ANALISIS PERGERAKAN PENDUDUK USIA KERJA DI KECAMATAN PEDURUNGAN SEBAGAI KAWASAN URBAN FRINGE KOTA SEMARANG (Studi Kasus Di Kelurahan Tlogosari Kulon)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

ANALISIS PERGERAKAN PENDUDUK USIA KERJA DI KECAMATAN PEDURUNGAN SEBAGAI KAWASAN URBAN FRINGE KOTA SEMARANG (Studi Kasus Di Kelurahan Tlogosari Kulon)

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGGUNAAN MODA PERJALANAN KOMUTER PNS PEMERINTAH KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. arah perubahan struktural desa-kota diharapkan dapat berlangsung secara seimbang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

EVALUASI KESESUAIAN FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG LOKASI DAN FUNGSI PUSAT KOTA PADA KOTA PINGGIRAN METROPOLITAN ( STUDI KASUS : KOTA MRANGGEN) TUGAS AKHIR

PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) UNTUK KAWASAN URBAN SPRAWL KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Koridor Setiabudi dan Majapahit) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM YANG MELAYANI TRAYEK PINGGIRAN-PUSAT KOTA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

OPTIMALISASI JANGKAUAN PELAYANAN HALTE BRT/BUS TRANS SEMARANG

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN ASOSIASINYA TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI DI KAWASAN PINGGIRAN KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

ANALISIS PANJANG PERJALANAN DAN KERAKTERISTIK PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS KECAMATAN BANYUMANIK SEMARANG)

usaha pemenntah pusat maupun daerah dalam melaksanakan pembangunan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KOMPARASI KARAKTERISTIK PENDUDUK PELAKU PERJALANAN DARI PERUMAHAN TERTATA WILAYAH BARAT DAN TIMUR PINGGIRAN KOTA MEDAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN RUTE ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI SURABAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB III TINJAUAN KOTA SEMARANG DAN TINJAUAN SEKOLAH LUAR BIASA DI SEMARANG

PENDAHULUAN. Jakarta sebagai ibukota negara merupakan kota yang memiliki mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN

EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR

POLA PERGERAKAN PEKERJA KOMUTER SAYUNG - SEMARANG. Heldi Pebrian¹ dan Anita Ratnasari R²

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

PERGESERAN PEMILIHAN MODA AKIBAT PERUBAHAN HARGA BBM UNTUK PERGERAKAN MENUJU PUSAT PELAYANAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dalam sebuah kota, maupun pendapatan masyarakat.

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. heterogen dan materialistis di bandingkan dengan daerah belakangnya.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota Indonesia berpenduduk lebih dari 9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

KAJIAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN KOTA (URBAN FRINGE) BANDA ACEH (Studi Kasus : Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata Dan Ulee Kareng)

BAB III METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan perkotaan saat ini telah menjadi kawasan sangat luas dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH KONVERSI LAHAN TERHADAP HARGA JUAL RUMAH UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG TUGAS AKHIR

POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAERAH PERI-URBAN DENGAN PENDEKATAN MODEL DINAMIS (Studi Kasus : Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta)

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

Teknika; Vol: 2, No: 4, September 2012 ISSN:

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta Barat adalah salah satu Kota Administratif di Propinsi DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB IV METODE PENELITIAN. kebisingan lalu lintas dan wawancara terhadap penduduk yang dilakukan dengan

Transkripsi:

