BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I SUNGAI DELI MARTABAT KOTA MEDAN. yang dulu. Sekarang mahasiswa menyelesaikan desain pada perancangan

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB I RIVERFRONT ARCHITECTURE. Di Indonesia kawasan muka sungai / Riverfront, identik dengan kawasan kumuh

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB II HUNIAN YANG DISEBUT APARTEMEN

BAB II HAL TIDAK TERDUGA. akses menuju ke site yaitu dari jalan sukamulia, jalan imam bonjol dan jalan

BAB II. Analisa yang Mewujudkan Art Deco. Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

BAB II MENGENAL LEBIH DEKAT

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak terencana. Pada observasi awal yang dilakukan secara singkat, Kampung

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal,

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD AYUNG

Universitas Sumatera Utara

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

Rumah Susun Di Muarareja Kota Tegal

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

KAJIAN PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PAKERISAN

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB III TINJAUAN WILAYAH

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Perihal : Permohonan Ijin Mendirikan Bangunan Baru Melalui Kepala Badan Penanaman Modal. Agama/Kewarganegaraan Alamat/No.Telp.

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB II TIME TO FIX THE CURRENT STATE. Venusitas, kekuatan Firmitas, dan fungsi Utilitas (Vitruvius). Yang dimaksud

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

BAB III: DATA DAN ANALISA

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir

Universitas Sumatera Utara

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. semarang utara yang memiliki luas Ha. Kecamatan ini

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO Nomor 7 Tahun 2008

PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 4 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

Matrik Cascading Kinerja Dinas Tata Bangunan dan Kebersihan tahun 2016

BAB II DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN. Judul dari perancangan adalah Kawasan Terpadu Hamdan, Medan Maimun -

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Syarat Bangunan Gedung

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

RUMAH SUSUN PADA KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO DI MANADO

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB 1. Langkah Awal. Cuaca panas kota Medan di siang hari merupakan tantangan besar untuk

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

FORM INSPEKSI. f. Issue Lingkungan : Air/ Udara/ Bunyi/ Keterangan : g. Analisis Resiko : Banjir/ Kebakaran/ Longsor/ Keamanan/

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

BAB II TINJAUAN PROYEK

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VII HASIL PERANCANGAN. A. Lokasi dan Tapak Proyek 1. Lokasi Proyek Sebagai hasil rancangan, berikut penjelas lokasi proyek secara singkat:

Transkripsi:

4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman menengah atas (apartemen & rumah bandar) di lokasi tapak, yang berbatasan dengan tepi sungai Deli, Jl. Mangkubumi dan jembatan di Jl. Letjen. Suprapto. Proyek ini adalah proyek revitalisasi kawasan muka sungai Deli, untuk menghidupkan kembali wilayah ini dari segi budaya, sosial, ekonomi, dan politik. Wilayah muka sungai yang biasanya identik dengan kawasan kumuh, terlantar, kotor dan tidak tertata. Juga dipenuhi dengan bangunan tempat tinggal yang ilegal dan menjadi tempat pembuangan sampah bagi masyarakat sekitar. Dalam mengerjakan proyek ini ada beberapa tahap yang diperlukan. Gambar 1.1 Lokasi proyek Tahap pertama yang akan dijelaskan adalah pendataan awal masalah. Masalah yang terdapat pada site ini cukup banyak, yaitu sungai yang kotor dan menjadi tempat pembuangan utama bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya sehingga banyak sampah yang menumpuk membuat aliran sungai menjadi tidak lancar dan banyaknya bangunan 4 4

5 liar yang dibangun tepat pada pinggir sungai melewati batas tanggul yang seharusnya sudah tidak boleh lagi ada bangunan pada daerah itu membuat daerah ini pada musim hujan selalu terkena banjir. Hal ini menjadikan lingkungan ini kurang menarik jika dijadikan sebagai tempat pembangunan apartemen untuk masyarakat kelas menengah keatas. Sehingga disini akan dilakukan revitalisasi lahan untuk menghidupkan kembali lahan ini agar menarik dan agar sungai Deli bisa dimanfaatkan lagi keberadaannya untuk area penyerapan air dan area hijau. Pada saat survey lapangan, data yang didapatkan cukup memadai karena bantuan dari masyarakat sekitar yang sangat ramah dan mengenal daerah itu dengan baik. Suasana yang didapat saat survey juga sejuk, cukup banyak angin yang bertiup di pinggir sungai, kebisingan dari jalan utama disekitar site tidak terlalu terdengar karena cukup teredam oleh suasana site yang masih asri dan terdapat banyak penghijauan. Tapak ini berlokasi di antara Jl. Mangkubumi dan Jl. Badur dan terletak di antara sungai Deli. Spesifikasi luas lahan ini ± 2,5 Ha dan memiliki kontur lahan yang menurun mulai dari jalan raya menuju ke arah sungai. Letak geografis 3 34 58 utara dan 98 40 47 timur. Daerah ini memiliki iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 23,3 C 24,4 C dan suhu maksimum berkisar antara 30,7 C 33,2 C. Pada pinggiran sungai Deli terdapat cukup banyak pohon sebagai area penghijauan. Jenis pohon yang banyak terdapat di pinggir sungai Deli adalah pohon bambu, pohon trembesi dan beberapa jenis pohon peneduh lainnya. Pada sisi sebelah utara site ini merupakan lahan kosong yang terdapat cukup banyak penghijauan, tetapi sebagian dari lahan kosong ini dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan sampah bagi masyarakat sekitar. Di bagian Jl. Letjend Suprapto terdapat cukup banyak penghijauan berupa pohonpohon peneduh yang terletak di sepanjang jalan ini. Di Jl. Mangkubumi kurang terdapat pohon peneduh pada di sisi jalannya karena jalan ini dipenuhi oleh ruko-ruko dan warung

