BAB I PENDAHULUAN. Barack Obama merupakan salah satu sosok yang fenomenal dalam kancah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Barack Obama merupakan salah satu sosok yang fenomenal dalam kancah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Barack Obama merupakan salah satu sosok yang fenomenal dalam kancah politik di Amerika Serikat. Barack Obama yang lulusan Universitas Columbia dan Harvard Law School mengawali langkahnya menuju kursi kepresidenan dengan menjabat sebagai anggota Senat di Illinois dari tahun 1997 hingga tahun Kemudian Barack Obama mengguncangkan dunia menjadi presiden Amerika Serikat pertama keturunan orang kulit hitam. Barack Obama pada tahun 2009 diangkat sebagai presiden untuk yang pertama kali mengalahkan John McCain. Pada periode kedua Barack Obama memenangkan pemilu kembali mengalahkan Mitt Romney. Pada sebuah pemilihan umum, salah satu hal yang paling penting bagi politisi ialah masa kampanye. Dalam sebuah kampanye politik, pada hakikatnya seorang politisi hendak meminta pada warganya untuk mempergunakan hak pilih mereka supaya memilih politisi tersebut. Politisi berupaya untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya dengan jalan melakukan pidato-pidato kampanye di berbagai tempat. Pidato kampanye tersebut haruslah efektif dan mengajak para pendengarnya untuk tertarik dan mau menyuarakan pilihannya kepada politisi tersebut. Pada sebuah komunikasi, saat seseorang menginginkan seseorang yang lain melakukan sesuatu hal untuk dirinya, atau meminta keuntungan dari orang

2 2 lain untuk kepentingan dirinya sendiri hendaknya prinsip kesopanan dipakai demi keharmonisan sebuah tuturan. Seperti halnya para politisi lain pada masa kampanyenya, Barack Obama juga melakukan pidato-pidato kampanye untuk menggalang suara dan memenangkan pemilihan.pidato kampanye politik yang disampaikan oleh Barack Obama merupakan salah satu pidato yang menggugah dan efektif. Terbukti, Barack Obama telah terpilih selama dua kali periode. Berikut merupakan beberapa tuturan dari pidato Obama ditayangkan pada tanggal 7 September 2012 pada Konvensi Partai Demokrat. (1) So you see, the election four years ago wasn t about me. It was about you. My fellow citizens, you were the change. Jadi kalian mengerti bahwa pemilihan umum empat tahun lalu bukan tentang saya. Ini semua tentang kalian, sesame warga, kalian adalah pembawa perubahan. Dalam tuturan di atas memiliki konteks bahwa sebelum ujaran tersebut diutarakan Obama telah menyampaikan sejumlah pencapaian yang telah diraih Amerika Serikat selama empat tahun masa pemerintahan. Terlihat bahwa Barack Obama menggunakan maksim kerendahan hati. Maksim kerendahan hati ini tercermin dimana dia merendahkan diri bahwa perubahan yang terjadi pada Amerika Serikat bukanlah merupakan atas jasanya melainkan, atas peranan seluruh warga Amerika yang telah memilihnya empat tahun lalu. Berikut ini merupakan tuturan lain dari pidato Barack Obama (2) And yes, my plan will continue to reduce the carbon pollution that is heating our planet because climate change is not a hoax. More droughts and floods and

3 3 wildfires are not a joke. They re a threat to our children s future. And in this election, you can do something about it. Dan ya, rencana saya akan meneruskan penguranganpolusi karbon yang memanaskan planet kita karena perubahan iklim bukan bualan. Banyak terjadi kekeringan dan banjir dan kebakaran hutan bukanlah lelucon. Dan di pemilihan ini, kalian dapat melakukan sesuatu tentang itu. Seperti para politisi lain yang mengikuti pemilihan, Barack Obama juga menyampaikan rencana kerjanya pada pidato yang ia sampaikan. Terlihat di sini bahwa Obama menyampaikan rencana kerja tentang pengurangan polusi karbondioksida. Tuturan ini memiliki strategi kesopanan berbahasa yaitu melindungi muka negatif. Muka negatif merupakan keinginan setiap orang untuk wilayah, hak perseorangan, hak bebas gangguan, yaitu kebebasan bertindak. Pada akhir tuturan tersebut Obama memberikan pilihan pada lawan tuturnya untuk ikut mengurangi polusi dengan cara memilih dirinya ataupun tidak. Adapun contoh berikut merupakan salah satu penerapan prinsip kesopanan yang digunakan oleh Barack Obama. (3) And if you share that faith with me, if you share that hope with me, I ask you tonight for your vote. (APPLAUSE) If you reject the notion that this nation s promise is reserved for the few, your voice must be heard in this election. If you reject the notion that our government is forever beholden to the highest bidder, you need to stand up in this election. (APPLAUSE)

4 4 Dan jika anda berbagi keyakinan yang sama dengan saya, jika kalian berbagi harapan dengan saya, saya pada mala mini meminta dukungan anda [tepuk tangan] Jika anda menolak pendapat bahwa janji bangsa ini hanya dimiliki sebagian kecil orang, maka suara kalian harus didengar pada pemilu ini Jika kaliam menolak pendapat bahwa pemerintahan selamanya berhutang budi pada tawaran tertinggi, kalian harus berdiri pada pemilihan ini. Data di atas mengisyaratkan bahwa Obama ingin menimalkan keuntungan terhadap orang dengan mengatakan If atau jika yang juga menyatakan keinginannya untuk dipilih. Hal ini merupakan salah satu cara yang halus untuk menginginkan seseorang untuk melakukan sesuatu namun tidak memaksa mereka. Obama mengajak para warga Amerika Serikat untuk berpikir dan berinisiatif sendiri untuk memilihnya. (4) A few night nights ago, everyone was reminded just what a lucky man I am. (APPLAUSE) Malia and Sasha, we are so proud of you. (APPLAUSE) Beberapa malam yang lalu, semua orang telah mengingatkan saya bertapa beruntungnya saya [tepuk tangan] Malia dan Sasha, kami sangat bangga padamu [tepuk tangan] Tuturan di atas merupakan pembuka dari pidato Barack Obama pada Konvensi nasional Partai Demokrat. Pada awal pembukaan pidato Barack Obama,

