BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Data Nilai Ulangan Semester I Siswa Kelas VII Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTU KARTU MASALAH DAN THINK PAIR SHARE BERBANTU KARTU MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB III METODE PENELITIAN

Abstrak. Kata kunci: model pembelajaran NHT, model pembelajaran TPS, fungsi, prestasi belajar matematika

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBASIS KOMPUTER PADA SISWA SMP KELAS VIII

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Sumaji. Kata kunci : Pembelajaran Matematika, Group Investigation, Aktivitas Belajar.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. 2. NPSN (Nomor Pokok Sekolan Nasional):

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)DAN LEARNING TOGETHER (LT) DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

Abstrak. Kata kunci: Pembelajaran Think Pair Share, konvensional, prestasi belajar PENDAHULUAN

*Keperluan korespondensi, HP: , ABSTRAK

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE JIGSAW DAN GROUP INVESTIGATIONN DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII

STUDI PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ)

Nurul Farida Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 45 hingga 53

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR DAN RT PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMP NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN

BAB III METODE PENELITIAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA TIPE TAI DAN TIPE TPS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 24 hingga 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS PADA MATERI POKOK SEGITIGA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK

KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI DISIPLIN BELAJAR MAHASISWA

Mei Dwi Utami 1,*, Sri Mulyani 2, dan Ashadi 2 1 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

Oleh Tri Andari Agung Prastyo Pambudi.

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TAI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Data Skor Motivasi Belajar Peserta Didik

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMP

III. METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Muhammadiyah

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN JENIS KELAMIN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMP NEGERI 1 PUCAKWANGI PATI TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB IV HASIL PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 262 siswa dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EKSPERIMENTASI MODEL TPS MIND MAPPING DAN TTW MIND MAPPING PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DITINJAU DARI KECERDASAN MATEMATIS LOGIS SISWA SMP

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA MELALUI STRATEGI THINK-PAIR-SQUARE DAN EXPLICIT INSTRUCTION

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Sutama (2015:43) penelitian

*Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

Artikel Publikasi Ilmiah Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman dan

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

RME DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROSIDING ISBN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Menurut Sugiyono (2012: 107) menyatakan bahwa metode

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Korespondensi: Abstrak

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN MATEMATIKA. Oleh : VERA LUSIANA A

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK TALK WRITE DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

*Keperluan korespondensi : , ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KOMPUTER DENGAN METODE STAD DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar

FACILITATOR TERHADAP. Naskah Publikasi. Diajukan oleh INDRA A FAKULTA

BAB III METODE PENELITIAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CRH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENTIFIC DENGAN STRATEGI TEAM GAME TOURNAMENT

Annis Deshinta Ayuningtyas Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

Rahayu Sri Waskitoningtyas 1, Tri Atmojo Kusmayadi 2, Mardiyana 3

STUDI PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TGT DENGAN MODEL DISKUSI DALAM KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN

Mahasiswa Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dosen Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dilaksanakan adalah randomized control group pretest-posttest design. Dimana

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Kata kunci: Model Make a Match, prestasi belajar, motivasi belajar

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang mempunyai kemampuan awal sama. Uji keseimbangan dilakukan terhadap ketiga kelas, yaitu kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas eksperimen 3. Data yang digunakan sebagai uji keseimbangan adalah data dokumentasi berupa nilai UN matematika SMP siswa Tahun Pelajaran 2013/2014 (Lampiran 5), deskripsi data nilai awal disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Awal Siswa Kelompok N Rataan Mo Me Min Maks S PBL 86 7,34 8,75 7,75 3,75 10,00 1,75 TPS 89 7,30 8,00 7,50 3,75 9,75 1,75 Klasikal 89 7,01 5,25 7,00 4,00 10,00 1,77 Uji keseimbangan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Anava satu jalan dengan sel tak sama. Sebelum dilakukan uji keseimbangan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat untuk mengetahui data berdistribusi normal dan variansi kelompok yang dibandingkan homogen. 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas digunakan metode Lilliefors. Rangkuman hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Kelas L obs L α Keputusan Uji Kesimpulan PBL 0,0936 0,0955 H o diterima Populasi Normal TPS 0,0807 0,0939 H o diterima Populasi Normal Klasikal 0,0891 0,0939 H o diterima Populasi Normal 66

