BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranahta

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama resin akrilik kuring panas memenuhi syarat sebagai bahan basis gigi

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang. 2, 3

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor bukan penyakit yaitu sosiodemografi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan kelainan oklusal yang akan berpengaruh pada fungsi oklusi yang stabil,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang buruk, kelainan berbicara apabila gigi yang hilang adalah gigi depan,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi atas dan bawah. Alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem stomatognasi gigi berfungsi sebagai alat mastikasi, estetika, fonetik

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB I PENDAHULUAN. Candida yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan selaput lendir. C. albicans

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan basis gigi tiruan yang ideal memiliki karakteristik tidak iritan, toksik,

BAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi pada jaringan keras gigi yang bermula dari ke dentin berlanjut ke

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak yang tidak meliputi anasir gigitiruan. 1 Resin akrilik sampai saat ini masih merupakan pilihan utama untuk membuat basis gigitiruan. 2 Lebih dari 95% basis gigitiruan dibuat dari resin akrilik. 3 Resin akrilik terdiri dari 3 jenis, yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, swapolimerisasi dan polimerisasi panas. 1 Bahan basis gigitiruan yang sering dipakai adalah resin akrilik polimetil metakrilat jenis polimerisasi panas karena memiliki kelebihan yaitu murah, mudah pembuatannya dan mudah diperbaiki. 4 Tetapi disamping kelebihan tersebut resin akrilik juga memiliki kelemahan yaitu mudah patah bila jatuh pada permukaan yang keras atau akibat kelelahan bahan karena lama pemakaian serta mengalami perubahan warna setelah beberapa waktu dipakai di dalam mulut. 5 Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat fisis dan mekanis. Sifat fisis yaitu memiliki berbagai variasi shade (warna) dan opasitas sehingga cocok untuk penderita berbagai ras, dapat sebagai isolator terhadap suhu panas atau dingin. Sifat mekanik yaitu cenderung memiliki crazing atau retakretak halus dan dapat menyebabkan perubahan warna. 6 Masalah fraktur pada basis gigitiruan masih merupakan masalah yang belum terselesaikan, hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus fraktur gigitiruan yang terus bertambah. Menurut survei yang dilakukan oleh National Health Service, dari tahun 1948 hingga 1990 terdapat 34,9 juta gigitiruan yang fraktur. Fraktur pada basis gigitiruan dihasilkan dari dua kekuatan berbeda yaitu kekuatan impak dan kekuatan transversal. Kekuatan transversal merupakan gabungan dari kekuatan kompresi, kekuatan tarik dan kekuatan geser. 7 Permukaan resin akrilik yang menghadap ke jaringan rongga mulut biasanya terdapat celah antara basis gigitiruan dengan rongga mulut. Dengan adanya saliva dapat membentuk pelikel dan menyebabkan sisa makanan, plak, mikroorganisme,

dan Candida terutama Candida albicans mudah menempel pada gigitiruan. Pemakaian gigitiruan merupakan salah satu faktor utama yang memungkinkan terjadinya oral kandidiasis sebab pemakaian gigitiruan dapat mengganggu keseimbangan flora normal rongga mulut sehingga menyebabkan pertumbuhan Candida albicans yang berlebihan dan akan mengakibatkan terjadinya infeksi Candida yang disebut denture stomatitis. Infeksi ini berkaitan dengan faktor lokal, seperti pemakaian gigitiruan di malam hari, oral hygiene yang buruk, dan juga faktor sistemik yang mempengaruhi, misalnya diabetes mellitus. 8 Hal tersebut dapat dicegah dengan memberi instruksi setelah pemasangan kepada pasien agar membersihkan gigitiruan untuk menjaga kebersihan gigitiruan dan rongga mulut. Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanis, kemis ataupun keduanya. Secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan sikat. Pembersihan secara kemis dilakukan dengan merendam gigitiruan ke dalam bahan kimia. Terdapat lima kelompok bahan pembersih kemis yaitu efferversen peroksida, alkalin hipoklorit, asam, desinfektan dan enzim. Penggunaan pembersih secara kemis dan mekanis berupa alat ultrasonik dengan ditambahkan bahan pembersih kemis merupakan salah satu contoh pembersihan gabungan kemis dan mekanis. 9 Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, serta untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme. Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, golongan alkaloid, golongan halogen dan golongan fenol. 9 Bahan alami herbal saat ini dijadikan alternatif pengobatan karena mudah didapat dan relatif murah. Selain itu efek samping lebih sedikit bila dibanding dengan obat farmasetik. 10 Penelitian Erika Yulistia dan Hary Agustina (2011) menemukan bahwa fenol dalam ekstrak Anredera corodifolia yang bersifat desinfektan yang digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan dapat menurunkan kekuatan resin akrilik polimerisasi panas. 11 Menurut Penelitian Feni Wulandari (2012) fenol dalam pembersih gigitiruan desinfektan eugenol minyak kayu manis tidak memberikan

