BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

PROSES ETANOLISIS MINYAK SAWIT DALAM SISTEM DEEP EUTECTIC SOLVENT (DES) BERBASIS CHOLINE CHLORIDE ETILEN GLIKOL

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kartika Mayasai, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN DEEP EUTECTIC SOLVENT BERBASIS CHOLINE CHLORIDE (ChCl) DENGAN HYDROGEN BOND DONOR GLUKOSA DAN ETILEN GLIKOL SKRIPSI

PROSES ETANOLISIS MINYAK SAWIT DALAM SISTEM DEEP EUTECTIC SOLVENT (DES) BERBASIS CHOLINE CHLORIDE-GLISEROL SKRIPSI. Oleh AGUS WINARTA

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

III. METODOLOGI PENELITIAN

SIFAT KIMIA DAN FISIK SENYAWA HIDROKARBON

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ag2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi untuk beberapa abad ke depan, semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

BAB II LANDASAN TEORI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Laktat dari Molases dengan Proses Fermentasi Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kertas merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia.

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Propilen Oksid Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75.

Bab III Pelaksanaan Penelitian

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OKTOBER 2016

BAB I PENDAHULUAN I.1

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

4 Pembahasan Degumming

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

BAB II DISKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KIMIA DASAR JOKO SEDYONO TEKNIK MESIN UMS 2015

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Grafena merupakan lapisan tipis dari karbon dengan sifat mekanik

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

Gugus Fungsi Senyawa Karbon

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

Ilmu Tanah dan Tanaman

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO

Skala ph dan Penggunaan Indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perlakuan dan pembuangan limbah kimia dari pekerjaan laboratorium sehari-hari

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1. LEMBAR INSTRUMEN WAWANCARA UNTUK GURU KIMIA, DAN GURU KEPERAWATAN TENTANG RELEVANSI MATERI KIMIA TERHADAP MATERI KEPERAWATAN

PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 KIMIA PERAIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kapasitas..., Prolessara Prasodjo, FT UI, 2010.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKOHOL DAN ASAM BENZOAT

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN

Pengendapan. Sophi Damayanti

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 INDUSTRI KIMIA DAN PERKEMBANGANNYA Saat ini, perhatian terhadap industri kimia semakin meningkat karena berkurangnya pasokan bahan baku dan sumber energi serta meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan, sehingga terdapat dorongan untuk memperkenalkan pengolahan yang bersih di bidang industri [20]. Dimana, idealnya reaksi kimia dalam industri diharapkan harus memiliki sifat sebagai berikut: (1) menggunakan bahan baku terbarukan; (2) menghasilkan produk tunggal; (3) memiliki efisiensi atom 100 %; (4) beroperasi dalam kondisi ruangan; (5) tidak dipengaruhi oleh adanya udara; (6) tidak menghasilkan limbah atau produk samping; (7) memiliki katalis berumur panjang; (8) memiliki metode pemisahan katalis dari produk yang sederhana dan (9) beroperasi di bawah kondisi aliran kontinyu [21]. Seiring dengan pertumbuhan kegiatan industri, permintaan terhadap energi terbarukan menjadi semakin berkembang karena masalah lingkungan seperti pemanasan global atau hujan asam. Masalah-masalah ini terjadi karena penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan sebagai akibat dari pertumbuhan pesat yang belum pernah terjadi sebelumnya di bidang pertanian, kegiatan rumah tangga dan industri. Oleh karena itu, muncul tanggapan bahwa sumber energi terbarukan memiliki kemungkinan kuat untuk menggantikan bahan bakar fosil di masa depan karena dampak signifikan yang lebih rendah pada lingkungan [22]. Perancangan suatu pelarut ramah lingkungan dalam beberapa tahun terakhir menemukan tempat yang strategis dalam kerangka kerja teknologi ramah lingkungan [3]. Salah satunya adalah penggunaan cairan ionik/ionic liquids (ILs). Pengembangan aplikasi teknik untuk ILs dimulai pada pertengahan 1990-an [23]. Saat ini, cairan ionik (ILS) telah diterima sebagai suatu revolusi bahan kimia hijau yang banyak diminati dalam bidang akademik dan industri kimia [2]. Menurut definisi, ILs adalah garam organik yang hanya terdiri dari ion-ion (kation dan anion) yang berbeda. ILs berwujud cair pada suhu kamar dan sifat fisikokimia dan sifat termalnya dipengaruhi oleh jenis ion penyusunnya [24]. ILs sekarang 5

