ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM Oleh : Rido Eka Putra 0910016111008 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2014 1
Aspek Reproduksi Ikan Lelan (Osteochilus vittatus C.V) di Sungai Talang Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam Rido Eka Putra 1, Hafrijal Syandri 2 dan Nawir Muhar 2 1) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan e-mail : ridoputra836@yahoo.com 2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Jurusan Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek reproduksi ikan Lelan (Osteochilus vittatus C.V) yang meliputi jenis kelamin, hubungan dan bobot panjang, faktor kondisi, indek gonad somatik dan fekunditas sebagai salah satu pengembangan informasi dan ilmu pengetahuan terhadap jenis-jenis ikan yang belum diketahui aspek reproduksinya. Pengambilan sampel pada Sungai Talang, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam. dan dilakukan penelitian di laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu dengan mengambil data aspek reproduksi berdasarkan pengamatan dan analisis yang dilakukan.ikan Lelan diambil sebanyak 51 ekor pada Sungai Talang. didapatkan 18 ekor ikan jantan, 16 ekor ikan betina, dan belum diketahui jenis kelaminnya 17 ekor. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa panjang total ikan jantan berkisar antara 122-195 mm dengan bobot tubuh berkisar antara 25-84,5 gr. Sedangkan ukuran panjang pada ikan betina berkisar antara 125-212 mm dengan bobot tubuh berkisar antara 19-93,5 gr dan pada ikan yang belum diketahui jenis kelaminnya memiliki panjang kecil dari 120 dengan bobot tubuh berkisar antara 35-80,7 gr. Indeks Gonad Somatik (IGS) pada TKG IV ikan Lelan betina 4,52 sampai dengan 8,08% sedangkan IGS ikan jantan 2,12-2,72%, Fekunditas ikan Lelan bekisar antara 9,786-65,550 butir, dengan diameter telur berkisar 245-644 µm. Kata kunci : Ikan lelan, IGS, fekunditas, sungai talang Pendahuluan Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan usaha dibidang sumberdaya perairan. Kegiatan penangkapan ikan di Perairan Umum Darat dan laut pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat tajam, namun dilain pihak masih ada Perairan Umum Daratan yang belum dimanfaatkan secara optimal dan perlu dilakukan upaya pengembangan kegiatan penangkapan di daerah-daerah yang potensial. Kabupaten Agam merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Barat, Kabupaten Agam memiliki Perairan Laut juga memiliki Perairan Umum Daratan dengan ekosistem Danau dan Sungai. Salah satunya adalah Sungai Talang yang terdapat di Kecamatan Lubuk Basung dimana Sungai Talang tersebut menyimpan berbagai jenis biota air tawar salah satunya ikan Lelan (Osteochilus vittatus C.V) Ikan Lelan merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang terdapat di Sungai Talang yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan terancam punah karena sudah jarang ditemukan. Metodologi Penelitian Waktu dan Tempat Pengambilan ikan sampel ini dilakukan dari bulan Oktober sampai Desember 2013. di Sungai Talang, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten 1