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2., Nomor2., Tahun 2013, Halaman 1 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ANALISIS PERGERAKAN PENDUDUK USIA KERJA DI KECAMATAN PEDURUNGAN SEBAGAI KAWASAN URBAN FRINGE KOTA SEMARANG (Studi Kasus Di Kelurahan Tlogosari Kulon) Yopy Octavian Ady Jaya, Mulyo Hendarto 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof.Soedharto SH Tembalang, Semarang 5023, Phone: +622476486851 ABSTRACT This research investigates how do labor s movement patterns in the Tlogosari Kulon area, sub-district of Pedurungan as urban fringe s Semarang. The objectives in this research were: (1) identify the distribution of employment Pedurungan Sub-District residents, (2) identify the modes used to travel to work, (3) Identify the reasons to use these modes to travel to work, (4) identify the time away from home and time to go home, (5) identify the travel time to the place to work, (6) identify the costs incurred for transportation costs in a month. The existence of the problem of population growth and the convergence of land and transportation problems are problems that occur in different cities. Urban population has grown rapidly, there is also a linear increase in the number of vehicles. The phenomenon affects the increasing mobility of people and changes movement patterns that will lead to increased movement. Keywords: characteristics of the trip generation movements, Tlogosari Kulon area, labor, urban fringe PENDAHULUAN Perkembangan kota yang ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota menuntut pula kebutuhan lahan yang semakin besar (Lubis, 2011). Hal ini ditunjukan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman, seiring dengan semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk baik secara alami maupun migrasi, dan beragamnya tuntutan kebutuhan akan sarana dan prasarana. Keterbatasan luas lahan yang ada di kota menyebabkan kota akan mengalami perkembangan ke daerah pinggiran kota. Daerah pinggiran kota merupakan daerah yang mengalami dinamika dalam perkembangannya, terutama dinamika dalam penggunaan lahan. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan kebutuhan lahan untuk permukiman dan menampung fungsi-fungsi atau prasarana kegiatan yang ada. Menurut Angotti (1993) perkembangan wilayah kota ke arah pinggiran dipacu oleh meningkatnya pertumbuhan penduduk. Kondisi ini didukung dengan meningkatnya wilayah yang memiliki ciri kekotaan. Interaksi dari dua hal tersebut memunculkan bentuk baru suatu permukiman skala besar yang disebut kota metropolitan. Karakteristik dasar dari kota metropolitan secara umum didefinisikan dengan populasi penduduk yang berjumlah lebih dari satu juta orang. Kota metropolitan memiliki pembagian keruangan yang jelas, keanekaragaman aktivitas sosial ekonomi serta tingkat mobilitas penduduk yang tinggi. Bentuk mobilitas yang terjadi di kota metropolitan tidak hanya berupa mobilitas perjalanan namun juga mobilitas mata pencaharian dan mobilitas permukiman. Mobilitas inilah yang kemudian memicu pemekaran wilayah kota metropolitan ke arah wilayah pinggiran sebagai lokasi baru bagi pengembangan kota. Ekspansi pembangunan kota besar dari pusat kota menuju area di luar batasannya memunculkan area transisi di wilayah pinggiran kota. Ciri utama wilayah ini ditunjukkan dengan pencampuran dan konversi guna lahan, pertumbuhan penduduk yang relatif pesat, serta gabungan 1 Penulis penanggung jawab

