BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di pengaruhi oleh empat faktor utama yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

SUMMARY GAMBARAN PELAKSANAAN KLINIK SANITASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai agen penyakit. Penyakit yang penyebab utamanya berakar pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM KLINIK SANITASI PUSKESMAS KOTA BUKITTINGGI

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal april tahun Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan bagi setiap orang agar tewujud derajat kesehatan yang optimal.

Nomor SOP Tgl Pembuatan Tgl Revisi Tgl Efektif. Nama SOP

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

PERKESMAS. No.Dokument : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2013 telah tersedia Puskesmas, sekitar Puskesmas

Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan, serta metode penulisan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jika dikaitkan dengan produktivitas kerja (Kementerian Kesehatan, 2005). Gigi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan,

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menurut Hendrik L. Blum (1974), derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu: faktor

BAB I PENDAHULUAN. berbasis lingkungan (Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, 2011). Menurut Depkes RI (2012) bahwa rumah sehat merupakan rumah yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah melaksanakan kegiatan klinik sanitasi,

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

STUDI TENTANG MANAJEMEN SISTEM PELAKSANAAN PENAPISAN GIZI BURUK DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONE UPTD PUSKESMAS PALAKKA 1. SOP PELAYANAN PERKESMAS. Nomor SOP Tgl Pembuatan Tgl Revisi Tgl Efektif KABUPATEN BONE

BAB IV PENUTUP. wilayah kerjanya. Sejak didirikan tahun 1976, Puskesmas ini bernama. Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Semarang Timur, berubah

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

I. PENDAHULUAN. Banyaknya minat untuk menjadi seorang dokter berpengaruh di dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Dimana sarana kesehatan pemerintah maupun swasta semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional secara utuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN BAB I UMUM 1.1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari.

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kasus Diabetes Mellitus (DM) (Depkes RI, 2008). International Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN, ) di bidang kesehatan yang mencakup programprogram

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata, yang mampu mewujudkan kesehatan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat di pengaruhi oleh empat faktor utama yaitu faktor lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor yang lain yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, lingkungan biologic, dan lingkungan sosiokultural. (Depkes RI, 2003). Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat di mulai, di dukung, di topang atau di rangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit berbasis lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya paradigma sehat untuk upaya-upaya kesehatan dimasa mendatang, dengan paradigma ini maka pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif dibanding upaya kuratif dan rehabilitative. Istilah penyakit berbasis lingkungan itu di muncul adanya tugas menyusun rencana aksi di bidang kesehatan untuk indonesia yang merupakan elaborasi dokumen agenda 21 di sebutkan bahwa penyakit berbasis lingkungan merujuk kepada penyakit yang memiliki akar atau hubungan yang erat dengan kondisi

2 kependudukan dan lingkungan. Beberapa penyakit berbasis lingkungan yaitu : diare, kolera, angka kematian ISPA, insiden penyakit tb dan lainnya. Dengan melakukan analisis hubungan, seringkali menunjukan tingkat hubungan yang tinggi antara serentetan gejala dengan parameter lingkungan atau sanitasi dasar yang buruk (Achmadi, 2012). Penyakit berbasis lingkungan sudah menjadi masalah utama dalam lingkungan masyarakat. Apalagi di tunjang dengan sarana sanitasi yang buruk yang ada di lingkungan masyarakat. Hal ini dapat memicu agent penyebab penyakit dapat berkembang biak sehingga masyarakat terancam terkena penyakit. Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh masih buruknya kondisi sanitasi dasar salah satu di antara sanitasi dasar yang ada masih kurangnya rumah yang memenuhi syarat kesehatan sehingga penyakit ISPA juga semakin meningkat. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo penyakit ISPA urutan ke empat dari sepuluh penyakit menonjol, tahun 2010 angka kesakitan ISPA berjumlah 1485, tahun 2011 angka kesakitan berjumlah 2408 penderita sedangkan pada tahun 2012 angka kesakitan ISPA berjumlah 1353 penderita (profil kesehatan Provinsi Gorontalo). Secara nasional hanya 24,9% rumah penduduk di Indonesia yang tergolong rumah sehat, Provinsi Gorontalo menurut hasil Riskesdas tahun 2010 terdapat 25,8% yang di kategorikan rumah sehat, tetapi dalam pemeriksaan dari tahun ke tahun rumah sehat terus mengalami peningkatan.(profil kesehatan Provinsi Gorontalo).