67 Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa L obs untuk masing-masing kelas lebih kecil dari L α dengan DK = L L > L 0,05;n, sehingga L obs DK dan H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa populasi memiliki distribusi normal. Perhitungan uji normalitas selengkapnya ditetapkan pada Lampiran 18. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan membandingkan variansi pada kelas eksperimen satu, kelas eksperimen dua, dan kelas eksperimen tiga dengan kemampuan awal matematika siswa. Dalam penelitian ini digunakan uji Bartlett dengan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas diperoleh χ 2 obs = 0,0091 dengan DK = {χ 2 χ 2 > χ 2 0,05;3 1 } = {χ2 χ 2 > 5,9915}, karena χ 2 obs berada di luar daerah kritis maka H 0 diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ketiga populasi mempunyai variansi yang sama (homogen). Perhitungan uji homogenitas selengkapnya ditetapkan pada Lampiran 18. 3. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan awal kelas eksperimen satu, kelas eksperimen dua, dan kelas eksperimen tiga ketiga berada dalam tingkatan yang sama. Dalam penelitian ini statistik uji yang digunakan adalah uji F. Berdasarkan uji prasyarat pada uji normalitas dan uji homogenitas, telah diperoleh bahwa populasi berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan populasi mempunyai variansi yang sama (homogen). Rangkuman hasil uji keseimbangan dengan analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Uji Keseimbangan Kemampuan Awal Siswa Sumber JK Dk RK F obs F α Populasi 3,3381 2 1,6690 Galat 806,9905 261 3,0919 Total 810,3286 - - 0,5398 3,0304 Keputusan Uji H o diterima

68 Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat F obs sebesar 0,5398 dengan daerah kritis DK = F F > F α;k 1;N k = {F F > 3,0304} sehingga F obs DK dan H 0 diterima, sehingga disimpulkan bahwa ketiga populasi mempunyai kemampuan awal yang sama (seimbang). Perhitungan uji keseimbangan selengkapnya dapat ditetapkan pada Lampiran 19. B. Hasil Uji Coba Instrumen 1. Tes Prestasi Belajar Matematika Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes terdiri dari 30 soal dalam bentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban dengan materi pokok sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. Uji coba dilakukan di kelas XI IPA1 SMA Negeri 5 Madiun pada bulan Oktober 2014. Soal tes diujicobakan untuk mengetahui daya beda, tingkat kesukaran serta reliabilitas tes prestasi belajar matematika. a. Uji Validitas Isi Validitas isi meliputi segi materi, segi konstruksi, dan segi bahasa. Pada penelitian ini validitas dilakukan dengan menggunakan daftar check list oleh tiga orang validator, yaitu Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd., beliau menjabat sebagai Rektor Universitas Widya Mandala Madiun, validator kedua adalah Musta in, M.Pd., beliau menjabat sebagai instruktur nasional Kurikulum 2013, dan validator ketiga adalah Wahyu Astuti Budi, M.Pd., beliau menjabat sebagai guru senior di kota Madiun. Ketiga validator memvalidasi 30 butir soal serta memberikan saran perbaikan, seperti yang terlampir pada Lampiran 11. Selanjutnya peneliti memperbaiki kembali instrumen tes prestasi belajar berdasarkan saran-saran yang diberikan oleh validator. b. Daya Beda Setelah dilakukan perhitungan daya beda instrumen tes prestasi belajar matematika (Lampiran 12) diperoleh rangkuman seperti pada Tabel 4.4.

69 Tabel 4.4 Rangkuman Uji Daya Beda Tes Prestasi Belajar Matematika No Kriteria Daya Beda (D) 1 D 0,30 Butir Soal 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 2 D < 0,30 6, 7, 17, 29, 30 Keputusan Daya Beda Baik Daya Beda jelek Jumlah Butir Soal Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 30 butir soal tes prestasi belajar terdapat 25 butir soal yang mempunyai daya beda baik. c. Tingkat Kesukaran Setelah dilakukan perhitungan analisis tingkat kesukaran instrumen tes prestasi belajar matematika (Lampiran 13) diperoleh rangkuman seperti pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Rangkuman Uji Tingkat Kesukaran Tes Prestasi Belajar Matematika No Kriteria Tingkat Kesukaran (P) Butir Soal Kategori Soal 25 5 Jumlah Butir Soal 1 0,00 P < 0,30 - Sukar 0 2 0,30 P 0,70 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29 Sedang 28 3 0,70 < P 1,00 6, 30 Mudah 2 Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui dari 30 butir soal yang di ujicobakan, terdapat 28 butir termasuk kategori sedang dan 2 butir termasuk kategori mudah. Soal yang digunakan adalah soal dengan kategori tingkat kesukaran sedang, sehingga terdapat 28 butir soal yang dapat digunakan untuk tes prestasi. Butir soal digunakan yaitu butir soal yang valid berdasarkan uji validitas isi, mempunyai daya beda baik dan tingkat kesukaran sedang, sehingga diperoleh 25 butir soal yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, dan 28. Selanjutnya 25 soal tersebut diuji reliabilitasnya dengan rumus KR-20.

