Ulya Dewi Annur, Wartono, dan Mudjihartono Universitas Negeri Malang

dokumen-dokumen yang mirip
Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS GUIDED INQUIRY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS X

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII BSMP NEGERI 1 WAGIR

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang

PENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 TAPEN BONDOWOSO

Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar pada Alat Optik Siswa SMA

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII A SMP PGRI BAGELEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTORIAL RIDDLE

,, Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.

Siska Puspita Dewi, Wartono, dan Hartatiek Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB III METODE PENELITIAN

Uswatul Munawaroh 1, Muhardjito 2, dan Hartatiek 3 Universitas Negeri Malang

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini memungkinkan peneliti melakukan beberapa tindakan kelas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains Melalui Metode Eksperimen di Kelas VI SDN 21 Ampana

Oleh: KOMAROSIDAH Guru SD Negeri Buahkapas Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka

PENERAPAN EKSPERIMEN GUIDE-INQUIRY PADA PERCOBAAN OSILASI PEGAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi Dikelas V SDN 10 Biau

JurusanFisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Gaya Dengan Menggunakan Metode Eksperimen PadaPelajaran IPA Kelas IV SDN No.

Oleh : Burhanah Farida SD Negeri 4 Tanggung ABSTRAK

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMAN 02 BATU

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Learning Tipe STAD di Kelas 3 SD Inpres 1 Siney

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

Program Studi Pendidikan FisikaFKIP Universitas Jember Abstract

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS


BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

Santi Helmi et al., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika)...

Rizky Puspitadewi 1,*, Agung Nugroho Catur Saputro 2 dan Ashadi 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Ogowele Pada Pokok Bahasan Perkembangbiakan Pada Hewan Melalui Penerapan LKS Bergambar

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

BAB III METODE PENELITIAN. Sekolah MA AL-FALAH Limboto khususnya kelas XI IPS dengan jumlah siswa

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo

Rizka Warna Kaliantin Universitas Negeri Malang

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 SMA Perintis I Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

BAB III METODE PENELITIAN. Wetan Kabupaten Karawang. SDN Cilamaya I merupakan sekolah tempat penulis

PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI MODEL PEMECAHAN MASALAH DAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DASAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar Kelas V SDN 045 Muara Jalai

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dicapai.jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Diskusi di SDN Siney

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 BATU PADA MATERI SEGI EMPAT

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG STRUKTUR BATANG DAN FUNGSINYA MELALUI METODE DEMONSTRASI

Transkripsi:

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 21 MALANG MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KALOR Ulya Dewi Annur, Wartono, dan Mudjihartono Universitas Negeri Malang Email: Ulya_fis@yahoo.co.id, mudjihartono@fisika.um.ac.id Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains dan prestasi belajar siswa kelas 7-4 SMP Negeri 21 Malang melalui penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing. Data penelitian ini adalah keterlaksanaan pembelajaran, keterampilan proses sains dan prestasi belajar siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan tes terhadap guru dan siswa di kelas 7-4. Data yang didapatkan dianalisis dengan mereduksi dan mempersentase data. Hasil penelitian ini adalah keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I sebesar 74,32% dan pada siklus II sebesar 90,36%. Keterampilan proses sains meningkat sebesar 14,52% yaitu 72,72% pada siklus I dan menjadi 87,26% pada siklus II. Rata- rata prestasi belajar siswa sebelum tindakan yaitu 68,4, dengan peningkatan 7.94 pada siklus I yaitu 76,34, dan meningkat menjadi 84,04 pada siklus II. Persentase ketuntasan siswa pengalami peningkatan yaitu 68% sebelum tindakan menjadi 75% pada siklus I dan 86,36% pada siklus II. Kata Kunci: Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Keterampilan Proses Sains, Prestasi Belajar. Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Tim Pusat Kurikulum Depdiknas (2007) menyebutkan bahwa perkembangan IPA tidak hanya ditandai oleh kehadiran fakta-fakta, namun juga ditandai dengan kemunculan metode ilmiah, yang terwujud melalui serangkaian kerja ilmiah yang mengembangkan pula nilai dan sikap ilmiah. Hal inilah yang disebut IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. Menurut Sund & Trowbridge (dalam Yuliati, 2008:2) IPA sebagai produk meliputi kumpulan pengetahuan yang terdiri dari fakta, konsep, dan prinsip. IPA sebagai proses meliputi keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh ilmuan untuk mencapai produk IPA. Fisika merupakan salah satu bagian ilmu pengetahuan alam yang dalam penerapanya memerlukan peran aktif siswa. Peran aktif siswa ini dapat dilakukan melalui kegiatan praktikum dan diskusi dengan melibatkan keterampilan proses sains. Dengan demikian kegiatan siswa tidak hanya sekedar menghafal, mendengarkan dan latihan soal, tetapi juga melatih keterampilan

