SOCIETA III - 2 : , Desember 2014 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS RENTABILITAS USAHA PEMBUATAN TEMPE DI KELURAHAN SIDODADI KOTA SAMARINDA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG

I. PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia. Salah satu komoditas pangan yang penting di Indonesia

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus Pada Seorang Perajin Tempe di Desa Sindanghayu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA

BAB III MATERI DAN METODE. sangat baik, karena produk yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi yang

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PENDEKATAN TERORI. dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AGROINDUSTRI TAHU PENYOKONG PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA TEJA TIMUR KABUPATEN PAMEKASAN. Zainol Arifin*)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, EFISIENSI DAN KEUNTUNGAN PADA INDUSTRI TEMPE DAN KRIPEK TEMPE KEDELE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional

PENGARUH KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP STRUKTUR BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHA TEMPE (STUDI KASUS: RUMAH TEMPE INDONESIA DI BOGOR) RIDWAN LUKMANUL HAKIM

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

SOCIETA IV - 1 : 48 53, Juni 2015 ISSN

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA JAYA

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengemukakan suatu kesimpulan serta saran-saran yang kiranya dapat bermanfaat

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

ANALISIS BREAK EVENT POINT USAHA TANI JAGUNG

23 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans P) DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN ANGGANA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

1 Universitas Indonesia

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KELAYAKAN PENGOLAHAN SUSU KEDELAI DI KOTA MEDAN JURNAL

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI JERUK SIAM (Studi Kasus Di Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser)

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK TEMPE YANTO

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI KEDELAI DAN NILAI TAMBAH TAHU DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

ANALISIS RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Seorang Perajin Tempe di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis) Abstrak

Nilai Tambah Produk Olahan Ikan Salmon di PT Prasetya Agung Cahaya Utama, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

Lampiran 1. Analisis Biaya Produksi Pala Menjadi Sirup Pala Dalam Sebulan (3x produksi) di Kabupaten Bireuen

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Titik Poin Agribisnis Kedelai

