. Dari luas wilayah yang dimiliki oleh Desa Jatiluwih, 303 Ha adalah merupakan tanah sawah. Sawah seluas 303 Ha ini memiliki kekuatan pesona, sehingga kawasan ini menjadi salah satu wisata alam yang menawarkan keindahan dan keunikan. Keunikan dari daerah ini adalah adanya perpaduan antara alam dan budaya yang sulit ditemukan di daerah lain. Terasering khas persawahan, dengan pengelolaan lahan menggunakan cara tradisional yang sarat dengan budaya, membuat daerah ini mendapat perhatian luas banyak kalangan

6 salah satunya UNESCO yang menetapkan Desa Jatiluwih sebagai bagian dari budaya subak yang diakui sebagai warisan budaya dunia. Namun, disamping pesona yang dimiliki tersebut, Desa Jatiluwih juga mengalami ancaman alih fungsi lahan, salah satunya karena penetapan Desa Jatiluwih sebagai warisan budaya dunia menyebabkan semakin banyaknya investor yang datang. Program konservasi lahan pertanian zona lahan abadi untuk tanaman padi diharapkan dapat berjalan dan menekan laju alih fungsi lahan persawahan. 1.1.1 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah penelitian ini adalah adanya ancaman alih fungsi lahan yang semakin besar akibat perkembangan pariwisata setelah ditetapkannya Desa Jatiluwih sebagai salah satu WBD oleh UNESCO. Maka perlu diadakan sebuah penelitian mengenai nilai guna lahan persawahan serta nilai ekonomi dari lahan pertanian yang ditetapkan sebagai zona lahan abadi untuk tanaman padi yang terletak di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan. 1.1.2 Pertanyaan penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka penelitian ini difokuskan pada beberapa pertanyaan. 1. Berapa nilai guna lahan persawahan zona lahan abadi untuk tanaman padi? 2. Apa manfaat ekonomi baik yang dirasakan secara langsung maupun tidak langsung dari zona lahan abadi untuk tanaman padi? 3. Berapa nilai ekonomi dari zona lahan abadi untuk tanaman padi dengan menggunakan konsep Total Economic Valuation (TEV)

7 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai sumber daya alam terkait penilaian konservasi lahan pertanian telah banyak dilakukan, beberapa penelitian empirik yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan antara lain. Tabel 1.3 Daftar Penelitian Sebelumnya No. Peneliti Tahun Alat Analisis Kesimpulan 1. Plantinga & Miller 2. Livanis, et. al 3. Agus dan Irawan 4. Chiueh dan Chen 2001 Discounted Cash Flow dan Regresi 2005 Discounted Cash Flow dan Regresi Penelitian ini menginvestigasi pengaruh pengembangan lahan di masa depan terhadap nilai lahan pertanian. Selisih antara nilai lahan optimal dengan nilai lahan yang berasal dari aliran pendapatan petani adalah hak pengembang lahan atau Value Development Right (VDR). Penelitian ini mengembangkan model teoritis penilaian lahan pertanian yang secara eksplisit menyumbang tiga efek urban sprawl: ekspektasi alih fungsi lahan, ekspektasi alih tanam dan spekulasi nilai lahan akibat perkotaan. Perlu perhitungan faktor pendapatan pertanian (arus kas pendapatan pertanian) dan Hak pengembang lahan. 2006 RCM Melakukan penelitian di Lahan persawahan sepanjang aliran DAS Citarum seluas 156.000 hektar. Hasil penelitian menunjukkan sekitar 51 persen dari nilai jual beras total, dapat dimaknai sebagai jasa yang dihasilkan oleh petani dan dinikmati oleh masyarakat luas secara gratis. Oleh karena masyarakat masih mengabaikan arti multifungsi pertanian maka konversi lahan pertanian mengalami peningkatan. 2008 CVM Mengevaluasi nilai sosial yang diakibatkan dari keberadaan persawahan di Taiwan, dan masyarakat pun langsung menyatakan menyadari keuntungan multifungsi lahan persawahan dengan memberikan respon terhadap program konservasi lahan kepada pemerintah. Penelitian ini menggunakan CVM untuk mengevaluasi nilai multifungsi lingkungan persawahan dari tujuan memilih jaminan konservasi di Taiwan. Hasil program menunjukkan, pemerintah sebagai pengontrol mampu memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memilih dalam perdagangan bebas. Masyarakat diberikan kesadaran dalam