5 5 pertama kali yang ia utarakan ialah pengucapan terimakasih dan juga memuji kedua putri Hal ini selaras dengan maksim penerimaan. Maksim penerimaan berbunyi untuk lebih menyanjung orang lain dibandingkan memuji diri sendiri. Penggunaan-penggunaan prinsip kesopanan yang dilakukan oleh Barack Obama, membuat penulis tertarik untuk meneliti perihal kebahasaan yang terdapat pada pidato kampanye Barack Obama, terutama pada prinsip kesopanan yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini akan meneliti aspek-aspek kesopanan dalam tiga pidato kampanye politik Barack Obama yang disampaikan di Virginia, Iowa, dan saat Konvensi Nasional Partai Demokrat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti ungkapkan maka masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pematuhan prinsip kesopanan dan realisasi strategi kesopanan berbahasa yang dilakukan Barack Obama dalam pidato kampanyenya? 2. Bagaimana pelanggaran prinsip kesopanan dilakukan oleh Barack Obama? 3. Apa tujuan penggunaan strategi kesopanan dan pelanggaran prinsipprinsip kesopanan pada pidato-pidato kampanye Barack Obama? 1. 3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dari penelitian ini ialah untuk mengetahui prinsip-prinsip kesopanan dan strategi kesopanan yang digunakan oleh Barack Obama dalam pidato kampanyenya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui adakah pelanggaran prinsip kesopanan yang dilakukan oleh Barack

6 6 Obama. Penelitian ini juga ingin mengetahui latar belakang dibalik penggunaan strategi-strategi prinsip kesopanan serta pelanggaran prinsip kesopanan yang dilakukan Barack Obama dalam pidato kampanyenya. 1.4 Manfaat Penelitian Terdapat dua manfaat dalam penelitian ini, antara lain: Manfaat Teoretis Memberikan kontribusi teoritis terhadap padu padan satu teori bahasa dengan teori bahasa lain, khususnya kajian interpersonal dalam teori linguistik fungsional sistemik dan teori kesantunan berbahasa. Manfaat yang berkaitan dengan perkembangan ilmu, khususnya dalam rangka memberi sumbangan perkembangan sosiopolitikolinguistik. Penelitian ini diharapkan pula dapat memberi waasan tentang variasi bahasa, khusunya pemakaian bahasa dalam wacana politik, sekaligus memperkaya kajian bidang linguistik terutama kajian pragmatik Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini ialah diharapkan dapat memberi masukan terhadap bentuk-bentuk wacana komunikasi terutama komunikasi dalam kampanye politik yang efektif. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi wawasan dan juga informasi sejelas-jelasnya kepada pemerhati bahasa atau pembaca dalam cara-cara meyakinkan orang lain dalam suatu wacana kampanye politik. Adapun penelitian ini juga diharapkan dapat member pengetahuan tentang bagaimana menyerang lawan politik dalam suatu pidato kampanye dengan santun. Secara praktis khususnya bagi masyarakat yang terjun ke dalam dunia politik

7 7 praktis, penelitian ini dapat membantu dengan mengamati pembentukan makna melalui leksem-leksem dan pembentukan wacana politik yang sarat dengan muatan makna interpersonal. Pemilihan leksem untuk membentuk makna tersebut dapat difungsikan untuk menciptakan wacana yang santun dan tidak santun, serta dapat dimanfaatka sebagai salah satu bentuk retorika politik yang efektif. 1.5 Tinjauan Pustaka Kepiawaian dan kesuksesan Obama tak pelik mengundang banyak peneliti untuk melakukan kajian terhadap sepak terjang Obama. Pidato kampanye Obama pada periode 2008 juga mendapat prhatian dari seorang peneliti yaitu Evy Nurul Laily Zen, yang membuat tesis yang berjudul Implikasi Tenor Terhadap Kesantunan Berbahasa dalam Pidato Politik Capres AS pada Pemilu 2008, pada tahun Penelitian yang mengkaji wacana pidato politik calon presiden Amerika Serikat pada pemilu 2008 ini dilakukan untuk menemukan leksem yang mengandung makna attitude sebagai realisasi dari appraisal dan implikasinya terhadap kesantunan berbahasa. Dalam kajian metafungsi interpersonal, appraisal merupakan realisasi dari tenor. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil data. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Teknik yang digunakan adalah simak bebas libat cakap. Data berupa pidato Barack Obama pada Konvensi Nasional Partai Demokrat tanggal 8 Agustus 2008 dan pidato John McCain pada Konvensi Nasional Partai Republik tanggal 4 September Analisis data dilakukan