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

OLEH: YULFINA HAYATI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISIS TITIK IMPAS DAN NILAI TAMBAH KEDELAI DALAM USAHA PEMBUATAN TEMPE DI KELURAHAN TALANG JAWA KELURAHAN TALANG JAWA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Rosnaliza Testiana r.testiana@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahi pendapatan produsen tempe,break event point (BEP) yang dicapai produsen tempe dan nilai tambah yang diperoleh pengolahan kedelai menjadi tempe di Kelurahan Talang Jawa Kelurahan Talang. Analisis pendapatan usaha pembuatan tempe di Kelurahan Talang yaitu menunjukan pendapatan sebesar Rp. 990.543,2 per bulan. Perhitungan titik impas pembuatan tempe menunjukan akan mencapai titik impas pada penerimaan total sebesar Rp. 10.187.490, dengan biaya tetap total (BTT) yaitu sebesar Rp. 015.490, sedangkan biaya variabel total (BVT) yaitu sebesar Rp. 49534 dengan harga rata-rata yaitu sebesar Rp. 500,00 per potong dan jumlah produksi total yang dicapai adalah 6.791,66 potong. Nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolaan kedelai menjadi tempe yaitu sebesar Rp 88.416.955 per kilogram, dengan nilai input sebesar Rp. 38.926,675 per kilogram dan nilai output sebesar Rp. 127.343,63 per kilogram. Kata Kunci: kedelai, tempe, pendapatan, titik impas, nilai tambah. A. Pendahuluan Tempe merupakan makanan sumber protein tinggi yang harga per satuan unit lebih murah apabila dibandingkan dengan sumber protein asal hewani seperti daging, susu dan telur. Harganya juga relatif murah, proses pembuatannya sederhana dan mudah, kandungan gizinya pun cukup tinggi. Beberapa khasiat tempe bagi kesehatan antara lain menurunkan kadar kolesterol, antidiare khususnya karena bakteri E. Coli enteropatogenik dan antioksidan. Nilai gizi protein tempe meningkat setelah proses peragian, karena terjadinya pembebasan asam amino yang terkandung dalam kedelai diperoleh dari ragi. (Cahyadi, 2007). Bahan baku pembuatan tempe biasanya menggunakan kedelai. Kedelai merupakan bahan makanan penting sebagai sumber protein nabati. Penggunaan kedelai umumnya dimanfaatkan untuk konsumsi masyarakat dan masukan dalam usahatani tanaman kedelai. Kedelai yang dikonsumsi masyarakat sebagian besar dalam bentuk olahan dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi langsung (Kasryno et all, 1998). Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kedelai telah dikenal sejak lama sebagai salah satu tanaman sumber protein nabati dengan kandungan 39 sampai 41 persen yang diolah menjadi bahan makanan, minuman serta penyedap cita rasa makanan, misalnya yang sangat terkenal adalah tempe, tahu, kecap, tauco dan tauge. Bahkan diolah secara modern menjadi susu dan minuman sari kedelai yang dikemas dalam karton khusus atau botolan. Selain itu kedelai berperan penting dalam beberapa kegiatan industri dan peternakan (Santoso, 1993). Sudah sejak dahulu telah menjadi perhatian utama pemerintah bahwa tanaman pangan seperti kedelai merupakan komoditas strategis dan politis untuk diproduksi menjadi bahan olahan lain khususnya tempe. Ketersediaannya dapat mempengaruhi ketahanan nasional, apalagi pertumbuhan jumlah penduduk yang relatif masih 108 tinggi yaitu sebesar 1,6 persen per tahun akan berdampak pada peningkatan permintaan pangan. Untuk itu, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menjalankan program swasembada berkelanjutan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009). Daerah Sumatera Selatan akan menjadi basis produksi kedelai. Daerah ini menunjukkan produktivitas yang baik dan dalam waktu dekat akan dicanangkan upaya mencapai swasembada kedelai tahun 201 Kedelai di Indonesia sudah baik dan dapat ditingkatkan. Sumatera Selatan ternyata sangat potensial sebagai basis produksi. Satu hektar lahan di Sumatera Selatan bisa menghasilkan 4 ton kedelai dengan kualitas tinggi (Anonim, 2012). Sumatera selatan memiliki Kabupaten- Kabupaten dimana Kelurahan Talang Jawa Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan salah satu kabupaten yang sebagian besar penduduk terlibat dalam usaha pembuatan tempe. Usaha pembuatan tempe masih dilakukan secara tradisional yang umumnya masih industri rumah tangga dengan tenaga kerja yang terlibat berasal dari dalam keluarga dan usaha pembuatan tempe yang dikelola oleh masyarakat yang sebagian besar langsung dijual ke pasar terdekat yaitu pasar tradisional. Usaha pengolahan tempe di Kelurahan Talang Jawa Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah usaha yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan atau laba yang ditentukan oleh penggunaan biaya produksi, jumlah output yang dihasilkan dan harga jual. Peluang pasar tempe yang prospektif ini, kiranya dapat mendorong dan memacu produsen tempe untuk lebih dapat memanfaatkan peluang tersebut. Usaha tempe kedelai sangat menjanjikan keuntungannya, pembuatan tempe tidak sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang biasa terdapat di rumah tangga. Salah satunya di Kelurahan Talang Jawa Kabupaten Ogan Komering Ulu penduduk disana banyak melakukan usaha pembuatan tempe dimana usaha tersebut dilakukan oleh keluarga, jadi masing-masing keluarga

