INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

dokumen-dokumen yang mirip
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

No. Katalog :

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber


PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017


INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat


INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG

STATISTIK GENDER 2011

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

madiunkota.bps.go.id

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011


NO KATALOG :

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013


PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008


Katalog BPS : STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

pareparekota.bps.go.id

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG


KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG


ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO TAHUN 2012


STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

Katalog BPS :

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor :

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010


STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

KATALOG BPS:

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala


Katalog :

Kecamatan Bojongloa Kaler


KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

K A T A P E N G A N T A R

Katalog BPS :

Katalog : pareparekota.bps.go.id

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUKAJADI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA SUMATERA SELATAN

BADAN PUSAT STATISTIK

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

KATALOG BPS BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

Cover dalam.

Profil Gender dan Anak Sumbar 2016 KATA PENGANTAR

Katalog BPS :

PENDAHULUAN SUMBER DATA

Profil LANSIA Jawa tengah 2014

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

Katalog BPS :

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

No. Katalog : No. Publikasi :

BAB II ASPEK STRATEGIS


BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

Transkripsi:

INIJIKATDR l~e~ejaht&raan RAKYAT ~~QI!i Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN 2015 Nomor Katalog : 410002.3375 Catalog Number ISBN : 978-602-6415-03-5 Nomor Publikasi : 33750.1615 Publication Number Ukuran Buku Book Size Jumlah Halaman Total Pages Naskah Manuscript Gambar Kulit Cover Design Diterbitkan oleh Published by : 8,5 Inc x 11 Inc : vii + 43 halaman : Seksi Statistik Sosial : BPS Statistics of Pekalongan City : Seksi Integrasi Pengolahan & Diseminasi Statistik : BPS Kota Pekalongan Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik Prohibited to announce, distribute, communicate, and/or copy part or all of this book for commercial purpose without permission from BPS-Statistics Indonesia

SAMBUTAN WALIKOTA Assalamu'alaikum Wr. Wb. Tujuan pembangunan kita adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat. Agar pembangunan di masa selanjutnya dapat menjadi lebih terarah dan lancar, diperlukan landasan yang kuat. Proses pembangunan semacam ini memerlukan data penunjang untuk setiap tahap dan komponennya. Oleh karena itu perlu adanya gambaran perkembangan keberhasilan dari setiap tahap pembangunan yang dilaksanakan. Gambaran keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini dapat kita lihat melalui publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan Tahun 2015. Oleh karena itu saya menyambut gembira adanya kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan Badan Pusat Statistik dalam mewujudkan publikasi ini. Melalui kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus atas segala upaya yang telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan sebagai penyaji data dan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga publikasi ini dapat disusun dan diterbitkan. Semoga publikasi ini dapat bermanfaat. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Pekalongan, Oktober 2016 WALIKOTA PEKALONGAN ACHMAD ALF ARSLAN DJUNAID, SE

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga buku Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 2015 dapat diselesaikan. Kesejahteraan rakyat merupakan indikator yang mencerminkan bagaimana sebuah pembangunan di suatu kota dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Kesejahteraan masyarakat ini dapat dilihat dari bagaimana aspek pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, keamanan dan kesempatan kerja. Dalam publikasi ini menyajikan beberapa informasi antara lain mengenai kependudukan dan Keluarga Berencana, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perumahan, dan indikator lainnya. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu hinggga terselesaikannya penyusunan buku Indikator Kesejahteraan Rakyat. Semoga publikasi buku ini dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah Kota Pekalongan dan pihak-pihak yang membutuhkan. Wassalamu'alaikumWr. Wb. Pekalongan, Oktober 2016 Plt. KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA PEKALONGAN Sekretaris Ir. ANITA HERU KUSUMORINI, M.Sc NIP. 19650717 199203 2 014

KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 merupakan salah satu publikasi yang dihasilkan dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 dan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2015 yang diintegrasikan dengan data dari beberapa Instansi/Dinas/Lembaga terkait. Publikasi ini menyajikan gambaran keadaan dan tingkat perkembangan kesejahteraan rakyat/masyarakat Kota Pekalongan. Oleh karena itu, data yang disajikan dalam publikasi ini dapat dipergunakan sebagai salah satu informasi dan referensi untuk evaluasi hasil pembangunan sosial ekonomi masyarakat, dan perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan pada masa mendatang oleh Pemerintah. Kepada semua pihak, terutama masyarakat Kota Pekalongan yang telah meluangkan waktunya menjadi responden, yang telah berpartisipasi sampai dengan terbitnya publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya. Tentu tak ada gading yang tak retak, maka saran dan kritik untuk penyempurnaan publikasi ini sangat diharapkan. Akhirul kata, semoga upaya ini bermanfaat, khususnya untuk Kota Pekalongan.. Pekalongan, Oktober 2016 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN, Eddy Prawoto Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... Halaman i ii iii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Ruang Lingkup... 1 1.2. Maksud dan Tujuan... 1 1.3. Sistematika Penyajian... 2 1.4. Sumber Data... 2 BAB II. KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA... 3 2.1. Pertumbuhan dan Sebaran Penduduk... 3 2.2. Komposisi Penduduk Menurut Umur... 5 2.3. Perkawinan... 6 2.4. Perbandingan Jumlah Anak Balita dan Wanita Usia Produktif 8 2.5. Keluarga Berencana... 9 BAB III. PENDIDIKAN... 11 3.1. Sarana dan Prasarana Sekolah... 11 3.2. Angka Partisipasi Sekolah... 13 3.3. Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan... 17 BAB IV. KESEHATAN... 20 4.1. Pelayanan Kesehatan... 20 4.2. Balita... 21 BAB V. KETENAGAKERJAAN... 26 5.1. Penduduk Usia Kerja... 26 5.2. Angkatan Kerja... 28 5.3. Penduduk Yang Bekerja... 29 5.4. Tingkat Pengangguran Terbuka... 33 BAB VI. PERUMAHAN... 36 6.1. Penguasaan Tempat Tinggal... 36 6.2. Luas Lantai... 37 6.3. Sumber Air Minum... 38 BAB VII. INDIKATOR LAINNYA... 41 7.1. Pengeluaran Rumah Tangga... 41 BAB VIII. PENUTUP... 43 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 iv

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tabel 2.4. Tabel 2.5. Tabel 2.6. Tabel 2.7. Tabel 2.8. Halaman Penduduk Kota Pekalongan Tahun 2015... 3 Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Pekalongan Menurut Kecamatan Tahun 2015... 4 Penduduk Kota Pekalongan Menurut Kelompok Umur dan Dependency Ratio Tahun 2015... 5 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tahun 2015... 6 Persentase Wanita 10 Tahun Keatas menurut Umur Perkawinan Pertama dan Kecamatan Tahun 2015... 7 Anak 0-4 Tahun Per 1000 Perempuan Usia Produktif/Cild Woman Rate (CWR) di Kota Pekalongan Tahun 2015... 8 Persentase Wanita 15-49 Tahun Berstatus Kawin, Cerai Hidup, Cerai Mati menurut Pemakaian Alat KB Tahun 2015... 9 Persentase Akseptor KB menurut Kontrasepsi Yang Sedang Digunakan di Kota Pekalongan Tahun 2015... 10 Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4. Banyaknya Sekolah dan Guru Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2015... Persentase Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 7 24 Tahun Tahun2015... Angka Partisipasi Sekolah menurut Jenis Sekolah Kota Pekalongan Tahun 2015... Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas yang Tidak Bersekolah Lagi menurut Ijazah yang Dimiliki Tahun 2015... 11 13 14 18 Tabel 4.1. Banyaknya Tenaga & Tempat Pelayanan Kesehatan di Kota Pekalongan Tahun 2014 2015... 20 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 v

Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6 Penduduk Yang Pernah Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Keluhan Kesehatannya Tahun 2015... Persentase Anak berumur 1-4 tahun dan imunisasi lengkap di kota pekalongan tahun 2015... Persentase Balita dan Frekwensi Pemberian Imunisasi DPT kota Pekalongan Tahun 2015... Persentase Balita dan Frekwensi Pemberian Imunisasi Folio kota PekalonganTahun2015... Persentase Balita dan Frekwensi Pemberian Imunisasi Hepatitis B kota PekalonganTahun2015... 22 23 23 24 24 Tabel 5.1. Tabel 5.2. Tabel 5.3. Tabel 5.4. Tabel 5.5. Tabel 5.6 Tabel 5.7. Tabel 6.1. Tabel 6.2. Tabel 6.3..Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama Tahun 2015... Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama Tahun 2012 2015... Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2014 2015... Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Tahun 2015... Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu Tahun 2015... TPT menurut Jenis kelamin2015... Persentase Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2015... Persentase Rumahtangga menurut Penguasaan Bangunan Tahun 2015... Persentase Rumahtangga menurut Luas Lantai Tahun 2015... Persentase Rumahtangga menurut Sumber Air Minum Tahun 2015... 27 28 30 31 32 33 34 37 37 38 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 vi

Tabel 6.4. Tabel 7.1. Persentase Rumahtangga menurut Jarak Sumber Air Minum ke Penampungan Tinja Tahun 2015... Persentase Rumahtangga menurut Golongan Pengeluaran per Bulan... 39 41 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Ruang Lingkup Usaha untuk mewujudkan tujuan pembangunan adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat, maka diperlukan informasi dan data yang memadai, sehingga arah pembangunan dapat diwujudkan dan tepat sasaran. Upaya pembangunan pada berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, perekonomian, dan sosial budaya lainnya, terus menerus dilakukan, namun demikian, masalah kependudukan seperti tingginya laju pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk yang tidak merata, dan struktur umur penduduk yang relatif masih muda, dapat menjadi faktor penghambat upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya, upaya pembangunan diprioritaskan pada pembangunan yang menyangkut kebutuhan hidup rakyat banyak. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan Tahun 2015, merupakan kumpulan berbagai macam data dan informasi statistik, yang dipilih untuk memberikan gambaran tentang perkembangan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Kota Pekalongan. Mengingat keadaan sosial masyarakat yang begitu komplek dan multi dimensi, maka tidak semuanya dapat dikuantitatifkan, dan tidak semua indikator dapat digambarkan disini. Oleh karenanya, dalam penyajian ini tidak hanya mencakup data dan informasi statistik yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai dampak pembangunan (output indicator), tetapi juga dilengkapi dengan berbagai data dan informasi statistik lainnya yang tercakup dalam input indicator dan process indicator. 1.2. Maksud dan Tujuan Kegiatan statistik yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik untuk dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik adalah statistik dasar yang pemanfaatannya ditujukan untuk keperluan yang bersifat luas, untuk pemerintah maupun Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 1

masyarakat yang bercirikan nasional, lintas sektor dan makro. Untuk itulah data kesejahteraan rakyat perlu disajikan untuk dapat diketahui dan dievaluasi mengenai pembangunan yang telah dilaksanakan apakah telah mencapai seluruh lapisan masyarakat atau belum, terutama yang menyangkut berbagai aspek pemenuhan kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, keamanan dan kesempatan kerja. 1.3. Sistematika Penyajian Publikasi ini menyajikan informasi dalam bentuk ulasan-ulasan singkat untuk memberikan gambaran tentang keadaan dan perkembangan kesejahteraan rakyat sehingga bisa lebih mudah dipahami. Penyajiannya terbagi dalam 6 kelompok indikator, yaitu : I. Kependudukan dan Keluarga Berencana II. Pendidikan III. Kesehatan IV. Ketenagakerjaan V. Perumahan VI. Indikator Lainnya 1.4. Sumber Data Data yang disajikan dalam Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan merupakan hasil dari pengolahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 dan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2015. Sebagai pelengkap, digunakan data dari survei lainnya dan juga data hasil pencatatan administrasi berbagai Instansi/Lembaga/Dinas terkait. Adanya perbedaan dalam pengumpulan data, maka akan berakibat data yang disajikan menjadi tidak sama meskipun data tersebut masih satu jenis variabel yang sama. Namun demikian, kedua sumber data tersebut sama-sama penting, karena dapat saling menunjang dalam menggambarkan pola hubungan kesejahteraan penduduk. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 2

BAB II KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA Tingkat persebaran penduduk yang tidak merata, salah satu kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan. Jumlah penduduk yang besar juga merupakan suatu modal dalam pembangunan, akan tetapi bila tidak direncanakan dengan seksama, maka hal ini akan dapat menjadi penghambat dalam pembangunan. Untuk itu perlu adanya penanganan yang seksama dan terus menerus dalam proses pembangunan. 2.1. Pertumbuhan dan Sebaran Penduduk Jumlah penduduk Kota Pekalongan terus bertambah dari tahun ke tahun, berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kota Pekalongan Tahun 2014 adalah 293.704 jiwa, dan pada Tahun 2015 menjadi 296.533 jiwa. Ini berarti selama satu tahun terakhir penduduk Kota Pekalongan telah bertambah sebanyak 2.829 jiwa. Dengan demikian, pertumbuhan penduduknya adalah sebesar 0,96 persen pada Tahun 2015. Tabel 2.1. Penduduk Kota Pekalongan Tahun 2015 Variabel 2015 (1) (2) Jumlah Penduduk ~ Laki-laki ~ Perempuan Sex Ratio Rata-rata Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk/Km 2 296.533 148.295 148.238 100.04 0.96 6.554 Penduduk Kota Pekalongan sebanyak 296.533 jiwa pada Tahun 2015, tercatat 50,00 persen adalah penduduk laki-laki dan 50,00 persen perempuan. Rasio jenis kelamin Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 3