dianggap sebagai pelarut hijau karena memiliki sifat ramah lingkungan dan memiliki sifat yang menarik, seperti tekanan uap rendah, volatilitasnya dapat diabaikan, konduktivitas yang tinggi, aktivitas katalitik yang lebih baik, kemampuan pelarutan yang kuat dan memiliki potensi untuk reuse [25,26]. Karena sifat uniknya, ILs secara luas digunakan dalam proses pemisahan kimia, seperti ekstraksi [23]. Namun, sifat ramah lingkungan yang ditunjukkan oleh ILs masih kurang karena ILs masih memiliki beberapa keterbatasan. Akibatnya, ada peneliti yang lebih memilih untuk membeli ILs daripada mensintesis secara lokal. Hal ini menjadi kendala penggunaan ILs sebagai bahan industri kimia yang layak dan praktis [4]. Oleh karena kelemahan-kelemahan yang ditunjukkan ILs tersebut, mendorong beberapa peneliti untuk mengembangkan suatu pelarut dengan tetap mempertahankan sifat ILs, yaitu pelarut dengan biaya rendah dan meminimalkan dampak lingkungan [3]. Dalam beberapa tahun terakhir muncul suatu media baru yang memiliki sifat yang mirip dengan ILs, tetapi memiliki kelebihan dalam hal biaya, dampak lingkungan, dan sintesisnya telah dikembangkan, yaitu Deep Eutectic Solvent (DES) [27]. DES merupakan jenis pelarut yang memiliki sifat fisik dan perilaku yang mirip dengan ILs. DES mampu mengatasi beberapa kelemahan utama dari ILs, seperti mudah dipersiapkan dalam kondisi yang murni, tidak reaktif dengan air, cukup aman dan biodegradable [4,3]. 2.2 DEEP EUTECTIC SOLVENT (DES) Deep Eutectic Solvent (DES) adalah pelarut baru seperti ILs, dengan karakteristik yang diinginkan seperti biaya rendah, kelarutan tinggi, potensi luas dan kompatibel dengan lingkungan [23]. Namanya disebut deep eutectic solvent (DES) karena ketika dua komponen pembentuknya dicampur bersama dalam rasio yang tepat, maka titik eutektik akan terjadi [28]. DES dibuat dengan mencampur garam amonium kuartener dan donor ikatan hidrogen yang keduanya memiliki titik leleh tinggi dan akan membentuk sebuah campuran eutektik dengan titik leleh yang jauh lebih rendah dari komponen-komponennya [29]. 6

Melting point of A Liquid L Melting point of B Solid A doped with B A + L Eutectic Point B + L Solid B doped with A A + B Gambar 2.1 Diagram Representasi Teori Titik Eutektik Campuran [30] Sama seperti ILs, DES memiliki titik leleh yang dekat dengan Room Temperature (RT), volatilitas rendah dan stabilitas yang tinggi. Bagaimanapun juga DES tidak seperti kebanyakan ILs karena DES bersifat biodegradable, murah, dan sangat mudah untuk disintesis, jauh lebih sederhana dari ILs. Oleh karena itu, dalam beberapa tahun terakhir, jumlah publikasi yang didedikasikan untuk penggunaan DES telah jauh meningkat [27,31]. Banyak penelitian menunjukkan bahwa DES berguna dalam banyak aplikasi karena berpotensi sebagai alternatif pelarut yang ramah lingkungan [23]. DES telah disebut sebagai pelarut ramah lingkungan dalam reaksi organik [32]. Baru-baru ini, berbagai penelitian melaporkan penerapan DES sebagai pelarut dalam pengolahan logam, pemurnian biodiesel, sintesis polimer, solubilisasi obat, transformasi biologis, persiapan karbon nanotube komposit dan bahkan penyerapan CO2. DES juga ditemukan sebagai pelarut baru yang layak untuk fabrikasi permukaan logam dan coating (superhidrofobik film Ni) dan termokromik PVDF film komposit [29]. Selain itu, DES juga telah banyak digunakan dalam bidang biodiesel, yaitu sebagai media dalam reaksi enzimatik untuk produksi biodiesel, untuk penghapusan katalis basa dalam reaksi transesterifikasi seperti kalium hidroksida (KOH) dan pemisahan gliserol dari biodiesel [31]. 7