8 5. Chang dan Boisvert 6. Cao, Ren and Du 2009 Ekonometri Binary 2010 WTP-WTA, Regresi-OLS 7. Wu dan Lin 2010 Environmental score menjaga keberlanjutan lahan pertanian dengan membeli produk pertanian yang lebih tinggi dari produk impor. Pembayaran multifungsi lingkungan persawahan dengan WTP. Keluarnya nilai lahan menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap sektor pertanian. Melakukan penelitian tentang program konservasi lahan pertanian pada lahan 34 juta hektar, program ini telah dijalankan sejak tahun 1985. Program tersebut dilaksanakan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat, model program ini adalah pemilik lahan mendapatkan hasil dari produksi pertanian serta mendapatkan pendapatan dari kompensasi konservasi lahan. Kompensasi diberikan demi mempertahankan lingkungan sebagai areal pertanian atau menjaga keseimbangan ekosistem alam dari kerusakan lingkungan. Para petani yang mengikuti program ini merasakan ada perubahan baik dari hasil pertanian maupun ekosistem alam sekitar. Penelitian ini membandingkan para petani yang mengikuti program konservasi lahan dan para petani yang tidak mengikuti program. Ternyata didapatkan hasil dari data statistik bahwa penghasilan petani yang mengikuti program konservasi lahan pertanian mengalami peningkatan. Dari hasil riset, menunjukkan bahwa beberapa responden bersedia membayar 15% dari pendapatannyaa untuk membayar biaya konservasi, meskipun terjadi perbedaan yang sangat jauh antara WTP dan WTA, namun WTA mendekati nilai pasar. Melakukan penelitian di wilayah selatan pegunungan U.S, program konservasi pengembangan lahan selama 10 tahun hingga 15 tahun dari tahun 1985. Pemberian kompensasi lahan sebesar 2 (dua) juta dollar, kepada pemilik lahan yang mengikuti program konservasi CRP (Conservation Reserve Program). Proxy nilai pengembangan lahan yang digunakan dalam model ini merupakan kunci keberhasilan program konservasi. Pengaruhnya sangat luas, kenaikan ratarata nilai pertanian mencapai 5 persen ke 14 persen, 4 persen ke 6 persen, dan 2 persen ke 5 persen dari masing-masing peningkatan. CRP secara statistik signifikan pada pengembangan nilai lahan pertanian.

9 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut. 1. Terdapat beberapa kesamaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini. Penelitian ini menekankan pada potensi nilai dari lahan pertanian yang ditetapkan sebagai zona lahan abadi untuk tanaman padi di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan dengan menggunakan metoda nilai guna lahan dan Total Economic Value (TEV). 2. Model yang digunakan untuk komponen kapitalisasi pendapatan petani yaitu indeks biaya produksi dan penambahan barang dengan proyeksi. Untuk mempermudah proyeksi pada penelitian ini digunakan bantuan Software Microsoft Office Excel versi 2010, karena software ini dianggap telah mampu memberikan perhitungan proyeksi dengan trend linear, maupun trend nonlinear (Wardhani dkk, 2007: 35-41). 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi nilai guna lahan persawahan yang ditetapkan sebagai zona lahan abadi untuk tanaman padi di Desa Jatiluwih Kabupaten Tabanan. 2. Mengidentifikasi manfaat ekonomi langsung maupun tidak langsung yang dirasakan masyarakat dari zona lahan abadi untuk tanaman padi. 3. Mengukur nilai ekonomi yang dihasilkan oleh lahan pertanian yang ditetapkan sebagai zona lahan abadi untuk tanaman padi di Desa Jatiluwih Kabupaten Tabanan dengan menggunakan konsep Total Economic Value (TEV).

10 1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini terdiri dari manfaat akademik dan non-akademik, yaitu: 1. manfaat akademik yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebagai informasi bagi kalangan peneliti, akademisi dan mahasiswa yang menaruh perhatian terhadap aspek ekonomi lahan pertanian dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Melalui penelitian ini diharapkan munculnya minat dari kalangan akademisi untuk membuat penelitian lebih lanjut mengenai konservasi lahan pertanian; 2. manfaat non-akademik yang diharapkan adalah penelitian ini memberikan gambaran terhadap pembuat kebijakan dan masyarakat luas mengenai pentingnya eksistensi lahan pertanian berdasarkan nilai ekonomi yang diestimasi berdasarkan konsep Total Economic Value (TEV). Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya lahan pertanian diharapkan juga akan mendorong besarnya kepedulian dan upaya bersama untuk melestarikan kawasan pertanian. 1.4 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab dengan sistematika sebagai berikut. Bab I merupakan Pengantar, pada bab ini memuat tentang latar belakang, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II merupakan Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis, pada bab ini memuat tentang tinjauan pustaka, landasan teori dan alat analisis. Bab III merupakan Analisis Data dan Pembahasan, pada bab ini berisi tentang

11 uraian cara penelitian, analisis data dan pembahasan. Bab IV merupakan kesimpulan hasil penelitian, mengemukakan keterbatasan yang menjadi kendala dan kesulitan dalam pelaksanaan penelitian serta saran yang diberikan sebagai kontribusi penelitian.