BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN CIGENDING KECAMATAN UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

BAB V STRATEGI PRIORITAS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN CILOSEH

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA Buku dan Referensi Tugas Akhir, Tesis dan Penelitian

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DwiMurtiningsih,2014

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai

HUBUNGAN KUALITAS FISIK DAN LINGKUNGAN dengan POLA KEHIDUPAN LANSIA di kelurahan pudak payung kec banyumanik, semarang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

III. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

BAB II DASAR TEORI - 7 -

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

BAB III METODE PENELITIAN. evaluasi pelaksanaan pada Tahun yang menggunakan pendekatan

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. bantaran sungai Bengawan Solo ini seringkali diidentikkan dengan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir

3 METODE Rancangan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Kriteria PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG PENELEH KOTA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang putus sekolah karena kurang biaya sehingga. dan buruh pabrik tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian karena akan sangat berguna dalam memperoleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permukiman adalah kawasan lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota yang didasari oleh sebuah proses perencanaan, pada awalnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang senantiasa berkembang. Namun pelaksanaannya seringkali tidak berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal ini seringkali menyebabkan perkembangan kota menjadi sangat pesat dan kurang terkendali, yang pada akhirnya dapat menimbulkan banyak masalah. Salah satu diantaranya adalah terjadinya perubahan fungsi lahan. Hal ini tercermin dari semakin minimnya lahan-lahan kosong yang tadinya berfungsi sebagai ruang terbuka. Akibat dari keterbatasan lahan, maka pemerintah dan sebagian masyarakat mengubah lahan-lahan terbuka yang berfungsi sebagai fasilitas publik menjadi lahan terbangun. Tempat bermain anak merupakan sebuah contoh fasilitas publik yang semakin minim jumlahnya akibat terjadinya perubahan fungsi lahan. Dalam perencanaan fisik kota, unsur manusia menjadi titik tolak pemikiran yang didasari oleh tingkat kebutuhan mereka yang harus dipenuhi di dalam kota tersebut. Perencanaan haruslah mencakup segala aspek tanpa membedakan golongan atau kelompok tertentu, tak terkecuali kebutuhan dari penduduk usia anak-anak. Anak merupakan bagian dari warga kota. Kebutuhan pokok mereka juga merupakan bagian dari perwujudan unsur-unsur keinginan masyarakat yang perlu diterapkan dalam lingkungan hidup mereka. Namun, mereka merupakan suatu kelompok yang tidak berdaya untuk melontarkan tuntutan akan kebutuhannya. Maka sudah sewajarnya, generasi yang berada di atasnya memberikan perhatian yang lebih pada kelompok ini. Bagaimanapun kelanjutan dan kemajuan suatu negara akan ditentukan oleh kelompok anak-anak ini kelak. Papalia (1995) seorang ahli perkembangan manusia dalam bukunya Human Development mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Dengan bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal dan keahlian baru dan

2 belajar kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya. Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang. (Dikutip dari Novianti, 2006, Lembaga Pendidikan Semi Palar) Lembaga Donor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) mencatat 43 persen atau 33.586.440 jiwa penduduk Indonesia berusia kurang dari 18 tahun (tergolong anak menurut Unicef) bertempat tinggal di perkotaan. Termasuk anak berusia kurang dari 5 tahun sebanyak 9.318.960 (Unicef, 2004). Angka ini akan bertambah dengan kecepatan pertumbuhan 4,3 persen per tahun. Diperkirakan pada tahun 2025 ada 60 persen warga kota adalah anak. (Harian Suara Pembaruan, 15 Oktober 2004) Dari jumlah keseluruhan penduduk Kota Bandung yang mencapai 2 juta orang lebih, jumlah anak mencapai sepertiganya. Kecamatan Ujung Berung merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah penduduk usia anak terbanyak. Berdasarkan perhitungan keluarga sejahtera, jumlah keluarga pra sejahtera di Kecamatan Ujung Berung cukup besar. Hal ini menggambarkan tingkat kesejahteraan yang relatif rendah di Kecamatan Ujung Berung. Dalam lingkup wilayah yang lebih kecil, Kelurahan Cigending merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk usia anak yang hampir sama dengan jumlah yang dimiliki Kota Bandung, yaitu mencapai lebih dari 30%. Selain itu, Kelurahan Cigending memiliki jumlah keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I terbesar di Kecamatan Ujung Berung. Rendahnya tingkat kesejahteraan di suatu wilayah mencerminkan minimnya alternatif untuk memenuhi kebutuhan. Salah satunya adalah memenuhi kebutuhan bermain anak. Berdasarkan dua faktor tersebut (jumlah anak dan tingkat kesejahteraan) dan didukung oleh beragamnya jenis lingkungan permukiman, Kelurahan Cigending menarik untuk dijadikan objek penelitian.