8 8 dengan metode interpretatif, sedangkan penyajian hasil analisis dilakukan dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga domain makna yang mengandung unsur attitude yaitu affect, judgment, dan appreciation dapat ditemukan realisasinya dalam pidato. Obama lebih sering menggunakan ungkapan bermakna judgment dibandingkan affect dan appreciation, sedangkan McCain lebih banyak merealisasikan domain makna affect yaitu ungkapan perasaan. Dari perspektif prinsip kesantunan berbahasa, ditemukan bahwa penyimpangan prinsip kesantunan lebih banyak dilakukan oleh Obama, khususnya maksim penghargaan dan maksim pemufakatan. Realisasi tenor yang terujud dalam leksem-leksem tersebut membaa implikasi terhadap pembentukan tuturan yang santun. Selain itu, ditemukan pula kecenderungan bahwa domain makna affect mengandung implikasi terhadap kepatuhan dan penyimpangan maksim penghargaan, kebijaksanaan dan kesederhanaan, domain makna judgment mengandung implikasi terhadap maksim penghargaan, sedangkan domain makna appreciation secara eksplisit tidak banyak membawa pengaruh terhadap salah satu prinsip kesantunan berbahasa. Dalam ranah linguistik cara berbicara Obama juga menarik untuk dikaji lebih dalam, salah satu penelitian yang pernah dilakukan ialah Analisis Percakapan Terhadap Wawancara antara Oprah Winfrey, Barack Obama, dan Michelle Obama dalam acara The Oprah Winfrey Show oleh Khusnul Khatimah. Setelah dilakukan analisis oleh Khotimah (2012), ditemukan beberapa hal terkait struktur percakapan, implikatur pelanggara maksim, dan dimensi sosial budaya.

9 9 Pertama, rangkaian pembuka dan penutup percakapan ditemukan lebih dari satu. Hal tersebut dikarenakan adanya jeda iklan dan merupakan kekhasan dari percakapan yang disiarkan di televisi. Kedua, ditemukan juga bahwa tumpang tindih dalam percakapan yang melibatkan lebih dari dua partisipan dapat diminimalisir oleh topik pembicaraan yang berhubungan dengan partisipan. Ketiga, implikatur pelanggaran prinsip kerja sama tidak hanya ditemukan dalam bentuk sopan santun dan humor, tetapi juga dilakukan penutur untuk memberi penyelaan, memperhalus tuturan kepada lawan tutur, serta membantah dan melakukan sindiran terhadap pihak ketiga, yaitu pihak yang tidak terlibat langsung dalam percakapan. Keempat, peristiwa percakapan tidak lepas dari pengaruh sosial budaya, satu di antaranya, yaitu pandangan terhadap pujian. Dari analisis yang ditemukan terlihat bahwa orang Amerika menggunakan pujian sebagai sarana untuk menyenangkan hati orang yang dipuji, sehingga siapapun dapat memberi pujian kepada siapa saja tanpa melihat status sosialnya. Penelitian mengenai prinsip kesopanan dalam wacana bahasa politik di Indonesia juga pernah diteliti oleh Norwanto pada tahun 2004 dengan judul, Wacana bahasa politik Indonesia:: kajian tindak tutur, prinsip kerja sama, dan prinsip kesopanan. Penelitian ini merupakan penelitian yang melihat wacana bahasa politik Indonesia dari sisi pragmatik. Objek penelitian ini adalah bahasa politik yang diperoleh dari surat kabar harian di Indonesia. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan metode simak dan teknik catat dan dianalisis dengan mengaplikasikan teori-teori pragmatik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa politisi betutur untuk melakukan tindak ilokusi penolakan, penerimaan, atau

10 10 persetujuan, ancaman, bantahan, kecaman, direktif, dan janji. Politisi cenderung menggunakan tindak tutur langsung kecuali dalam tindak tutur direktif yang juga dilakukan secara tidak langsung. Penutur juga memilih menggunakan tindak tutur literal kecuali dalam penolakan, penerimaan, dan bantahan yang juga menggunakan tindak tutur tidak literal. Penelitian ini juga menunjukkan pelanggaran terhadap prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan. Pelanggaran terhadap kerja sama ditemukan di dalam seluruh maksim kerja sama. Sementara itu, pelanggaran terhadap maksim kesepakatan merupakan pelanggaran yang paling sering dilakukan dalam prinsip kesopanan dan maksim simpati merupakan maksim yang paling jarang ditemui dalam prinsip ini. Analisis wacana kampanye politik juga kiranya menelisik Rahayu, Yayuk Eny pada tahun 2002 untuk meneliti wacana kampanye politik yang terjadi di Indonesia pada PEMILU tahun Penelitian ini bertujuan memerikan: (1) Konsep wacana kampanye politik (KP) sebagai wacana persuasive, (2) konsep tindak tutur permintaan dalam wacana kampanye politik, (3) aspek kebahasaan dalam wacana kampanye politik. Sampel yang ditampilkan sebanyak 51 buah dari 5 partai besar peserta PEMILU Pengolahan data menggunakan proses analisis interaktif dengan langkah-langkag meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil analisis ditunjukkan bahwa komponen acana kampanye politik tersusun atas komponen wajib yang terdiri dari judul (J), problem (Pr), solusi (so) dan penutup (Pn), serta komponen pilihan yaitu nama penutur (Np). Komponen-

11 11 komponen ini mendukung konsep persuasifnya. Konsep persuasif sebagaimana yang diungkapkan oleh Cart Wright, Newcomb yang meliputi teknik partisipasi dan asosiasi tercermin dalam judul dan nama penutur; sedangkan teknik Pay of Idea dan pendekatan dari segi psikologis sebagaimana yang dikemukakan oleh Wilbur yang terdiri dari teknik AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decission, Action) dan A-A procedure (process from attention to action) tercermin dalam problem, solusi, dan penutup. Bila ditinjau dari segi makna wujud tindak tutur permintaan dalam acana kampanye politik (WKP) mengandung 2 makna yaitu literal dan non literal. Makna literal atau bahasawi mengisyaratkan bahwa wacana kampanye politik (WKP) pada PEMILU 1999 ini, mencoba menjelaskan perihal tatanan sosial baru yang lebih menjanjikan. Hal ini ditandai dengan penggunaan awalan Me-N, Pedan kata yang berarti lebih secara teratur, dan penggunaan bentuk nomina yang berarti kemajuan, kesejahteraan, pembangunan, peningkatan, dan pembaharuan. Penggunaan kata-kata tersebut dimaksudkan sebagai upaya penekanan terhadap visi dan misi partai, sehingga masyarakat mudah memahami ide-ide yang ditawarkan. Makna non literal dalam wacana kampanye politik (WKP) diperlihatkan dalam tindak tutur permintaan yang memanfaatkan 7 kinerja tuturan, yaitu tuturan bermodus imperative, performatif eksplisit, performatif berpagar, preposisi keharusan, preposisi menggunakan impersona, pengandaian bersyarat dan penyerta alasan. Kinerja tuturan tersebut dimanfaatkan dengan alasan fakor kesopanan dan kebebasan. Disamping itu juga terdapat tindak tutur komisif yang mewarnai wacana kampanye politik.

