BAB I PENDAHULUAN. Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31

DIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN. itu dalam dunia ekonomi, politik, sosial budaya dan teknologi, menyadarkan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN

STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DAN NEGATIF PADA KALIMATDEKLARATIF DALAM DRAMA RICH MAN POOR WOMAN ARTIKEL ILMIAH OLEH: DIAH IKA MEIRINA NIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA DEBAT KONTROVERSI SURAT KEPUTUSAN BERSAMA AHMADIYAH DI TV ONE ELVITA YENNI

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. dan sifat masalahnya, maka penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif,

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KAJIAN PUSTAKA

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) KESANTUNAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA SURAT UNDANGAN RESMI DAN PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tutur. Kegiatan berinteraksi antara penutur dan mitra tutur dapat berupa dialog

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) saat itu.

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. wahana kritik sosial. Kritik sosial dalam WLLC diwujudkan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN TERMINAL SEKITAR WILAYAH BOJONEGORO DENGAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial manusia tidak mungkin mampu memenuhi segala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zeta_Indonesia btarichandra Mimin Mintarsih, 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. arti. Dalam penggunaan bahasa, terdengar tuturan-tuturan yang diucapkan ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB V PENUTUP. hasil evaluasi peneliti dari penelitian ini. menyimpulkan, yang pertama, jenis- jenis dan fungsi tindak tutur yang

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB III METODE PENELITIAN. mengadakan akumulasi data dasar. Metode penelitian deskriptif kualitatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 REALISASI PRINSIP RELEVANSI PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE

BAB III PENDEKATAN, METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen

BAB I PENDAHULUAN. Barack Obama merupakan salah satu sosok yang fenomenal dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB IV PENUTUP. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim

Pelaksanaan Tindak Ujaran. Dwiyanti Nandang ( ) Meita Winda Lestari ( ) Pamela Yunita Sari ( ) Riza Indah Rosnita ( )

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, bahasa memiliki peran yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan pesan-pesan kepada mitra tuturnya. Namun, karena adanya beberapa faktor tertentu, terkadang pesan yang ingin disampaikan penutur tidak terdapat secara jelas di dalam tuturannya, sehingga aspekaspek di luar tuturan tersebut perlu diketahui. Aspek-aspek tersebut dapat berupa tempat, waktu, atau situasi tuturan. Menurut Yule (1996: 35), something said must be more than what the words mean, (sesuatu yang diucapkan pasti memiliki arti lebih dari kata-kata yang diucapkan). Menurut Wijana (1996:37), sebuah tuturan memang dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan yang bersangkutan. Maka, untuk memahami ujaran, menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur, dan mengaitkan makna dengan siapa yang berbicara, dengan siapa, dimana, dan bagaimana, diperlukan pendekatan pragmatik (Leech 1983:5). Dalam berkomunikasi, kerjasama merupakan hal yang perlu dimiliki oleh penutur dan lawan tuturnya. Kerjasama yang dimaksud di sini adalah kontribusi 1

2 peserta tutur di dalam komunikasi tersebut. Kontribusi yang dibutuhkan adalah memberikan informasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan lawan tutur, yaitu informasi yang cukup dan relevan dengan pembicaraan yang sedang berlangsung, serta memberikan informasi yang benar dan jelas. Jika kerjasama tidak dipenuhi di dalam pembicaraan, lawan tutur mungkin akan kesulitan dalam memahami informasi yang diberikan. Selain kerjasama, antara penutur dan lawan tutur harus saling menghormati. Di dalam pragmatik, dikenal prinsip kesantunan. Prinsip kesantunan diperlukan untuk menjalin hubungan yang baik antara penutur dan lawan tutur. Di dalam penelitian ini, peneliti melihat fenomena penerapan prinsip- prinsip kesantunan di dalam dunia yang menjadi perhatian masyarakat luas, yaitu sepak bola. Sepak bola merupakan olah raga yang memiliki banyak penggemar. Menurut situs website sporteology.com, sepak bola memiliki lebih dari 3,5 milyar orang penggemar yang tersebar di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa sepak bola menjadi salah satu pusat perhatian masyarakat. Salah satu negara yang memiliki liga sepak bola terbaik adalah Inggris, karena liga Inggris dianggap sebagai liga yang paling kompetitif diantara liga-liga profesional lainnya. Di Liga Inggris terdapat satu sosok pelatih yang fenomenal, yaitu Arsene Wenger. Arsene Wenger adalah manager/pelatih terlama di Liga Inggris saat ini, sejak kedatangannya ke Arsenal FC 19 tahun yang lalu. Salah satu hal yang menarik dari Arsene Wenger adalah, dia dikenal sebagai pelatih yang cukup santtun dalam memberikan komentar, alasan, atau menanggapi isu-isu terkini. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk menganalisis tuturan-