prosesnya. Namun pada kenyataannya masih banyak sistim pembelajaran fisika yang tidak melibatkan peran aktif siswa sehingga keterampilan process sains tidak berkembang. Berdasarkan hasil observasi di kelas 7-4 SMP Negeri 21 Malang, siswa pasif saat pembelajaran karena metode pembelajaran yang digunakan guru hanya ceramah dan latihan soal. Kegiatan siswa selama pembelajaran hanya sebatas mencatat, mendengarkan, dan mengerjakan soal, kegiatan praktikum dan diskusi tidak pernah dilakukan selama pembelajaran. Tidak adanya kegiatan praktikum menga-kibatkan pengalaman belajar dan keterampilan proses sains siswa tidak kurang. Sehingga siswa kurang optimal dalam memahami materi akibatnya prestasi belajar siswa rendah. Dari hasil wawancara dengan guru fisika diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata siswa sebesar 68,4 dengan ketuntasan 68%. KKM untuk pelajaran fisika di SMP Negeri 21 adalah 76. Berdasakan uraian diatas diperlukan strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan proces sains siswa dan prestasi belajar siswa dengan melibatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran berbasis kontekstual, yang dalam penerapnnya dilakukan proses penemuan atau penyelidikan untuk memecahkan suatu masalah dengan bimbingan dari guru (Trianto, 2007). Tahap-tahap pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Trianto (2007) yaitu mengajukan pertanyaan atau masalah, merumuskan hipotesis, merancang penyelidikan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan dan analisis data, dan membuat kesimpulan. Berdasarkan tahapan yang ada terlihat bahwa terdapat keselasaran antara keterampilan proses sians dan pembelajaran inkuiri terbimbing. Sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan prestasi belajar siswa, perlu dilakukan penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 21 Malang Melalui Implementasi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Kalor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran dan mengetahui peningkatan keterampilan proses sains dan prestasi belajar siswa kelas 7-4 SMP Negeri 21 Malang melalui penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing.

METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan cara memberi suatu perlakuan kepada subjek penelitian untuk memperoleh data-data yang akan dianalisis. Pada penelitian ini perlakuan yang diberikan yaitu dengan menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing kepada subjek penelitian yautu siswa kelas 7-4 SMP Neheri 21 Malang. Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian ini mengikuti prinsip dasar penelitian tindakan kelas yaitu menggunakan prosedur kerja yang bersifat siklus spiral, meliputi tahapan-tahapan: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang diikuti dengan perencanaan ulang. Secara skematis, model penelitian tindakan kelas adaptasi dari Kemmis & Mc Taggart. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi untuk melihat keterlaksanaan dan keterampilan proses sains siswa serta soal tes untuk mengukur prestasi bealajar siswa. Instrumen pembelajaran meliputi RPP, LKS, dan soal evaluasi. Data yang dipeoleh dianalisis dengan cara menentukan persentanse keterlaksanaan model pembelajaran dan keterampilan proses sains dengan menggunakan rumus sebagai berikut: = h h 100% Untuk menentukan prestasi belajar digunakan dianalisis dengan menentukan ratarata prestasi belajar siswa dan mempresentasikan siswa yang tuntas KKM dengan rumus sebagai berikut. = h 73 h 100% Setelah data dianalisis, data dievaluasi untuk dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan untuk keterlaksanaan pembelajaran, keterampilan proses sains dan prestasi belajar siswa masing-masing adalah 80% dengan rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 80. Tahap terakhir adalah tahap refleksi untuk menentukan lanjut atau tidaknya penelitian yang disesuaikan dengan indikator keberhasilan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami peningkatan yaitu 74,32% pada siklus I dan 90,36% pada siklus II. Peningkatan ini terdistribusi pada tahapan dalam inkuiri terbimbing. Peningkatan keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing No Tahap Inkuiri Terbimbing Siklus I Siklus II Selisih 1 Menyajikan Pertanyaan atau Masalah 15.47 14,28-1.19 2 Membuat Hipotesis 12,5 15,2 2,7 3 Merancang Percobaan 6,25 14,5 8,25 4 Melakukan Percobaan untuk Memperoleh Informasi 12,5 14,5 2 5 Mengumpulkan dan Menganalisis Data 13,1 15,28 2,18 6 Membuat Kesimpulan 14,5 16,6% 2,1 Total 74,32 90,36 16,04 Menyajikan pertanyaan atau masalah Pada tahap ini terjadi penurunan persentase sebesar -1,19%, hal ini karena pada siklus I media yang digunakan untuk apersepsi menarik minat siswa yaitu 2 gelas yang berisi dengan air yang suhunya berbeda. Pada kegiatan apersepsi ini siswa melakukan demontrasi dengan mencampurkan kedua air dan melihat perbedaannya. Sehing-ga rasa ingin tahu siswa terpancing dan siswa antusias serta aktif dalam kegiatan ini. Sedangkan pada siklus II media yang diberikan kurang menarik siswa yaitu mengamati es yang meleleh dan menyentuhnya. Pada siklus II ini media tidak dikenai sebuah proses sehingga rasa ingin tahu dan keaktifan siswa tidak optimal. Membuat Hipotesis Terdapat peningkatan sebesar 2,7% pada tahap ini karena pada siklus I hanya sedikit pertanyaan yang diajukan siswa sehingga hanya sedikit siswea yang mampu menyusun hipotesis kemudian pada siklus II dilakukan perbaikan dengan cara meminta siswa untuk membuat pertanyaan dan menyusun hipotesis dengan berdiskusi dengan kelompok dan menulisnya dalam kertas untuk dikumpulkan.