penduduk Kota Pekalongan Tahun 2015 adalah 100.04 yang artinya adalah untuk setiap 100 orang perempuan maka terdapat 100 orang laki-laki. Jadi, jumlah penduduk di Kota Pekalongan Tahun 2015 antara jumlah laki-laki dengan perempuan dapat dikatakan seimbang. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kepadatan penduduk Kota Pekalongan sedikit mengalami peningkatan dari 6.491 jiwa/km 2 pada Tahun 2014 menjadi 6.554 jiwa/km 2 pada Tahun 2015, yang berarti dalam kurun waktu setahun tersebut rata-rata tiap Km 2 mengalami pertambahan jumlah penduduk sebanyak 63 jiwa. Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan bertambahnya tingkat kepadatan penduduk, dan juga akan mendorong meningkatnya jumlah rumahtangga di Kota Pekalongan. Tabel 2.2. Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Pekalongan Menurut Kecamatan Tahun 2015 Kecamatan Luas (Km 2 ) Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 ) Pekalongan Barat 10,05 92.814 9.240 Pekalongan Timur 9,52 64.636 6.789 Pekalongan Selatan 10,80 59.613 5.520 Pekalongan Utara 14,88 79470 5.341 Kota Pekalongan 45,25 296.533 6.554 Pada Tabel 2.2. dapat dilihat bahwa distribusi penduduk pada tingkat kecamatan, yaitu di Kecamatan Pekalongan Barat, merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dan terpadat diantara empat kecamatan yang ada di Kota Pekalongan. Keadaan penduduk di Kecamatan Pekalongan Barat sebagai kecamatan terpadat mencapai tingkat kepadatan 9.240 jiwa per Km 2. Berturut-turut kemudian adalah Kecamatan Pekalongan Timur, merupakan kecamatan terpadat kedua, dengan tingkat kepadatan penduduknya mencapai 6.789 jiwa per Km 2, kemudian Kecamatan Pekalongan Selatan, dengan tingkat kepadatan penduduknya sebesar 5.520 jiwa per Km 2, dan kecamatan yang berpenduduk Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 4

paling sedikit adalah Kecamatan Pekalongan Utara, dengan tingkat kepadatan penduduk terendah diantara kecamatan lain, yaitu 5.341 jiwa per Km 2. 2.2. Komposisi Penduduk Menurut Umur Pada tahun 2015, komposisi penduduk menurut kelompok umur di Kota Pekalongan masih tergolong sebagai daerah dengan struktur penduduk muda, yaitu daerah yang mempunyai proporsi penduduk usia muda (< 15 tahun) masih tinggi. Dipihak lain, proporsi penduduk usia lanjut ( 65 Tahun) kecil. Akibat dari struktur penduduk yang demikian, angka rasio beban ketergantungan (dependency ratio), yaitu jumlah penduduk berusia kurang dari 15 tahun ditambah jumlah penduduk berusia 65 tahun atau lebih, dibagi dengan jumlah penduduk berusia 15 64 tahun masih cukup tinggi. Berikut dibawah ini Tabel 2.3 mengenai jumlah penduduk menurut kelompok umur muda, umur produktif dan lansia, dan jenis kelamin serta dependency ratio tersebut. Tabel 2.3. Penduduk Kota Pekalongan Menurut Kelompok Umur dan Dependency Ratio Tahun 2015 Variabel Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Kelompok Umur 0 14 15 64 65 atau lebih 39.021 103.555 5.719 37.126 102.707 8.405 76.147 206.262 14.124 Dependency Ratio Muda Tua Umum 18,92 2,77 21,69 18,00 4,08 22,08 36,92 6,85 43,77 Penduduk usia muda atau yang berusia kurang dari 15 tahun, mencapai 76.147 orang atau 25,68 persen dari total penduduk Kota Pekalongan, sedangkan penduduk usia lanjut hanya sebanyak 14.124 orang atau 4,76 persen dari total jumlah penduduk. Secara total, jumlah penduduk usia muda dan jumlah penduduk lansia mencapai 90.271 orang atau sebesar 30,44 persen dari jumlah total penduduk Kota Pekalongan. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 5

Untuk angka rasio beban ketergantungan atau dependency ratio berdasar jenis kelamin, proporsi penduduk usia lanjut perempuan lebih banyak dari proporsi penduduk usia lanjut laki-laki, akibatnya dependency ratio pada penduduk lansia perempuan sebesar 4,08 persen, lebih tinggi dibanding dependency ratio pada laki-laki yang sebesar 2,77 persen. Sedangkan pada penduduk usia muda perempuan maupun laki-laki hampir sama proporsinya, yaitu perempuan sebesar 18,00 persen dan laki-laki sebesar 18,92 persen. Keadaan tersebut diatas, mengakibatkan dependency ratio secara total di Kota Pekalongan menjadi cukup besar, yaitu mencapai 43,77 persen, yang berarti tiap 100 orang penduduk usia produktif (15 64 tahun) harus menanggung kira-kira 43 orang usia non produktif yang terdiri atas 37 orang muda dan 6 orang lansia. 2.3. Perkawinan Salah satu indikator kesejahteraan rakyat adalah status perkawinan. Melalui indikator ini dapat dilihat gambaran aspek sosial penduduk, diantaranya adalah ketenteraman, ketenangan dan kecukupan ekonomi rumahtangga. Berikut dibawah ini Tabel 2.4 mengenai penduduk usia 10 tahun atau lebih dengan status perkawinan dan menurut jenis kelamin. Tabel 2.4. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tahun 2015 Penduduk Status Perkawinan Jumlah Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati 52,24 44,82 0,88 2,06 42,35 45,05 2,04 10,55 47,29 44,94 1,46 6,31 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas 2015 Menurut hasil pengolahan Susenas 2015, banyaknya (dalam persentase) penduduk usia 10 tahun atau lebih yang berstatus Belum Kawin sebanyak 47,29 persen, Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 6

yang terdiri dari proporsi penduduk laki-laki mencapai 52,24 persen, sedangkan proporsi penduduk perempuan 42,35 persen. Banyaknya penduduk yang berstatus Kawin adalah sebanyak 44,94 persen, yang terdiri dari proporsi penduduk laki-laki sebanyak 44,82 persen, dan proporsi penduduk perempuan sebanyak 45,05 persen. Penduduk yang berstatus Cerai Hidup adalah sebanyak 1,46 persen, yang terdiri dari proporsi penduduk laki-laki 0,88 persen, dan proporsi penduduk perempuan mencapai 2,04 persen. Penduduk yang berstatus cerai mati sebanyak 6,31 persen, yang terdiri dari lakilaki sebanyak 2,06 persen dari seluruh penduduk laki-laki, sedangkan dan proporsi penduduk perempuan mencapai 10,55 persen. Salah satu faktor pendukung keharmonisan rumahtangga adalah kematangan berfikir seseorang, sikap teposliro, mengalah untuk kebaikan bersama, yang biasanya dimiliki oleh orang yang sudah cukup dewasa dan berpengalaman dalam mengarungi kehidupan. Berikut dibawah ini Tabel 2.5 mengenai penduduk perempuan usia 10 tahun atau lebih menurut umur perkawinan pertama dengan status perkawinan. Tabel 2.5. Persentase Perempuan 10 Tahun Keatas Menurut Umur Perkawinan Pertama dan Status Perkawinan Tahun 2015 Status Perkawinan Umur Perkawinan Pertama < 17 17-20 21-25 > 25 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kawin 2,76 50,23 32,08 14,93 100,00 Cerai hidup 0 66,72 23,94 9,34 100,00 Cerai mati 0 89,65 5,06 5,29 100,00 Jumlah 2,76 58,03 26,84 12,97 100,00 Sumber : Susenas 2015 Banyaknya (dalam persentase) usia perkawinan pertama pada perempuan pada usia muda yang kandas menyebabkan proporsi penduduk perempuan yang berstatus janda (cerai hidup/cerai mati) relatif tinggi. Hal ini tercermin pada Tabel 2.5 tersebut di atas, bahwa pada perempuan berusia 20 tahun atau kurang dengan status perkawinan yang Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 7