3 tuturan Wenger dari segi pematuhan prinsip kesantunan berbahasa. Berikut ini adalah salah satu contoh kalimat yang diucapkan Arsene Wenger ketika menjawab pertanyaan dari jurnalis: (1) Jurnalis: Will you appeal the red card? [Apakah anda akan mengajukan banding atas kartu merah tadi?] Wenger: I have to see it again. I haven t seen it. [Saya harus melihatnya lagi. Saya belum melihatnya.] (sumber: http://www.arsenal.com/news/news-archive/wenger-on-red-cards-anda-crucial-win) Arsene Wenger mengatakan kalimat di atas untuk menjawab pertanyaan dari jurnalis mengenai terjadinya suatu insiden atau kontroversi di tengah pertandingan yang menyebabkan seorang pemain Arsenal mendapatkan kartu merah. Kalimat tersebut dapat dipahami dengan beberapa arti. Pertama, pada saat pertandingan berlangsung, Arsene Wenger memang tidak melihat insiden yang ditanyakan oleh jurnalis dengan jelas. Kedua, dia melihat insiden yang ditanyakan, namun dia mengaku tidak melihat insiden tersebut karena dia sebenarnya tidak ingin menanggapi masalah itu. Ketiga, dia mengatakan itu karena dia tidak ingin menyalahkan pemain yang melakukan kesalahan di hadapan publik. Dalam kasus sini, jurnalis mengharapkan tanggapan atau pendapat Arsene Wenger terhadap suatu kejadian yang terjadi di lapangan, namun dia tidak memberikan jawaban yang diharapkan dengan alasan dia tidak melihatnya. Dilihat dari prinsip kesantunan, dalam tuturan ini Arsene Wenger mematuhi maksim kebijaksanaan, karena dengan mengatakan bahwa dia tidak melihat insiden yang

4 terjadi untuk menghindari kata-kata yang bertujuan untuk menyalahkan atau menuduh pemain yang terlibat di dalam insiden yang dimaksudkan oleh jurnalis. Arsene Wenger mengatakan ini untuk melindungi atau menjaga nama baik seseorang. Contoh kalimat lain dari Arsene Wenger: (2) Jurnalis: What do you think about Sanchez performance today? [Bagaimana menurut anda penampilan Sanchez pada hari ini?] Wenger: He scored but I think he did not have the best game today. [Dia mencetak gol, tetapi saya rasa dia tidak mempunyai permainan terbaik hari ini) (sumber:http://www.arsenal.com/news/news-archive/20141109/wenger-ondefeat-swansea-and-defence) Dalam penggalan interview di atas, Arsene Wenger menjawab pertanyaan jurnalis mengenai penampilan Sanchez pada hari itu. Dia menyatakan bahwa Sanchez mencetak gol, namun dia tidak bermain dengan bagus. Pada saat itu Sanchez memang tidak bermain dengan begitu baik. Dia tidak terlalu banyak menciptakan peluang, namun pada akhirnya dia dapat mencetak satu-satunya gol setelah mendapatkan peluang. Di sini Arsene Wenger memberikan keterangan yang benar bahwa Sanchez tidak bermain dengan baik, namun dia mengawalinya dengan memuji Sanchez bahwa dialah yang mencetak gol. Di sini terlihat bahwa Arsene Wenger berusaha untuk tidak secara langsung mengkritik permainan Sanchez. Kritikan akan lebih tajam apabila Arsene Wenger langsung mengatakan bahwa Sanchez tidak bermain dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam tuturan ini dia mematuhi maksim kemurahan hati,