70 d. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus KR-20. Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes prestasi belajar matematika, diperoleh indeks reliabilitas tes r 11 = 0,8434. Berdasarkan kriteria, instrumen dikatakan reliabel jika r 11 0,70. Hasil perhitungan diperoleh r 11 0,70 maka instrumen tes prestasi belajar matematika reliabel dan dapat digunakan untuk tes prestasi belajar matematika. Perhitungan selengkapnya ditetapkan pada Lampiran 14. 2. Angket Motivasi Berprestasi Siswa Angket motivasi berprestasi siswa disusun oleh peneliti terdiri dari 40 item pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Setelah angket disusun, angket diujicobakan untuk mengetahui validitas, konsistensi internal, dan reliabilitas. a. Validitas Isi Validitas isi uji coba angket motivasi berprestasi siswa terdiri dari 40 butir pernyataan. Kriteria penelaahan validitas isi instrumen angket motivasi berprestasi ini meliputi aspek isi, konstruksi, dan bahasa. Pada penelitian ini validitas dilakukan dengan menggunakan daftar check list oleh tiga orang validator, yaitu Erma Kumala Sari, M.Psi., beliau menjabat sebagai dosen pada program studi Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret, validator kedua adalah Anang Kusherminto, M.Pd., beliau sebagai guru inti Bahasa Indonesia kota Madiun, dan validator ketiga adalah Estu Dwitanto, S.Pd., beliau sebagai guru senior BK dan tim pendamping kurikulum pelajaran BK kota Madiun. Ketiga validator memvalidasi 40 butir pernyataan serta memberikan saran perbaikan, seperti yang terlampir pada Lampiran 6. Selanjutnya peneliti memperbaiki kembali instrumen angket motivasi berprestasi berdasarkan saran-saran yang diberikan oleh validator. b. Konsistensi Internal Setelah dilakukan perhitungan konsistensi internal angket motivasi berprestasi diperoleh rangkuman seperti pada Tabel 4.6.

71 Indeks Konsistensi Internal Tabel 4.6. Rangkuman Uji Konsistensi Internal Butir Soal Keputusan Jumlah Butir r xy < 0,3 10, 16, 33, 39, 40 Jelek 5 r xy 0,3 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38 Baik 35 Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui pernyataan dengan konsistensi internal jelek sebanyak 5 butir dan pernyataan dengan konsistensi internal baik sebanyak 35 butir. Pernyataan yang digunakan adalah yang mempunyai konsistensi internal baik, sehingga ada 35 butir pernyataan yang layak dipakai untuk angket motivasi berprestasi siswa. Perhitungan selengkapnya ditetapkan dalam Lampiran 7. Pernyataan yang digunakan yaitu butir yang valid berdasarkan uji validitas isi serta mempunyai konsistensi internal baik, sehingga diperoleh 35 butir soal yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, dan 38. Selanjutnya 35 pernyataan tersebut diuji reliabilitasnya dengan rumus Alpha. c. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha. Hasil perhitungan reliabilitas yang dilakukan terhadap 35 butir pernyataan diperoleh r 11 = 0,9197. Berdasarkan kriteria, instrumen dikatakan reliabel jika r 11 0,70. Hasil perhitungan diperoleh r 11 0,70 maka instrumen angket motivasi berprestasi dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Perhitungan selengkapnya ditetapkan dalam Lampiran 8. C. Deskripsi Data Penelitian Data penelitian yang digunakan untuk uji hipotesis meliputi data motivasi berprestasi siswa dan data nilai tes prestasi belajar siswa materi pokok sistem persamaan dan pertidaksamaan linear.

72 1. Data Motivasi Berprestasi Siswa Data tingkat motivasi berprestasi siswa diperoleh dari angket motivasi berprestasi siswa dengan responden sebanyak 264 siswa dari 9 kelas pada ketiga SMA Negeri di Kota Madiun yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Selanjutnya, data tersebut dikelompokkan dalam tiga kategori berdasarkan skor yang diperoleh dari masing-masing siswa yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Perhitungan lengkap untuk menentukan tingkat motivasi berprestasi siswa dapat dilihat pada Lampiran 15. Deskripsi dari data tingkat motivasi berprestasi siswa disajikan dalam Tabel 4.7. Tabel 4.7 Deskripsi Data Tingkat Motivasi Berprestasi Siswa Kelas Skor Tingkat Motivasi Berprestasi Jumlah Angket Tinggi Sedang Rendah Siswa Skor Maks 134 105 93 PBL Skor Min 107 94 75 86 N 27 32 27 Skor Maks 119 106 93 TPS Skor Min 108 94 80 89 N 27 30 32 Skor Maks 123 105 93 Klasikal Skor Min 108 94 70 89 N 28 32 29 Jumlah Siswa 82 94 88 264 Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi berjumlah 82 siswa, siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang berjumlah 94 siswa, sedangkan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah berjumlah 88 siswa. 2. Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa Data yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah data prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. Data prestasi belajar matematika siswa diperoleh dari hasil tes prestasi belajar matematika yang dilakukan setelah dikenai pembelajaran. Deskripsi data prestasi belajar matematika siswa pada masing-masing kategori model pembelajaran disajikan dalam Tabel 4.8.