3 1.2 Rumusan Persoalan Pada dasarnya, pemerintah telah mengakomodir kebutuhan anak-anak ini di dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada Pasal 11: Setiap anak berhak beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. Untuk memenuhi hak tersebut, pada Pasal 56 ayat 1 butir d, e dan f, disebutkan bahwa Pemerintah dalam menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan wajib mengupayakan dan membantu anak, agar anak dapat: bebas berserikat dan berkumpul bebas beristirahat, bermain, berkreasi, berekreasi dan berkarya seni budaya dan memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan. Namun pada kenyataannya, penyediaan sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan belum dapat dipenuhi dengan baik oleh Pemerintah. Penyediaan tempat bermain seharusnya tercakup dalam lingkup Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK). Akan tetapi, hal tersebut tampaknya belum tercantum secara jelas dalam RDTR, terutama dalam hal ini adalah RDTR Kota Bandung Wilayah Pengembangan Ujung Berung. Selain itu, prediksi PBB mencatat, diperkirakan hingga tahun 2025, separuh dari anak-anak di dunia akan tinggal di kota. Semakin hari, anak-anak yang tinggal di kota tersebut akan semakin kehilangan tempat bermainnya (Saragih, 2003). Hal ini menimbulkan pertanyaan, di manakah sebenarnya anak-anak bermain saat ini dan apakah ruang yang digunakan untuk bermain tersebut layak dan potensial untuk dikembangkan menjadi sebuah tempat bermain. Belum teridentifikasinya ruang-ruang yang biasa digunakan anak-anak untuk bermain beserta karakteristiknya, mendorong diperlukannya sebuah studi mengenai ketersediaan dan pemanfaatan ruang bermain anak di lingkungan permukiman perkotaan. Apakah ruang-ruang tersebut telah memenuhi kriteria penyediaan sebuah sarana bermain anak atau tidak dan bagaimana anak-anak memanfaatkan ruang-ruang

4 tersebut untuk bermain, menjadi hal yang perlu untuk dikaji secara mendalam. Hal ini didukung oleh belum pernah dilakukannya penelitian atau studi semacam ini. Tabel I.1 menunjukkan penelitian-penelitian yang terkait dengan kebutuhan ruang bermain anak sebelumnya. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penelitian mengenai kebutuhan ruang bermain telah dilakukan sejak lama. Ketiga penelitian sebelumnya lebih menitikberatkan pada sisi permintaan untuk menghasilkan berbagai arahan dan ketentuan tentang penyediaan tempat bermain anak. Walaupun terdapat juga sisi sediaan yang dibahas, tetapi fokus penelitian berada pada sisi permintaan. CB.Herman Edyanto Penentuan lokasi ruang bermain / rekreasi anak Citra Persada Penentuan kriteria sarana bermain di perkampungan padat Gede Budi Suprayoga Upaya peningkatan kualitas sarana bermain berdasarkan preferensi anak Perbedaan ketiga penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan penelitian ini adalah penelitian ini lebih menitikberatkan kajian terhadap aspek sediaannya. Walaupun secara tidak langsung akan membandingkan sediaan dengan permintaan, tetapi fokus utama dari penelitian ini berangkat dari identifikasi ketersediaan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu untuk dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut, maka terdapat tiga pertanyaan penelitian yang akan dijawab pada studi ini adalah: 1. Ruang-ruang apa sajakah yang potensial untuk digunakan anak-anak sebagai tempat bermain dalam lingkup lingkungan permukiman Kelurahan Cigending? 2. Bagaimanakah kuantitas dan kualitas ruang bermain anak di Kelurahan Cigending ditinjau dari kesesuaiannya dengan standar dan kriteria penyediaan yang berlaku? 3. Bagaimanakah pemanfaatan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending ditinjau dari karakteristik pengguna dan penggunaannya?