5 yaitu memberikan pujian terhadap orang lain, sebelum mengatakan suatu fakta yang kurang baik. Contoh-contoh transkrip konferensi pers Arsene Wenger di atas membuat peneliti tertarik untuk menganalisis lebih mendalam mengenai tuturan-tuturan Arsene Wenger dalam menghadapi media atau pers. Adapun data yang dipakai adalah kumpulan kutipan-kuitpan Arsene Wenger dalam konferensi pers yang didapat dari website resmi Arsenal FC. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini bertujuan untuk menjawab tiga permasalahan mengenai tuturan Arsene Wenger dalam konferensi pers. Ketiga permasalahan tersebut adalah: a. Bagaimana bentuk-bentuk pematuhanan prinsip kesantunan berbahasa oleh Arsene Wenger dalam konferensi pers? b. Bagaimana bentuk-bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa oleh Arsene Wenger dalam konferensi pers? c. Apa sajakah fungsi tuturan Arsene Wenger dalam konferensi pers? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: a. Mendeskripsikan penerapan prinsip kesantunan dalam konferensi pers Arsene Wenger. b. Mendeskripsikan pelanggaran prinsip kesantunan dalam konferensi pers Arsene Wenger.

6 c. Menjelaskan tujuan-tujuan tuturan Arsene Wenger dalam menyampaikan informasi saat konferensi pers. 1.4 Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang linguistik khususnya pragmatik. Selain itu, hasil kajian tentang tuturan Arsene Wenger ini diharapkan dapat menjadi referensi dan acuan bagi yang tertarik untuk melakukan penelitian-penelitian sejenis. Diharapkan penelitian ini bisa bermanfaat bagi umum, dan khususnya untuk kajian prinsip prinsip kesantunan berbahasa. Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana cara seseorang sebagai perwakilan dari suatu kelompok menyampaikan opini, argumen, dan tanggapan secara santun. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang penggunaan prinsip-prinsip kerjasama atau prinsip kesantunan telah dilakukan sebelumnya. Wahyu Adri Wirawati pada tahun 2013 melakukan penelitian yang berjudul Pelanggaran Maksim Prinsip kerjasama dan Maksim Prinsip kesantunan dalam drama seri House M.D.: Suatu Telaah Sosiopragmatik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis maksim-maksim prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan dalam tuturan-tuturan yang diujarkan dr. Gregory House dalam drama seri House M.D. Peneliti menggunakan teori dari Joan Cutting dalam menganalisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa House banyak melanggar maksim prinsip kerjasama, terutama dalam maksim kualitas. Selain itu,

7 House juga sering melanggar maksim prinsip kesantunan, terutama maksim kemurahan. Nadar (2004) dalam laporan penelitiannya tentang kesantunan berbahasa meneliti bahasa yang digunakan politisi-politisi di Indonesia menjelang pemilu tanggal 5 april 2004. Penelitian ini difokuskan pada pematuhan dan pelanggaran maksim prinsip kesantunan yang dilakukan politisi-politisi di Indonesia. Hasil yang diperoleh adalah dari 50 tuturan para politisi, disimpulkan bahwa sebagian besar politisi mematuhi prinsip kesantunan berbahasa, namun terdapat juga politisi yang melanggar maksim prinsip kesantunan berbahasa. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Agustinus Hary Setyawan pada 2013 dengan penelitiannya yang berjudul Kesantunan Tutur pada Rapat Politik Studi Kasus pada Pertuturan Margaret Thatcher dalam Film The Iron Lady. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis prinsip kesantunan oleh dan untuk Thatcher dalam film, dan menjelaskan fungsi prinsip kesantunan tersebut. Peneliti menggunakan pendekatan Jonathan Culpeper dalam menganalisa prinsip ketidaksopanan dan pendekatan brown untuk menganalisa prinsip kesantunan. Kedua pendekatan tersebut diintegrasikan dengan fungsi tindak tutur Leech (1983) dan faktor sosial Huang (2000). Dari penelitian ini ditemukan bahwa ketidaksopanan mendominasi tuturan Thatcher. Ketidaksopanan dalam tuturan Thatcher dapat berfungsi sebagai pernyataan, komplain, penyalahan, saran, anjuran, penolakan, dan sindiran. Kesantunan dan ketidaksopanan dipengaruhi oleh konteks serta faktor-faktor sosial.