73 Tabel 4.8 Deskripsi Data Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas N Nilai Min Nilai Maks X S PBL 86 48,00 96,00 71,01 13,16 TPS 89 36,00 92,00 66,30 14,24 Klasikal 89 28,00 80,00 61,44 11,67 Tinggi 82 40,00 96,00 71,54 13,44 Sedang 94 44,00 92,00 67,02 12,36 Rendah 88 28,00 86,00 60,39 12,86 Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui nilai maksimal, nilai minimal, rerata, dan standar deviasi yang diperoleh dari hasil tes prestasi belajar matematika siswa pada masing-masing model pembelajaran dan masing-masing tingkat motivasi berprestasi siswa. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17. 3. Data Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Masing-Masing Model Pembelajaran dengan Masing-Masing Kategori Motivasi Berprestasi Pengujian hipotesis melibatkan interaksi antar masing-masing model pembelajaran dengan masing-masing tingkat motivasi berprestasi. Deskripsi data tes prestasi belajar matematika siswa pada masing-masing model pembelajaran dengan setiap tingkat motivasi berprestasi disajikan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Deskripsi data tes prestasi belajar matematika siswa pada masingmasing model pembelajaran dengan setiap tingkat motivasi berprestasi Motivasi berprestasi Rerata Tinggi Sedang Rendah Model Marginal N 27 32 27 Nilai Min 56 48 48 PBL Nilai Maks 96 86 86 X 81,1111 66,7500 66,1481 71,0698 S 10,01 12,21 11,57 N 27 30 32 Nilai Min 56 48 36 TPS Nilai Maks 92 92 80 X 71,8519 69,4667 58,6250 66,2921 S 11,66 14,15 13,31 N 28 32 29 Nilai Min 40 44 28 Klasikal Nilai Maks 76 80 76 X 62,0000 65,0000 56,9655 61,4382 S 11,28 10,56 12,07 Rerata Marginal 71,5366 67,0213 60,3864 Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan deskripsi data tes prestasi belajar matematika materi pokok sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. Dari data

74 tersebut dapat diketahui rerata setiap sel serta rerata marginal pada masing-masing model pembelajaran dan masing-masing tingkat motivasi berprestasi. D. Hasil Analisis Data 1. Hasil Uji Prasyarat untuk Pengujian Hipotesis Uji prasyarat untuk pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama meliputi uji normalitas populasi dan uji homogenitas variansi populasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas populasi dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing kelompok model pembelajaran, kelompok tingkat motivasi berprestasi, dan kelompok model pembelajaran dengan masing-masing tingkat motivasi berprestasi, sehingga uji normalitas dilakukan sebanyak lima belas kali dengan menggunakan uji Lilliefors. Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, diperoleh hasil uji dengan taraf signifikansi 0,05 pada masing-masing sampel disajikan pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Kelompok L obs L α Keputusan Uji Kesimpulan PBL 0,0790 0,0955 H o diterima Populasi Normal TPS 0,0557 0,0939 H o diterima Populasi Normal Klasikal 0,0610 0,0939 H o diterima Populasi Normal Motivasi Berprestasi Tinggi 0,0729 0,0978 H o diterima Populasi Normal Motivasi Berprestasi Sedang 0,0904 0,0914 H o diterima Populasi Normal Motivasi Berprestasi Rendah 0,0610 0,0944 H o diterima Populasi Normal PBL Tinggi 0,0696 0,1682 H o diterima Populasi Normal PBL Sedang 0,1382 0,1566 H o diterima Populasi Normal PBL Rendah 0,1099 0,1682 H o diterima Populasi Normal TPS Tinggi 0,1200 0,1682 H o diterima Populasi Normal TPS Sedang 0,1248 0,1610 H o diterima Populasi Normal TPS Rendah 0,0828 0,1566 H o diterima Populasi Normal Klasikal tinggi 0,1074 0,1828 H o diterima Populasi Normal Klasikal Sedang 0,1155 0,1566 H o diterima Populasi Normal Klasikal Rendah 0,0721 0,1634 H o diterima Populasi Normal

75 Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa L obs untuk masing-masing kelas lebih kecil dari L α dengan DK = L L > L 0,05;n, sehingga L obs DK dan H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa populasi memiliki distribusi normal. Perhitungan uji normalitas selengkapnya ditetapkan pada Lampiran 20-26. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas variansi populasi dilakukan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai variansi yang sama (homogen) atau tidak. Uji homogenitas variansi populasi dilakukan terhadap 8 kelompok sampel dengan taraf signifikansi 0,05. Rangkuman hasil uji homogenitas variansi populasi dengan menggunakan uji Bartlett disajikan pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Belajar Kelompok 2 χ obs 2 χ α;k 1 Keputusan Uji Kesimpulan Model Pembelajaran 3,4790 5,9915 H o diterima Populasi Homogen Motivasi Berprestasi 0,6128 5,9915 H o diterima Populasi Homogen PBL 1,0420 5,9915 H o diterima Populasi Homogen TPS 1,0156 5,9915 H o diterima Populasi Homogen Klasikal 0,5251 5,9915 H o diterima Populasi Homogen Motivasi Berprestasi Tinggi Motivasi Berprestasi Sedang Motivasi Berprestasi Rendah 0,5955 5,9915 H o diterima Populasi Homogen 2,5264 5,9915 H o diterima Populasi Homogen 3,3541 5,9915 H o diterima Populasi Homogen Berdasarkan Tabel 4.11 hasil uji homogenitas variansi populasi setiap sampel diperoleh χ 2 obs < χ 2 α;k 1 dengan DK = χ 2 χ 2 2 > χ α;k 1 = χ 2 χ 2 > 5,9915, karena χ 2 obs berada di luar daerah kritis maka H 0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi yang dibandingkan mempunyai variansi yang sama (homogen). Perhitungan uji homogenitas selengkapnya ditetapkan pada Lampiran 23 dan 27.