2.3 SINTESIS DEEP EUTECTIC SOLVENT (DES) Secara umum, DES telah disintesis dari garam berbasis amonium atau fosfonium. Garam-garam ini digabungkan dalam rasio yang berbeda dengan berbagai jenis donor ikatan hidrogen, seperti alkohol, urea, asam karboksilat (asam oksalat, asam sitrat, asam suksinat atau asam amino), poliol (gliserol, karbohidrat), ester, eter, amida, dan garam logam terhidrasi, seperti klorida, nitrat dan asetat. Namun, garam berbasis kalium tidak digunakan sebagai bahan baku sintesis DES [33,5]. Sintesis DES pada dasarnya adalah sebagai berikut [27]: 1. Ditimbang HBD dan garam ke dalam termos (semua tindakan pencegahan harus diambil untuk mengisolasi campuran dari kelembaban udara karena higroskopisitas tinggi) 2. Dilakukan pemanasan dan pengadukan sampai terbentuk cairan berwarna (biasanya 2 jam pada 60 0 C). Salah satu contoh yang paling eksplisit adalah pencampuran satu mol choline chloride (ChCl) dan dua mol urea (dengan titik leleh masing-masing 247 0 C dan 133 0 C) menghasilkan DES yang memiliki titik leleh pada RT (12 0 C). Pada titik eutektik, masing-masing ion klorida yang diberikan oleh garam amonium dikomplekskan oleh dua molekul urea. Dimana, rasio molar merupakan variabel yang berhubungan dengan titik eutektik dengan suhu yang sesuai dengan sifat masing-masing komponen. Misalnya, DES berdasarkan rasio equimolar asam dikarboksilat dan garam kationik ChCl, memiliki titik leleh berkisar antara 10 sampai 71 0 C. Baru-baru ini, sebuah kelas baru DES berdasarkan garam fosfonium kuaterner telah efektif disintesis dengan donor ikatan hidrogen yang berbeda. Banyak dari DES tersebut memiliki titik leleh lebih rendah dari 100 0 C dan perilaku fisiknya mirip dengan garam ammonium penyusunnya, sehingga membuatnya menjadi alternatif baru untuk berbagai aplikasi [27]. 2.3.1 Choline Chloride (ChCl) Choline chloride (ChCl) dengan nama IUPAC 2-hydroxy-N,N,Ntrimethylethanaminium chloride atau (2-hydroxyethyl) trimethylammonium chloride adalah salah satu garam amonium yang paling luas digunakan untuk pembentukan DES karena ChCl murah dan dapat dengan mudah diambil dari 8