8 Isti anatul Hikmah (2013) melakukan penelitian tentang Kesantunan Meminta Maaf dalam Bahasa Inggris oleh Orang Jawa (Studi Kasus pada Orang Jawa Berbahasa Inggris di Surabaya). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pola umum kesantunan meminta maaf orang jawa dalam bahasa Inggris dan realisasi kesantunan meminta maaf orang jawa dalam bahasa inggris berdasarkan usia, kedekatan, dan situasi. Penelitian ini menggunakan teori tindak tutur dari searle (1975), strategi kesantunan dari brown dan levinson (1987) dan komponen tindak tutur dari Hymes (1989). Hasil penelitian ini adalah (1) tindak tutur yang terekam adalah tindak tutur representatif, direktif, komisif, dan ekspresif, (2) terdapat 7 pola umum cara meminta maaf, dan (3) kesantunan dalam meminta maaf dipengaruhi oleh usia, kedekatan, dan situasi tutur. Widya Oktarini (2014) melakukan penelitian tentang Tindak tutur dan gaya bahasa dalam naskah pidato pelantikan presiden amerika Barack H. Obama. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan fungsi tindak tutur, pematuhan dan pelanggaran terhadap maksim kesantunan, dan mendeskripsikan pemanfaatan aspek kebahasaan sebagai sarana retorika pada pidato pelantikan presiden Amerika. Hasil penelitian ini adalah ditemukannya 6 jenis tindak tutur yang digunakan Barack H. Obama dalam pidato pelantikan presiden, yaitu tidak tutur asertif, deklaratif, komisif, ekspresif, fatis, dan direktif. Adapun fungsi dari masingmasing tindak tutur tersebut adalah untuk menyampaikan pendapat, memberikan informasi, memberi perintah, memberi janji, menyatakan perasaan dan untuk mendeklarasikan.

9 1.6 Landasan Teori 1.6.1 Pragmatik Pragmatik merupakan kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi atau terkodifikasi di dalam struktur bahasa (Levinson 1983:9). Menurut Crystal (1990:271), pragmatik merupakan kajian bahasa yang ditinjau dari sudut pandang penggunaannya, terutama dalam pemilihan kata yang dipakai, pembatasan yang digunakan dalam penggunaan bahasa dalam interaksi sosial dan efeknya pada peserta tindak tutur lain dalam sebuah komunikasi. 1.6.2 Prinsip Kesantunan Di dalam sebuah percakapan, penutur dan lawan tutur harus saling menghormati. Di dalam pragmatik, dikenal politeness principles prinsip kesantunan. Prinsip kesantunan diperlukan untuk menjalin hubungan yang baik antara penutur dan lawan tutur. Leech (1983) mengutarakan sejumlah maksim yang terdapat dalam prinsip kesantunan sebagai berikut: a. Maksim Kebijaksanaan Maksim kebijaksanaan menguraikan bahwa setiap peserta tuturan diharapkan meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain.