Agam dan analisa sampel dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta. Materi Penelitian Bahan penelitian Ikan Lelan (Osteochilus vittatus C.V) diambil sebanyak 51 ekor di Sungai Talang, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam. Bahan yang lain digunakan adalah larutan gilson. Prosedur Kerja Ikan sampel yang telah dikumpulkan, diukur panjang total dengan menggunakan mistar ukur dengan ketelitian 1 mm dan ditimbang bobot tubuhnya dengan timbangan digital. Kemudian ikan sampel di bedah untuk mengamati tingkat kematangan gonad dapat di tentukan dengan melihat bentuk, warna dan volume rongga pertonium yang terisi oleh gonad. Penentuan Tingkat Kematangan gonad mengacu pada modifikasi (Cassie dalam Effendie, 1979). Dengan cara ini tingkat kematangan gonad ikan digolongkan menjadi lima tingkat, seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Tingkat Kematangan Gonad Pada Ikan (Cassie dalam Effendie, 1979). TKG Betina Jantan I Ovari seperti benang panjang sampai ke depan rongga tubuh, warna jernih, permukaan licin. II III Ukuran ovari lebih besar warna lebih gelap ke kuning-kuningan. Telur belum terlihat jelas dengan mata. Ovari berwarna kuning. secara morfologi telur mulai kelihatan dengan mata. Testis seperti benang lebih pendek dan terlihat ujung rongga tubuh warna jernih. Ukuran testis lebih besar. warnanya putih seperti susu. Bentuknya lebih jelas dari tingkat I. Permukaan testis tampak berlekuk. warna makin putih, testis makin besar. Dalam keadaan diawetkan mudah putus. IV V Ovari makin besar,telur berwarna kuning,mudah di pisahkan.telur mengisi setengah sampai dua pertiga rongga perut, usus terdesak. Ovari berkerut, dinding tebal Butir telur tersisa terdapat didekati pelepasan. Banyak telur pada tingkat II Seperti pada tingkat III tampak lebih jelas dan testis semakin kenyal. Testis bagian belakang kempis dan bagian dekat pelepasan masih berisi. Metode Penelitian Metode penelitian adalah Deskriptif yaitu dengan mengamati aspek reproduksi berdasarkan hasil pengamatan, pengukuran dan analisis yang dilakukan di Laboratorium. Peubah Yang Diamati 1. Jenis Kelamin 2
Jenis kelamin (sex ratio) adalah perbandingan jumlah antara kelamin jantan dan kelamin betina dalam satu populasi. Untuk mengetahui kelamin jantan dan betina pada ikan lelan dilakukan pembedahan untuk melihat jaringan ovarium dan testis dari bentuk gonad yang ditemukan, sehingga dari hasil penelitian dapat ditentukan jenis kelamin dari ikan tersebut. 2. Hubungan Bobot dan Panjang Dalam mencari hubungan bobot dan panjang total ikan Lelan dipisahkan antara ikan betina dan ikan jantan. Hubungan dan bobot panjang total ini digunakan Regresi Geometrik Rousefell and Everhart dalam Effendie (1979), dengan rumus sebagai berikut: ^ W L ^ b W al Dimana : = Berat tubuh ikan (gr) = Panjang total ikan (mm) a dan b = Konstanta regresi geometrik 3. Faktor Kondisi Faktor kondisi atau kemontokan ikan dinyatakan dalam angka yang dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Effendie (1979) sebagai berikut : Dimana : Kt 10 5. W Kt 3 L = Faktor kondisi W L = Bobot tubuh rata-rata ikan (gr) = Panjang total rata-rata (mm) 10 5 = Nilai yang di tetapkan agar harga Kt mendekati satu Untuk melihat ukuran ikan Lelan pertama matang gonad digunakan faktor kondisi dengan rumus : Dimana : W Kn b al Kn = Faktor kondisi relatif W = Bobot