penurunan yang signifikan terhadap kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas. 12 Penelitian Wahyu Susilaningtyas dkk (2011) mendapatkan bahwa setelah direndam dalam ekstrak rosela (Hibiscus sabdariffa) yang mengandung fenol terdapat penurunan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas. 6 Penelitian Dian Damai (2011) mendapatkan bahwa fenol dalam minuman teh hijau tidak mempengaruhi kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas. 13 Tanaman pinang (Areca catechu L) mudah tumbuh di Indonesia, biasanya tanaman ini ditanam di pekarangan rumah, taman atau di pinggir sungai. Tanaman ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk pengobatan, termasuk bijinya yang digunakan di Jawa, biji pinang ditumbuk halus digunakan untuk menyembuhkan luka, baik pada manusia atau hewan. 9 Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam ramuan untuk mengobati sakit diare berdarah, sakit gigi, bisul, sariawan, menguatkan gigi (digunakan bersama daun sirih dan kapur) juga sebagai penyembuh penyakit cacingan, obat sakit kulit, disentri, batu ginjal, menghindari penyakit gigi dan vitalitas seksual. 14 Biji pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin, arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine serta proantosianidin, yaitu suatu tanin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid. Tanin tidak hanya berefek untuk pengelat tetapi juga digunakan untuk perlindungan karena mengandung daya antiseptik. 10 Analisis pinang di Filipina menyatakan bahwa buah pinang mengandung senyawa bioaktif yaitu flavonoid di antaranya tanin yang dapat menguatkan gigi. Biji pinang dapat dimakan bersama sirih dan kapur yang berkhasiat untuk menguatkan gigi. Air rebusan biji pinang juga digunakan sebagai obat kumur dan penguat gigi. Senyawa antijamur biasanya terdapat pada golongan senyawa saponin, fenolat, flavonoid, terpenoid, steroid dan alkaloid. Diduga bahwa tanaman pinang mengandung sejumlah komponen utama senyawa berbasis selenium sebagai antibakteri. Penelitian Titin dkk (2006) menyimpulkan bahwa ekstrak biji pinang dan akar pinang berpotensi sebagai antiseptik obat kumur karena efektivitas ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans menghasilkan zona hambat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tiga buah jenis obat kumur komersial. 15 Penelitian Sumarni (2010)

mendapatkan bahwa Ekstrak biji Pinang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphilococcus Aureus. 16 Penelitian Lalitha P dkk (2010) menyatakan bahwa ekstak biji pinang memiliki efek antimikroba. 17 Ni Kadek S (2011) melakukan penelitian terhadap resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang (Areca catechu L) yang bersifat desinfektan karena memiliki sifat antibakteri dan antijamur dengan konsentrasi 10%, 15% dan 20% dalam waktu 2 jam, 6 jam, dan 8 jam. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dalam waktu 2 jam, 6 jam dan 8 jam paling efektif dalam menurunkan jumlah koloni candida albicans sehingga ekstrak biji pinang ini cocok digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan. 18 Areca catechu mengandung flavonoid. Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol. Pengaruh senyawa fenol terhadap Candida albicans adalah dengan cara mendenaturasi ikatan protein sel, sehingga membran sel menjadi lisis. Penelitian Regezi dan Sciubba (1989) menyatakan bahwa Candida albicans adalah spesies yang sensitif terhadap senyawa fenol tetapi disamping itu fenol yang terkandung dalam ekstrak biji pinang dapat menyebabkan penurunan kekuatan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas. Pendapat ini didukung oleh penelitian Shen dkk (1989) yang menunjukkan bahwa fenol yang berkontak dengan resin akrilik polimerisasi panas dapat menyebabkan perusakan secara kimiawi pada permukaan lempeng resin akrilik polimerisasi panas. 12 Fenol yang terkandung dalam larutan mengalami penetrasi ke dalam lempeng resin akrilik dan terjadi pemutusan rantai panjang polimer resin akrilik sehingga mengakibatkan beberapa hal yaitu perusakan secara kimia, retak atau crazing, penurunan kekerasan dan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas. 3,6 Shen (1989) juga menyatakan bahwa akan terbentuk mikroporositas pada permukaan resin akrilik yang direndam dalam suatu larutan yang mengandung fenol 5%. Bila resin akrilik direndam dalam suatu larutan yang memiliki konsentrasi fenol lebih rendah dari 5% kemungkinan mikroporositas tidak akan terbentuk sehingga tidak terjadi penurunan kekuatan transversal yang signifikan. 12

1.2 Permasalahan Penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek (2011) mendapatkan bahwa setelah dilakukan perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas di dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terbukti efektif dalam menurunkan jumlah koloni candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Menurut beberapa penelitian dikatakan bahwa bahan pembersih gigitiruan yang mengandung fenol dapat memberikan efek terhadap kekuatan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas karena menimbulkan perusakan kimiawi pada resin akrilik polimerisasi panas sehingga menyebabkan crazing dan retak-retak. 3,6 Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian apakah ekstrak biji pinang sebagai bahan pembersih gigitiruan mempunyai pengaruh terhadap kekuatan transversal dari basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. 1.3 Rumusan Masalah Dari uraian diatas, diperoleh rumusan masalah yaitu: 1. Berapakah kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam? 2. Apakah ada perbedaan kekuatan transversal antara basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam? 3. Apakah ada pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal?

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam 2. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal antara bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam. 3. Untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau kontribusi untuk penelitian selanjutnya. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang prostodonsia. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberikan informasi bagi masyarakat tentang bahan pembersih gigitiruan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pasien pemakai gigitiruan mengenai efek menggunakan larutan pembersih gigitiruan alami (ekstrak biji pinang)