pertama cenderung mengalami perceraian. Pada perempuan berusia kurang dari 17 tahun melakukan perkawinan pertama kemudian berstatus cerai hidup mencapai 0 persen, dan pada perempuan berumur 17-20 tahun melakukan perkawinan pertama kemudian berstatus cerai hidup mencapai 66,72 persen. Perempuan berusia kurang dari 17 tahun dengan status perkawinan pertama, kemudian berstatus cerai mati sebanyak 0 persen, sedangkan perempuan yang berumur 17-20 tahun berstatus cerai mati mencapai 89,65 persen. Pada perempuan berusia 21-25 tahun yang melakukan perkawinan pertama kemudian berstatus cerai hidup, masih cukup tinggi yaitu sebanyak 23,94 persen, dan berstatus cerai mati sebesar 5,06 persen. Sedangkan pada perempuan yang berusia lebih dari 25 tahun yang melakukan perkawinan pertama kemudian berstatus cerai hidup sebanyak 9,34 persen, dan berstatus cerai mati hanya 5,29 persen Gambaran tersebut di atas memperlihatkan bahwa perempuan yang semakin tinggi usia perkawinan pertamanya memungkinkan semakin matang dalam usia untuk menghadapi kehidupan berumahtangga, sehingga kejadian perceraian proporsinya semakin kecil. 2.4. Perbandingan Jumlah Anak Balita dan Perempuan Usia Produktif Tabel 2.6. Anak Usia 0-4 Tahun Per 1000 Perempuan Usia Produktif (Child Woman Rate/CWR) di Kota Pekalongan Tahun 2015 Kecamatan Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara Jumlah anak usia 0-4 tahun Perempuan Usia 15 49 Tahun CWR (1) (2) (3) (4) 7.777 5.183 5.400 6.728 25.551 17.930 16.523 22.270 Jumlah 25.082 82.274 305 304 289 327 302 Pada Tabel 2.6 tersebut di atas menggambarkan hubungan dalam bentuk rasio, yaitu antara jumlah anak berusia kurang dari 5 tahun dibandingkan dengan jumlah perempuan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 8

berusia produktif. Secara umum, rasio jumlah anak berusia kurang dari 5 tahun di Kota Pekalongan kira-kira mencapai 305, yang artinya adalah pada 1.000 orang perempuan usia produktif terdapat 305 orang anak berusia kurang dari atau dibawah 5 tahun. 2.5. Keluarga Berencana Salah satu upaya untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, Pemerintah menggiatkan kembali program Keluarga Berencana (KB). pertumbuhan penduduk ini diketahui dari data sensus penduduk maupun data hasil survei seperti Susenas dan lainnya. Laju Dari hasil SUSENAS 2015 seperti tercatat pada Tabel 2.7 dibawah ini, yaitu mengenai perempuan usia 15-49 tahun yang menggunakan alat kontrasepsi. Tabel. 2.7. Persentase Perempuan Usia 15-49 Tahun Berstatus Kawin, Cerai Hidup, Cerai Mati Menurut Pemakaian Alat KB Tahun 2015 Uraian Sedang menggunakan alat/cara KB Tidak menggunakan lagi alat/cara KB Tidak Menggunakan alat/cara KB Sumber : Susenas 2015 Persentase (1) (2) 49,55 12,67 37,78 Dapat diketahui bahwa sebanyak 49,55 persen wanita di Kota Pekalongan sedang menggunakan/memakai alat/cara KB, kemudian ada sebanyak 12,67 persen sudah tidak menggunakan/memakai alat/cara KB lagi, dan ada sebanyak 37,78 persen yang tidak pernah menggunakan/memakai alat/cara KB. Sejalan dengan hal tersebut diatas, pada Tabel 2.8 dibawah ini, tercatat mengenai persentase akseptor KB dan alat kontrasepsi yang digunakan oleh para peserta program KB di Kota Pekalongan pada tahun 2015. Pada alat/cara KB yang paling banyak digunakan adalah suntik KB yaitu sebanyak 61,64 persen. kemudian pemakaian Pil KB adalah alat kontrasepsi pilihan kedua dengan pengguna sebanyak 12,64 persen, dan selanjutnya pengguna alat/cara AKDR/IUD/Spiral sebanyak 8,73 persen, pengguna Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 9

alat/cara susuk KB sebanyak 4,61 persen, pengguna alat/cara MOW/Tumbektomi sebanyak 7,31 persen, serta pengguna alat/cara lainnya sebanyak 5,06 persen. Tabel 2.8. Persentase Akseptor KB Menurut Kontrasepsi Yang Sedang Digunakan di Kota Pekalongan Tahun 2015 Jenis Kontrasepsi Persentase (1) (2) MOW/Tubektomi MOP/Vasektomi AKDR/IUD/Spiral Suntikan KB Susuk KB Pil KB Lainnya 7,31 0,00 8,73 61,64 4,61 12,64 5,06 Sumber : Susenas 2015 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 10

BAB III PENDIDIKAN Secara umum pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk menambah ilmu pengetahuan, yang dalam hal ini dapat dicapai melalui bangku sekolah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan bangsa Indonesia yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa inilah peran aktif seluruh elemen bangsa pada bidang pendidikan sangat diperlukan. 3.1. Sarana dan Prasarana Sekolah Keseimbangan antara jumlah penduduk yang berminat untuk sekolah atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan sarana dan prasarana yang ada pada masing-masing jenjang pendidikan, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi sekolah. Tingkat Pendidikan Tabel 3.1. Banyaknya Sekolah, Guru & Murid di Kota Pekalongan Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2015 Jumlah Sekolah Jumlah Guru Jumlah Murid Murid/ Sekolah Murid / Guru (1) (2) (3) (4) (5) (6) Setara SD 145 2.300 32.631 225 14,18 Setara SLTP 38 997 16.447 432 16,49 Setara SMA 30 1.059 15.272 509 14,42 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga dan Kementrian Agama Kota Pekalongan Pada Tabel 3.1. diatas dapat diketahui banyaknya sekolah menurut jenjang pendidikan yang ada di Kota Pekalongan Tahun 2015. Pada tingkat Sekolah Dasar, jumlah sekolah sebanyak 145 sekolah, satu sekolah rata-rata dapat menampung 225 orang anak didik atau murid. Pada tingkat SLTP jumlah sekolah sebanyak 38 sekolah, satu sekolah rata-rata dapat menampung 432 orang anak didik atau murid, dan pada tingkat Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 11