tubuh rata-rata ikan (gr) L = Panjang total rata-rata ikan (mm) a dan b = Konstanta regresi geometrik dari hubungan bobot panjang 4. Indek Gonad Somatik Secara kualitatif perkembangan gonad ikan diamati untuk menentukan IGS ikan terhadap setiap TKG, baik untuk ikan betina maupun ikan jantan. IGS ditentukan dengan rumus yang di kemukakan oleh Effendie (1979) sebagai berikut : Berat gonad ( gr) IGS x Berat tubuh ( gr) Dimana : 100% IGS = Indek gonad somatik (%) Bg = Berat gonad yang diamati (gr) Bt = Berat tubuh yang diamati (gr) 5. Fekunditas Fekunditas mutlak ditentukan dari ikan sampel siap untuk memijah, fekunditas dihitung berdasarkan metoda grafimetrik Nikolsky (1963) sebagai berikut : F : f = B : b 3
F f B b Dimana : = Fekunditas total (butir) = Jumlah telur dari contoh gonad (butir) = Bobot gonad seluruhnya (gr) = Bobot gonad contoh (gr) Selanjutnya di cari pula hubungan antara fekunditas dengan panjang total, bobot tubuh, bobot gonad, masing-masing dinyatakan dengan persamaan : F F Dimana : F L Bt a dan b = a L b = a Bt b Diameter Telur = Fekunditas (butir) = Panjang total ikan (mm) = Bobot tubuh ikan (gr) = Konstanta regresi geometrik Untuk mengamati diameter telur maka dilakukan pada ikan yang telah matang gonad (TKG IV), dan dilengkapi dengan mikrometer okuler dengan ketelitian 0,01 µm, kemudian diamati sebanyak 10 butir telur dari tiap-tiap sampel. Hasil Dan Pembahasan 1. Jenis Kelamin Jumlah ikan sampel perjenis kelamin disajikan pada Tabel disebelah. Tabel 2. Data Jumlah Ikan Lelan Per Jenis Kelamin No Jenis kelamin Jumlah (ekor) Presentase (%) 1 Jantan 18 35,29 % 2 Betina 16 31,3% 3 Belum di 17 33,33% ketahui Jumlah 51 Pada Tabel 2. didapatkan jenis kelamin ikan Lelan tersebut didominasi oleh jenis kelamin jantan, dan kelamin betina berada di urutan kedua, Untuk mengetahui ikan Lelan jantan dan betina dapat dilakukan dengan melakukan seksio pada ikan Lelan dengan dilakukannya pembedahan maka dapat terlihat perbedaan antara ikan jantan dan betina dengan sangat jelas (Effendie, 1979). 2. Hubungan Bobot Dan Panjang Dari hasil uji analisis korelasi yang dilakukan dapat dilihat perbedaan antara ikan jantan dan ikan betina. Pada ikan betina terdapat hubungan yang erat antara panjang total ikan lelan dengan berat tubuh (r = 0, 96; n =16 ) dan nilai koefisien determinasi (R 2 ) = 0,92, artinya bahwa panjang total ikan lelan berpengaruh terhadap berat tubuh ikan sebesar 92%. Sedangkan pada ikan jantan hubungan antara panjang total ikan lelan dengan berat tubuh menunjukkan (r = 0, 107; n =18 ) dan nilai koefisien determinasi (R 2 ) = 0,24 hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan panjang total ikan lelan jantan berpengaruh dengan berat tubuh sebesar 4
24 %. Nilai koefisien regresi (b) persamaan panjang total dengan berat tubuh ikan lelan betina (3,1596) dan nilai koefisien regresi pada ikan jantan (0,006). Seperti yang terlihat pada Gambar 2, diduga bahwa pola pertumbuhan ikan lelan betina adalah alometrik positif dengan nilai (b) = 3,1596, dimana pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan berat. Karena apabila (b>3) maka, pertumbuhan ikan bersifat alometrik positif (Effendie, 1979). Untuk melihat hasil analisa berat tubuh dengan panjang total