Referensi TABEL I.1 PENELITIAN TERKAIT DENGAN PENYEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK Penentuan Lokasi Kegiatan Rekreasi di Ruang Terbuka Bagi Anak-anak di Kotamadya Bandung Penentuan Kriteria dalam Penyediaan Sarana Fisik Bermain Anak-anak di Perkampungan Padat Citra Anak Terhadap Lingkungan Bermukim sebagai Pertimbangan dalam Penyediaan Sarana Bermain di Kelurahan Sukamiskin Fokus Pembahasan Penulis (Tahun) CB. Herman Edyanto (1981) Citra Persada (1989) Gede Budi Suprayoga (2007) Ruang Lingkup Wilayah Studi Kotamadya Bandung Kelurahan Nyengseret dan Kelurahan Pungkur Kelurahan Samoja dan Kelurahan Padasuka Kota Bandung Kelurahan Sukamiskin Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung Ruang Lingkup Materi Masalah penyediaan ruang bagi sarana fisik bermain Karakteristik kebutuhan ruang sebagai sarana bermain fisik di perkampungan padat. Atribut-atribut kualitas lingkungan yang menentukan kualitas lingkungan bermain anak Penelusuran mengenai citra anak Definisi Ruang Bermain Areal yang ditunjuk secara resmi yang disediakan untuk kegiatan bermain anak-anak dengan partisipasi aktif dan berada di luar rumah dengan waktu penggunaan tak terbatas, tanpa dipungut suatu biaya serta berada dalam lingkungan daerah perumahan Ruang yang khusus digunakan untuk permainan bebas (tanpa instruktur) dan dapat digunakan bersama-bersama termasuk ruang-ruang yang secara potensial berbahaya Ruang bermain yang diprogramkan Ruang bermain yang tak diprogramkan Pendekatan/Metode yang Digunakan Identifikasi permintaan melalui faktorfaktor yang dinilai pada setiap kelurahan: 1. pola penyebaran penduduk 2. kemungkinan optimasi pemanfaatan sarana bermain 3. luas daerah yang terbangun 4. faktor tersedianya sarana fisik bermain Metode skalogram Metode lingkaran Identifikasi permintaan dan kebutuhan masyarakat masukan dalam penentuan kriteria Analisis perbandingan hasil observasi vs.literatur syarat dan pedoman SPM mengenai: 1. bentuk dan ukuran 2. lokasi 3. kondisi fisik lingkungan 4. status penggunaan 5. pihak penyedia dan pengelola Mengidentifikasi atribut-atribut kualitas lingkungan yang perlu diperbaiki dari sebuah sarana atau tempat bermain anak dan menggali preferensi anak mengenai tempat bermainnya saat ini Menggunakan metode kualitatif Observasi, wawancara semiterstruktur, focus group discussion, dan sketsa mental Hasil Akhir Studi Penentuan lokasi sarana bermain di dua kelurahan yang terpilih berdasarkan skalogram yaitu Nyengseret dan Pungkur berdasarkan metode lingkaran Usulan kriteria bagi perencanaan penyediaan sarana fisik bermain anak-anak di perkampungan perkotaan Berbagai atribut kualitas lingkungan yang perlu diperbaiki dari tempat/sarana bermain anak Sumber: Studi Literatur, 2007

6 1.3 Tujuan dan Sasaran Studi Studi ini bermaksud untuk mengidentifikasi ketersediaan dan pemanfaatan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran studi ini adalah sebagai berikut: 1. Menginventarisasi ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending 2. Mengidentifikasi kesesuaian ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending dengan standar dan kriteria penyediaan yang berlaku 3. Mengidentifikasi pemanfaatan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending Studi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Secara umum, studi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kebutuhan penduduk kelompok usia anak-anak yang masih kurang terakomodasi dalam perencanaan kota. Manfaat dari studi ini adalah sebagai bahan pertimbangan dalam mengoptimalkan penyediaan tempat bermain anak di lingkungan permukiman Kelurahan Cigending. 1.4 Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup studi ini mencakup ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah studi. Ruang lingkup materi meliputi hal-hal yang menjadi pokok kajian studi sedangkan ruang lingkup wilayah studi meliputi batasan cakupan wilayah studi. 1.4.1 Ruang Lingkup Materi Studi ini akan mengidentifikasi ketersediaan dan pemanfaatan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending. Yang dimaksud dengan ruang bermain anak dalam studi ini adalah tempat yang biasa digunakan anak-anak untuk bermain di luar rumah, yang berada di dalam area lingkungan permukiman. Menurut Suprayoga (2007), ruang bermain anak ini terbagi menjadi dua: Ruang yang terprogramkan Misalnya taman lingkungan, taman/lapangan bermain (playground) yang memang dirancang dan disediakan khusus untuk anak-anak.