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 2 aktivitas perekonomian, yaitu agrikultur dan industri (Louise dkk, 2010). Selain itu, efek globalisasi menjadikan perkembangan wilayah ini tak terhindarkan. Wilayah ini kemudian berkembang menjadi wilayah peri urban atau urban fringe (Sieverts, 2003). Wilayah peri urban atau urban fringe didefinisikan sebagai wilayah yang berada tepat di sekitar atau sekeliling kota yang secara ekologi dan sosial ekonomi terintegrasi dengan kota intinya (Simon dkk, 2004). Kecamatan Pedurungan merupakan wilayah urban fringe Kota Semarang. Perkembangan kota Semarang ke wilayah pinggiran (Kecamatan Pedurungan) yang sebagian besar penduduknya bekerja ke pusat kota menyebabkan tingkat pergerakan dan intesitas lalu lintas meningkat terutama di jalur-jalur utama yang menghubungkan daerah pinggiran (urban fringe) dan pusat kota. Kepadatan lalu lintas akan semakin bertambah ketika jam-jam puncak pagi dan sore hari di saat pergerakan penduduk pinggiran berangkat-pulang bekerja di pusat kota. Studi ini dititikberatkan pada pembahasan mengenai pergerakan penduduk usia kerja, oleh karena itu alasan dipilihnya kawasan Tlogosari Kulon sebagai wilayah studi antara lain karena memiliki penduduk usia kerja terbanyak yang mengindikasi bahwa aktivitas dan pergerakan penduduk usia kerja yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan pergerakan penduduk usia kerja di wilayah urban fringe Kota Semarang yaitu di Kelurahan Tlogosari Kulon, Kecamatan Pedurungan. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kota melakukan perluasan sampai ke daerah pinggiran kota (urban fringe). Perkembangan kota Semarang ke wilayah pinggiran (Kelurahan Tlogosari Kulon) yang sebagian besar penduduknya bekerja ke pusat kota menyebabkan tingkat pergerakan dan intesitas lalu lintas meningkat terutama di jalurjalur utama yang menghubungkan daerah pinggiran (urban fringe) dan pusat kota. Intensitas lalu lintas yang tinggi menyebabkan kemacetan. Kemacetan ini juga didukung dengan adanya klusterkluster pembangunan perumahan untuk tempat tinggal. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang bermukim di Kelurahan Tlogosari Kulon, Kecamatan Pedurungan meningkatkan pergerakan penduduk kerja ke pusat kota. Topik Penelitian Analisis Pergerakan Penduduk Kerja di Kecamatan Pedurungan sebagai Kawasan Urban Fringe Kota Semarang Maksud dan Tujuan Penelitian Data Primer 1. diri responden data (jumlah anggota, pendidikan, pekerjaan, pendapatan) 2. tujuan perjalanan 3. moda yang digunakan 4. waktu untuk perjalanan 5. frekuensi perjalanan Survey Primer Pengumpulan Data Studi Literatur Data Sekunder 1. Peta dan perbatasan 2. Data geografis dan komposisi pekerja dari daerah penelitian 3. Data yang diperoleh dari Instansi terkait (BPS, Bappeda) Kompalasi Data Analisis Deskriptif Hasil dan Kesimpulan

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Pada penelitian ini ada beberapa variabel yang digunakan dalam analisis pergerakan penduduk usia kerja yaitu melalui karakteristik penduduk dan karakteristik perjalanan. Adapun definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Definisi operasional karakteristik penduduk yaitu ciri-ciri penduduk yang berada pada wilayah penelitian seperti keadaan sosial ekonomi dan demografi penduduk yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan atau profesi, jumlah anggota keluarga dan Tingkat penghasilan keluarga. 2. Definisi operasional karakteristik perjalanan dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana karakteristik pola pergerakan penduduk. Adapun karakteristik perjalanan penduduk meliputi Tujuan perjalanan, Total pergerakan perminggu, Kepemilikan kendaraan, Pemilihan moda transportasi, alasan pemilihan moda transportasi, jarak dari rumah ke tempat tujuan, lama waktu perjalanan, biaya transportasi, waktu memulai pergerakan dan rute perjalanan. Penentuan Sampel Prosedur yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah menggunakan insidental purposive sampling method. Insidental purposive sampling method adalah metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Pengambilan sampel dilakukan secara Insidental yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti, dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data yaitu penduduk Kelurahan Tlogosari Kulon yang berada pada usia kerja dan memiliki aktivitas rutin bekerja atau sekolah. Populasi penelitian tidak bersifat homogen sempurna, artinya untuk populasi yang homogen sempurna maka besar sampel sama sekali tidak berpengaruh terhadap representativitas sampel. Dalam penelitian ini mengambil 140 responden atas dasar pembagian rata dari setiap RW yang berada di Kelurahan Tlogosari Kulon. Di Kelurahan Tlogosari Kulon memiliki 28 RW. Dari setiap RW tersebut diambil sampel sebanyak 5 responden, sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 140 responden. Berdasarkan data monografi Kelurahan Tlogosari Kulon diketahui jumlah penduduk Kelurahan Tlogosari Kulon berjumlah 35.979 jiwa, jumlah penduduk usia kerja yaitu yang berumur 15 sampai 64 tahun berjumlah 27.533 jiwa, jumlah penduduk yang bekerja 21.562 jiwa atau 78.3% dari penduduk usia kerja, sehingga sisanya yaitu sebesar 21,7% merupakan proporsi dari jumlah penduduk yang masih bersekolah terhadap penduduk usia kerja yaitu sebanyak 5971 jiwa. Dalam penelitian ini jumlah sampel orang yang bekerja mempertimbangkan komposisi jumlah orang bekerja terhadap penduduk usia kerja yaitu sebesar 78,3% dari jumlah penduduk usia kerja. Dengan demikian, sampel penduduk yang bekerja adalah 78,3% dari 140 (total sampel) yaitu sebesar 109,62 orang, dibulatkan menjadi 110 orang. Dari jumlah tersebut sampel dibagi rata pada 28 RW, sehingga tiap RW diambil 4 responden sebagai penduduk yang bekerja. Sampel yang tersisa merupakan jumlah penduduk usia kerja yang masih bersekolah. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, metode observasi, metode dokumentasi dan metode kuesioner. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup, dimana responden diminta menjawab pertanyaan dan menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif.