12 12 Aspek kebahasaan difokuskan pada penggunaan bahasa figurative. Bentuk bahasa figurative yang menonjol dalam wacana kampanye politik (WKP) adalah metonomia, eufimisme, dan metafora. Metonimi berfungsi untuk menjelskan realita yang berkenaan keburukan yang menyangkut kepentingan seluruh bangsa. Sedangakan eufimisme dan metafota berfungsi untuk menyembunyikan realita. Penyembunyian realita ini berkaitan dengan keburukan secara pribadi dan birokrasi. Penggunaan konsep yang bertentangan ini dipengaruhi oleh kondisi masyarakat Indonesia saat ini, namun kedua fungsi itu menjadikan wacana kampanye politik ini sebagai wacana yang efektif. Penelitian mengenai kesopanan berbahasa juga dilakukan oleh F. X. Nadar dengan judul Bahasa Politik Indonesia Menjelang Pemilu 2004: Kajian pragmatik Tentang Kesopanan Berbahasa. Perhatian utama tuturan tersebut diarahkan pada kajian kesopanan berbahasa. Dari limapuluh tuturan para politisi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar politisi menggunakan bahasa yang sopan dan mengikuti maksim kesopanan berbahasa, namun terdapat juga bahasa politisi yang melanggar mksim-maksim kesopanan berbahasa tersebut. 1.6 Landasan Teori Pragmatik Pragmatik menurut Leech (1983: 6) merupakan kajian tentang arti dalam kaitannya dengan situasi tindak tutur. Sedangkan menurut Levinson (1983:9) pragmatik merupakan kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi atau terkodifikasi dalam struktur bahasa. Definisi lain mengenai

13 13 pragmatik juga dikemukakan oleh Crystal (1990:271) yang menyatakan bahwa pragmatik merupakan kajian bahasa yang ditinjau dari sudut pandang penggunanya, terutama dalam pemilihan yang dipakai, pembatasan yang digunakan dalam penggunaan bahasa dalam interaksi sosial dan efeknya pada peserta tindak tutur lain dalam sebuah komunikasi. Ahli lain, Mey (1993:42), menyatakan bahwa pragmatik merupakan kajian tentang kondisi penggunaan bahasa manusia sebagaimana ditentukan oleh konteks masyarakatnya Kesopanan Wardaugh (1988:251) menyatakan bahwa dalam suatu situasi komunikasi penutur seringkali membuat pilihan-pilhan dalam caranya bertutur, seperti: apa yang akan penutur bicarakan bagaimana cara menuturkan dan juga tipe-tipe kalimat, kata-kata, dan lain sebagainya. Hal ini didukung oleh Holmes (1992:2) yang menyatakan bahwa penutur seringkali memilih kata-katanya dengan seksama menyesuaikan dengan lawan tuturnya. Guna mendapatkan percakapan yang harmonis penutur haruslah bersikap sopan dan menyampaikan kata-kata yang santun. Hal ini diperlukan agar lawan tutur tidak tersinggung sehingga percakapan dapat terlaksana secara lancar. Watts (2002:2) juga menyampaikan bahwa bersikap sopan merupakan hal yang krusial untuk komunikasi yang sukses dan ketidaksopanan dapat mempengaruhi perasaan peserta tutur, peserta tutur dapat dianggap kasar, tidak kooperatif, ataupun bersikap semaunya. Grundy (2000:146) sejalan dengan pendapat sebelumnya

14 14 mengemukakan bahwa kesopanan merupakan manifestasi dari konsep yang lebih besar tentang etiket dan perilaku yang sesuai. Kesopanan menurut Foley (1997: 270) merupakan energi dalam keahlian bersosialisasi yang tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa setiap peserta tuturan merasa diterima dalam setiap interaksi sosial. Kesantunan tuturan juga dapat dilihat dengan cara yang berbeda lagi. Robin lakoff (1973) menunjukkan bahwa kesantunan tuturan itu dapat dicermati dari tiga hal, yakni dari sisi keformalannya (formality), ketidaktegasannya (hesistancy), dan peringkat kesejajaran atau kesekawanannnya. Leech Kesopanan dalam interaksi sosial, menurut Yule (1996:104) merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk menghindari beberapa tindakan yang mengancam muka Maksim-maksim Kesopanan Leech (1983) mengutarakan sejumlah maksim yang terdapat alam prinsip kesopanan. Uraiannya ialah sebagai berikut: Maksim Kebijaksanaan Maksim kebijaksanaan menguraikan bahwa setiap peserta tuturan untuk menimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Wijana (1996:55) menyatakan bahwa maksim ini biasanya diungkapkan dengan tuturan impositif, direktif ataupun komisif. Maksim ini akan