7 Ruang yang tak terprogramkan Misalnya tanah kosong, lapangan olah raga, jalan lingkungan, gang-gang, bantaran sungai. Ruang bermain yang tak terprogramkan merupakan ruang yang sebenarnya tidak ditujukan sebagai tempat bermain anak, namun pada kenyataannya seringkali digunakan anak untuk bermain. Dalam studi ini, ruang bermain anak yang akan dibahas mencakup kedua jenis ruang tersebut. Namun, ruang yang tak terprogramkan dibatasi pada ruang-ruang yang tidak membahayakan keselamatan anak (secara ekstrim) dalam bermain. Jadi, ruang seperti jalan raya, pinggiran rel kereta api dan ruang-ruang berbahaya lainnya, yang seringkali digunakan anak-anak untuk bermain, tidak akan dibahas dalam penelitian ini. Dalam lingkup yang lebih sempit, penelitian ini akan memfokuskan pada ruang-ruang yang potensial untuk dikembangkan sebagai tempat bermain anak. Keselamatan anak dalam bermain tetap menjadi syarat utama yang harus dipenuhi agar sebuah ruang dapat dikategorikan potensial. Selain itu, syarat-syarat pendukung lainnya agar suatu ruang dapat dianggap potensial untuk dikembangkan sebagai tempat bermain adalah ruang yang bersifat publik dan semi publik. Contohnya adalah tanah kosong atau fasilitas milik pemerintah dan sekolah yang mengijinkan anakanak yang bermukim di sekitar lingkungan sekolah untuk bermain setelah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berakhir. Adapun pokok-pokok pembahasan yang akan dikaji adalah sebagai berikut. 1. Tinjauan terhadap kebutuhan anak akan ruang bermain di kawasan perkotaan. Hal ini dilihat dari teori-teori perkembangan anak, kajian literatur serta pandangan dari psikolog atau ahli perkembangan anak. 2. Tinjauan terhadap penyediaan sarana bermain anak pada ruang terbuka dalam lingkup perencanaan. Pada bagian ini dibahas mengenai tujuan penyediaan sarana bermain anak, bentuk-bentuk sarana bermain anak pada ruang terbuka di perkotaan dan persyaratan dalam penyediaannya.

8 3. Tinjauan terhadap ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending, dilihat dari dua aspek: Kuantitas Standar penyediaan sarana bermain anak di lingkungan perumahan perkotaan. Kualitas Kriteria penyediaan tempat bermain anak pada ruang terbuka. Berdasarkan literatur dan hasil wawancara dengan psikolog anak, terdapat lima kriteria utama yang harus dipenuhi sebuah tempat bermain, yaitu keamanan, keselamatan, kenyamanan, aksesibilitas dan kesesuaian fungsi. 4. Tinjauan terhadap pemanfaatan ruang bermain anak yang tersedia saat ini di Kelurahan Cigending dilihat dari dua aspek: Karakteristik Pengguna Karakteristik Penggunaan 1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah Studi Studi ini dilakukan dengan mengambil Kelurahan Cigending sebagai objek studi. Kelurahan Cigending terdapat di Kecamatan Ujung Berung, Kota Bandung. Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan ruang lingkup wilayah studi ini antara lain: 1. Kecamatan Ujung Berung merupakan kecamatan dengan jumlah anak keempat terbanyak di Kota Bandung, dengan Kelurahan Cigending sebagai kelurahan dengan jumlah anak terbanyak di kecamatan tersebut. (BPS Kota Bandung, 2006) 2. Kelurahan Cigending merupakan kelurahan dengan tingkat kesejahteraan yang relatif rendah, menurut data jumlah keluarga sejahtera Badan Keluarga Berencana Kota Bandung 2006. Masyarakat dengan tingkat kesejahteraan rendah diasumsikan lebih membutuhkan perhatian dalam pemenuhan kebutuhan sarana bermain anak yang bersifat publik di lingkungannya. Selain kedua faktor di atas, jenis permukiman yang bervariasi, yaitu tersedianya permukiman terencana dan permukiman tak terencana, juga merupakan faktor pendukung terpilihnya Kelurahan Cigending sebagai wilayah studi.

