BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan

dokumen-dokumen yang mirip
Penggunaan Program Macromedia flash untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

NERIS PERI ARDIANSYAH,

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI METODE PEER TUTORIAL (TUTOR SEBAYA) ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR II DI SLB WIYATA DHARMA 1 SLEMAN

APLIKASI METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP

BAB III METODE PENELITIAN

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

Skripsi Oleh : Nanik Ramini NIM K

siswa yang memilih menyukai pelajaran fisika, sedangkan 21 siswa lagi lebih memilih pelajaran lain seperti bahasa Indonesia dan olahraga, hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, materi tembang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berhitung selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh :

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN

TINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maulana Malik Ibrohim, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mendasar kegunaanya. Setiap ilmu pengetahuan tidak pernah lepas dari ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kongkret

Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iman Fushsilat, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013

Skripsi Oleh: Suboningsih NIM K

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran menurut bahasa adalah proses, cara menjadikan orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

550 Junaidi : Perbaikan Keterampilan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran... WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGAN MACROMEDIA FLASH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan pembelajaran peran guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan dewasa ini dihadapkan kepada masalah-masalah yang mendasar, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta

I. PENDAHULUAN. Fokus kegiatan pembelajaran di sekolah adalah interaksi pendidik dan siswa

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI METODE BERVARIASI. Sudarso

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research (CAR). Menurut Tarigan (2011: 103), penelitian

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan serta dipupuk secara efektif dengan menggunakan strategi

Ari Kusyono A

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DALAM BIDANG BERHITUNG

ARTIKEL ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUICK ON THE DRAW

Kusmaini Kata kunci : alat peraga, tumbuhan, keaktifan belajar, dan hasil belajar.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DISERTAI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi Indonesia, ternyata dalam dunia pendidikan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

laku baik intelektual, moral maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran yang diajarkan di MI pun bermacam-macam salah

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar mereka. Berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) dimana tiap-tiap warga negaranya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan 1 pada organ pendengarannya sehingga mengakibatkan ketidakmampuan mendengar, mulai dari tingkatan yang ringan sampai yang berat sekali yang diklasifikasikan kedalam tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing) (Tati Hernawati, 1997:1). Ketunarunguan pada seseorang memunculkan dampak luas yang akan menjadi gangguan pada kehidupan diri yang bersangkutan. Arthur Bothroyd (1961) menjelaskan berbagai dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari ketunarunguan, yaitu : masalah persepsi auditif, masalah bahasa dan komunikasi, masalah intelektual dan kognitif, masalah pendidikan, masalah sosial, masalah emosi, bahkan masalah vokasional (Sudjaah, 2002:1) Santrock (1986) menyatakan bahwa kognitif mengacu kepada aktivitas mental tentang bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, disimpan, dan ditransformasi, serta dipanggil kembali dan digunakan dalam aktivitas kompleks seperti berpikir (Permanarian Somad, dkk, 2008:8). Secara tidak langsung kemampuan ini pasti dimiliki oleh setiap individu, dan tingkatan kemampuan setiap individu berbeda, tergantung bagaimana serta sejauh apa kemampuan tersebut dilatihkan. Kemampuan kognitif anak tunarungu pada dasarnya sama seperti anak pada umumnya. Dalam perkembangannya karena anak tunarungu mengalami hambatan pendengaran yang akhirnya mengakibatkan ketidakmampuan untuk menerima berbagai jenis informasi secara verbal, sehingga mereka hanya mampu menerima informasi dalam bentuk visual. Kemampuan menerima informasi dalam bentuk visual tidak lantas dapat menggantikan fungsi pendengaran mereka yang hilang, masalah selanjutnya

2 adalah ketika seorang anak tunarungu harus mempersepsikan apa yang mereka lihat. Hal-hal yang bersifat konkrit tentu akan mudah dipahami oleh anak tunarungu, tetapi akan sangat sulit dipahami jika berkaitan dengan hal yang bersifat abstrak. Keterbatasan informasi dan kurangnya daya abstraksi yang dialami oleh anak tunarungu menghambat proses pencapaian pengetahuan yang lebih luas. Hal inilah yang kemudian menimbulkan berbagai masalah dalam proses pembelajaran anak di sekolah, salah satunya adalah hasil belajar siswa yang berada di bawah nilai kriteria ketuntasan minimal. Proses pembelajaran pada anak tunarungu akan lebih berhasil jika guru tidak hanya memberikan informasi secara verbal dan visual, tetapi juga harus memberikan siswa pengalaman secara langsung terhadap sebuah informasi, dalam hal ini adalah materi pelajaran. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang membutuhkan pengalaman secara nyata, dalam mata pelajaran ini siswa diharapkan mampu mengenal diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada kenyataannya meskipun berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, terdapat banyak materi yang berhubungan dengan proses yang bersifat abstrak, sehingga sulit untuk dipelajari, terlebih oleh siswa tunarungu. Salah satu materi yang membutuhkan daya abstraksi siswa adalah sistem pencernaan manusia yang dipelajari oleh siswa SMP Kelas VIII Semester I, standar kompetensi memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia dan kompetensi dasar mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Proses pembelajaran materi ini menekankan pada pemberian pengalaman langsung agar siswa dapat memperoleh pengetahuan secara utuh. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap siswa kelas VIII SMPLB di SLB Al-Masduki Kab. Garut, diperoleh data bahwa pada mata pelajaran IPA dengan materi pembelajaran mengenai sistem pencernaan