15 15 menghaluskan tuturan dari tindak ilokusi direktif atau impositif menimbulkan efek memerintahkan, meminta, menyuruh dan lain sebagainya Maksim Penerimaan Wijana (1996:55) menguraikan bahwamaksim penerimaan menyatakan bahwa saat seseorang sedang melakukan tindak tutur maka, seseorang harus meminimalkan keuntungan terhadap diri sendiri dan memaksimalkan kerugian terhadap diri sendiri. Seperti dalam ujaran Bisakah aku meminjam penamu? akan lebih sopan dibandingkan Pinjami aku pulpen donk! Maksim Kemurahan Maksim kemurahan menyatakan bahwa untuk membuat percakapan yang sopan, penutur harus memaksimalkan dalam menyanjung orang lain dan menimalkan memuji diri sendiri. Wijana (1996:55) juga menyatakan bahwa maksim ini juga menyarankan untuk menyatakan hal-hal yang menyenangkan saja kepada si pendengar. Maksim ini juga cenderung untuk enggan menyatakan opini saat sang penutur ingin mengkritisi sesuatu untuk menciptakan keharmonisan kepada lawan tutur, sebagai gantinya penutur biasanya mengurangi pujian untuk menyatakan ketidaksetujuannya Maksim Kerendahan Hati Wijana (1996:56) menguraikan bahwa maksim kerendahan hati menyatakan bahwa untuk mendapatkan percakapan yang harmonis, sang penutur harus menimalkan penyanjungan terhadap diri sendiri dan sebaliknya sang

16 16 penutur sebaiknya lebih banyak merendah kepada lawan tutur. Contoh tuturan dalam maksim ini ialah Silahkan mampir ke gubug kami tuturan ini dianggap sopan karena merendahkan kata rumah yang seharusnya dipakai namun malah memakai kata gubug untuk merendah Maksim kecocokan Maksim kecocokan juga diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Maksim kecocokan menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka. Wijana (1996:56) memberikan contoh maksim kecocokan dengan wacana sebagai berikut: bahasa inggris sukar ya? iya... Wacana tersebut dianggap sopan karena peserta tutur memaksimalkan kecocokannya dengan pernyataan lawan tutur Maksim kesimpatian Sebagaimana halnya kecocokan, maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif.wijana (1996:57)maksim kesimpatian ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati, dan meminimalkan rasa antipasti kepada lawan tuturnya. Jika lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat MODEL KESANTUNAN BROWN LEVINSON Brown dan Levinson (1987) menyatakan bahwa untuk memasuki hubungan sosial kita harus mengakui dan menunjukkan kesadaran akan adanya citra diri di muka publik dan citra diri yang dimiliki oleh lawan tutur. Brown dan

17 17 Levinson (1987:61) mendefinisikan muka sebagai citra diri yang dimiliki oleh semua orang. Mereka membagi konsep dua menjadi dua yaitu muka positif dan muka negatif. Brown dan Levinson juga menyatakan bahwa ini merupakan sebuah karakteristik universal untuk peserta tuturan harus menghormati satu sama lain terkait dengan citra diri, perasaan, dan menghindari tindakan yang mengancam muka. Nadar (2009:32) menyatakan bahwa muka positif merupakan keinginan setiap individu agar dia dapat diterima atau disenangi oleh pihak lain. Terdapat beberapa tindakan mengancam muka positif, antara lain: a. Ungkapan mengenai ketidaksetujuan, kritik, tindakan merendahkan, keluhan, dakwaan atau penghinaan b. Ungkapan mengenai pertentangan dan tantangan c. Ungkapan mengenai emosi yang tidak terkontrol yang membuat lawan tutur merasa dibuat takut atau dipermalukan d. Ungkapan yang tidak sopan, penyebutan hal-hal yang bersifat tabu ataupun yang tidak selayaknya dalam suatu situasi e. Ungkapan tentang kabar buruk mengenai lawan buruk ataupun menyombongkan berita baik f. Ungkapan tentang hal-hal yang membayakan serta topik yang bersifat memecah belah-pendapat, seperti masalah politik, ras, agama,dsb g. Ungkapan yang tidak kooperatif dari penutur terhadap lawan tutur h. Ungkapan mengenai sebutan ataupun hal-hal yang menunjukkan status lawan tutur ada perjumpaan pertama.

18 18 Nadar (2009:32) juga mengungkapkan bahwa muka negatif merupakan keinginan individu agar setiap keinginannya tidak dihalangi oleh orang lain. Terdapat beberapa tindakan yang dapat mengancam muka negatif seseorang, antara lain: a. Ungkapan mengenai perintah, permintaan, saran, nasihat, peringatan, ancaman, tantangan b. Ungkapan mengenai tawaran dan janji c. Ungkapan mengenai pujian, perasaan negatif yang luat seperti kebencian dan kemarahan terhadap lawan tutur Strategi Kesopanan Strategi Kesopanan Positif Brown dan Levinson dalam Nadar (2009:43 ) menguraikan bahwa terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menyelamatkan muka positif lawan tutur. Strategi-strategi tersebut antara lain: 1. Notice: attend to hearer (his interest, wants, deeds, goods), yaitu memperhatikan minat, keinginan, kelakukan, barang-barang lawan tutur. Strategi ini digunakan sewaktu penutur memperhatikan kondisi lawan tutur yang meliputi perubahan-perubahan secara fisik, kepemilikan barang-barang tertentu. Misalnya, Wah, baru saja potong rambut ya Omong-omong saya dating untuk meminjam sedikit tepung terigu. 2. Exaggerate (interest, approval, sympathy with hearer), yaitu melebihlebihkan rasa ketertarikan, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur. Misalnya, Kebun Anda betul-betul luar biasa bagusnya.