9 1.5 Metodologi Studi Pada dasarnya, metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Menurut Whitney (1960) dalam buku karangan Moh.Nasir (1988) yang berjudul Metode Penelitian, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. 1.5.1 Metode Pengumpulan Data Data pada studi ini diperoleh melalui kegiatan sebagai berikut: 1. Studi literatur Studi literatur dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan anak akan bermain dan pengaruhnya bagi perkembangan anak. Selain itu juga untuk memperoleh informasi mengenai standar dan kriteria penyediaan sarana bermain anak pada ruang terbuka. 2. Survey data sekunder Tahapan-tahapan dalam studi ini memerlukan data-data kependudukan, guna lahan, jumlah persebaran fasilitas, serta peraturan-peraturan yang terkait dengan penyediaan sarana bermain anak di perkotaan. Untuk itu, dilakukan survey data sekunder untuk memenuhi kebutuhan data yang mendukung penelitian ini. Survey data sekunder dilakukan ke dinas-dinas terkait, antara lain Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung, Dinas Tata Kota Kota Bandung, BPS Kota Bandung, BAPEDA Kota Bandung, dan Kantor Kelurahan Cigending. 3. Survey data primer Observasi Observasi merupakan cara pengambilan data dengan menggunakan bantuan indera, yaitu mata. Observasi yang digunakan adalah jenis observasi berstruktur sebab peneliti telah mengetahui aspek apa dari aktivitas yang diamatinya yang relevan dengan masalah serta tujuan penelitian. Tujuan

10 dilakukannya observasi adalah untuk mengetahui kondisi dari ruang bermain anak di Kelurahan Cigending, agar aspek kualitas dan kuantitas dari ruang bermain tersebut dapat teridentifikasi. Selain itu, observasi juga dilakukan untuk mengkaji pemanfaatan ruang bermain di Kelurahan Cigending. Untuk itu, poin-poin penting yang akan diamati di ruang bermain antara lain: Jumlah anak Kesesuaian kriteria Perbandingan gender Ragam aktivitas Permainan yang dilakukan Observasi dilakukan secara temporal atau berdasarkan waktu. Sebagai perbandingan, observasi dilakukan pada hari biasa dan akhir pekan. Waktu pengamatan dibagi menjadi empat, yaitu pagi hari (08-10.59), siang hari (11-14.59), sore (15-17.59) dan malam hari (18.00 ke atas). Wawancara Untuk mendukung hasil observasi, diperlukan wawancara yang dilakukan kepada tiga pihak, yaitu: 1. Psikolog Anak, Dr. Juke R. Siregar, M.Pd. 2. Ketua RW dari 11 RW yang terdapat di Kelurahan Cigending Wawancara dilakukan untuk mengetahui secara umum mengenai ketersediaan ruang bermain anak yang ada di wilayahnya 3. Pengguna ruang bermain anak, yaitu anak-anak yang berada dalam rentang usia 4-6 tahun dan 7-14 tahun. Bila wawancara tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka anak pada rentang usia 7-14 tahunlah yang diprioritaskan. Anak-anak yang sedang bermain ini berperan sebagai informan. Data primer yang dikumpulkan dari wawancara terhadap anak-anak pengguna tempat bermain ini diperlukan untuk meninjau karakteristik pengguna dan penggunaan ruang yang diperlukan pada analisis pemanfaatan.

11 Wawancara yang dilakukan berisi pertanyaan semi terstruktur. Pertanyaan dapat berkembang saat wawancara dilakukan, tidak terpaku pada panduan wawancara yang telah dibuat. Kuesioner Teknik pengumpulan data primer yang terakhir adalah kuesioner. Kuesioner ditujukan kepada pengguna sarana bermain, yaitu warga (KK) Kelurahan Cigending yang memiliki anak berusia 2-14 tahun. Pengambilan data kuesioner dengan teknik wawancara ini, dilakukan untuk mendukung identifikasi karakteristik pengguna dan penggunaan serta mengetahui preferensi pengguna terhadap ketersediaan ruang bermain di lingkungannya. Untuk memperoleh jumlah sampel warga sebagai pengguna ruang bermain yang akan diteliti, digunakan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 90%. Rumus Slovin adalah sebagai berikut (Sugiyono, 1994): n N Ne 2 + Keterangan: n = jumlah sampel N = populasi e = error estimate, yaitu besarnya derajat kepercayaan studi (10%) 1 Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Cigending adalah 3014 jiwa. Maka dengan tingkat kepercayaan 90% diperoleh minimal jumlah sampel adalah 96 orang. Pengambilan sampel dilakukan di setiap RW secara proporsional. Cara memilih sampel dilakukan dengan cara simple random sampling untuk menentukan RT yang akan disampel. Setelah itu, dengan bantuan Ketua RT, akan diketahui siapa saja orang tua yang memiliki anak berusia 2-14 tahun yang tinggal di wilayah RT-nya, yang sesuai sebagai responden.