SLTA jumlah sekolah sebanyak 30 sekolah, dengan rata-rata dapat menampung 509 orang anak didik atau murid. Pada jenjang sekolah tingkat Sekolah Dasar, jumlah guru sebanyak 2300 orang, dengan jumlah murid mencapai 32.631 orang, maka rata-rata seorang guru mengajar 14 orang anak didik atau murid. Pada jenjang sekolah tingkat SLTP, jumlah guru hanya sebanyak 997 orang, dengan murid sejumlah 16.447 orang, jumlah murid SLTP ini hanya separuhnya dari jumlah murid sekolah tingkat SD, maka seorang guru rata-rata harus mengajar 17 orang murid. Kondisi jumlah murid pada sekolah tingkat SD kemudian berkurang drastis pada sekolah tingkat SLTP, yang jumlahnya menjadi hanya separuhnya saja, adalah cukup memprihatinkan. Sebagai pengingat adalah bahwa Pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar selama 9 tahun atau lulus pendidikan setingkat SLTP sejak kirakira tahun 1994 silam, yang kemudian diperkuat keinginan tersebut melalui Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. Inpres ini menginstruksikan kepada para Menteri terkait, Kepala BPS, Gubernur, Bupati dan Walikota untuk memberikan dukungan dan mensukseskan program pemerintah tersebut. Pada jenjang sekolah tingkat SLTA, jumlah guru sebanyak 1.059 orang guru, dengan jumlah murid sebanyak 15.272 murid. Rasio guru tingkat SLTA terhadap murid sekolah tingkat SLTA adalah rata-rata seorang guru menangani kira-kira 12 orang murid. Namun demikian, jumlah total murid sekolah tingkat SLTA ini juga sudah relatif banyak berkurang dari jumlah total murid sekolah pada jenjang pendidikan tingkat SLTP. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 12

3.2. Angka Partisipasi Sekolah Angka partisipasi sekolah untuk seluruh kelompok umur secara umum menggambarkan bahwa tidak ada yang tidak bersekolah ataupun tidak ada penduduk yang belum pernah sekolah pada usia 7 hingga 24 tahun. Namun tidak dapat dipungkiri, data tersebut menggambarkan bahwa pendidikan penduduk mengalami penurunan pada usia yang makin tua, yakni terutama pada kelompok penduduk usia 16-18 tahun dan 19-24 tahun, yang diikuti dengan meningkatnya angka putus sekolah pada tiap tingkatan usia tersebut. Tabel 3.2. Persentase Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 7 24 Tahun Di Kota Pekalongan Tahun 2015 Partisipasi Sekolah Kelompok Umur 7 12 13-15 16-18 19 24 (1) (2) (3) (4) (5) Tidak/Belum Pernah Sekolah 0,50 0,00 0 1,35 Masih Sekolah 99,50 95,06 60,66 26,68 Tidak Bersekolah lagi 0 4,94 39,34 71,97 Sumber : Susenas 2015 Pada Tabel 3.2. dapat dilihat bahwa penduduk usia 7-12 tahun yang masih bersekolah masih tinggi, yaitu mencapai 99,50 persen dari seluruh penduduk. Kemudian pada penduduk usia 13-15 tahun yang masih bersekolah juga relatif masih baik, yaitu mencapai 95,06 persen. Namun pada penduduk usia 16-18 tahun, yang masih bersekolah hanya tinggal separuhnya saja, yaitu 60,66 persen. Selanjutnya adalah pada penduduk usia 19-24 tahun, yang masih bersekolah hanya mencapai 26,68 persen. Pada penduduk yang tidak bersekolah lagi atau disebut dengan Angka Putus Sekolah, seperti dapat dilihat pada Tabel 3.2 diatas bahwa angka putus sekolah makin meningkat pada tiap tingkatan penduduk berusia sekolah. Pada penduduk dengan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 13

kelompok umur 7-12 tahun yang tidak bersekolah lagi atau putus sekolah 0 persen. Pada penduduk dengan kelompok umur 13-15 tahun, yang tidak bersekolah lagi meningkat menjadi sebanyak 4,94 persen. Kemudian pada penduduk dengan kelompok umur 16-18 tahun, yang tidak bersekolah lagi meningkat cukup tinggi, menjadi 39,34 persen, serta pada penduduk berusia 19 24 tahun yang tidak bersekolah lagi mencapai 71,97 persen. Untuk ukuran masyarakat perkotaan, agaknya hal yang tergambar pada Tabel 3.2 diatas adalah suatu hal yang cukup merisaukan, karena dapat pula diartikan sebagai kualitas pendidikan penduduk (SDM) Kota Pekalongan masih kurang memadai. Namun disisi yang lain, sebagai suatu hal yang positif, adalah bahwa kualitas pendidikan masyarakat Kota Pekalongan masih dapat ditingkatkan dengan lebih baik lagi, baik oleh Pemerintah maupun keinginan yang kuat dari masyarakat dan para Pengusaha yang peduli kepada pendidikan. Kualitas pendidikan masyarakat yang semakin baik, maka akan berdampak semakin baik pula kualitas kota, maupun pada individu penduduk itu sendiri dan keluarganya. Pada Tabel 3.3 berikut dibawah ini adalah Angka Partisipasi Sekolah menurut jenjang pendidikan di Kota Pekalongan Tahun 2015. Tabel 3.3. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan Kota Pekalongan Tahun 2015 Ratio Jenjang Pendidikan Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) (5) Angka Partisipasi Kasar/ GER (Gross Enrollment Ratio) SD SLTP SLTA PT 117,18 96,15 93,55 13,04 103,96 111,90 62,54 21,63 110,17 104,32 81,69 17,16 Angka Partisipasi Murni/ NER (Net Enrollment Ratio) SD SLTP SLTA PT 98,06 71,90 48,11 8,70 91,43 87,49 47,40 16,73 94,55 79,99 47,84 12,56 Sumber : Susenas 2015 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 14

Angka Partisipasi Kasar (APK) pada jenjang pendidikan SD mencapai lebih dari 100 persen, yaitu 110,17 persen, hal ini menggambarkan bahwa ada sebanyak 10,17 persen penduduk yang belum berusia 7 tahun tapi sudah bersekolah di jenjang pendidikan SD dan ada pula anak yang berusia lebih dari 12 tahun tapi masih bersekolah di jenjang pendidikan SD. Secara gender, penduduk laki-laki yang bersekolah SD lebih banyak daripada perempuan. APK penduduk laki-laki mencapai 117,18 persen yaitu berarti ada 17,18 persen anak laki-laki yang berusia kurang dari 7 tahun dan ada yang lebih dari 12 tahun bersekolah di jenjang pendidikan SD. APK pada penduduk perempuan mencapai 103,96 persen, artinya adalah ada sebanyak 3,96 persen anak perempuan yang belum berusia 7 tahun tapi sudah bersekolah dijenjang pendidikan SD dan yang berusia lebih dari 12 tahun tapi masih bersekolah di jenjang pendidikan tingkat SD. APK pada jenjang pendidikan SLTP mencapai 104,32 persen, hal ini menggambarkan bahwa ada 4,32 persen penduduk belum berusia 13 tahun dan ada yang yang berusia lebih dari 15 tahun bersekolah di jenjang pendidikan SLTP. Secara gender, penduduk laki-laki yang bersekolah SLTP lebih sedikit daripada perempuan. APK penduduk laki-laki hanya mencapai 96,15 persen, yaitu berarti penduduk laki-laki berusia 13-15 tahun yang masih bersekolah di jenjang pendidikan SLTP ada sebanyak 96,15 persen dan yang tidak bersekolah di jenjang pendidikan tersebut sebanyak 3,85 persen. Sedangkan APK pada penduduk perempuan 111,90 persen, artinya adalah ada 11,90 persen penduduk perempuan yang belum berusia 13 tahun dan ada yang berusia lebih dari 15 tahun bersekolah di jenjang pendidikan SLTP. Selanjutnya adalah APK pada jenjang pendidikan SLTA hanya sebesar 81,69 persen, yaitu menggambarkan bahwa penduduk berusia 16-18 tahun, yang masih bersekolah sebanyak 81,69 persen, dan yang tidak bersekolah di jenjang SLTA, dan atau putus sekolah sebanyak 18,31 persen. Secara gender, penduduk laki-laki yang bersekolah SLTA lebih banyak daripada perempuan, yakni sebanyak 93,55 persen, yaitu berarti ada 93,55 persen yang bersekolah dan 6,45 persen yang tidak bersekolah di jenjang pendidikan SLTA. APK pada penduduk perempuan hanya mencapai 62,54 persen, artinya Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 15