19 19 3. Intensify interest to hearer, yaitu meningkatkan rasa tertarik terhadap lawan tutur. Misalnya pada suatu interaksi, penutur suka menyelipkan sisipan ungkapan dan juga pertanyaan-pertanyaan yang tujuannya hanya untuk membuat lawan tutur lebih terlibat pada interaksi tersebut, misalnya, Betulkan? Gimana menurutmu?. 4. Use in-group identity markers, yaitu menggunakan penanda yang menujukkan kesamaan jati diri atau kelompok. Misalanya pada tuturan, Tolong Papa ambilkan gelas, ya Nak? Pangggilan Nak merupakan panggilan yang memperlunak daya imperative tuturan penutur kepada lawan tutur, dan sekaligus membuat kedekatan hubungan antara penutur dan lawan tutur. 5. Seek agreement, yaitu mencari dan mengusahakan persetujuan dengan lawan tutur. Contoh penggunaan strategi ini adalah penutur mengulang sebagian tuturan lawan tutur untuk menunjukkan bahwa penutur menyetujui dan mengikuti informasi apa saja yang dituturkan oleh lawan tutur, 6. Avoid disagreement, yaitu menghindari pertentangan dengan lawan tutur. Dalam penggunaan strategi ini penutur berusaha mengindari ketidak setujuannya dengan tuturan lawan tutur, seperti dalam percakapan berikut: A: Susahkan soalnya? B: iya ya, susah. Tapi lebih mudah dibandingkan soal tahun lalu, tidak juga terlalu susah.

20 20 7. Presuppose/raise/assert common ground atau mempresuposisikan atau menimbulkan persepsi sejumlah persamaan penutur dan lawan tutur. 8. Making joke, atau membuat lelucon. Karena melalui tawa kita dapat membuat seseorang lebih dekat dengan kita. Ayo ke rumahku, kita mendaki gunung lewati lembah. (Padahal rumahnya tak sejauh itu.). 9. Assert or presuppose speaker s knowledge and of and concern for hearer s wants, atau mempresuposisikan atau membuat persepsi bahwa penutur memahami keinginan lawan tuturnya. Contohnya adalah: Ya, saya mengerti kamu tidak suka pesta, tapi pesta ini akan sangat mengasikkan, ayo ikutlah. 10. Offer or promise, yaitu membuat penawaran dan janji. Strategi ini cukup sering dipakai dalam interaksi, misalnya, Saya akan singgah kapankapan, mungkin minggu depan 11. Be optimistic yaitu menunjukkan rasa optimisme, seperti pada tuturan berikut. Aku tahu Papa pasti akan belikan aku motor kalau dananya sudah cair ) 12. Include both speaker and hearer in the activity, atau berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu. Misalnya, Yuk, kita makan di rumahku 13. Give or ask for reasons, yaitu memberikan dan meminta alasan, contohnya: bagaimana kalau aku meminjam motormu akhir minggu ini? 14. Assume or assert reciprocity, yaitu menawarkan suatu tindakan timbale balik, yaitu kalau lawan tutur melakukan X maka penutur akan melakukan

21 21 Y. Misalnya, aku akan meminjamkan buku novel saya, nanti kamu ajarkan aku matematika ya. 15. Sympathy to hearer, yaitu memberikan rasa simpati kepada lawan tutur seperti dalam ujaran, kalau butuh sesuatu, beri tahu saya ya. Strategi-strategi kesopanan positif tersebut bertujuan untuk menyelamatkan dengan menerapkan kedekatan dan solidaritas, biasanya dalam pertemanan atau persahabatan, membuat orang lain merasa nyaman dan menekankan bahwa kedua pihak (penutur dan mitra tutur) memiliki tujuan yang sama Strategi Kesopanan Negatif Brown dan Levinson dalam Nadar (2009:47) menguraikan bahwa terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menyelamatkan muka negatif lawan tutur.strategi-strategi tersebut antara lain: 1. Be conventionally indirect (ungkapkan secara tidak langsung sesuai konvensi) contoh:can you shut the door please?;can you please pass the salt? 2. Question, hedge (gunakan bentuk pertanyaan dengan partikel tertentu) contoh:it was amazing, wasn t it?; Do me a favor, will you? 3. Be pessimistic (lakukan secara hati-hati dan jangan terlalu optimistic) contoh:perhaps you d care to help me; You don t have any manila envelopes, do you by any chance?

22 22 4. Minimize the imposition (kurangi kekuatan atau daya ancaman terhadap muka lawan tutur) contoh:i just want to ask you if I can borrow a single sheet of paper; Could I have a taste of that cake?; Just a second 5. Give deference (beri penghormatan) contoh:excuse me sir, but would you mind if I close the window? 6. Apologize (gunakan permohonan maaf) contoh:i m sure you must be very busy but..; I am terribly embarrassed to have to admit but...; I am sorry but...; I am sorry to bother you but Impersonalize S and H (jangan menyebutkan penutur dan lawan tutur) contoh:do this for me please; Take that out please; I m sorry to bother you, but the Chancellor said to me. Mr and Mrs Jones I would go and see the Dean if I were you 8. State the FTA as a general rule (nyatakan tindakan mengancam muka sebagai suatu ketentuan sosial yang umum berlaku) contoh:passengers will please refrain from flushing toilets on the train; The committee requests the President; We don t sit on tables, we sit on chair Johny; I m sorry but late comers cannot be seated till the next interval 9. Nominalize (nominalkan pernyataan)