melakukan usaha pembuatan tempe yang mana usaha tersebut merupakan usaha sampingan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan hasil yang menjanjikan tersebut maka penduduk di Kelurahan Talang Jawa Kabupaten Ogan Komering Ulu tertarik untuk melakukan usaha pembuatan tempe. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk menganalisis titik impas dan nilai tambah kedelai dalam usaha pembuatan tempe di Kelurahan Talang Jawa Kabupaten Ogan Komering Ulu. B. Rumusan Masalah Berdasarkan diuraikan tersebut, maka menarik untuk diteliti : Berapa besar pendapatan produsen tempe di Kelurahan Talang Jawa Kabupaten Ogan Komering Ulu? Berapa besar break event point (BEP) yang dicapai produsen tempe di Kelurahan Talang? Barapa besar nilai tambah yang diperoleh pengolahan kedelai menjadi tempe di Kelurahan Talang? TR = P x Q TR = Total Revenue/Total Penerimaan P = Price/Harga Q = Quantity/Jumlah Produksi Adapun untuk menentukan total biaya adalah sebagai berikut : TC = TFC + TVC TC = Total Cost/Total Biaya TFC = Total Fixed Cost/Total Biaya Tetap TVC = Total Variable Cost/Total Biaya Variabel Sedangkan untuk menjawab tujuan kedua yaitu BEP (Break Even Point) usaha pembuatan tempe Menurut Martono dan Harjito (2003) dapat menggunakan rumus sebagai berikut : BEP (Rp) = C. Tujuan Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: Pendapatan produsen tempe di Kelurahan Talang. Break event point (BEP) yang dicapai produsen tempe di Kelurahan Talang Jawa Kabupaten Ogan Komering Ulu. nilai tambah yang diperoleh pengolahan kedelai menjadi tempe di Kelurahan Talang Jawa Kabupaten Ogan Komering Ulu. D. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Talang pada bulan Januari sampai Februari 201 Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive), karena banyaknya penduduk yang menjadi produsen tempe dibandingkan daerah lainnya. Data yang diambil adalah data primer yang diambil langsung dari produsen tempe dengan jumlah sampel sebanyak 30 produsen. Adapun untuk menjawab tujuan pertama digunakan teknik pengolahan data yaitu menggunakan rumus pendapatan Menurut Boediono (2002), menyatakan bahwa pendapatan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : I = TR TC I = Income/Pendapatan TR = Total Revenue/Total Penerimaan TC = Total Cost/Total Biaya Menurut Soedarsono (1995), untuk memperoleh total penerimaan adalah menggunakan rumus sebagai berikut : BEP (Unit) = BEP = Volume Produksi Tempe (Potong) BTT = Biaya Tetap Total (Rp) BVR = Biaya Variabel rata-rata (Rp) HJ = Harga Jual (Rp) BEP (waktu) = BEP (waktu) JP = waktu mencapai titik impas (bulan) = Jumlah Produksi (Potong) Untuk menjawab tujuan ketiga, menghitung nilai tambah kedelai menjadi tempe digunakan rumus: NT = NO = NI = Rasio NT = NT = Nilai tambah (Rp/Kg) NO = Nilai Output (Rp/Kg) NI = Nilai Input (Rp/Kg) Jt = Jumlah Tempe (Potong) Jk = Jumlah kedelai (kg) Hjt = Harga jual tempe (Rp/Bulan) Bk = Biaya Kedelai (Rp/Bulan) Bpl =Biaya Pembantu Lain (Rp/Bulan) 109