10 b. Maksim Penerimaan Maksim penerimaan menyatakan bahwa saat seseorang sedang melakukan tindak tutur, maka orang tersebut harus meminimalkan keuntungan terhadap diri sendiri, atau memaksimalkan kerugian untuk diri sendiri. c. Maksim Kemurahan Maksim kemurahan menyatakan bahwa untuk membuat percakapan yang sopan, penutur harus memaksimalkan dalam menyanjung orang lain dan meminimalkan memuji diri sendiri. Maksim ini juga menyarankan untuk menyatakan hal-hal yang menyenangkan saja kepada pendengar (Wijana 1996:55) d. Maksim Kerendahan Hati Maksim kerendahan hati menyatakan bahwa untuk mendapatkan percakapan yang harmonis, penutur harus meminimalkan penyanjungan terhadap diri sendiri dan sebaiknya lebih merendah kepada lawan tutur. e. Maksim Kecocokan Maksim kecocokan menyatakan bahwa penutur dan lawan tutur haruslah memaksimalkan kecocokan di antara mereka. f. Maksim Kesimpatian Maksim kesimpatian menyatakan bahwa setiap peserta pertuturan hendaknya memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Jika lawan tutur medapat kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat.

11 1.6.3 Kesantunan Brown-Levinson Brown dan levinson menyatakan bahwa untuk memasuki hubungan sosial kita harus mengakui dan menunjukkan adanya citra diri di muka publik dan citra diri yang dimiliki lawan tutur. Brown dan levinson (1987:61) mendefinisikan muka sebagai citra diri yang dimiliki semua orang. Mereka membagi konsep menjadi dua, yaitu muka positif dan muka negatif. Muka positif merupakan keinginan setiap individu agar dia dapat diterima atau disenangi oleh pihak lain (Nadar 2009:32). Sementara itu, muka negatif adalah keinginan individu agar setiap keinginannya tidak dihalangi orang lain. 1.6.3.1 Strategi Kesantunan Positif Brown dan Levinson (1987:61) mengutarakan stratetegi kesantunan positif sebagai berikut: 1. Notice: attend to hearer (memperhatikan minat, keinginan lawan tutur) 2. Exxagerate (melebih-lebihkan rasa ketertarikan) 3. Intensify interest to hearer (meningkatkan rasa tertarik) 4. Use in-group identity marker (menggunakan penanda kesamaan kelompok) 5. Seek agreement (mencari dan mengusahakan persetujuan lawan tutur) 6. Avoid disagreement (menghindari pertentangan) 7. Presuppose/raise/assert common ground (menimbulkan persepsi sejumlah persamaan antara penutur dengan lawan tutur)

12 8. Making joke (membuat candaan) 9. Assert or presuppose speaker s knowledge of and concern for (membuat persepsi bahwa penutur memahami keinginan lawan tutur) 10. Offer or promise (membuat penawaran atau janji) 11. Be optimistic (menunjukkan rasa optimis) 12. Include both speaker and hearer in the activity (berusaha melibatkan penutur dan lawan tutur dalam suatu kegiatan) 13. Give or ask for reasons (memberikan atau meminta alasan) 14. Assume or assert reciprocity (menawarkan tindakan timbal balik) 15. Simpathy to hearer ( memberikan rasa simpati) 1.6.3.2 Strategi Kesantunan Negatif Brown dan Levinson (1987:61) mengutarakan stratetegi kesantunan negatif sebagai berikut: 1. Be conventionally indirect (ungkapan tidak langsung) 2. Question, hedge (gunakan pertanyaan dengan partikel tertentu) 3. Be pessimistic ( lakukan secara hati-hati dan jangan terlalu optimistik) 4. Minimize the imposition (kurangi ancaman terhadap muka lawan tutur) 5. Give deference (beri penghormatan) 6. Apologize (gunakan permohonan maaf) 7. Impersonalize Speakers and Hearers (jangan menyebut penutur dan lawan tutur)