biomassa [5]. DES berbasis ChCl telah menarik perhatian yang cukup besar di banyak bidang, seperti elektrodeposisi, biokatalitik dan sintesis organik [34]. Selain itu, DES ini juga telah ditemukan memiliki potensi sebagai pelarut ramah lingkungan dalam penyerapan CO2 [35]. Akan tetapi, meskipun sebagian besar DES yang terbuat dari ChCl merupakan jenis ILs, DES tidak dapat dianggap sebagai ILs karena DES tidak seluruhnya terdiri dari jenis ion, DES juga dapat diperoleh dari jenis non-ionik. Selain itu, Dibandingkan dengan ILs tradisional, DES yang berasal dari ChCl memiliki banyak keuntungan, seperti (1) biaya rendah; (2) kurang reaktif dengan air; (3) sintesisnya mudah, yaitu diperoleh hanya dengan mencampurkan dua komponen, sehingga akan melewati semua masalah pemurnian dan pembuangan limbah yang umumnya ditemui pada ILs dan (4) sebagian besar dari DES adalah biodegradable, biocompatible dan tidak beracun, sehingga memperkuat DES menjadi media yang ramah lingkungan [5]. 2.3.2 Hydrogen Bond Donor (HBD) Seperti yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya, bahwa DES disintesis dari garam berbasis amonium atau fosfonium yang digabungkan dalam rasio yang berbeda dengan berbagai jenis HBD, seperti alkohol, urea, asam karboksilat (asam oksalat, asam sitrat, asam suksinat atau asam amino), poliol (gliserol, karbohidrat), ester, eter, amida, dan garam logam terhidrasi, seperti klorida, nitrat dan asetat [33,5]. Namun, penggunaan urea, etilen glikol dan gliserol sebagai HBD adalah yang paling banyak karena harganya yang murah dan juga mudah berdifusi [18]. Leron, dkk., [7] pada tahun 2012 melaporkan DES dari ChCl dengan urea, etilen glikol dan gliserol sebagai HBD dan disebutkan bahwa dengan rasio molar yang sama (ChCl : HBD) titik beku DES dari etilen glikol adalah yang paling rendah dibandingkan DES dari urea dan gliserol. Pada penelitian Hayyan, dkk., [19] pada tahun 2013 dilaporkan sintesis deep eutectic solvent (DES) untuk digunakan sebagai pelarut dalam industri gula. Berdasarkan analogi bahwa pemisahan gliserol dari biodiesel digunakan DES berbasis gliserol sebagai pelarut, maka DES berbasis gula juga dapat digunakan untuk menangkap molekul gula secara selektif dari campuran gula, sehingga disintesis suatu kelas baru DES dari garam ammonium (ChCl) dengan gula (D- 9

glukosa) sebagai donor ikatan hidrogen pada rasio yang berbeda. Selain itu, sifat fisik DES seperti densitas, viskositas, tegangan permukaan, indeks bias, dan ph juga diteliti untuk kemungkinan DES ini dapat digunakan sebagai pelarut baru dalam proses kimia. Hasil penelitian ini melaporkan, DES berbasis ChCl dan glukosa dalam rasio mol berbeda telah berhasil disintesis dan ditemukan bahwa sifat fisik DES tergantung pada rasio molar yang berbeda pada garam dan ikatan donor hidrogen penyusunnya. DES yang diperoleh juga memiliki sifat fisik yang serupa dengan ionic liquids (ILs) pada umumnya, yaitu memiliki viskositas tinggi, densitas dan tegangan permukaan pada suhu kamar, sehingga dianjurkan untuk memanaskan DES jenis ini sebelum pengolahan. Selain itu, DES ini memiliki ph yang hampir netral dengan sensitivitas yang rendah terhadap variasi suhu, sehingga membuat DES jenis ini baik sebagai alternatif baru untuk aplikasi kimia, lingkungan dan biologi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa DES berbasis gula sebagai donor ikatan hidrogen berguna untuk pembelajaran proses scale-up maupun pengembangan aplikasi DES berbasis gula dalam berbagai aplikasi industri. 2.4 KARAKTERISTIK DEEP EUTECTIC SOLVENT (DES) Sebagai pelarut yang dihasilkan dari penggabungan suatu garam ammonium kuartener (misalnya ChCl) dengan donor ikatan hidrogen yang berbeda (HBD), sifat fisikokimia deep eutectic solvent (DES) dapat dirancang sesuai penggunaannya [5]. Oleh karena itu, evaluasi terhadap DES sebagai generasi pelarut baru untuk berbagai aplikasi membutuhkan pengetahuan yang cukup tentang beberapa sifat utamanya, diantaranya sifat fisik, kimia, dan termodinamika [4]. Berikut adalah beberapa sifat fisikokimia yang penting dari DES, seperti titik beku, densitas dan viskositas. 2.4.1 Titik Beku Seperti disebutkan sebelumnya, persiapan satu langkah DES sangat cepat, mudah dan tidak memerlukan pemurnian sebelum atau sesudahnya. Cara yang paling umum yang digunakan untuk menentukan komposisi campuran eutektik adalah differential scanning Calorimetry. Metode ini menentukan titik beku 10