3 manusia menunjukkan hasil belajar yang rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil ulangan yang telah dilaksanakan, dua orang siswa di kelas tersebut mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 65, adapun nilai kedua orang tersebut masing-masing adalah 40. Kondisi rendahnya hasil belajar siswa tersebut tentu dipicu oleh berbagai masalah yang terjadi dalam proses KBM. Kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan di kelas tersebut, terutama ketika membahas materi mengenai sistem pencernaan manusia, guru sering menggunakan metode ceramah dan buku pelajaran IPA sebagai sumber belajar siswa. Penggunaan buku saja tentu tidak cukup memberikan pengalaman secara langsung bagi siswa, karena buku hanya menyajikan uraian dalam bentuk kalimat-kalimat panjang yang sulit dipahami oleh siswa tunarungu. Jikalau ada ilustrasi tambahan sebagai penjelasan suatu teori, itupun hanya ilustrasi singkat yang masih tidak dipahami oleh siswa. Gambar-gambar yang disajikan pada umumnya berupa gambar tunggal atau terpisah, misalnya hanya gambar lambung saja, sehingga dengan gambar pun masih kurang mampu memberikan pemahaman kepada siswa. Proses pembelajaran hendaknya dapat memberikan pengalaman belajar untuk menuju kepada pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Penggunaan media yang tepat sesuai dengan materi, kebutuhan, dan kemampuan siswa dipandang mampu menunjang keberhasilan pencapain tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Rossi dan Breidle dalam Sanjaya (2006 : 161) bahwa : Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan. Seperti radio, televisi, buku, koran, majalah buku, dan sebagainya. Alat-alat semacam itu kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran. Seiring dengan kemajuan IPTEK, dunia pendidikan pun semakin berkembang, salah satunya adalah penggunaan program animasi komputer Macromedia Flash yang dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Macromedia

4 Flash merupakan salah satu media alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran, hal ini berdasarkan anggapan bahwa aspek visual lebih bisa memberi informasi yang jelas dari sekedar kata-kata.animasi gambar yang konkrit dapat menunjukkan setiap proses pencernaan yang terjadi, artinya animasi gambar dapat bergerak sesuai dengan prosesnya, sehingga siswa mampu mengamati setiap proses pada organ pencernaan manusia pada animasi yang ditampilkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Edgar Dale (dalam Aqib, 2008) yang digambarkan dalam kerucut pengalamannya (cone of experience) yang menyatakan bahwa pengalaman belajar seseorang 50% diperoleh dari kegiatan melihat demonstrasi, 30% dari melihat, 20% dari mendengar, dan 10% dari pengalaman membaca. Animasi komputer dapat membantu anak tunarungu belajar IPA pada tingkatan abstraksi yang berbeda karena gambar pada komputer berperan sebagai mediator antara masalah pada alam nyata dengan dunia abstrak pengetahuan IPA. Konsep-konsep yang abstrak dan penyajian objek yang konkrit dalam pelajaran IPA dapat dilakukan oleh komputer dengan cara penyajian gambar animasi. Media gambar animasi sangat disukai anak-anak begitupun anak tunarungu sehingga diharapkan pembelajaran IPA bagi anak tunarungu menjadi lebih menyenangkan dan mampu menghilangkan kejenuhan dalam proses pembelajaran, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai penggunaan program Macromedia Flash untuk meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa tunarungu kelas VIII di SLB Al-Masduki Kab. Garut. B. Sasaran Tindakan Sasaran tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII SLB Al-Masduki Kabupaten Garut, dengan jumlah siswi sebanyak dua orang, yaitu WL dan HE.

5 C. Rumusan Masalah Berdasarkan gambaran latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah yang digunakan oleh peneliti sebagai panduan penelitian adalah : Apakah penggunaan program Macromedia Flash dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bagi siswa tunarungu? D. Hipotesis Tindakan Penelitian ini direncanakan terbagi dalam beberapa siklus, setiap siklus direncanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui siklus tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan animasi dari program Macromedia Flash. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penggunaan program Macromedia Flash dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bagi siswa tunarungu. E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan program Macromedia Flash pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bagi siswa tunarungu di kelas VIII SLB Al- Masduki Kab. Garut. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Ilmiah

6 Hasil penelitian tindakan kelas ini, diharapkan menjadi bahan rujukan bagi guru dalam penggunaan program Macromedia Flash sebagai media pembelajaran di kelas untuk siswa tunarungu. b. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu : 1. Bagi Peserta Didik Memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, aktif, dan efektif pada pembelajaran materi sistem pencernaan manusia, yang akhirnya akan meningkatkan hasil belajara mata pelajaran IPA. 2. Bagi Guru Memberikan motivasi kepada guru untuk membuat sebuah media pembelajaran yang lebih inovatif serta pengalaman mengajar yang atraktif dan efektif dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran IPA.