13 8. State the FTA as general rule (nyatakan tindakan mengancam muka sebagai ketentuan sosial yang umum berlaku) 9. Nominalize (nominalkan pertanyaan) 10. Go on record as incurring a debt or as not indebting H (nyatakan dengan jelas bahwa penutur telah memberikan kebaikan kepada lawan tutur) 1.7 Metode Penelitian Sudaryanto (1993: 5-8) menyebutkan bahwa kurun pemecahan masalah di dalam penelitian bahasa setidaknya terdiri dari tiga tahapan. Tahap pertama adalah tahap penyediaan data. Tahap kedua adalah tahap analisis data. Tahap ketiga adalah tahap penyajian hasil analisis data. Masing-masing tahap mempunyai metode yang berbeda yang akan dijelaskan selanjutnya. 1.7.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menerapkan metode inferensial untuk memaparkan hasil analisis data. Metode inferensial adalah cara pembahasan yang mana peneliti berusahan untuk menjelaskan data yang diteliti secara mendalam. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan karena data yang digunakan berasal dari sumber tertulis. 1.7.2 Metode Penyediaan Data Objek penelitian ini merupakan 20 transkrip dari total sekitar 50 hasil konferensi pers Arsene Wenger pascalaga Arsenal FC pada tahun 2014. Objek tersebut terangkum dalam data penelitian yang berupa kumpulan transkrip konferensi

14 pers Arsene Wenger yang diunduh dari laman resmi Arsenal FC, yaitu Arsenal.com. Selain transkrip, peneliti juga menggunakan video rekaman dari konferensi pers tersebut dari laman yang sama untuk melakukan verifikasi kesesuaian transkrip dengan video. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode observasi. Teknik yang digunakan adalah teknik catat. Langkah pengumpulan data yang didapat adalah: 1. Mencari dan mengumpulkan transkrip konferensi pers Arsene Wenger pada tahun 2014 dari menu News pada laman Arsenal.com. 2. Memilih 20 video dan transkrip secara acak. 3. Meneliti kesesuaian transkrip konferensi pers yang berisi tanggapan, opini, atau pernyataan dari Arsene Wenger dengan video konferensi pers, dan kemudian diambil sebagai data. 4. Menulis data hasil pengamatan dalam lembar khusus. Data yang telah dicatat tersebut akan kemudian dianalisis dalam tahap selanjutnya, yaitu tahap analisis data penelitian. 1.7.3 Metode Analisis Data Dalam tahap ini, peneliti menggunakan pendekatan pragmatik. Dalam melakukan analisis, data akan diklasifikasikan terlebih dahulu. Pengklasifikasian di sini berdasarkan pada prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan yang diikuti atau dilanggar. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori prinsip kesantunan

15 dari Leech. Selanjutnya, data akan dianilisis. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah: 1. Mengidentifikasi transkrip konferensi pers Arsene Wenger berdasarkan maksim kesantunan; 2. Mengklasifikasikan data; 3. Mendeskripsikan bentuk pematuhan prinsip kesantunan berbahasa oleh Arsene Wenger; 4. Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa oleh Arsene Wenger; 5. Mendeskripsikan karakter Arsene Wenger dilihat dari bahasa yang digunakan dalam menghadapi pers. 1.7.4 Penyajian Hasil Analisis Data Tahap terakhir yaitu tahap penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan adalah metode informal dan metode formal. Metode informal menggunakan kata-kata biasa, sedangkan metode formal menggunakan tabel dan singkatan-singkatan (Lihat Sudaryanto, 1993: 144-145). 1.8 Sistematika Penyajian Pembahasan pada penelitian ini dibagi dalam enam bab. Bab pertama merupakan Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab kedua merupakan Pembahasan untuk

16 menjawab pertanyaan pertama yaitu implikatur yang timbul dari konferensi pers Arsene Wenger. Bab ketiga merupakan Pembahasan untuk menjawab pertanyaan kedua yaitu penerapan prinsip kesantunan berbahasa oleh Arsene Wenger. Bab empat merupakan Pembahasan untuk menjawab pertanyaan ketiga yaitu analisis mengapa strategi tertentu digunakan di dalam tuturannya. Bab kelima berisi pembahasan rumusan masalah yang keempat, yaitu deskripsi karakter Arsene Wenger. Bab yang terakhir adalah Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.