76 2. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh antar masing-masing model pembelajaran dan tingkat motivasi berprestasi serta interaksinya terhadap prestasi belajar matematika siswa. Pada uji prasyarat menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan populasi-populasi merupakan populasi yang mempunyai variansi yang sama (homogen), maka pengujian hipotesis dapat dilakukan. a. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Untuk menguji hipotesis digunakan analisis variansi (Anava) dua jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikansi 0,05. Rangkuman hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Keputusan Sumber JK dk RK F obs F α Uji Model (A) 4396,26 2 2198,1281 15,3352 3,0312 Ditolak Motivasi Berprestasi 5422,35 2 2711,1759 18,9144 3,0312 Ditolak (B) Interaksi (AB) 2628,20 4 657,0488 4,5839 2,4070 Ditolak Galat 36551,41 255 143,3389 - - - Total 48998,22 263 - - - - Berdasarkan Tabel 4.12 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) H 0A ditolak, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efek model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa. 2) H 0B ditolak, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efek tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. 3) H 0AB ditolak, hal ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ditetapkan dalam Lampiran 28.

77 b. Uji Lanjut Pasca Anava Uji lanjut pasca Anava dilakukan dengan uji komparansi ganda. Uji komparansi ganda dilakukan untuk mengetahui kategori manakah yang secara signifikan memberikan rerata yang berbeda dengan kategori lainnya. Berdasarkan keputusan uji pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh bahwa H 0A ditolak, H 0B ditolak, dan H 0AB ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Untuk melakukan komparasi ganda ditentukan dahulu rerata masing-masing sel dan rerata marginal, yang hasilnya disajikan dalam Tabel 4.13. Tabel 4.13 Rerata Sel dan Rerata Marginal Prestasi Belajar Matematika Model Motivasi Berprestasi Rerata Pembelajaran Tinggi Sedang Rendah Marginal PBL 81,1111 66,7500 66,1481 71,0698 TPS 71,8519 69,4667 58,6250 66,2921 Klasikal 62,0000 65,0000 56,9655 61,4382 Rerata Marginal 71,5366 67,0213 60,3864 Rerata sel diperoleh dari rerata data yang terdapat pada masing-masing sel tersebut, sedangkan rerata marginal merupakan rerata yang diperoleh dari rerata keseluruhan data pada baris atau kolom tanpa memperhatikan rerata setiap selnya. 1) Komparasi Rerata Antar Baris H 0A ditolak, maka terdapat perbedaan efek model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik, model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik, dan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik terhadap prestasi belajar matematika siswa. Untuk mengetahui perbedaan efek tersebut dilakukan uji komparasi ganda antar baris. Rangkuman hasil uji rerata antar baris disajikan pada Tabel 4.14. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29. Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Baris H 0 F obs 2. F 0,05;2,255 Keputusan Uji μ 1 = μ 2 6,9649 6,0624 Ditolak μ 2 = μ 3 7,3145 6,0624 Ditolak μ 1 = μ 3 28,3061 6,0624 Ditolak

78 Berdasarkan Tabel 4.14 hasil dari uji komparasi rerata antar baris dapat disimpulkan: a) H o : μ 1 = μ 2 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. Dengan memperhatikan rerata marginal model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik sebesar 71,0698 dan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik sebesar 66,2921 disimpulkan bahwa siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik. b) H o : μ 2 = μ 3 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Dengan memperhatikan rerata marginal model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik sebesar 66,2921 dan model pembelajaran Klasikal dengan pendekatan saintifik sebesar 61,4382 disimpulkan bahwa siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. c) H o : μ 1 = μ 3 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Dengan memperhatikan rerata marginal model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik sebesar 71,0698 dan model pembelajaran Klasikal dengan pendekatan saintifik sebesar 61,4382 disimpulkan bahwa siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik mempunyai prestasi belajar

79 matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. 2) Komparasi Rerata Antar Kolom H 0B ditolak, maka terdapat perbedaan efek tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Untuk mengetahui perbedaan efek tersebut dilakukan uji komparasi ganda antar kolom. Rangkuman hasil uji rerata antar kolom disajikan pada Tabel 4.15. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30. Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Kolom H 0 2. F 0,05;2,255 F obs Keputusan Uji μ 1 = μ 2 6,2210 6,0624 Ditolak μ 2 = μ 3 13,6668 6,0624 Ditolak μ 1 = μ 3 37,9362 6,0624 Ditolak Berdasarkan Tabel 4.15 hasil dari uji komparasi rerata antar kolom dapat disimpulkan: a) H o : μ 1 = μ 2 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dengan siswa tingkat motivasi berprestasi sedang. Dengan memperhatikan rerata marginal motivasi berprestasi tinggi sebesar 71,5366 dan motivasi berprestasi sedang sebesar 67,0213 disimpulkan bahwa siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang. b) H o : μ 2 = μ 3 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang dengan siswa tingkat motivasi berprestasi rendah. Dengan memperhatikan rerata marginal motivasi berprestasi sedang sebesar 67,0213 dan motivasi berprestasi rendah sebesar 60,3864 disimpulkan bahwa siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. c) H o : μ 1 = μ 3 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. Dengan memperhatikan rerata marginal motivasi