ikan lelan dapat dilihat dengan suatu persamaan : Betina : W = 4,774.10-6 L 3,159 Jantan : w = 3,087.10-6 L 3,247 Gambar 2. Hubungan Panjang dengan Berat Tubuh Ikan Lelan Jantan ikan Lelan jantan dengan ikan Lelan betina bersifat alometrik positif, dengan nilai (b) = 3,630 Artinya pertumbuhan panjang ikan jantan lebih cepat di banding pertumbuhan berat dengan nilai (R) = 0,898 3. Faktor Kondisi Untuk melihat kemontokan dari ikan Lelan maka dapat dilihat dari nilai faktor kondisi dan faktor kondisi relatif dari ikan tersebut dimana perhitungannya berdasarkan kepada panjang dan berat dari ikan tersebut seperti yang terlihat pada Tabel 3. Gambar 1. Hubungan Panjang dengan Berat Tubuh Ikan Lelan Betina 5
Tabel 3. Distribusi Kelas Panjang Berat Serta Nilai Faktor Kondisi Ikan Lelan Jantan Panjang Jum Berat Kelas Jumlah Kelas ratarata ekor rata lah rata- Panjang ekor Berat Kt Kn 120-130 3 122,66 10-100 6 82,5 3,12606 0,3082 131-140 1 135 101-200 0 0 0 0 141-150 5 144 201-300 4 265,5 8,8926 0,844 151-160 1 154 301-400 2 352,5 6,5154 1,049 161-170 3 167 401-500 1 478 2,6309 1,3117 171-180 1 175 501-600 1 515 6,0932 1,3486 181-190 1 183 601-700 0 0 0 0 191-200 1 195 701-900 2 786,5 6,0705 1,8484 Keterangan: Kt : faktor kondisi Kn : faktor kondisi nisbi Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa faktor kondisi (Kt) pada ikan jantan berkisar antara 0-8,8926 dengan nilai faktor kondisi relatif (Kn) berkisar antara 0-1,8484. Menurut Effendie (1979), bila harga Kt berkisar antara 2-4 menunjukkan bahwa ikan agak pipih dan apabila harga Kt berkisar antara 1-3 menunjukkan bahwa ikan kurang pipih tetapi montok. Oleh karena itu ikan Lelan jantan termasuk ke dalam kelompok ikan yang kurang pipih tapi montok. Dari Tabel terlihat bahwa ikan Lelan jantan pertama kali matang gonad pada berat tubuh 100 gram dengan panjang 120 mm. Pada ikan betina tergolong kedalam ikan yang montok juga dilihat dari nilai faktor kondisi (Kt) dan faktor kondisi relatif (Kn) seperti pada Tabel 4. di bawah ini. 6
Tabel 4. Distribusi Kelas Panjang Berat Serta Nilai Faktor Kondisi Ikan Lelan Betina Kelas Jumlah Panjang Kelas Jumlah Berat Panjang ekor rata-rata Berat ekor rata-rata Kt Kn 125-135 4 133,75 0-150 2 30 2,5383 0,2226 136-155 1 152 151-300 3 246,33 0,1433 1,8337 156-175 4 171,66 351-450 0 0 0 0 176-185 2 120 401-550 0 0 0 0 186-195 1 195 551-700 6 642,33 6,627 4,7817 3 196-205 3 200 701-850 2 774,5 6,8125 5,7485 206-215 1 212 851-1000 3 887,33 3,1274 6,5859 Keterangan Kt : faktor kondisi Kn : faktor kondisi nisbi Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa faktor kondisi (Kt) dari ikan betina berkisar antara 0,1433-6,8125 dengan nilai faktor kondisi relatif (Kn) yang berkisar antara 0,2226-6,5859. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa ikan Lelan betina tergolong ke dalam ikan yang kurang pipih tapi montok. Dimana ikan Lelan betina pertama kali matang gonad pada berat tubuh 15,0 gram dengan panjang 125 mm. Dari Tabel 3. dan 4. terlihat bahwa ikan jantan dan betina tergolong kedalam ikan yang kurang pipih tapi montok, tetapi ikan betina lebih montok dari ikan jantan karena mempunyai kisaran nilai yang lebih tinggi dari pada ikan jantan. Hal ini dinyatakan oleh Tim Biologi Perikanan (2002) yang menyatakan bahwa faktor kondisi relatif dapat digunakan untuk melihat tingkat kemontokan ikan. Dan diperkuat oleh Sarojini (1958) dalam Masrizal dan Azhar (2005) yang mengemukakan bahwa nilai faktor kondisi nisbi tertinggi menunjukkan kelas pada kematangan gonad pertama kali. 4. Indek Gonad Somatik Berdasarkan distribusi berat ikan Lelan betina dan ikan Lelan jantan dapat ditentukan rata-rata IGS ikan Lelan seperti yang terlihat pada Tabel 5. dan 6. di bawah ini. 7