6 kaki lima yang terdapat di pinggir jalan dan tidak terdapat trotoar ataupun jalan setapak pada bagian jalan ini. Tidak ada ruang terbuka hijau di sekitar site ini untuk tempat masyarakat sekitar berkumpul. Masyarakat biasa berkumpul di pinggir sungai dan di depan rumah mereka. Hanya terdapat satu taman umum di sekitaran site ini, yaitu taman Ahmad Yani yang terdapat di Jl. Imam Bonjol. Gambar 1.2 Keadaan sungai Deli ( Dokumentasi : Pribadi ) Kawasan muka sungai Deli didominasi oleh pemukiman kumuh yang terletak pas di pinggiran sungai Deli. Permukiman ini merupakan rumah-rumah kumuh yang bersifat semi permanen dikarenakan letaknya yang di pinggiran sungai sehingga bangunan ini tidak memiliki izin bangunan. Karena bangunan di pinggir sungai ini ilegal, maka masyarakat yang tinggal disini tidak didata oleh kantor kelurahan setempat. Masyarakat yang tinggal disini menggunakan air sungai untuk mencuci dan kegiatan rumah tangga lainnya. Untuk kebutuhan air bersih mereka membeli air isi ulang karena rumah mereka tidak dialiri oleh air yang berasal dari PDAM. Untuk sumber listrik juga kebanyakan dari

7 mereka mencuri dari tiang listrik yang berasal dari pinggir jalan, tidak semua rumah di pinggir sungai ini dilengkapi dengan listrik yang berasal legal dari PLN. Bangunan dan struktur fisik yang terdapat di sekitaran site adalah pada daerah Jl. Badur didominasi oleh rumah tinggal 1-3 lantai. Sedangkan pada daerah Jl. Mangkubumi didominasi oleh rumah toko atau ruko 1-5 lantai, beberapa kantor swasta dan kantor imigrasi kota medan. Pada daerah Jl. Letjend Suprapto didominasi oleh rumah tinggal yang berarsitektur kolonial atau klasik, beberapa kantor milik perusahaan swasta, kantor PTPN IV, dan kantor Polisi Militer (PM). Di Jl. Palang Merah didominasi oleh ruko dan toko-toko milik perseorangan, juga terdapat kantor Palang Merah Indonesia (PMI). Disekitaran site ini terdapat bangunan komersil lainnya seperti Royal Apartment, Hotel Danau Toba, terdapat beberapa sekolah seperti Harapan dan Immanuel, terdapat beberapa rumah ibadah seperti gereja dan mesjid, rumah sakit seperti Rumah Sakit St. Elisabeth, dan terdapat taman terbuka hijau umum yaitu taman Ahmad Yani. Gambar 1.3 Kantor PTPN IV dan Kantor Polisi Militer (PM) ( Dokumentasi : Pribadi ) Gambar 1.4 Perumahan warga dan ruko disekitaran site ( Dokumentasi : Pribadi )