adalah hanya ada 62,54 persen perempuan yang bersekolah di jenjang pendidikan SLTA, dan masih sebanyak 37,46 persen yang tidak bersekolah di jenjang pendidikan SLTA. Kemudian APK pada jenjang pendidikan tinggi, secara total hanya mencapai 17,16 persen, yaitu menggambarkan bahwa penduduk berusia lebih dari 18 tahun, yang bersekolah di perguruan tinggi hanya sebanyak 17,16 persen, sehingga yang tidak menempuh pendidikan lagi mencapai 82,84 persen. Namun yang cukup menarik adalah secara gender, penduduk laki-laki yang bersekolah di jenjang pendidikan tinggi jauh lebih rendah daripada perempuan, yakni hanya 13,04 persen, yaitu berarti hanya ada 13,04 persen yang masih menempuh pendidikan tinggi dan 86,96 persen yang tidak lagi menempuh pendidikan. Sedangkan penduduk perempuan mencapai 21,63 persen yang bersekolah di jenjang pendidikan tinggi dan 78,37 persen yang tidak menempuh pendidikan lagi. Apabila dilihat dari Angka Partisipasi Murni (APM) terjemahan dari Net Enrollment Ratio (NER) untuk tingkat Sekolah Dasar cukup tinggi yaitu mencapai 94,55 persen, yang berarti ada 94,55 persen anak usia 7 12 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SD dan sebanyak 5,45 persen yang tidak bersekolah dan atau sudah mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Secara gender, angka partisipasi murni jenjang pendidikan tingkat SD penduduk laki-laki yang bersekolah SD lebih banyak daripada perempuan. APM penduduk laki-laki mencapai 98,06 persen yaitu berarti ada 98,06 persen penduduk laki-laki yang berusia 7-12 tahun yang bersekolah tingkat SD, sedangkan yang tidak bersekolah hanya 1,94 persen. Pada penduduk perempuan hanya 91,43 persen, yang berarti ada 91,43 persen yang bersekolah tingkat SD dan sebanyak 8,57 persen penduduk perempuan yang berusia 7-12 tahun yang tidak bersekolah di jenjang pendidikan SD. Untuk APM pada jenjang pendidikan tingkat SLTP hanya sebesar 79,99 persen, adalah berarti bahwa sebanyak 79,99 persen anak berusia 13 15 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SLTP, dan sebanyak 20,56 persen yang tidak bersekolah atau tidak menempuh pendidikan di tingkat SLTP. Secara gender, angka partisipasi murni jenjang pendidikan tingkat SLTP penduduk laki-laki adalah lebih kecil daripada perempuan yaitu 71,90 persen, yang berarti 71,90 persen yang masih menempuh pendidikan SLTP dan 16 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015

28,10 persen yang tidak sekolah atau tidak menempuh pendidikan tingkat SLTP. Sedangkan pada penduduk perempuan mencapai 87,49 persen, artinya adalah bahwa sebanyak 87,49 persen penduduk perempuan berusia 13-15 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan tingkat SLTP dan hanya ada 12,51 persen yang tidak bersekolah atau tidak menempuh pendidikan pada tingkat SLTP. Kemudian pada APM tingkat SLTA, hanya mencapai 47,84 persen, hal ini berarti bahwa penduduk usia 16 18 tahun yang bersekolah tingkat SLTA sebanyak 47,84 persen, dan sebanyak 52,16 persen yang tidak bersekolah di jenjang pendidikan tingkat SLTA. Secara gender, angka partisipasi murni jenjang pendidikan tingkat SLTA pada penduduk laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, pada penduduk laki-laki sebanyak 48,11 persen dan pada penduduk perempuan 47,40 persen. Hal ini berarti ada sebanyak 48,11 persen penduduk laki-laki berusia 16-18 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan tingkat SLTA dan sebanyak 51,89 persen yang sudah tidak sekolah di jenjang pendidikan tingkat SLTA, sedangkan penduduk perempuan ada 47,40 persen yang bersekolah di jenjang pendidikan tingkat SLTA dan sebanyak 52,60 persen yang tidak bersekolah di jenjang pendidikan tingkat SLTA. Pada APM tingkat Pendidikan Tinggi, penduduk berusia 19-24 tahun yang menempuh pendidikan tinggi hanya sebanyak 12,56 persen, hal ini yang berarti hanya ada sebanyak 12,56 persen yang sedang menempuh pendidikan tinggi. Secara gender, penduduk laki-laki hanya sebanyak 8,70 persen, jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan perempuan yang mencapai 16,73 persen. Dengan kata lain bahwa penduduk lakilaki berusia 18-24 tahun yang menempuh pendidikan tinggi mencapai hanya 8,70 persen sedangkan yang tidak mengikuti sebanyak 91,30 persen. Pada penduduk perempuan yang berusia 19-24 tahun yang mengikuti pendidikan tinggi sebanyak 83,27 persen. 3.3. Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan Secara spesifik, kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkannya. Pada Tabel 3.4 dibawah ini menggambarkan bahwa penduduk Kota Pekalongan yang berusia 10 tahun atau lebih yang tidak mempunyai ijazah dan yang memiliki ijazah menurut tingkat pendidikannya adalah sebagai berikut: 17 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015