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 4 Metode Analisis Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Deskripsi pada penelitian ini untuk menggambarkan karakteristik pergerakan penduduk usia kerja di Kelurahan Tlogosari Kulon, Kecamatan Pedurungan sebagai daerah pinggiran kota Semarang. Penelitian ini membahas mengenai tujuan perjalanan, total pergerakan perminggu, kepemilikan kendaraan, pemilihan moda transportasi, alasan pemilihan moda transportasi, jarak dari rumah ke tempat tujuan, lama waktu perjalanan, biaya transportasi, waktu pergerakan dan rute perjalanan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Sampel Penelitian Responden dalam penelitian ini yaitu penduduk usia kerja sesuai dengan ketentuan BPS yaitu penduduk yang berusia 15 sampai dengan 64 tahun yang tinggal di Kelurahan Tlogosari Kulon. Responden tersebut ditentukan dengan pendekatan insidental purposive sampling. Responden masyarakat berjumlah seratus empat puluh (140) orang yang merupakan warga Kelurahan Tlogosari Kulon, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang. Tabel 1 Karakteristik Responden Deskripsi Frekuensi Presentase (%) Jenis Kelamin Laki laki 87 62 Perempuan 53 38 Usia 15-25 42 30 26-35 22 16 36-45 19 13 >46 57 41 Jumlah Anggota Keluarga dalam 1 Rumah 1-2 6 4 3-4 92 66 5-6 42 30 Pendidikan SD 3 2 SMP 10 7 SMA 68 49 Perguruan Tinggi 59 42 Pekerjaan PNS 28 20 Wiraswasta 17 12 Mahasiswa/pelajar 28 20 Pegawai Swasta 67 48 Tingkat Penghasilan Keluarga < Rp. 1.000.000,00 5 4 Rp. 1.000.000,00 - Rp 1.999.999,00 23 16 Rp. Rp. 2.000.000,00 - Rp. 3.000.000,00 44 31 > Rp. 3.000.000,00 68 49 N = 140 100% Sumber: Data Primer Diolah, 2013

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 5 Karakteristik Pergerakan Penduduk di Kelurahan Tlogosari Kulon Variabel karakteristik pergerakan penduduk ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana karakteristik pola pergerakan penduduk yang terjadi di Kelurahan Tlogosari Kulon, Kecamatan Pedurungan. Adapun variabel karakteristik perjalanan penduduk yaitu meliputi tujuan perjalanan, rute yang dilalui, total pergerakan perminggu responden, kepemilikan kendaraan responden, pemilihan moda transportasi, alasan pemilihan moda transportasi, jarak dari rumah ke tempat tujuan, lama waktu perjalanan responden, biaya transportasi yang dikeluarkan responden setiap bulannya, dan berdasarkan waktu pergerakan (Warpani, 1990). Tabel 2 Karakteristik Perjalanan Deskripsi Frekuensi Presentase % Tujuan Pergerakan Penduduk Bekerja 112 80% Sekolah 28 20% Total Pergerakan Per Minggu 4 kali 5 3% 5 kali 53 38% 6 kali 64 46% 7 kali 18 13% Jumlah Kepemilikan Kendaraan Sepeda Motor 1 33 24% 2 58 41% 3 37 26% >3 12 9% Mobil Tidak punya 83 59% 1 unit 51 37% 2 unit 6 4% Pemilihan Moda Transportasi Sepeda motor 98 70% Mobil 18 13% Angkutan Umum 14 10% Lainnya 10 7% Alasan Pemilihan Moda Transportasi Tepat waktu 37 27% Hemat 51 37% Aman / Nyaman / bebas 31 22% Lain-lain 20 14% Jarak dari Rumah Ke Tempat Tujuan 0-5 km 66 46% 5-10 km 57 39% 10-15 km 14 10% > 15 km 7 5% Lama Waktu Perjalanan 10-30 menit 107 66% 30 menit 1 jam 31 32% Lebih dari 1 jam 2 2% Biaya Transportasi 0 Rp. 200.000,00 91 65% Rp. 200.000,00 - Rp. 500.000,00 40 29% Rp. 500.000,00 1 juta 7 5% >1 juta 2 1% Waktu Pergerakan Berangkat 06.00 06.59 33 24% 07.00-08.00 62 44%