8 Karena letak site yang terletak di tengah kota Medan, akses kendaraan untuk menuju ke arah site ini cukup banyak. Banyak kendaraan umum maupun kendaraan pribadi yang melewati daerah ini sehingga untuk akses kendaraan dan akses manusia atau pejalan kaki menuju site ini cukup mudah dicapai. Pada Jl. Badur yang memiliki lebar ± 7 m, bisa dilewati oleh 2 kendaraan yang berlawanan arah secara bersamaan. Jl. Mangkubumi memiliki lebar ± 20 m juga bisa dilewati oleh 2 kendaraan sekaligus dengan aman karena jalan ini cukup lebar. Untuk menuju ke arah site ini juga bisa dengan melewati Jl. Letjend Suprapto dan melalui Jl. Palang Merah. Fasilitas umum di sekitaran site kurang memadai. Pada Jl. Badur, memiliki trotoar di salah satu sisi jalannya, tetapi keadaan trotoar di jalan ini kurang terawat karena pada beberapa titik terdapat bolong yang cukup besar sehingga berbahaya bagi masyarakat untuk berjalan pada malam hari. Pada bagian Jl. Mangkubumi letak trotoarnya sudah tidak kelihatan lagi karena trotoarnya sudah rusak dan tidak terawat. Jikapun ada terdapat trotoar maka trotoar tersebut sudah dialihfungsikan menjadi tempat berjualan bagi pedagang kaki lima. Disekitaran site juga tidak terdapat halte untuk tempat berhentinya kendaraan umum. Lampu jalan disekitaran site juga dirasa kurang memadai karena tidak terdapat cukup penerangan pada malam hari sehingga daerah ini terkesan gelap dan kurang aman bagi masyarakat pada malam hari. Walaupun terdapat lampu jalan, tetapi kebanyakan lampu jalannya sudah mati karena tidak dirawat lagi oleh pemerintah. Tempat pembuangan sampah pada daerah ini juga kurang jelas letaknya. Karena kebanyakan masyarakat sekitar membuang sampah mereka di sungai Deli. Dan lahan kosong yang terletak di sisi Jl. Mangkubumi juga beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah sementara sebelum di bawa ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA).

9 1.2 Faktor Manusia, Ekonomi, Undang-Undang dan Peraturan di Sekitar Tapak Lahan dari proyek kasus C ini terletak di Kecamatan Medan Maimun dan terletak di dua kelurahan yang berbeda, yaitu Kelurahan Hamdan dan Kelurahan Aur. Pada Kelurahan Hamdan tapak berada di Lingkungan X dan di Kelurahan Aur tapak berada di Lingkungan IX. Sehingga data survey yang didapat yang berasal dari dua sumber kantor kelurahan yang berbeda bisa dipersempit dengan hanya membahas tentang Kel. Hamdan Ling. X dan Kel. Aur Ling. IX. Dari hasil survey tentang masyarakat disekitar tapak di dua kelurahan ini bisa didapatkan kesimpulan sebagai berikut. Di Kelurahan Hamdan, Lingkungan X dengan jumlah penduduk ± 1769 orang dengan jumlah KK ± 467 kepala keluarga. Pada lingkungan ini lebih banyak terdapat masyarakat yang beragama Islam, diikuti dengan masyarakat beragama Kristen, Budha, dan Hindu. Fasilitas untuk beribadah hanya terdapat satu mesjid dan satu mushola. Etnis masyarakat di lingkungan ini didominasi dengan etnis Aceh. Sedangkan pada Kelurahan Aur, Lingkungan IX memiliki jumlah penduduk sebanyak ± 758 orang dengan KK ± 170 kepala keluarga. Di daerah ini didominasi dengan masyarakat etnis Minang, dikuti oleh etnis Jawa, Melayu, dan Aceh. Dari hasil survey juga didapat bahwa jenis mata pencaharian penduduk sekitar cukup beragam, yaitu sebagai pegawai swasta, pedagang, buruh dan pegawai negri sipil (PNS). Data masyarakat yang tinggal tepat di pinggiran sungai Deli, tidak didapatkan dengan jelas dari kantor Kelurahan karena masyarakat yang tinggal disini dianggap penghuni liar karena menurut peraturan yang ada sebenarnya ilegal untuk tinggal di pinggiran sungai. Keberadaan bangunan ini dinilai melanggar Peraturan Daerah (Perda)