80 berprestasi tinggi sebesar 71,5366 dan motivasi berprestasi rendah sebesar 60,3864 disimpulkan bahwa siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. 3) Komparasi Rerata Antar Sel pada Baris yang Sama H 0AB ditolak, maka terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Untuk mengetahui interaksi tersebut dilakukan uji komparasi ganda antar sel pada baris yang sama. Rangkuman hasil uji rerata antar sel pada baris yang sama disajikan pada Tabel 4.16. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31. Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Sel pada Baris yang Sama H 0 F obs 8. F 0,05;8,255 Keputusan Uji μ 11 = μ 12 21,0705 15,7985 Ditolak μ 11 = μ 13 21,0865 15,7985 Ditolak μ 12 = μ 13 0,0370 15,7985 Diterima μ 21 = μ 22 0,5640 15,7985 Diterima μ 21 = μ 23 17,8735 15,7985 Ditolak μ 22 = μ 23 12,6972 15,7985 Diterima μ 31 = μ 32 0,9376 15,7985 Diterima μ 31 = μ 33 2,5190 15,7985 Diterima μ 32 = μ 33 6,8513 15,7985 Diterima Berdasarkan Tabel 4.16 hasil uji komparasi rerata antar sel pada baris yang sama dapat disimpulkan: a) H o : μ 11 = μ 12 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang pada siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik. Dengan memperhatikan rerata sel baris pertama - kolom pertama sebesar 81,1111 dan baris pertama - kolom kedua sebesar 66,7500 disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik pada siswa dengan tingkat

81 motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang. b) H o : μ 11 = μ 13 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah pada siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik. Dengan memperhatikan rerata sel baris pertama - kolom pertama sebesar 81,1111 dan baris pertama - kolom ketiga sebesar 66,1481 disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. c) H o : μ 12 = μ 13 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang dan tingkat motivasi berprestasi rendah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik. d) H o : μ 21 = μ 22 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan tingkat motivasi berprestasi sedang pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. e) H o : μ 21 = μ 23 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah pada siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. Dengan memperhatikan rerata sel baris kedua - kolom pertama sebesar 71,8519 dan baris kedua - kolom ketiga sebesar 58,6250 disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. f) H o : μ 22 = μ 23 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang dan

82 tingkat motivasi berprestasi rendah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. g) H o : μ 31 = μ 32 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan tingkat motivasi berprestasi sedang pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. h) H o : μ 31 = μ 33 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan tingkat motivasi berprestasi rendah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. i) H o : μ 32 = μ 33 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang dan tingkat motivasi berprestasi rendah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. 4) Komparasi Rerata Antar Sel pada Kolom yang Sama H 0AB ditolak, maka terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Untuk mengetahui interaksi tersebut dilakukan uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama. Rangkuman hasil uji rerata antar sel pada kolom yang sama disajikan pada Tabel 4.17. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31. Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Sel pada Kolom yang Sama H 0 F obs 8. F 0,05;8,255 Keputusan Uji μ 11 = μ 21 8,0746 15,7985 Diterima μ 11 = μ 31 35,0241 15,7985 Ditolak μ 21 = μ 31 9,3075 15,7985 Diterima μ 12 = μ 22 0,7972 15,7985 Diterima μ 12 = μ 32 0,3418 15,7985 Diterima μ 22 = μ 32 2,1552 15,7985 Diterima μ 13 = μ 23 5,7823 15,7985 Diterima μ 13 = μ 33 8,2252 15,7985 Diterima μ 23 = μ 33 0,2923 15,7985 Diterima

83 Berdasarkan Tabel 4.17 hasil uji komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama dapat disimpulkan: a) H o : μ 11 = μ 21 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. b) H o : μ 11 = μ 31 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi. Dengan memperhatikan rerata sel baris pertama - kolom pertama sebesar 81,1111 dan baris ketiga - kolom pertama sebesar 62,0 disimpulkan bahwa siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. c) H o : μ 21 = μ 31 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran Klasikal dengan pendekatan saintifik. d) H o : μ 12 = μ 22 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. e) H o : μ 12 = μ 32 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

84 PBL dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. f) H o : μ 22 = μ 32 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat tingkat motivasi berprestasi sedang, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. g) H o : μ 13 = μ 23 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat tingkat motivasi berprestasi rendah, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. h) H o : μ 13 = μ 33 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat tingkat motivasi berprestasi rendah, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. i) H o : μ 23 = μ 33 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat tingkat motivasi berprestasi rendah, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hipotesis Pertama Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Dengan memperhatikan rerata marginalnya, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang

85 diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Dalam pembelajaran model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik pelajaran dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa serta dapat memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri. Dalam model pembelajaran PBL menggunakan kelompok kecil dan menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar. Model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Pada model Think-Pair-Share (TPS) dengan pendekatan saintifik siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan. Lie (2007:57) menyatakan bahwa pendekatan struktural TPS dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain, siswa saling berdiskusi untuk mengungkapkan idenya. Model pembelajaran TPS dapat membangun siswa untuk melatih proses berpikir, berperilaku dan tanggung jawab. Model ini selain dapat menjebatani dan mengarahkan proses belajar mengajar siswa juga mempunyai dampak lain yang sangat bermanfaat bagi siswa. Pada model pembelajaran Klasikal dengan pendekata saintifik siswa cenderung kurang aktif dan berinteraksi dengan temannya serta sumber belajar banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku dan mengutamakan hasil daripada proses. Karena terdapat perbedaan tahapan serta proses pembelajarannya antara model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik, model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik, dan model pembelajaran Klasikal dengan pendekatan saintifik sehingga prestasi belajar yang dihasilkan juga berbeda secara signifikan.

86 Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Hariyati (2013:721) yang menyatakan bahwa PBL learning model produces better performance over the conventional learning yang berarti model pembelajaran PBL lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional, selain itu hasil di atas juga relevan dengan penelitian dari Budiastuti (2013) yang menyatakan bahwa prestasi siswa yang diberi model pembelajaran TPS lebih baik dari pada siswa yang diberi model pembelajaran konvensional. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka hasil penelitian ini sudah sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti. 2. Hipotesis Kedua Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi, sedang dan rendah. Dengan memperhatikan rerata marginalnya, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi lebih baik daripada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang dan rendah. Temuan lain dalam penelitian adalah prestasi belajar siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang lebih baik daripada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. Hasil dari penelitian sudah sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti, hal ini dikarenakan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi lebih mampu dengan mudah mengatasi semua permasalahan pembelajaran yang dialami, dengan semangat, kerja keras dan daya juang yang dimilikinya siswa akan belajar lebih keras, mendiskusikan masalah tersebut kepada guru maupun siswa lain sehingga memperoleh solusinya dan lebih banyak ide, gagasan dan informasi baik dari guru maupun teman sebayanya. Hal ini sesuai dengan pendapat McClelland (dalam Thoha 2008:209) yang mengemukakkan 6 (enam) karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu: 1) mempunyai tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, 2) berani mengambil dan memikul resiko, 3) memiliki tujuan yang realistik, 4) memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan, 5) memanfaatkan umpan

87 balik yang konkret dalam semua kegiatan yang dilakukan, 6) mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. Siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang kurang aktif dalam mengatasi masalah pembelajaran yang dialami, kurang dalam belajar dan bertanya kepada guru maupun berdiskusi dalam kelompoknya dan hanya sesekali bertanya maupun berinteraksi dengan temannya sehingga ide, gagasan dan informasi yang diperoleh dari guru maupun temannya tidak begitu banyak. Siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah cenderung sulit mengatasi masalah pembelajaran yang dialami, sulit bertanya kepada guru, tidak dapat mendiskusikan permasalahan belajar dalam kelompok dan cenderung pasif dalam belajar/berdiskusi sehingga siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah hanya mengandalkan kemampuannya sendiri, sehingga ide, gagasan, dan informasi yang diperoleh dari guru maupun temannya pun sangat kurang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Huda (2015:189) yang menyatakan siswa dengan motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan siswa dengan motivasi sedang dan motivasi berprestasi rendah. Dan prestasi belajar siswa dengan motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah. 3. Hipotesis Ketiga Hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk sumber variansi interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi berprestasi siswa disimpulkan terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar matematika. Hipotesis keempat ini merupakan hasil uji komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama. a. Kolom tingkat motivasi berprestasi tinggi Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi, prestasi belajar matematika sama baiknya antara yang menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik dan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

88 TPS dengan pendekatan saintifik. Selanjutnya prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran PBL lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik, dan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik sama baiknya dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Berdasarkan hasil penelitian terdapat ketidak sesuaian dengan hipotesis yang diajukan peneliti, pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi jika dikenai model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik siswa akan lebih aktif dalam berdiskusi dengan kelompoknya, sehingga diskusi kelompok dapat berjalan dengan efektif dan informasi yang diperoleh setiap individu akan lebih banyak. Pada model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi masih dapat mengikuti pembelajaran dengan baik karena siswa masih aktif bertanya kepada guru jika ada permasalahan dalam pembelajaran. Ketidak sesuaian dengan hipotesis dimungkinkan karena kurangnya waktu selama proses pembelajaran sehingga mengakibatkan pembelajaran berjalan tidak begitu optimal serta banyak anggota kelompok yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. McClelland (dalam Thoha 2008:209) menyatakan terdapat 6 karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu mempunyai tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, berani mengambil dan memikul resiko, memiliki tujuan yang realistik, memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan, memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam semua kegiatan yang dilakukan, serta mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. Pada siswa dengan motivasi berprestasi tinggi saat pembelajaran kurang bisa rencana kerja yang baik serta memanfaatkan umpan balik dari kegiatan, sehingga hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. b. Kolom tingkat motivasi berprestasi sedang Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa pada siswa tingkat motivasi berprestasi sedang, prestasi belajar matematika siswa yang