Merancang Percobaan Terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada tahap ini yaitu 8,25%. Hal ini karena pada siklus I guru menjelaskan cara kerja dengan cara abstraksi sehingga siswa kurang begitu memahaminya, kemudian pada siklus II guru menghadirkan contoh alat dan memperagakan cara melakukan percobaan namun secara singkat. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi Terjadi peningkatan sebesar 2% pada tahap ini hal ini dikarenan pada siklus II siswa sudah mampu melakukan penelitian dengan benar sesuai dengan petunjuk dalam LKS. Mengumpulkan dan menganalisis data Terjadi peningkatanm sebesar 2,18% pada tahap ini. Hal ini dikarenakan pada siklus I siswa kurang dapat menganalisis data yaitu dalam mengolah data tabel pengamatan dan soal diskusi yang tentunya akan berimbas pada kesimpulan yang dibuat. Membuat kesimpulan Terjadi peningkatan sebesar 2,1% pada tahap ini. Hal in karena pada siklus I kesimpulan yang dibuat siswa tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran selain itu siswa juga tidak menjawab permasalahan awal atas kekurangan ini dilakukan perbaikan pada siklus II. Keterampilan Proses Sains Berdasarkan analisis keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan selama penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I dan siklus II. Peningkatan ini terjadi pada setiap indikator keterampilan proses sains yang diamati. Secara umum peningkatan itu sebesar 14,52%. Secara rinci persentase keterampilan proses sains tiap siklus disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Peningkatan Keterampilan Proses Sains No Indikator Keterampilan Proses Siklus I Siklus II Selisih 1 Mengamati 11,69 13,07 1,38 2 Menafsirkan data 11,52 14,29 2,77 3 Menggunakan alat dan bahan 12,5 13,63 0.86 4 Menyusun hipotesis 8,44 11,28 2,84 5 Mengajukan pertanyaan 7,47 9,82 2,35 6 Menyimpulkan 10,71 12,82 2,11 7 Mengkomunikasikan 10,29 12,34 2,05 Total 72,72 87,26 14,52 1. Mengamati Indikator keterampilan proses sains mengamati diukur saat siswa melakukan percobaan dan mengamati alat ukur. Terjadi peningkatan sebesar 1,38% pada indikator ini. Hal ini disebabkan pada siklus II siswa memahami cara pembacaan skala pada alat ukur yang digunakan. Pada siklus I, siswa kurang mahir dalam membaca alat ukur, hal ini dijadikan refleksi bagi guru dan akan diperbaiki pada siklus II. 2. Menafsirkan Data Pada siklus I, siswa mencatat seluruh data pengamatan namun kurang tepat dalam mengalisis data, sehingga persentase indikator menafsirkan data pada siklus I sebesar 11.52%. Hal ini disebabkan praktikum yang dilakukan memakan banyak waktu, sehingga guru tidak bisa memantau siswa dalam menganalisis data. Dengan adanya perbaikan yang diterapkan pada siklus II, persentase indikator menafsirkan data mengalami peningkatan sebesar 2,77% dari siklus I. 3. Menggunakan Alat dan Bahan Peningkatan persentase pada indikator ini adalah sebesar 0.86%. Hal ini terjadi karena siswa mampu menggunakan alat dan bahan sesuai dengan fungsi alat tersebut. Selain itu siwa juga dapat menyusun alat dan bahan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam Lembar Kerja Siswa. 4. Menyusun Hipotesis Kegiatan menyusun hipotesis adalah kegiatan yang tidak pernah dilakukan siswa kelas 7-4 selama pembelajaran fisika berlangsung. Sehingga pada siklus I, indikator ini memperoleh persentasi sebesar 8,44%. Indikator ini mengalami peningkatan persentasu sebesar 2,84% pada penerapan siklus II. Hal ini disebabkan hampir semua siswa menyusun hipotesis dan menulisnya dalam kertas yang

disediakan guru. Selain itu beberapa materi pelajaran pada siklus II yaitu mengenai perubahan wujud sudah diterima pada saat di Sekolah Dasar, sehingga siswa mampu membuat hipotesis yang sesuai dengan masalah dan relevan dengan materi yang dipelajari. 5. Mengajukan pertanyaan Indikator mengajukan pertanyaan adalah indikator yang memperoleh persentase paling sedikit pada siklus I yaitu 7,47%. Hal ini disebabkan pada siklus I, hanya sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan. Pada siklus II, indikator ini mengalami peningkatan sebesar 2,35%. Peningkatan ini terjadi karena pada siklus II pertanyaan yang muncul lebih banyak, meskipun ada beberapa siswa yang tidak mengajukan pertanyaan secara lisan, melainkan dengan cara ditulis. 6. Membuat Kesimpulan Terjadi peningkatan sebesar 2,11% pada indikator ini. Hal ini terjadi karena pada siklus I, kesimpulan yang diajukan siswa kurang sesuai dengan tujuan praktikum, namun pada siklus II, siswa mampu membuat kesimpulan sesuai dengan tujuan praktikum. 7. Mengkomunikasikan Indikator mengkomunikasikan pada penelitian ini diamati saat praktikum, persentasi, dan diskusi. Pada siklus II, siswa lebih antusias untuk melakukan praktikum, sehingga kerja sama antar anggota kelompok lebih baik. Sehingga proses diskusi dalam pembelajaran terlaksana dengan baik. Diskusi yang dilakukan berupa mengajukan pertanyaan maupun mengajukan pedapat. Hal ini menyebabkan indikator keterampilan proses sains mengkomunikasikan menngalami penengkatan persentase dari siklus I dan siklus II sebesar 2,05%. Prestasi Belajar Siswa Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dengan cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian siklus I dan siklus II. Peningkatan prestasi belajar siswa ini disebabkan karena pada siklus II, siswa menemukan terlebih dahulu sebelum mempelajarimateri lebih lanjut, dan siswa mengalami fenomena tersebut secara langsung, sehingga materi yang terserap lebih banyak. Pemberian latihan