Tabel 3.4. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Yang Tidak Bersekolah Lagi Menurut Ijazah yang Dimiliki Tahun 2015 Jenis Kelamin Ijazah Yang Dimiliki Jumlah Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) Tidak Punya Ijazah 13,51 15,37 14,42 SD sederajat 33,98 32,77 33,38 SLTP sederajat 24,25 19,86 22,09 SLTA sederajat 22,35 25,38 23,85 Diploma I/II/III 2,1 2,2 2,15 Diploma IV/S1/S2/S3 3,81 4,42 4,11 Sumber : Susenas 2015 Penduduk Kota Pekalongan yang berusia 10 tahun atau lebih yang tidak mempunyai ijazah adalah sebanyak 14,42 persen, hal ini berarti dari 100 orang penduduk di Kota Pekalongan yang berusia 10 tahun atau lebih ada kira-kira 14 orang yang tidak punya ijazah. Sedangkan secara gender, penduduk laki-laki yang tidak punya ijazah yaitu 13,51 persen, adalah lebih sedikit daripada perempuan yang sebesar 15,37 persen. Hal ini berarti dari 100 penduduk laki-laki ada kira-kira 13 orang yang tidak punya ijazah, dan dari 100 penduduk perempuan ada kira-kira 15 orang yang tidak punya ijazah. Pada penduduk yang berusia 10 tahun atau lebih yang berijazah SD atau sederajat sebanyak 33,38 persen, artinya bahwa dari 100 orang penduduk di Kota Pekalongan yang berusia 10 tahun atau lebih, ada sekitar 33 orang yang punya ijazah SD atau sederajat. Sedangkan secara gender, penduduk laki-laki yang berijazah SD atau sederajat yaitu 33,98 persen, lebih baik daripada perempuan sebesar 32,77 persen. Hal ini berarti dari 100 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 18

penduduk berusia 10 tahun atau lebih, laki-laki sebanyak 34 orang yang berijazah SD atau sederajat, dan perempuan sebanyak 32 orang yang berijazah SD atau sederajat. Pada penduduk yang berusia 10 tahun atau lebih yang berijazah SLTP atau sederajat sebanyak 22,09 persen, artinya bahwa dari 100 orang penduduk di Kota Pekalongan yang berusia 10 tahun atau lebih, ada sebanyak 22 orang yang punya ijazah SLTP atau sederajat. Sedangkan secara gender, penduduk laki-laki yang berijazah SLTP atau sederajat yaitu 24,25 persen atau berarti dari 100 penduduk laki-laki maka ada 24 orang yang berijazah SLTP atau sederajat. Penduduk perempuan berusia 10 tahun atau lebih sebanyak 19,86 persen berijazah SLTP atau sederajat atau berarti dari 100 penduduk perempuan berusia 10 tahun atau lebih, maka ada kira-kira 20 orang yang berijazah SLTP atau sederajat. Kemudian pada penduduk berusia 10 tahun atau lebih yang berijazah SLTA atau sederajat sebanyak 23,28 persen, artinya bahwa dari 100 orang penduduk di Kota Pekalongan yang berusia 10 tahun atau lebih, ada sebanyak 23 orang yang punya ijazah SLTA atau sederajat. Sedangkan secara gender, penduduk laki-laki yang berijazah SLTA atau sederajat yaitu 22,35 persen, adalah lebih rendah daripada perempuan yang sebesar 25,38 persen. Hal ini berarti dari 100 penduduk laki-laki, sebanyak 22 orang yang berijazah SLTA atau sederajat, dan dari 100 penduduk perempuan sebanyak 25 orang yang berijazah SLTA atau sederajat. Untuk penduduk yang berusia 10 tahun atau lebih yang memiliki ijazah Diploma atau lebih tinggi, ada sebanyak 6,26 persen, artinya adalah dari 100 orang penduduk di Kota Pekalongan yang berusia 10 tahun atau lebih, ada kira-kira 6 orang yang berijazah Diploma atau lebih tinggi. Sedangkan secara gender, penduduk laki-laki yang berijazah Diploma atau lebih tinggi yaitu 5,91 persen, lebih rendah daripada perempuan yang sebesar 6,62 persen. Hal ini berarti dari 100 penduduk laki-laki ada kira-kira 5 orang yang berijazah Diploma dan dari 100 penduduk perempuan ada kira-kira 6 orang yang berijazah Diploma. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 19

BAB IV KESEHATAN Untuk mencapai masyarakat Kota Pekalongan yang berkualitas, maka pemerintah Kota Pekalongan berupaya terus dengan berbagai macam program untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik bagi masyarakatnya. 4.1. Pelayanan Kesehatan Secara umum, saat ini terlihat peningkatan jumlah sarana dan prasarana kesehatan, yang hal ini diharapkan dapat ikut membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, diantaranya adalah dengan tersedianya tenaga kesehatan terdidik, selain dokter, dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Tabel 4.1. Banyaknya Tenaga dan Tempat Pelayanan Kesehatan di Kota Pekalongan Tahun 2014-2015 Tenaga & Tempat Pelayanan Tahun Kesehatan 2014 2015 (1) (3) (4) Dokter 137 294 Bidan Puskesmas dan Pustu Posyandu Rumah Sakit Rumah Sakit Bersalin 249 55 403 7 1 239 55 405 7 1 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pekalongan. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 20

Pada tahun 2014, rasio antara jumlah penduduk dengan jumlah dokter yang ada saat itu adalah 1:2143 yang berarti rata-rata seorang dokter melayani 2.143 orang. Namun pada tahun 2015 menjadi 1:1015 yaitu beban seorang dokter melayani menjadi 1.015 orang. Rasio jumlah dokter dengan jumlah penduduk tersebut menunjukkan keadaan yang semakin membaik, sehingga dengan demikian pelayanan kesehatan terhadap masyarakat akan semakin baik pula. Tenaga kesehatan terdidik yang makin memadai jumlahnya, tercukupinya sarana dan prasarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin, Puskesmas hingga Posyandu, juga menjadi syarat mutlak dalam menunjang peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Disamping itu, yang terpenting adalah sikap masyarakat Kota Pekalongan yang makin baik kesadarannya untuk menjaga kesehatan, sehingga Kota Pekalongan adalah kota yang sehat. 4.2. Balita Masyarakat yang sehat akan tercermin pada awal mula manusia memulai kehidupan, yaitu mulai saat kelahiran hingga masa-masa balita. Fase kehidupan balita merupakan hal yang cukup krusial untuk menopang menjadi manusia dewasa yang sehat dan berkualitas. Kota Pekalongan, sedang berproses untuk memperhatikan perkembangan balita, yaitu melalui mewujudkan sejumlah Posyandu yang minimal ada pada tiap lingkungan Rukun Warga, hingga saat ini terealisasi pada sejumlah 335 RW dengan 405 Posyandu (Tabel 4.1 diatas). Selain itu, tenaga kesehatan penolong proses kelahiran seorang anak telah diwujudkan cukup memadai, sebagai kebutuhan primer dalam menyongsong memulainya kehidupan manusia. Dibawah ini pada Tabel 4.2 digambarkan mengenai kelahiran anak secara keseluruhan di Kota Pekalongan, yang digambarkan dalam persentase tertentu pada masing-masing tenaga kesehatan penolong kelahiran, yang tercatat di tahun 2015. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 21