Tabel 5. Distribusi Frekwensi Berat Ikan Lelan Betina Menurut Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan Indek Gonad Somatik (IGS) No Kelamin TKG N (ekor) IGS% Kisaran Rataan 1 I 3 1,04-1,67 1,4 ± 0,32 2 II 2 4,81-6,44 2,53 ± 2,07 3 Betina III 3 2,10-3,86 2,97 ± 0,88 4 IV 4 4,52-8,08 6,23 ± 1,50 5 V 3 1,68-5,44 3,27 ± 1,94 Tabel 6. Distribusi Frekwensi Berat Ikan Lelan Jantan Menurut Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan Indek Gonad Somatik (IGS) No Kelamin TKG N (ekor) IGS% Kisaran Rataan 1 I 7 0,35-2,8 1,49 ± 0,80 2 II 3 0,38-2,62 1,59 ± 0,95 Jantan 3 III 3 2,72-21,2 2,97 ± 5,76 4 IV 3 11,34-11,36 8,01 ± 10,65 Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa pada Tingkat Kematangan Gonad IV, kisaran Indek Gonad Somatik (IGS) ikan Lelan betina 4,52-8,08% sedangkan IGS ikan jantan 2,72-21,2% Bagenal dalam Yustina dan Arnentis (2002) menyatakan bahwa ikan yang mempunyai nilai IGS lebih kecil dari 20 % adalah kelompok ikan yang memijah lebih dari sekali setiap tahunnya. Dari sini dapat dikatakan bahwa ikan Lelan termasuk pada tipe partial spawner / multi spawner yaitu ikan yang memijah di sungai dengan mengeluarkan telur secara terus menerus setiap tahunnya. Fekunditas ikan Lelan yang dihitung adalah fekunditas mutlak dari ikan Lelan betina yang berada pada TKG IV. Dari hasil penelitian didapatkan 5 ekor ikan Lelan betina pada TKG IV. Dari perhitungan dapat dilihat bahwa fekunditas mutlak ikan Lelan betina bervariasi menurut panjang total, berat tubuh dan berat gonad ikan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 7. 5. Fekunditas 8
Tabel 7. Fekunditas Mutlak Ikan Lelan Betina Berdasarkan Panjang total, Berat Tubuh dan Berat Gonad Pada TKG IV No L W Bg (mm) (gr) (gr) TKG Fekunditas 1 195 866 7 IV 9786 2 200 861 39 IV 64545 3 180 691 46 IV 65550 4 180 599 34 IV 51000 5 152 41 6 IV 24200 Dari Tabel 7. didapatkan bahwa fekunditas ikan Lelan berada pada kisaran 9786-65550 butir. Fekunditas terbesar adalah 65550 butir yang terdapat pada ikan Lelan yang memiliki berat tubuh 691 gr dengan panjang 180 mm dan berat gonad 46 gr. Sedangkan yang terkecil terdapat pada ikan Lelan dengan berat tubuh 866 gr, panjang 195 gr dan berat gonad 7 gr. Sesuai dengan pendapat Snyder (1983) dalam Tang (2008) bahwa Fekunditas dipengaruhi oleh ukuran ikan (panjang dan berat) dan umur. Adapun bentuk persamaan dan grafik hubungan antara berat gonad dengan fekunditas ikan Lelan dapat dilihat pada Gambar 3. di bawah ini: Hasil analisis regresi (b = 1061.943) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara berat gonad dengan fekunditas mutlak ikan Lelan. Hal ini terlihat dari koefisien korelasinya yang relatif tinggi (r =0.695), dan nilai koefisien determinasi (R 2 ) = 0,48 yang