23 23 contoh:your good performance on the examinations impressed us favourably; Your performing well on the examinations impressed us favourably 10. Go on record as incurring a debt or as not indebting H (nyatakan secara jelas bahwa penutur telah memberikan kebaikan (hutang) atau tidak pada lawan tutur) contoh:i d be eternally grateful to you if you would...; I ll never be able to repay if you...; I could do it easily for you Metode Penelitian Metode Pengambilan Data Data diambil dari tuturan pidato kampanye Barack Obama pada masa Pemilu Amerika Serikat tahun Terdapat tiga pidato yang diteliti dalam penelitian ini yaitu Pidato di Iowa, pidato di Virginia, dan pidato dalam Konvensi Nasional Demokrat. Metode pengambilan data ini dilakukan dengan teknik simak dimana peneliti menyimak pidato pidato tersebut. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa yang dilanjutkan dengan teknik simak bebas libat cakap. Teknik ini dilakukan karena peneliti tidak terlibat dalam pembentukan calon data. Peneliti bersikap sebagai pemerhati penggunaan bahasa. Pada sekian ujaran yang dituturkan dalam pidato, peneliti mengelompokkan tuturan-tuturan yang memiliki unsur penggunaan kesopanan berbahasa dan juga pelanggaran berbahasa. Data tersebut kemudian diberi kode sesuai dengan pidato yang ada. Pidato kampanye di Iowa diberi kode (IO), pidato

24 24 kampanye di Virginia diberi kode (VIR), dan pidate kampanye pada konvensi nasional demokrat diberi kode (DNC) Metode Analisis Data Pada penelitian ini data yang telah ada kemudian dikelompokkan berdasarkan pematuhan maksim-maksim kesopanan, realisasi strategi kesopanan, dan pelanggaran maksim kesopanan. Data-data tersebut kemudian dianalisis berdasarkan teori maksim-maksim kesopanan dan teori strategi kesopanan. Datadata tersebut juga dianalisis guna mengetahui tujuan dilakukannya kesantunan berbahasa oleh Barack Obama Metode Penyajian Data Data akan disajikan secara deskriptif terkait dengan penemuan pnlitian. Penyajian akan dikelompokkan dalam fenomena kebahasaan yang terjadi terutama dalam prinsip kesopanan. 1.8 Sistematika Penyajian Penelitian ini akan dibagi dalam lima bab yaitu (1) Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian; (2) Realisasi strategi kesopanan yang berisi realisasi strategi kesopanan positif dan negatif serta pematuhan maksim-maksim kesopanan yang dilakukan Barack Obama; (3) Pelanggaran Prinsip Kesopanan, bab ini memuat pelanggaran-pelanggaran dari prinsip kesopanan yang dilakukan oleh Barack Obama; (4) Tujuan penggunaan kesopanan dan pelanggaran prinsip kesopanan dalam pidato kampanye Barack Obama, yang memuat hasil analisis tentang tujuan dilakukannya strategi

25 25 kesantunan dalam pidato kampanye Barack Obama; (5) Kesimpulan, bab terakhir ini berisikan simpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, bahasa memiliki peran yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu dalam dunia ekonomi, politik, sosial budaya dan teknologi, menyadarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. itu dalam dunia ekonomi, politik, sosial budaya dan teknologi, menyadarkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, semua aspek kehidupan di dunia baik itu dalam dunia ekonomi, politik, sosial budaya dan teknologi, menyadarkan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini, diuraikan segala hal mengenai pendekatan penelitian yang digunakan, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, dan teknik pengolahan data.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DAN NEGATIF PADA KALIMATDEKLARATIF DALAM DRAMA RICH MAN POOR WOMAN ARTIKEL ILMIAH OLEH: DIAH IKA MEIRINA NIM

STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DAN NEGATIF PADA KALIMATDEKLARATIF DALAM DRAMA RICH MAN POOR WOMAN ARTIKEL ILMIAH OLEH: DIAH IKA MEIRINA NIM STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DAN NEGATIF PADA KALIMATDEKLARATIF DALAM DRAMA RICH MAN POOR WOMAN ARTIKEL ILMIAH OLEH: DIAH IKA MEIRINA NIM 0911120090 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam drama seri House M.D. di mana tuturantuturan dokter Gregory House

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI Irfai Fathurohman Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

DIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY

DIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY 1 DIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY Eli Mandari 1, Charlina 2, M.Nur Mustafa 3 fidearly@gmail.com. No. HP. 085263570873 charlinahadi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sebelum melakukan penelitian, ada beberapa sumber kajian yang dijadikan acuan dari penelitian ini yaitu hasil penelitian sebelumnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji strategi komunikasi politik calon gubernur dan wakil gubernur Jabar periode 2013-2018 yang direalisasikan dengan tindak tutur dan kesantunannya

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk menjalankan segala aktivitas. Bahasa juga sebagai salah satu aspek tindak tutur yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Levinson (dalam Manaf 2009:6) Bahasa dapat dikaji, berdasarkan pragmatik, pragmatik adalah cabang linguistik yang membahas pemakaian bentuk bahasa untuk fungsi komunikasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan manusia lain untuk memenuhi segala kebutuhan

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA DEBAT KONTROVERSI SURAT KEPUTUSAN BERSAMA AHMADIYAH DI TV ONE ELVITA YENNI

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA DEBAT KONTROVERSI SURAT KEPUTUSAN BERSAMA AHMADIYAH DI TV ONE ELVITA YENNI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA DEBAT KONTROVERSI SURAT KEPUTUSAN BERSAMA AHMADIYAH DI TV ONE TESIS Oleh: ELVITA YENNI 077009006 SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI LINGUISTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How to do things with word pada tahun 1965. Austin (1962)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A HANDLING TAMU E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A CARA PENERIMAAN TAMU Menanyakan nama dan keperluan (RESEPSIONIS) Good Morning. What can I do for you? Good morning, can