Tabel 4.2 Penolong Proses Kelahiran Anak Lahir Hidup Yang Terakhir di Kota Pekalongan Tahun 2015 Penolong Kelahiran Persentase (1) (2) Doter kandungan 37,68 Bidan 56,46 Perawat 4,61 Tenaga kesehatan lainya 1,25 Sumber : Susenas 2015 Penolong kelahiran adalah salah satu indikator kesejahteraan rakyat, khususnya dilihat dari segi kesehatan ibu dan anak yang dilahirkannya. Dalam hal ini persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter atau bidan adalah lebih baik dari tenaga lain seperti dukun atau yang lainnya. Pada balita yang dilahirkan Tahun 2015, penolong kelahiran anak lahir hidup terakhir oleh Bidan pada proses kelahiran yang dilakukan cukup mendominasi kejadiannya, yakni mencapai 56,46 persen, kemudian oleh Dokter sebanyak 37,68 persen, dan perawat 4,61 persen, serta sisanya ditolong oleh tenaga kesehatan yang lain, hanya sebesar 1,25 persen. Tingginya persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis seperti Bidan dan dokter adalah membuktikan besarnya kesadaran masyarakat Kota Pekalongan dalam memperhatikan kesehatan ibu dan anak, khususnya pada proses persalinan. Proses lain setelah fase melahirkan seorang anak adalah memberikan imunisasi, namun tidak semua orangtua menyadari pentingnya tahapan ini. Pada saat ini telah banyak ditemukan berbagai bentuk vaksin yang berguna untuk menambah kekebalan tubuh seseorang terhadap serangan penyakit. Vaksin biasanya diberikan pada balita sejak mulai dilahirkan hingga batas usia balita dalam bentuk imunisasi. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 22

Tabel 4.3 Persentase Anak Berumur 1-4 Tahun dan Imunisasi Lengkap di Kota Pekalongan Tahun 2015 Imunisasi Lengkap Jenis kelamin ya Tidak Laki-laki 63,50 36,50 Perempuan 64,20 35,80 Sumber : Susenas 2015 Jumlah 63,84 36,16 Pada Tabel 4.3. diatas menggambarkan keadaan balita di Kota Pekalongan Tahun 2015 yang telah diberi imunisasi secara lengkap dan tidak lengkap. Imunisasi lengkap yang telah dilakukan untuk balita laki-laki sebesar 63,50 persen, sedangkan untuk balita perempuan sebesar 64,20. Pada balita yang belum diberi imunisasi secara lengkap masih cukup besar jumlahnya, yaitu pada balita laki-laki yang pemberian imunisasinya tidak lengkap mencapai 36,50 persen, dan untuk balita perempuan sebesar 35,80 persen. Tabel 4.4 Persentase Balita dan Frekuensi Pemberian Imunisasi DPT di Kota Pekalongan Tahun 2015 Frekuensi memperoleh DPT Jenis kelamin 1 2 3+ Tidak tahu Laki Laki 5,22 9,22 80,04 5,52 Perempuan 8,85 7,73 76,56 6,86 Jumlah 7,03 8,48 78,30 6,19 Pada pelayanan imunisasi DPT, seperti yang tertera pada Tabel 4.4 diatas, yaitu Balita yang telah diimunisasi DPT cukup menggembirakan. Pada balita yang mendapatkan imunisasi hingga 3 kali atau lebih mencapai 78,30 persen, dengan balita laki-laki lebih banyak daripada balita perempuan, yaitu masing-masing 80,04 persen dan 76,56 persen. Pada balita yang telah diimunisasi 1 kali ada 7,03 persen, yang telah 23 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015

diimunisasi sebanyak 2 kali sebesar 8,48 persen, serta yang tidak tahu bahwa balita itu telah dimunisasi atau belum hanya sejumlah 6,19 persen. Tabel 4.5 Persentase Balita dan Frekuensi Pemberian Imunisasi Polio di Kota Pekalongan Tahun 2015 Frekuensi memperoleh Polio Jenis kelamin 1 2 3+ Tidak tahu Laki Laki 8,11 11,28 80,61 0 Perempuan 12,61 7,24 78,86 1,29 Jumlah 10,34 9,28 79,74 0,64 Pada Tabel 4.5 diatas, adalah catatan mengenai pelayanan imunisasi Polio. Balita yang mendapatkan imunisasi Polio lebih dari 3 kali cukup menggembirakan, yaitu mencapai 79,74 persen, dengan balita laki-laki lebih baik dalam pemberian imunisasinya daripada balita perempuan, pada balita laki-laki meencapai 80,61 persen dan balita perempuan sebesar 78,86 persen. Pemberian imunisasi Polio pada balita sebanyak 1 kali masih mencapai angka 10,34 persen, yang mendapatkan imunisasi 2 kali sebanyak 9,28 persen, dan yang tidak tahu bahwa balita itu telah diimunisasi atau belum hanya 0,64 persen. Tabel 4.6 Persentase Balita dan Frekuensi Pemberian Imunisasi Hepatitis B di Kota Pekalongan Tahun 2015 Frekuensi memperoleh Hepatitis B Jenis kelamin 1 2 3+ Tidak tahu Laki -Laki 13,17 9,92 71,19 5,72 Perempuan 13,12 8,10 70,90 7,87 Jumlah 13,15 8,99 71,05 6,81 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 24

Pada Tabel 4.6 diatas, tercatat mengenai pelayanan imunisasi Hepatitis B. Balita yang mendapatkan imunisasi 3 kali mencapai 71,05 persen, dengan balita laki-laki lebih baik daripada balita perempuan yaitu masing-masing sebesar 71,19 persen dan 70,90 persen. Pada balita yang mendapatkan imunisasi 1 kali masih cukup besar yaitu 13,15 persen, kemudian pada balita yang mendapatkan imunisasi sebanyak 2 kali sebanyak 8,99 persen, serta yang tidak tahu bahwa balita tersebut telah diimunisasi atau belum sebanyak 6,81 persen. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 25

BAB V KETENAGAKERJAAN Pertumbuhan ketenagakerjaan merupakan konsekuensi dari tingginya laju pertumbuhan penduduk. Pada kondisi dewasa ini, bekerja tidak hanya diartikan sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan hidup, namun juga merupakan sarana untuk meningkatkan status sosial dan harga diri seseorang. Selain itu diharapkan dengan bekerja seseorang tidak lagi menjadi beban bagi keluarga, masyarakat dan bangsa. 5.1. Penduduk Usia Kerja Penduduk yang berusia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. Penduduk Usia Kerja dapat digolongkan pada Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Penduduk yang bekerja, atau yang mencari pekerjaan, dan yang menganggur disebut Angkatan Kerja. Selanjutnya, penduduk yang sedang sekolah, atau yang mengurus rumahtangga, atau penduduk yang tidak melakukan kegiatan secara ekonomi yaitu sedang mengikuti kursus atau pelatihan, digolongkan Bukan Angkatan Kerja. Angkatan kerja mengarah pada kelompok penduduk yang berada pada pasar kerja, yaitu penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih yang siap terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif. Mereka yang dapat diserap oleh pasar kerja dikategorikan sebagai bekerja, sedangkan yang tidak/belum diserap oleh pasar kerja, yaitu mereka yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, dikategorikan sebagai penganggur (terbuka). Dalam kerangka ini, kesempatan kerja kemudian diartikan sebagai penduduk usia kerja yang berpontensi dapat diserap oleh pasar kerja. Disisi lain mereka yang tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi digolongkan sebagai bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang kegiatan utamanya adalah mengurus rumahtangga, atau yang sedang kursus/pelatihan, juga penduduk yang sedang sekolah, ataupun penduduk yang telah berusia 15 tahun atau lebih yang tidak mampu melakukan kegiatan karena usia tua atau alasan fisik (cacat). Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2015 26