3 Menurut data profil kesehatan kabupaten/kota tahun 2011 bahwa pemeriksaan terhadap 180.153 rumah terdapat 116.394 rumah atau 64,6% yang termasuk kategori sehat. Data ini menunjukan peningkatan di bandingkan tahun sebelumnya (2010) dimana pemeriksaan terhadap 163.060 rumah di dapat 106.358 atau 61.45% rumah yang dinyatakan sehat.(profil kesehatan Provinsi Gorontalo). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo bahwa jumlah penderita ISPA pada tahun 2012 yaitu berjumlah 12.978 penderita, pada tahun 2011 berjumlah 13.758 penderita. Untuk penderita ISPA di puskesmas Buhu tahun 2012 berjumlah 950 penderita dan jumlah penderita ISPA pada tahun berjalan 2013 yaitu berjumlah 76 penderita. Untuk jumlah rumah sehat di wilayah kerja puskesmas buhu yang terdaftar dalam profil kesehatan kabupaten gorontalo tercatat 1136 dari jumlah rumah keseluruhan yaitu sejumlah 2224 rumah. Hasil penelitian yang di lakukan oleh Fatmah suriana tahun 2006 bahwa dengan adanya program klinik sanitasi mempunyai hubungan erat dengan penurunan angka kejadian penyakit berbasis lingkungan. Terdapat peningkatan rumah sehat setelah adanya program klinik sanitasi (Surianah, 2006). Untuk kinerja sanitarian dalam pelayanan pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi tidak ada hubungannya dengan adanya pelatihan sanitarian dengan kinerja sanitasi (Junaeni, 2007). Untuk menanggulangi masalah tingginya penyakit berbasis lingkungan pemerintah telah menempuh langkah yaitu dengan pelaksanaan program klinik sanitasi. Program klinik sanitasi merupakan pengembangan dari konsep yang di

4 perkenalkan oleh puskesmas Wanasaba Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 1995. Di wilayah kerja puskesmas Buhu klinik sanitasi telah di laksanakan sejak tahun 2005, namun kejadian penyakit ISPA masih tergolong sangat tinggi, dari tahun ke tahun kejadian penyakit ISPA merupakan penyakit urutan pertama dalam sepuluh penyakit menonjol. Hal ini di buktikan dengan adanya data-data yang di dapat dari hasil survey awal di lokasi penelitian yaitu pada tahun 2012 jumlah penderita ISPA yang berkunjung ke klinik sanitasi yaitu sejumlah 259 orang. Sedangkan di lihat dari data jumlah penderita penyakit ISPA yakni sejumlah 950 orang atau 84.16%. Selain itu juga kondisi sanitasi rumah yang ada di wilayah kerja puskesmas ini masih banyak yang belum memenuhi syarat kesehatan. Pelaksanaan klinik sanitasi di sertakan dengan jadwal layanan kesehatan puskesmas. Sesuai dengan hari yang telah di tetapkan, kigiatannya berlangsung apabila ada pasien setelah di diagnosa oleh dokter bahwa menderita salah satu penyakit berbasis lingkungan maka akan di rujuk ke ruangan klinik sanitasi untuk dapat berkonsultasi langsung dengan tenaga sanitarian terkait permasalahan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Begitu juga dengan masyarakat umum yang datang ke puskesmas hanya ingin berkonsultasi terkait permasalahan lingkungan yang mereka hadapi. Hal itu guna memperoleh informasi yang tepat dalam memecahkan permasalahan lingkungan yang mereka hadapi. Selain itu tenaga sanitarian di puskesmas ini yang bertanggung jawab dalam kegiatan klinik sanitasi hanya terdiri dari dua orang. Hal ini terlihat jelas bahwa masih kurangnya tenaga sanitarian yang berperan di dalamnya. Padahal untuk mencapai

5 keberhasilan kegiatan ini harus di dukung dengan tenaga sanitarian yang lebih, serta partisipasi dari mnasyarakat dalam memanfaatkan klink sanitasi ini dengan baik. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat menyimpulkanj yang menjadi identifikasi masalah di atas, yaitu sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja puskesmas Buhu meskipun di wilayah puskesmas tersebut sudah di terapkan klinik sanitasi yang secara khusus mengintegrasi pada upaya promotif dan preventif pada pemberantasan penyakit berbasis lingkungan. 2. Masih banyak jumlah rumah masyarakat yang belum memenuhi syarat kesehatan sebagai tempat tinggal layak huni di wilayah kerja puskesmas ini meskipun dengan adanya klinik sanitasi yang sudah berjalan. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana gambaran pelaksanaan klinik sanitasi dengan kejadian penyakit ISPA 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pelaksanaan klinik sanitasi dengan kejadian penyakit ISPA di wilayah puskesmas Buhu.

6 1.4.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui tipe rumah di wilayah kerja puskesmas dengan pelaksanaan klinik sanitasi. 2. Untuk mengetahui keadaan ventilasi rumah di wilayah kerja puskesmas dengan pelaksanaan klinik sanitasi. 3. Untuk mengetahui keadaan kamarisasi di wilayah kerja puskesmas dengan pelaksanaan klinik sanitasi. 4. Untuk mengetahui kepadatan hunian di wilayah kerja puskesmas dengan pelaksanaan klinik sanitasi 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi kepada instansi terkait khususnya Puskesmas Buhu tentang gambaran pelaksanaan klinik sanitasi dengan kejadian penyakit ISPA sehingga dapat di jadikan dasar dalam penanggulangan ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Buhu. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang gambaran pelaksanaan klinik sanitasi dengan kejadian penyakit ISPA sehingga masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit ISPA melalui adanya kegiatan klinik sanitasi.

7 1.5.2 Manfaat Teoritis Sebagai kontribusi penting dan mem perluas wawasan serta dapat di jadikan sebagai rujukan untuk pengembangan penelitian ilmu kesehatan lingkungan di masa mendatang.