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak ada satu orang pun yang benar-benar beraktivitas tanpa mengadakan rapat. Misalnya saja, menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar sesamanya di dalam suatu lingkungan pergaulan hidup untuk melaksanakan maksud tertentu. Banyak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31 DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Identifikasi Masalah...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Manusia berbahasa setiap hari untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah suatu kebutuhan, artinya berbahasa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang ketika berbicara tidak lepas dari penggunaan bahasa. Pengertian bahasa menurut KBBI (2007:88) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunkaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk menjaga kesopanan dalam bertutur atau mengucapkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk menjaga kesopanan dalam bertutur atau mengucapkan bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur ekspresif mempunyai fungsi untuk mengekspresikan suatu ungkapan yang ingin disampaikan pembicara kepada pendengar berdasarkan keadaan yang diperkirakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kekuasaan. Bahasa-bahasa para politisi tersebut yang. pesan yang disampaikan dapat sampai pada sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kekuasaan. Bahasa-bahasa para politisi tersebut yang. pesan yang disampaikan dapat sampai pada sasaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa dilepaskan dari bahasa. Bahasa adalah komunikasi atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula merusak hubungan diantaranya adalah hubungan sosial dapat terlihat dalam aktifitas jual beli dipasar. Keharmonisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses berpikir manusia. Tahap kelanjutan dari proses berpikir

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses berpikir manusia. Tahap kelanjutan dari proses berpikir 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media komunikasi manusia. Bahasa juga mengalami perkembangan dalam setiap peradapan. Bahasa sebagai media komunikasi selalu dikaitkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas pada saat ini. Beraneka ragam partai politik yang bersaing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M., yang biasa disapa Ahok adalah seorang politisi yang memiliki fungsi dan kedudukan khusus di DKI Jakarta. Ahok dikenal sebagai seorang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi yang paling utama bagi manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal 1 I. PENDAHULUAN Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal yang menjadi latar belakang pemilihan topik penelitian, termasuk mensignifikasikan pemilihan topik penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya agar apa yang disampaikan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi sehari-hari. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat digunakan secara lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tidak terlepas dari bahasa, bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa adanya bahasa maka komunikasi pun tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial, maka dalam kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk melangsungkan hidup mereka.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan,

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2011

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2011 REVIEW JOURNAL OF PRAGMATICS; Is there a need for a maxim of politeness? Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pragmatik oleh Santana Adiputra 180110070013 Devina Christania 180110070015 Dewi Arumsari

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. beberapa konsep dasar yang dijadikan sebagai acuan yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. beberapa konsep dasar yang dijadikan sebagai acuan yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian, ada beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan topik penelitian yang pada intinya dibangun untuk menunjang teori yang diterapkan.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) IMPLEMENTASI KESANTUNAN LEECH TERHADAP KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Suatu Strategi untuk Menciptakan Kerukunan Hidup Bermasyarakat yang Damai dan Harmonis) Nisa Afifah S111308007 Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar sesama dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada orang lain sehingga dapat

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK) ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK) Oleh : Agung Nugroho A.310.010.128 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis penelitian, data dan sumber data, pengembangan instrumen, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun 2015 menjadi masa penting bagi Kabupaten Sragen karena menjadi salah satu wilayah yang harus melaksanakan pilkada serentak gelombang pertama dari ratusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan dalam setiap transaksi jual-beli di

BAB I PENDAHULUAN. interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan dalam setiap transaksi jual-beli di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendengar kata pasar tidak lebih dari anggapan bahwa adanya pembeli dan penjual harus bertemu secara langsung untuk mengadakan interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Ketika manusia berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Ketika manusia berbicara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan berbahasa merupakan sebuah aktivitas sosial yang dapat terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Ketika manusia berbicara, pembicara dan lawan bicara sama-sama

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) KAJIAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA DARWIS TERE-LIYE Auliya Arista Auliya.paul@gmail.com Tlp. 081805142321 Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang Abstrak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ERIZA MUTAQIN A

ERIZA MUTAQIN A IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. wahana kritik sosial. Kritik sosial dalam WLLC diwujudkan dalam berbagai

BAB V PENUTUP. wahana kritik sosial. Kritik sosial dalam WLLC diwujudkan dalam berbagai 138 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan WLLC tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai ungkapan perasaan dan sarana untuk menghibur pendengar, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai wahana kritik sosial. Kritik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan dan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan dan kegiatan komunikasi. Dalam berkomunikasi, bahasa memiliki perangkat-perangkat yang menyaratkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 24 Checking out (continued)

English for Tourism Lesson 24 Checking out (continued) English for Tourism Lesson 24 Checking out (continued) Pelajaran 24: Check out (lanjutan) L1 Juni Tampi: Eng: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-24: Check out. Eng: Lesson 24:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu dalam kehidupan. Bahasa pada dasarnya dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur dengan suatu tujuan dan maksud. Dalam pragmatik tindak tutur dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK STIMULUS KESANTUNAN BERBAHASA MEMBENTUK KARAKTER PADA ANAK Octaria Putri Nurharyani Roch Widjatini Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Email: octariaputri97@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) saat itu.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) saat itu. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbahasa tidak lepas dari tindak tutur, baik sebagai penutur maupun lawan tutur. Tidak hanya dalam kehidupan nyata, dalam film pun demikian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat melakukan tindak tutur. Pada saat penutur menuturkan tuturan tersebut, penutur sekaligus melakukan tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu 1) realisasi tindak tutur petugas penerangan dengan masyarakat di kelurahan, 2) alas

Lebih terperinci

Lesson 55 : imperative + and, or, otherwise Pelajaran 55 : Kata Perintah + dan, atau, jika tidak

Lesson 55 : imperative + and, or, otherwise Pelajaran 55 : Kata Perintah + dan, atau, jika tidak 52 Lesson 55 : imperative + and, or, otherwise Pelajaran 55 : Kata Perintah + dan, atau, jika tidak Reading (Membaca) Go straight on, and you will see the station. (Jalan lurus, dan Anda akan melihat stasiunnya.)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik tata krama (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 1493). Kesopanan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan sebagainya. Berbeda

Lebih terperinci