10 Nomor 10/ 2009 tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Perda Nomor 10/2009 tersebut dijabarkan bahwa untuk membangun atau mendirikan bangunan di sekitar daerah aliran sungai (DAS), minimal jaraknya 25 meter dari bibir sungai tertinggi (sumber referensi Google). Tetapi dari hasil survey yang didapat dengan turun langsung kelapangan dan bertanya langsung pada masyarakat penghuni pinggiran sungai Deli, didapatkan data bahwa mata pencaharian masyarakat ini didominasi oleh kuli dan pedagang kecil. Untuk budaya dan perilaku sosial dari masyarakat disekitar site, didapat kesimpulan bahwa masyarakat disekitar site memiliki tingkat sosialisasi yang tinggi. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai Deli. Pada sore hari masyarakat yang tinggal di pinggir sungai sering berkumpul bersama di daerah depan rumah mereka. Mereka bersosialisasi bersama dengan tetangga sekitar dan anak-anak kecil bermain bersama di sekitaran sungai. Tetapi untuk masyarakat yang tinggal di Jl. Mangkubumi, tingkat sosialisasinya terasa kurang. Karena pada daerah jalan ini terdapat banyak ruko dan tempat perdagangan lainnya, hal tersebut membuat para penghuni yang tinggal disini menjadi kurang berkomunikasi dan bersosialisasi dengan tetangga disekitarnya, seperti masyarakat di kota besar pada umumnya. Masyarakat disekitar lahan ini juga memiliki beberapa organisasi masyarakat seperti karang taruna dan IPK. Lahan ini terletak tepat di tengah kota yang memiliki banyak akses untuk menuju ke site ini. Hal ini seharusnya menjadikan tingkat ekonomi yang tinggi pada daerah ini. Tapi pada kenyataannya letak daerah yang di tengah kota tidak bisa menjadi titik ukur perekonomian masyarakatnya. Seharusnya pada daerah tengah kota seperti ini tidak terdapat lagi pemukiman kumuh atau pemukiman liar. Sedangkan pada kenyataannya pada pinggir sungai Deli masih terdapat cukup banyak bangunan liar dan kumuh. Masyarakat yang tinggal di pinggir sungai Deli termasuk masyarakat menengah ke bawah dengan tingkat ekonomi yang rendah, karena kebanyakan penghuninya adalah pedagang

11 kecil dan kuli bangunan. Tetapi masyarakat yang tinggal di Jl. Mangkubumi bisa termasuk ke dalam masyarakat menengah ke atas karena kebanyakan mata pencahariannya adalah pegawai swasta, PNS, dan pengusaha dengan tingkat perekonomian yang lebih baik dibandingkan masyarakat yang tinggal di pinggir sungai. Hal ini didukung juga dengan lokasi yang strategis berada di pusat kota, memiliki banyak akses dan dipenuhi oleh sarana publik. Sehingga untuk pembangunan sebuah apartemen kelas menengah keatas sangat mendukung di daerah ini. Lokasi site ini berbatasan langsung dengan beberapa jalan utama, yaitu Jl. Mangkubumi, Jl. Letjend Suprapto, dan Jl. Badur. Pada Jl. Badur bangunan didominasi oleh bangunan rumah tinggal satu sampai tiga lantai. Pada Jl. Mangkubumi didominasi oleh bangunan ruko dan perkantoran, seperti swalayan, kantor pajak dan Palang Merah Indonesia (PMI). Pada Jl. Letjend Suprapto terdapat beberapa bangunan kantor yang berarsitektur kolonial seperti kantor PTPN IV dan kantor Polisi Militer (PM). Berdasarkan ketentuan dari peraturan daerah dan RTRW, bahwa kawasan Medan Maimun merupakan pusat pelayanan kota. Kawasan ini diperuntukkan untuk kegiatan perdagangan atau bisnis, pusat kegiatan jasa, kegiatan provinsi dan kota, pusat pelayanan ekonomi dan daerah komersil. Pada keadaan di lapangan hal ini sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada daerah ini terdapat banyak kantor-kantor, milik pemerintah dan juga milik swasta. Terdapat banyak toko-toko dengan skala kecil sampai besar sebagai tempat kegiatan perdagangan. Dan terdapat beberapa bank, seperti bank BNI, Mandiri, dan BCA sebagai pusat kegiatan ekonomi. Pembangunan ini juga harus mengikuti Peraturan Daerah Kota Medan No. 5 tahun 2012 tentang retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

12 Karena lahan yang berada di antara sungai Deli, maka harus mengikuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 tahun 2011 tentang sungai. Menurut pasal 9 untuk garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, yaitu : Paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 m (tiga meter). Paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m (tiga meter) sampai dengan 20 m (dua puluh meter). Paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua puluh meter). Pembangunan apartemen ini juga mengikuti peraturan lain yang telah ditentukan oleh pemerintah, seperti peraturan tentang koefisiensi dasar bangunan (KDB), garis sempadan bangunan (GSB), garis sempadan sungai (GSS), koefisiensi lantai bangunan (KLB), dan ketinggian bangunan yang dapat dibangun. Dari peraturan yang telah dijelaskan di atas tentang kawasan kota medan, hal tersebut sangat sesuai dengan kasus proyek yang akan dikerjakan yaitu pembangunan apartemen kelas menengah atas yang memiliki fasilitas pendukung seperti mall dan taman terbuka hijau umum agar masyarakat sekitar memiliki tempat untuk berkumpul bersama dan bisa berekreasi menikmati taman terbuka hijau dan sungai Deli. Bangunan seperti apartemen dan mall memang sudah seharusnya dibangun didaerah yang diperuntukkan untuk daerah komersil seperti daerah

13 ini, agar tata ruang kota Medan bisa lebih tertata lagi dan mengikuti peraturan yang berlaku.