E. Hasil dan Pembahasan Usaha pembuatan tempe di Kelurahan Talang masih dalam skala rumah tangga dengan pengolahan tradional, proses produksi tempe dilakukan setiap dua hari sekali, jumlah bahan baku kedelai yang diolah rata-rata berkisar 35 kg 40 kg per dua hari atau sebesar 525 kg 600 kg per bulan, menghasilkan rata-rata produksi tempe sebanyak 3000 3500 potong tempe dengan harga tempe 500 per potong. Pendapatan Produsen Tempe di Kelurahan Talang Pendapatan diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya total produksi, sedangkan penerimaan merupakan hasil kali antara jumlah produksi dan harga. Pendapatan yang diperoleh produsen tempe di Kelurahan Talang Jawa Kabupaten Ogan Komering Ulu dapat dilihat pada Tabel penerimaan total sebesar Rp. 10.187.490, dengan biaya tetap total (BTT) yaitu sebesar Rp. 015.490, sedangkan biaya variabel total (BVT) yaitu sebesar Rp. 49534 dengan harga rata-rata yaitu sebesar Rp. 500,00 per potong dan jumlah produksi total yang dicapai adalah 6.791,66 potong. Nilai Tambah Produsen Tempe di Kelurahan Talang Nilai tambah adalah suatu pertambahan nilai baik bentuk maupun kegunaan sehingga memberi nilai lebih bagi suatu komoditi atau produk hasil olahan yang dilhasilkan oleh produsen. Tabel Rata- rata Nilai Input pada Produsen Tempe di Kelurahan Talang Jawa Kabupaten Ogan Komering Ulu Rata- rata biaya kedelai (Rp/kg) Rata-rata jumlah kedelai (Kg/bln) Rata-rata biaya penolong (Rp/bln) Nilai input (Rp/kg) 200.000 600 357.067 38.926,675 Tabel Rata-rata pendapatan produsen tempe Produsen Tempe di Kelurahan Talang 2013 No 5. 6. Uraian Biaya Tetap (Rp/Bulan) Biaya Variabel (Rp/Bulan) Jumlah Produksi (Potong/Bulan) Harga Tempe (Rp/Bulan) Penerimaan (Rp/Bulan) Pendapatan (Rp/Bulan) Nilai Rata-Rata 215.488,83 887.713 3395,83 500,00 5.09745 990.543,2 Titik Impas atau Break Event Point (BEP) Produsen Tempe di Kelurahan Talang Jawa Kabupaten Ogan Komering Ulu Titik impas adalah dimana penjualan total suatu produk sama dengan biaya total yang dikeluarkan untuk memproduksi produk tempe tersebut. Menurut (Syarkowi dan Bakir, 1993) analisis titik impas terdiri dari tiga ramuan inti yaitu biaya tetap total (BTT) atau biaya investasi, biaya variabel rata-rata (BVR) yang terdapat dari biaya variabel total dibagi produksi total, dan harga produk Y (hy). Tabel Titik impas atau Break Event Point (BEP) Produsen Tempe di Kelurahan Talang 5. 6. 7. 8. Biaya Tetap Total (Rp) Biaya Variabel Total (Rp) Produksi Total (Potong) Harga Jual Rata-rata (Rp/Pot) Penerimaan Total (Rp) BEP (Rp) BEP (Unit) BEP (waktu) 015.490 49534 6.791,66 500,00 10.187.490 6.50581 404,459 Bulan ke 1 Berdasarkan Tabel 2 di atas diketahui bahwa hasil perhitungan titik impas pembuatan tempe menunjukan akan mencapai titik impas pada 110 Berdasarkan Tabel menunjukan bahwa rata-rata biaya kedelai adalah sebesar Rp. 200.00 per kilogram, dengan jumlah kedelai yang diolah yaitu 600 kilogram per bulan. Sedangkan rata-rata biaya pembantu yaitu sebesar Rp. 357.067 perbulan. Sehingga didapat nilai input produksi yaitu sebesar Rp. 38.926,675 per kilogram. Tabel Rata- rata Nilai Output pada Produsen Tempe di Kelurahan Talang Jawa Kabupaten Ogan Komering Ulu Rata-rata jumlah tempe (Potong/bln) Rata-rata harga jual tempe (Rp/potong) Rata-rata jlh kedelai yang diolah (kg/bln) Nilai output (Rp/kg) 395,83 500,00 600 127.343,63 Berdasarkan Tabel 4 di atas menunjukan bahwa rata-rat jumlah tempe yang dihasilkan yaitu sebesar 395,83 potong per bulan. Dengan harga jual tempe sebesar Rp. 500,00 per potong dan nilai rata-rata jumlah kedelai yang diolah adalah sebesar 600 kilogram per bulan. Sehingga didapat nilai output produksi yaitu sebesar Rp. 127.343,63 per kilogram. Tabel 5. Rata- rata Nilai Tambah kedelai dalam pembuatan tempe di Kelurahan Talang Nilai output (Rp/kg) Nilai input (Rp/kg) Nilai tambah (Rp/kg) Rasio nilai tambah (%) 127.343,63 38.926,675 88.416.955 69,43 Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa hasil pengolahan produsen tempe untuk memperoleh nilai tambah yaitu sebesar Rp. 88.416,955 per kilogram, sedangkan rasio nilai tambah sebesar 69,43 persen. Artinya 69,43 persen dari nilai output tempe yaitu sebesar Rp. 127.343,63 per kilogram merupakan nilai tambah pengolaan kedelai menjadi