soal yang lebih banyak pada siklus II menyebabkan siswa mampu menyelesaikan berbagai macam bentuk soal dengan baik. Persentase prestasi belajar diukur dengan membandingkan siswa yang nilainya mencapai KKM dengan jumlah seluruh siswa. pada siklus I adalah 75% siswa yang nilainya mencapai KKM, dengan nilai rata-rata siswa 76,34. Pada siklus II, prestasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 11,36%. Persentase prestasi belajar pada siklus II sebesar 86,36% dengan nilai rata-rata siswa adalah 84,04. Secara rinci peningkatan prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pra Tindakan Siklus I Siklus II Peningakatan Persentase Rata- Rata Persentase Rata- Rata Persentase Rata- Rata Pra Tindakan ke Siklus I Siklus I ke Siklus III 68% 68,4 75% 76,34 86,36% 84,04 7% 11,36% Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses dan prestasi belajar siswa kelas 7-4 SMP Negeri 21 Malang. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing di SMP Negeri 21 Malang kelas 7-4 dapat terlaksana dengan sangat baik, dengan persentase keterlaksanaan 74,32% pada siklus I dan 90,36 % pada siklus II peningkatan yang terjadi sebesar 16,04%. Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa dengan persentase 72,72% pada siklus I menjadi 87,26 pada siklus II. Peningkatan juga terjadi pada rata-rata prestasi belajar siswa yaitu dari 68,4 sebelum tindakan menjadi 76,34 pada siklus I dan 84,04 pada siklus II. Kentuntasan belajar siswa juga meningkat yaitu 68% sebelum tindakan, menjadi 75% pada siklus I dan 86,36% pada siklus II.

Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, ada beberapa hal yang sebaiknya ditindaklanjuti sebagai berikut. Bagi Guru kelas 7-4 Kepada guru Fisika kelas 7-4 disarankan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi yang sifatnya sama, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan, pembelaja-ran tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Bagi Peneliti Lain Bagi guru dan peniliti lain yang akan melakukan penelitian dengan kondisi kelas yang sama, hendaknya memperhatikan instrumen-instrumen yang dibuat dalam penelitian, seperti RPP dan LKS. LKS sebaiknya dibuat dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa sehingga siswa tidak kesulitan ketika melakukan praktikum dan diskusi kelompok. Peneliti juga harus mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan baik media demonstrasi maupun praktikum agar berjalan secara optimal. DAFTAR RUJUKAN Aka, Elvan INCE., Ezgi GÜVEN., & Mustafa AYDOĞDU.2010. Effect of Problem Solving Method on Science Process Skills and Academic Achievement. Journal of Turkish Science Education. (Online) 7 (4): 13-25, (www.tused.org/internet/tused/sayilar/default1.), diakses 7 Maret 2013. Akinbobola, Akinyemi Olufunminiyi., & Folashade Afolabi. Analysis of Science Process Skills in West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations in Nigeria. American-Eurasian Journal of Scientific Research, (Online) 5(4): 234-240, (http://www.idosi.org/aejsr/5(4)10/3.pdf 3), diakses 7 Maret 2013. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rhineka Cipta. Rustaman, N.(2005). Stategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: JICA. Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana Tim Pusat Kurikulum Depdiknas. 2007. Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar dan Menengah. Balitbang Depdiknas. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser. Wartono. 2003. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: JICA. Yuliati, Lia. 2008. Model-Model Pembelajaran Fisika.Universitas Negeri Malang.