BAB V PENUTUP. kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB V PENUTUP. hasil evaluasi peneliti dari penelitian ini. menyimpulkan, yang pertama, jenis- jenis dan fungsi tindak tutur yang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB III METODE PENELITIAN

WUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB I PENDAHULUAN. dengan menuturkannya atau mengucapkannya. Setiap tuturan akan dikonsepkan

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan manusia adalah dua hal yang tidak terpisah. Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: menunjukkan kepada terungkapnya prinsip-prinsip bertutur dalam Al-Qur an.

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588).

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan seseorang. Oleh

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia. untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INGGRIS

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB III METODE PENELITIAN

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BAHASA DAN SASTRA INGGRIS

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menjadi bagian penting dalam peristiwa komunikasi. Bahasa

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur direktif adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik (Syam, 1980:7).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB III METODE PENELITIAN

Peluang: Pengembangan Pengajaran Tata Bahasa dalam Wacana

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA WACANA KHOTBAH SALAT TARAWIH DI DESA TLOBONG KABUPATEN KLATEN SKRIPSI

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Lili Hasmi Dosen STKIP Abdi Pendidukan Payakumbuh

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

TINDAK DIREKTIF BAHASA INDONESIA PADA POSTER BADAN LINGKUNGAN HIDUP DI TAMAN WISATA STUDI LINGKUNGAN KOTA PROBOLINGGO

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor yang mempengaruhi tuturan berbahasa Inggris. Dari hasil penelitian yang sudah dibahas dan dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, terdapat lima simpulan yang dapat ditarik: 1. Berkaitan dengan jenis-jenis dari tindak tutur ilokusi yang diteliti dari tuturan-tuturan dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne, ditemukan tiga jenis tindak tutur ilokusi, yakni representatif, direktif, dan fatis. Jenis representatif yang ditemukan dari data-data tindak tutur ilokusi itu merujuk pada keyakinan penutur, dalam hal ini penulis dari papan tersebut, dan juga fakta mengenai kondisi lingkungan atau kesekitaran dari sarana publik di situ. Keyakinan penutur dan fakta mengenai kesekitaran lokasi papan tersebut disampaikan secara informatif sebagai suatu pernyataan dengan maksud untuk memberi pengertian atau pemahaman kepada pihak lawan tutur, dalam hal ini para pembaca papan peringatan. Untuk jenis direktif, rujukan yang diambil adalah permintaan, perintah, larangan, peringatan dan saran atau anjuran yang disampaikan oleh penutur kepada pihak lawan tuturnya. Tindak tutur direktif mengarahkan pihak lawan tutur untuk mengikuti apa yang dituturkan oleh penutur. 104

105 Dengan kata lain, terdapat unsur keharusan yang terkandung dalam tuturan direktif tersebut. Keharusan ini juga dipertegas oleh aturan dan regulasi yang berkaitan dengan sarana publik di situ. Yang terakhir, tuturan ilokusi fatis dalam data-data yang dianalisis dapat ditunjukkan dalam papan peringatan yang memuat usaha komunikatif dari pihak penutur terhadap lawan tuturnya yang dapat dicontohkan dalam rupa ucapan selamat datang. 2. Bentuk-bentuk kalimat yang dimanfaatkan oleh pihak penutur untuk menuliskan tuturannya dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne terdiri atas dua yakni deklaratif dan imperatif. Yang pertama, bentuk deklaratif digunakan oleh pihak penutur untuk menyampaikan informasi faktual dan pernyataan sesuai dengan isi tuturan dalam papan peringatan tersebut. Yang menjadi penanda dari bentuk kalimat deklaratif adalah intonasi atau nada deklaratif yang dituturkan oleh pihak penutur. Bentuk deklaratif ini terbagi lagi atas dua, yakni deklaratif positif dan deklaratif negatif. Yang menjadi pembeda dari keduanya adalah adanya negasi atau penyangkalan dalam tuturan yang memiliki bentuk kalimat deklaratif negatif. Sebagai penanda dari bentuk kalimat deklaratif negatif yang dipakai oleh pihak penutur adalah kata no dan not yang menjadi negasi atas pernyataan atau informasi yang disampaikan dalam papan peringatan tersebut. Bentuk kalimat direktif dari tuturan-tuturan ilokutif tersebut dapat dihubungkan dengan jenis tuturan representatif, karena adanya kesamaan maksud, yakni untuk mengungkapkan keterangan dan keyakinan secara informatif. Yang kedua, bentuk imperatif dipakai oleh