12 1.5.2 Metode Analisis Untuk mencapai tujuan studi, metode analisis yang akan digunakan adalah metode analisis deskriptif, karena studi lebih menekankan pada pengamatan lapangan dan kajian literatur. Metode analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending. Ketersediaan ruang bermain dibagi menjadi dua bagian besar yaitu ruang bermain yang diprogramkan dan ruang bermain yang tak diprogramkan. Ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending ini akan dinilai dari dua aspek, yaitu: 1. Kuantitas Ketersediaan ruang bermain anak akan dibandingkan dengan kebutuhan ruang bermain anak yang seharusnya disediakan di Kelurahan Cigending. Variabel penilaian kesesuaian ketersediaan yang digunakan adalah luas lahan dan jumlah ruang. 2. Kualitas Kondisi ruang bermain anak dinilai berdasarkan kriteria penyediaan sarana bermain anak pada ruang terbuka. Terdapat lima kriteria utama yang harus dipenuhi dalam penyediaan sarana bermain anak. Kelima kriteria tersebut terdiri dari empat indikator yang digunakan untuk menilai pemenuhan masing-masing kriteria. Dari kelima kriteria terdapat dua kriteria yang wajib dipenuhi yaitu kriteria keamanan dan keselamatan. Untuk mengukur tingkat kesesuaian kedua kriteria ini digunakan ketentuan sebagai berikut. Sesuai 4 indikator terpenuhi Tidak sesuai jika memenuhi < 4 indikator Dua kriteria lainnya, aksesibilitas dan kesesuaian fungsi, memiliki bobot lebih rendah sehingga ketentuan penilaiannya adalah sebagai berikut. Sesuai minimal 3 indikator terpenuhi Kurang sesuai jika memenuhi 2 indikator Tidak sesuai jika memenuhi < 2 indikator

13 Kriteria kenyamanan memiliki bobot penilaian yang paling rendah sehingga ketentuannya adalah sebagai berikut. Sesuai minimal 2 indikator terpenuhi Kurang sesuai jika memenuhi 1 indikator Tidak sesuai jika memenuhi 0 indikator Metode analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan pemanfaatan ruang bermain ditinjau dari dua aspek, yaitu: 1. Karakteristik pengguna a. Usia c. Asal tempat tinggal b. Jenis kelamin d. Jenis pekerjaan orang tua 2. Karakteristik penggunaan a. Waktu kunjungan c. Aktivitas yang dilakukan b. Frekuensi kunjungan d. Bentuk permainan Data yang digunakan dalam analisis pemanfaatan ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara pengguna tempat bermain dan hasil wawancara (kuesioner) orang tua yang memiliki anak berusia 2-14 tahun. Salah satu tujuan dari analisis pemanfaatan ini adalah untuk meninjau efektivitas ruang dalam memenuhi fungsinya sebagai tempat bermain. Yang dimaksud dengan efektif dalam hal ini adalah sejauh mana sebuah ruang dimanfaatkan dengan baik oleh penggunanya sebagai tempat bermain. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pengunjung yang datang untuk melakukan aktivitas di ruang tersebut, dominasi usia pengguna, frekuensi kunjungan dan aktivitas apa yang sering dilakukan di ruang tersebut. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam studi ini adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji teori perkembangan anak untuk mengetahui pentingnya bermain bagi anak. Hasil kajian ini bertujuan pula untuk melihat bagaimana kebutuhan bermain bagi anak ini diakomodasi dalam penataan ruang perkotaan tinjauan penyediaan sarana bermain anak dari aspek planologi