89 diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. Selanjutnya siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik, dan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian yang diperoleh tidak sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti. Hal ini dikarenakan pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang jika diberi model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik diskusi masih berjalan dengan baik dan pertukaran informasi yang terjadi masih cukup baik, sedangkan jika diberi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik diskusi yang dilakukan dengan berpasangan kurang berjalan dengan baik dan jika diberi model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik cenderung bersikap pasif serta kurang bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal ini memungkinkan tidak adanya perbedaan prestasi belajar yang signifikan. McClelland dan Liberman (dalam Thoha 2008:211) menemukan bahwa kelompok siswa dengan motivasi berprestasi sedang (atribute), berpikir tentang jaminan atau keamanan dan terutama mengenai cara menghindari kegagalan, atau dengan keinginan minimal untuk mencapai keberhasilan. Pada saat pembelajaran baik dengan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik, TPS dengan pendekatan saintifik, maupun klasikal dengan pendekatan saintifik siswa dengan motivasi berprestasi sedang cenderung kurang memikirkan tingkat keberhasilan dari setiap tugas dan permasalahan yang diberikan, sehingga hal ini berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

90 c. Kolom tingkat motivasi berprestasi rendah Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah, prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL pendekatan saintifik sama baiknya dengan dengan siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. Selanjutnya prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL pendekatan saintifik sama baiknya dengan dengan siswa yang diberi model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik, dan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS pendekatan saintifik sama baiknya dengan dengan siswa yang diberi model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah jika diberi model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik diskusi tidak dapat berjalan dengan baik karena siswa dengan tipe ini lebih suka menyelesaikan permasalahan secara individu dari pada berkelompok, sedangkan jika diberi model pembelajaran kooperatif tipe TPS maupun klasikal siswa cenderung bersikap pasif, jarang bertanya serta kurang bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Atkinson (2009:138) yang menyebutkan ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah yaitu individu termotivasi oleh ketakutan akan kegagalan, lebih senang menghindari kegagalan, senang melakukan tugas-tugas yang mempunyai taraf-taraf kesulitan yang rendah, individu senang menghindari kegagalan dan akan menunjukkan performance terbaik pada tugas-tugas dengan kesulitan yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hasil penelitian yang tidak sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan peneliti, hal tersebut karena peneliti tidak dapat mengontrol faktor luaran yang terjadi selama penelitian dilakukan, misalnya masalah ketidakstabilan motivasi yang dimiliki siswa, masalah kesehatan, serta kejujuran siswa saat pengisian angket motivasi berprestasi, dan sebagainya.

91 4. Hipotesis Keempat Hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk sumber variansi interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi berprestasi siswa disimpulkan terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar matematika. Hipotesis ketiga ini merupakan hasil uji komparasi rerata antar sel pada baris yang sama. a. Baris model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa pada model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik, prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi lebih baik daripada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang, prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi lebih baik daripada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah, dan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang sama baiknya dengan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. Model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga siswa harus memahami konsep yang relevan dengan masalah. Pada sebagian siswa pembelajaran belum menjadi pusat perhatian untuk memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hasil penelitian yang tidak sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan peneliti, hal tersebut karena peneliti tidak dapat mengontrol faktor luaran yang terjadi selama penelitian dilakukan, misalnya masalah ketidakstabilan motivasi yang dimiliki siswa, masalah kesehatan, serta kejujuran siswa saat pengisian angket motivasi berprestasi, dan sebagainya.

92 b. Baris model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa pada model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik, siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa tingkat motivasi berprestasi sedang, siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa tingkat motivasi berprestasi rendah, dan pada siswa tingkat motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa tingkat motivasi berprestasi rendah. Setiap siswa dituntut berperan aktif dalam pembelajaran, dalam pelaksanaan diskusi dengan pasangannya. Siswa dengan tingkat motivasi tinggi lebih mudah mengatasi semua masalah dan tuntutan belajar,namun sebagian siswa dengan tingkat motivasi sedang dan rendah kesulitan mengatasi semua rintangan dan tuntutan belajar dibandingkan siswa dengan tingkat motivasi tinggi, karena siswa dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki keinginan untuk mencapai keberhasilan. Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan peneliti, hal tersebut dimungkinkan karena pada saat pengisian angket motivasi berprestasi masih terdapat sebagian siswa yang tidak mengisi secara obyektif sehingga hasil pengisian angket tidak sesuai dengan kriteria motivasi berprestasi siswa sehingga mempengaruhi nilai siswa dalam pembelajaran. c. Baris model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa pada model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik, siswa tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang, siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa tingkat motivasi berprestasi rendah, dan siswa tingkat motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa tingkat motivasi berprestasi rendah.