campuran garam kationik/hbd sebagai komposisi DES. Istilah ''titik eutektik'' digunakan untuk mengkarakterisasi titik leleh yang rendah dari campuran, dimana sering jauh lebih rendah dari konstituen murninya, sehingga memungkinkan bahwa campuran akan digunakan pada room temperature (RT). Sampai saat ini, sebagian besar pelarut yang disintesis berwujud cair di bawah suhu 70 0 C [27]. DES dapat dibuat dengan hanya mencampur garam amonium kuaterner dengan donor ikatan hidrogen/hydrogen bond donor (HBD) untuk membentuk campuran eutektik. HBD membentuk kompleks sederhana dengan anion garam yang mengarah pada pengurangan energi kisi pada sistem dan penurunan pada titik beku [36]. Salah satu contohnya adalah DES berbasis ChCl. Ketika ChCl dan urea dicampur dengan rasio molar 1: 2, diperoleh titik beku eutektik 12 0 C. Hal ini jauh lebih rendah dari ChCl dan urea (titik leleh ChCl dan urea masing-masing 302 0 C dan 133 0 C). Penurunan titik beku yang signifikan disebabkan oleh interaksi antara komponen anion halida dan donor ikatan hidrogen (urea). Dari semua laporan tentang DES, dilaporkan bahwa titik beku DES di bawah 150 0 C dan umumnya DES dengan titik beku lebih rendah dari 50 0 C lebih menarik karena dapat digunakan sebagai pelarut yang murah dan aman pada berbagai bidang [5]. Selain itu, dilaporkan juga bahwa titik beku dari DES berbasis ChCl dan D- glukosa antara 286,15 K - 291,15 K [19]. 2.4.2 Densitas Di antara sifat-sifat fisikokimia DESs densitas memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai aplikasi industri [37]. Umumnya, densitas DES dapat diukur dengan menggunakan specific gravity meter. Garam organik dan donor ikatan hidrogen penyusun DES dapat mempengaruhi densitas DES yang diperoleh dan rasio molar penyusunnya juga sangat mempengaruhi densitas dari DES [5]. 2.4.3 Viskositas Seperti kebanyakan ILs, viskositas DES merupakan masalah penting yang perlu ditangani. Viskositas DES yang tinggi sering dikaitkan dengan adanya jaringan ikatan hidrogen yang ekstensif antara masing-masing komponen. Karena 11

DES memiliki potensi sebagai media yang ramah lingkungan, pengembangan DES dengan viskositas rendah sangat diinginkan. Secara umum, viskositas campuran eutektik DES terutama dipengaruhi oleh sifat kimia dari komponen penyusun DES (tipe garam amonium dan donor ikatan hidrogen, rasio molar garam organik/donor ikatan hidrogen, dll), suhu dan kadar air dan lain sebagainya. Selain itu, viskositas dari sebagian campuran eutektik mengalami perubahan yang signifikan terhadap suhu. Seperti halnya ILs, profil viskositas-suhu juga mengikuti tingkah laku Arrhenius, yaitu jika suhu meningkat maka viskositas akan menurun. [5]. 2.4.4 ph ph adalah salah satu karakteristik penting dari suatu cairan karena dapat membantu dalam pemilihan jenis pipa terkait aspek desain dan korosi pada bahan konstruksi. Selain itu, ph juga memiliki pengaruh apabila terdapat reaksi terutama pada bioreaksi. DES dari glukosa memiliki ph berkisar 7 pada suhu ruangan, sedangkan di sisi lain ILs memiliki nilai ph yang bervariasi. ph DES dari glukosa yang netral dan rendah serta memiliki sensitivitas yang rendah terhadap suhu membuat DES dari glukosa menjadi salah satu DES yang baik di bidang aplikasi kimia, lingkungan dan biologis [19]. 12