14 2. Mengidentifikasi standar dan kriteria penyediaan serta merumuskan konsep pemanfaatan ruang bermain anak dalam lingkup perencanaan kota. 3. Menghitung ketersediaan ruang bermain anak berdasarkan data sekunder dan observasi langsung Inventarisasi ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending Ruang bermain yang diprogramkan Ruang bermain yang tak diprogramkan 4. Mengidentifikasi kesesuaian ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending dengan standar dan kriteria penyediaan yang berlaku Ketersediaan ruang bermain anak di lapangan, baik yang terprogramkan maupun yang tak terprogramkan, akan dibandingkan dengan jumlah ruang bermain anak yang seharusnya tersedia berdasarkan standar. Kondisi ruang bermain anak, baik yang terprogramkan maupun yang tak terprogramkan, dinilai berdasarkan kriteria penyediaan sarana bermain anak pada ruang terbuka menurut literatur dan hasil wawancara psikolog anak. 5. Mengidentifikasi pemanfaatan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending dengan melakukan observasi dan wawancara sebagai pendukung. Identifikasi pemanfaatan ini bertujuan untuk menilai efektivitas penggunaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending. Analisis pemanfaatan ini akan dikaji berdasarkan: Karakteristik pengguna. Dinilai berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan orang tua untuk menggambarkan latar belakang ekonomi keluarga dan asal tempat tinggal. Karakteristik penggunaan. Dinilai beradasarkan waktu kunjungan, aktivitas apa saja yang dilakukan di ruang bermain anak, apa bentuk permainan yang sedang dilakukan. 6. Mengidentifikasi preferensi orangtua terhadap ketersediaan ruang bermain di lingkungannya sebagai informasi pendukung bagi rekomendasi penyediaan 7. Menyusun kesimpulan dan rekomendasi penyediaan ruang bermain anak di lingkungan permukiman Kelurahan Cigending.

15 TABEL 1.2 METODOLOGI PENELITIAN No Tahapan Studi Data yang Dibutuhkan Teknik Pengumpulan Data Analisis Output 1. Mengidentifikasi kebutuhan anak terhadap tersedianya sarana bermain anak di ruang terbuka berdasarkan teori perkembangan anak Teori dan studi mengenai: Pengertian anak Pengertian bermain Pentingnya bermain bagi perkembangan anak Studi literatur : Hurlock,1978, Child Development Gunarsa, 1983, Psikologi Perekembangan Anak dan Remaja Kartono, 1979, Psikhologi Anak UU RI No.23/2002 Wawancara dengan psikolog anak Dr. Juke R. Siregar, M.Pd Content Analysis Definisi Anak dan Bermain Gambaran besarnya kebutuhan anak akan bermain 2. Mengidentifikasi standar dan kriteria penyediaan serta merumuskan konsep pemanfaatan ruang bermain anak dalam lingkup perencanaan kota Kebijakan dan peraturan mengenai standar penyediaan fasilitas sosial Teori dan studi mengenai kriteria penyediaan sarana bermain anak pada ruang terbuka Studi literatur : Kepmen PU No.378/KPTS/1987 Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota Dep.PU, 1983 SNI 03-1733-2004 Tata Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan SNI 03-6981-2004 Play for All Guidelines (Moore, 1992) SPG9 Public Outdoor Playing Space, Hambleton District Council Gede Budi (2007) Persada (1989) Zara (2002) Studi literatur : Rusdaryanto dan Dirgantara (1997) Smith (1989), Tourism Analysis-A Handbook Content Analysis Standar ukuran penyediaan sarana bermain anak di lingkungan permukiman di perkotaan Kriteria penyediaan sarana bermain anak pada ruang terbuka Teori dan studi mengenai pemanfaatan fasilitas Content Analysis Konsep pemanfaatan fasilitas 3. Menginventarisasi ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending Jumlah ruang bermain anak yang tersedia di Kelurahan Cigending: Ruang Terprogram o taman lingkungan Ruang Tak Terprogramkan o halaman pakir o lapangan olah raga o tanah kosong, dll Survey data sekunder ke Kelurahan Cigending Profil Kelurahan Cigending, 2007 Daftar Isian Potensi Kelurahan Cigending, 2006 Observasi langsung Wawancara Ketua RW Metode analisis deskriptif (teknik analisis gabungan hasil survey sekunder, observasi dan wawancara) Jumlah dan lokasi ruang bermain anak yang tersedia di Kelurahan Cigending