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 6 >08.00 45 32% Pulang 15.00 15.59 36 26% 16.00-16.59 44 31% 17.00 17.59 42 30% >18.00 18 13% Tempat Tujuan Perjalanan Mijen 0 0% Ngaliyan 9 6, 43 % Tugu 0 0% Semarang Barat 4 2, 86 % Gunung Pati 2 1, 43 % Gajah Mungkur 4 2, 86 % Semarang Selatan 12 8, 57 % Semarang Utara 4 2, 86 % Candi sari 4 2, 86 % Banyumanik 0 0% Semarang Tengah 46 32, 86 % Gayamsari 11 7, 86 % Semarang Timur 11 7, 86 % Tembalang 14 10% Genuk 2 1, 43 % Pedurungan 11 7, 86 % Luar Kota Semarang 5 3, 57 % Pilihan Rute Perjalanan Soekarno Hatta 7 5% Arteri 34 24% Supriyadi 61 44% Medoho 38 27% N = 140 100% Sumber: Data Primer Diolah, 2013 KESIMPULAN DAN KETERBATASAN Sebaran pergerakan penduduk di Kelurahan Tlogosari Kulon, Kecamatan Pedurungan (sebagai wilayah urban fringe) sebagian besar menuju ke berbagai kecamatan lain di kota Semarang, terutama menuju ke pusat kota (Kecamatan Semarang Tengah). Sebanyak 32,86% responden Kelurahan Tlogosari Kulon melakukan tujuan pergerakannya menuju ke Kecamatan Semarang Tengah. Penggunaan kendaraan pribadi menjadi pilihan utama bagi penduduk di daerah pinggiran, khususnya untuk golongan menengah dan golongan ekonomi kuat. Hal ini karena selain sudah memiliki kendaraan pribadi, efisiensi, juga karena ada kendala transportasi, yaitu alasan lain seperti belum seluruh wilayah di daerah pinggiran terlayani angkutan umum terutama di wilayah Kelurahan Tlogosari Kulon. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, Penelitian ini hanya mendeskripsikan secara umum, tidak menganalisis secara mendalam. Kedua, Penelitian ini hanya mengambil sebagian dari Kecamatan pedurungan. Ketiga, Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang hanya menggambarkan pergerakan penduduk usia kerja di Kelurahan Tlogosari Kulon. REFERENSI Angotti, Thomas. 1993. Metropolis 2000 : Planning, Poverty, and Politics. London: Routledge. Louise dkk., 2010. Working Paper : Karakteristik Wilayah Peri-Urban Pada Metropolitan Jabodetabekjur. Institut Teknologi Bandung.

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 7 Lubis, Fahmi Lanniari. 2011. Tesis : Interaksi Desa Kota Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus di Desa Perbatasan). Universitas Sumatera Utara. Sieverts, T. 2003. Cities Without Cities: An Interpretation of The Zwischenstadt. London : Spon Press. Simon, D., D. McGregor, Nsiah-Gyabaah K., 2004. The Changing urban-rural interface of African cities: definitional issues an application to Kumasi, Ghana. Environment and Urbanization 16 (2): 235-248. Warpani, S. 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan. Penerbit ITB. Bandung.