tempe. Nilai tambah diperoleh dari pengurangan nilai output sebesar Rp 127.343,63 per kilogram dengan nilai input yaitu sebesar Rp. 38.926,675 per kilogram. F. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Analisis pendapatan usaha pembuatan tempe di Kelurahan Talang Jawa Kabupaten Ogan Komering Ulu yaitu menunjukan pendapatan sebesar Rp. 990.543,2 per bulan. Perhitungan titik impas pembuatan tempe menunjukan akan mencapai titik impas pada penerimaan total sebesar Rp. 10.187.490, dengan biaya tetap total (BTT) yaitu sebesar Rp. 015.490, sedangkan biaya variabel total (BVT) yaitu sebesar Rp. 49534 dengan harga ratarata yaitu sebesar Rp. 500,00 per potong dan jumlah produksi total yang dicapai adalah 6.791,66 potong. Nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolaan kedelai menjadi tempe yaitu sebesar Rp 88.416.955 per kilogram, dengan nilai input sebesar Rp. 38.926,675 per kilogram dan nilai output sebesar Rp. 127.343,63 per kilogram. Saran Berdasarkan analisis-analisis yang diuraikan maka saran-saran yang dapat dilakukan diantaranya adalah: Untuk meningkatkan keuntungan atau pendapatan yang diperoleh produsen tempe yaitu maka diperlukan dukungan dari pemerintah baik secara moral maupun modal pagi para produsen tempe serta usaha yang sungguh-sungguh dari para produsen untuk memperluas skala usaha dan menjual sendiri hasil yang diolah. Disperindagkop sebaiknya berperan dalam proses membantu pinjaman UKM secara mudah dan cepat. Selain itu juga memberikan pembinaan dan pelatihan bagi para produsen agar mampu berkembang demi meingkatkan produksi dan pendapatan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 201 Peluang Usaha Susu Kedelai, Bisnis Sari Kedelai yang Menggiurkan.http://gemaswadaya.blogspot.c om/2012/02/peluang-usaha-susukedelaibisnis-sari.html Diunduh 11 Februari 201 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prosiding Lokakarya Pengembangan Kedelai di Lahan Suboptimal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Malang. Boediono. 200 Pengantar ilmu ekonomi (ekonomi mikro). BPFE, Yogyakarta. Cahyadi, Wisnu. 2007. Kedelai khasiat dan teknologi. PT. Bumi aksara, Jakarta. Martono dan Harjito, Agus. 200 Manajemen keuangan. EKONISIA, Yogyakarta. Santoso, B.H. 199 Pembuatan Tempe dan Tahu Kedelai.Karnisius.Yogyakarta. Sjarkowi, F dan M. Sufri. 200 Manajemen Agribisnis. CV Baldad Grafiti Press Palembang. Soedarsono. 1995. Pengantar ekonomi mikro. LP3ES, Jakarta. Lampiran Grafik Titik Impas Produsen Tempe di Kelurahan Talang PnT 10.187.490 BTT = 015.490 6.50581 B. Variabel B. Tetap 404,459 6.791,66 111

Lampiran Tabel Analisis BEP Uraian A. Modal Tetap Tanah Bangunan Alat-alat Kendaraan Sarana lain Jumlah modal tetap B. Modal kerja Bahan baku kedelai Bahan penolong Tenaga kerja Pengemasan Pemasaran Bahan bakar NS (Rp) Bulan ke 0 Bulan ke 1 Bulan ke 2 000.000,00 500.000,00 215.488,83 100.000,00 015.490,00 097.400,00 357.067,00 50.000,00 150.000,00 34500,00 195.967,00 357.067,00 50.000,00 150.000,00 34500,00 298.567,00 Jumlah modal kerja C. Total pengeluaran 015.490,00 21457,00 6.510.024,00 D. Produksi tempe 0 395,83 395,83 E. Penerimaan 0 5.09750,00 5.09750,00 F. Laba/rugi -015.490,00-88293 677.476,00 Keterangan: analisis selama 2 bulan (1 bulan = 15 kali produksi) 112