16 No Tahapan Studi Data yang Dibutuhkan Teknik Pengumpulan Data Analisis Output 4. Mengidentifikasi kesesuaian ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending dengan standar dan kriteria penyediaan yang berlaku 5. Mengidentifikasi pemanfaatan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending Standar penyediaan sarana bermain anak yang berlaku Inventarisasi ruang bermain anak di Kelurahan Cigending Karakteristik kependudukan Kelurahan Cigending Nilai kesesuaian kriteria berdasarkan observasi Karakteristik pengguna ruang bermain anak Karakteristik penggunaan ruang bermain anak Output tahapan 2 Output tahapan 3 Survey data sekunder ke Kelurahan Cigending Profil Kelurahan Cigending, 2007 Daftar Isian Potensi Kelurahan Cigending, 2006 Observasi Kesesuaian Kriteria Observasi Jumlah pengguna berdasarkan jenis kelamin dan usia Ragam aktivitas yang sedang dilakukan Bentuk permainan Wawancara pengguna ruang bermain (anak 4-14 tahun) Usia Asal/tempat tinggal Jenis pekerjaan orang tua Waktu dan frekuensi kunjungan Metode analisis deskriptif Metode analisis deskriptif Metode analisis deskriptif (teknik analisis gabungan hasil observasi dan wawancara) Nilai kesesuaian ruang bermain dengan standar penyediaan yang berlaku Nilai kesesuaian kondisi ruang bermain dengan kriteria penyediaan sarana bermain pada ruang terbuka Pemanfaatan (efektivitas penggunaan) ruang bermain anak yang tersedia di Kelurahan Cigending Wawancara warga (orangtua yang memiliki anak 2-14 tahun) Karakteristik bermain anak Preferensi mengenai ketersediaan ruang bermain anak di lingkungannya Metode deskriptif kuantitatif Preferensi orangtua terhadap ketersediaan ruang bermain di lingkungan tempat tinggalnya

17 1.6 Sistematika Penulisan Studi ini akan disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini merupakan bagian awal dari pembahasan studi yang berisikan latar belakang studi, perumusan masalah, ruang lingkup materi dan wilayah studi, metodologi serta sistematika penulisan yang digunakan. BAB II Tinjauan Kebutuhan Dan Penyediaan Sarana Bermain Bagi Anak Bab ini membahas tentang teori-teori dan kebijakan yang mendukung studi ini, yaitu mengenai kebutuhan dan penyediaan sarana bermain anak ditinjau dari aspek psikologi dan planologi. Termasuk di dalamnya standar-standar yang digunakan dalam penyediaan sarana bermain anak pada ruang terbuka yang berlaku saat ini. BAB III Gambaran Umum Wilayah Studi Bab ini berisikan gambaran umum Kelurahan Cigending sebagai objek studi. Di dalamnya dipaparkan tentang komposisi penduduk, karakteristik sosial ekonomi penduduk, pola penggunaan lahan dan gambaran ketersediaan ruang bermain anak serta karakteristik bermain anak-anak di Kelurahan Cigending. BAB IV Ketersediaan dan Pemanfaatan Ruang Bermain Di Kelurahan Cigending Pada bab ini dilakukan identifikasi ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending. Identifikasi ketersediaan akan menghitung ketersediaan ruang bermain anak dibandingkan dengan standar dan kriteria yang berlaku. Pada bab ini juga akan diidentifikasi mengenai pemanfaatan ruang bermain anak yang ada saat ini. BAB V Kesimpulan Dan Rekomendasi Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan hasil temuan studi serta beberapa rekomendasi dan usulan studi lanjutan.

18 GAMBAR 1.1 KERANGKA PIKIR Perkembangan kota yang pesat dan tak terkendali Perencanaan dan pembangunan yang tidak memperhatikan hak anak Banyak terjadinya perubahan fungsi lahan Kebutuhan bermain anak yang tinggi Emosional Sosial Motorik Kognitif Terbatasnya kesediaan ruang terbuka publik Latar Belakang Belum teridentifikasinya ruang yang biasa digunakan anak untuk bermain beserta karakteristiknya di Kelurahan Cigending Rumusan Masalah Mengidentifikasi ketersediaan dan pemanfaatan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending Tujuan Studi Ruang Bermain yang Diprogramkan Ruang Bermain yang Tak Diprogramkan Ketersediaan Pemanfaatan Ketersediaan Pemanfaatan Standar dan kriteria penyediaan Observasi Kuantitas Kualitas Karakteristik Pengguna Karakteristik Penggunaan Kuantitas Kualitas Karakteristik Pengguna Karakteristik Penggunaan Observasi Wawancara dan Kuesioner Preferensi orangtua terhadap ketersediaan ruang bermain anak di lingkungannya Analisis Identifikasi Ketersediaan dan Pemanfaatan Ruang Bermain Anak di Kelurahan Cigending sebagai bahan pertimbangan optimasi penyediaan tempat bermain anak di Kelurahan Cigending Kesimpulan dan Rekomendasi