menunjukkan bahwa berat gonad ikan Lelan berpengaruh terhadap fekunditas ikan sebesar 48 %. Dari grafik dapat dilihat bahwa pertambahan berat gonad sejalan dengan bertambahnya fekunditas (jumlah telur) pada ikan. Menurut Wooton (1979) dan Abidin (1986) dalam Masrizal dan Azhar (2005), fekunditas selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetik juga dipengaruhi oleh kesediaan makanan bagi telur yang akan ditetaskan. Kemudian Samantadinata (1983), menyatakan bahwa adanya hubungan fekunditas dengan ukuran, panjang berat, umur dan cara penjagaan (parental care), serta ukuran diameter telur. Gambar 3. Hubungan Berat Gonad dengan Fekunditas Ikan Lelan Betina 9
spawner yaitu golongan ikan yang memijahkan telurnya secara keseluruhan pada satu kali pemijahan. Pada penelitian Lisa (2009) ikan belingka mempunyai diameter telur berkisar antara 589-645 µm. Gambar 4. Hubungan Panjang Standar dengan Fekunditas Ikan Lelan Betina Gambar 5. Hubungan Bobot Tubuh dengan Fekunditas Ikan Lelan Betina Dari gambar 4. dapat dijelaskan bahwasanya hubungan panjang standar dengan fekunditas nilai (R 2 ) = 0,679 sedangkan hubungan Bobot Tubuh dengan Fekunditas (R 2 ) = 0,881 yang terlihat pada Gambar 5. bahwasanya nilai bobot lebih bagus dikarenakan nilai (R) = 0,96 lebih tinggi 6. Diameter Telur Untuk diameter telur digunakan 3 sampel masing-masing dari TKG IV dengan diameter telur berkisar antara 245-644 µm, berdasarkan pengamatan yang dilakukan dari data yang diperoleh didapatkan bahwa tipe pemijahan ikan Lelan adalah total Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan Ikan betina pertama kali matang gonad pada ukuran 150 gram sedangkan pada ikan jantan pada ukuran 100 gram Pertumbuhan ikan Lelan betina dan jantan bersifat alometrik positif yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dari pada pertumbuhan tubuh.nilai IGS ikan betina berkisar antara 4,52-8,08%, sedangkan IGS ikan jantan berkisar antara 2,72-21,2%.Fekunditas pada ikan Lelan betina bekisar antara 97,86 65,550 butir. dengan diameter telur berkisar antara 245-644 µm. Saran Ikan Lelan (Osteochilus vittatus C.V) merupakan ikan yang terdapat di sungai Talang yang terletak di Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam dan untuk menghindari terjadi kepunahan, maka perlu dilakukan usaha domestikasinya. 10
DAFTAR PUSTAKA Azrita, 2012. Variasi genetik Dan Biologi Reproduksi Ikan Bujuk (Channa lucius, chanidae) Pada Habitat Perairan Yang Berbeda Dan Upaya Domestikasi. Disertasi Program Pascasarjana. Univ Andalas. tidak dipublikasikan. Padang Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bandung Mayangsari, L. 2009. Aspek Reproduksi Ikan Belingka (Puntius belinka, Blkr) Di Danau Singkarak.(Skripsi) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Padang. UBH. Padang Nikolsky, G.V 1963. The Ecology of Fisheris. Academic Press. London And New York Samantadinata,K.1983.Pengembangbiakan Ikan-ikan peliharaan di Indonesia. Satra Budaya. Jakarta Syandri, H dan Uslichah, U. 2003. Aspek Reproduksi Ikan Sasau (Hampala sp) Dan Ikan Lelan (Osteochilus vittatus C.V) di Danau Singkarak. Jurnal Iktiologi Indonesia,3 (11) : 3-4 Tim Biologi Perikanan. 2002. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UBH. Padang 11