106 pihak penutur untuk menyampaikan baik itu perintah, peringatan, larangan, saran atau anjuran yang mana dimaksudkan untuk diikuti oleh pihak penutur. Yang menjadi penanda dari bentuk imperatif adalah nada atau intonasi imperatif yang dihadirkan dalam penulisan tuturan dan adanya kata-kata perintah di dalamnya. Bentuk kalimat imperatif ini juga terbagi lagi atas dua, yakni imperatif positif dan imperatif negatif. Bentuk kalimat imperatif yang memperoleh negasi atau sangkalan seperti dalam kata dan ungkapan no dan do not (don t) biasanya akan menjadi larangan dan difungsikan oleh pihak penutur untuk melarang dan mencegah lawan tuturnya untuk melakukan suatu tindakan yang tidak dikehendaki oleh pihak penutur di sarana publik tersebut. Bentuk-bentuk kalimat imperatif dari tuturan ilokusi ini memiliki hubungan dengan jenis tuturan direktif dalam data yang sama. Hubungan ini terletak pada dasar dan maksud yang sama dari keduanya, yakni untuk mengungkapkan keinginan dan kehendak penulis papan peringatan seabgai penutur kepada para pembacanya sebagai pihak lawan tutur untuk mengikuti atau melakukan apa yang dituliskan dalam papan peringatan. 3. Dari hasil penelitian ini pula, ditemukan enam fungsi tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne. Yang dimaksudkan dengan fungsi di sini adalah bagaimana tindak tutur ilokusi digunakan oleh pihak penutur sehingga memberi pengaruh kepada pihak lawan tutur dalam hubungan dengan situasi atau keadaan di sarana publik di situ. Fungsi yang pertama adalah meminta. Dengan fungsi ini, penutur

107 memohon atau mempersilakan lawan tutur melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh pihak penutur tanpa adanya unsur desakan atau keharusan, sehingga pihak lawan tutur masih memiliki pilihan untuk menindaklanjuti permintaan tersebut atau tidak. Fungsi yang kedua adalah menyarankan yang mana pihak penutur memberikan saran atau anjuran berkaitan dengan situasi dan keadaan di sekitar sarana publik di situ. Dalam fungsi ini dimanfaatkan oleh pihak penutur agar pihak lawan tutur mempertimbangkan apa yang disarankan atau dianjurkan oleh pihak penutur tersebut, sehingga pihak lawan tutur pun masih memiliki pilihan untuk menindaklanjuti saran atau anjuran tersebut atau tidak. Fungsi yang ketiga adalah memerintahkan yang digunakan oleh pihak penutur untuk menyuruh atau mendorong lawan tutur melakukan sesuatu. Dalam fungsi ini terdapat unsur keharusan dan desakan yang jika tidak diikuti oleh pihak lawan tutur akan terjadi konsekuensi tertentu yang berkaitan dengan situasi atau keadaan di sekitar sarana publik. Fungsi yang keempat adalah melarang. Fungsi ini hampir sama dengan fungsi memerintahkan, karena terdapat unsur desakan dan keharusan di dalamnya. Yang menjadi pembeda adalah adanya unsur negasi dalam fungsi melarang. Dengan melarang, pihak penutur mencegah lawan tutur untuk melakukan suatu tindakan yang tidak diperbolehkan di sarana publik. Fungsi kelima adalah menerangkan yang dimanfaatkan oleh pihak penutur untuk menyampaikan penjelasan, mengungkapkan dan menegaskan informasi yang berkaitan dengan situasi atau keadaan di sarana publik. Fungsi menerangkan ini dimaksudkan untuk

108 memberi pemahaman dan pengertian kepada pihak lawan tutur mengenai informasi yang disampaikan oleh penutur. Fungsi yang keenam adalah memperingatkan. Dengan fungsi ini pihak penutur dapat mengingatkan dan juga menyampaikan teguran agar pihak lawan tutur ingat akan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Fungsi ini juga memiliki unsur desakan atau keharusan, sehingga akan ada konsekuensi tertentu yang akan terjadi jika tidak ditindak lanjuti oleh pihak lawan tutur. 4. Fungsi-fungsi ini kemudian dihubungkan dengan bentuk-bentuk kalimat dari tindak tutur ilokusi tersebut untuk mengetahui strategi yang dimanfaatkan oleh pihak penutur dalam menyampaikan tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan ini. Jika terdapat hubungan langsung antara fungsi dengan bentuk kalimatnya, maka tindak tutur ilokusi tersebut merupakan tindak tutur langsung. Contohnya, fungsi menerangkan dan fungsi menyarankan disampaikan dalam bentuk kalimat deklaratif. Fungsi meminta, memerintahkan, melarang dan memperingatkan dituturkan atau dituliskan dalam bentuk kalimat imperatif. Sebaliknya, jika tidak ada hubungan langsung antara fungsi dengan bentuk kalimatnya, maka tindak tutur ilokusi tersebut adalah tindak tutur tidak langsung. Sebagai contoh, pihak penutur menerapkan fungsi melarang, fungsi memperingatkan atau fungsi memerintahkan dalam tuturan yang dituliskan dalam bentuk kalimat deklaratif. 5. Terdapat delapan faktor yang mempengaruhi tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne. Kedelapan faktor

109 tersebut sesuai dengan singkatan SPEAKING yang dipaparkan oleh Hymes. Faktor yang pertama adalah setting (latar) yang terdiri atas latar waktu dan latar tempat. Yang menjadi latar waktu dari tindak tutur ilokusi ini adalah waktu yang tak terbatas oleh durasi dan alokasi tertentu. Sedangkan yang menjadi latar tempatnya adalah sarana-sarana publik yang ada di kota Melbourne di mana papan-papan peringatan yang menjadi obyek penelitian ini ditempatkan. Faktor yang kedua adalah participants atau peserta tutur yang terdiri atas penutur dan lawan tutur. Dalam penelitian ini, dapat ditunjukkan yang menjadi penutur adalah penulis papan peringatan yang mewakili lembaga atau institusi yang mengelola dan memiliki kewenangan atau tanggung jawab di sarana publik. Faktor yang ketiga adalah end atau maksud dan tujuan tutur. Dari hasil analisis data tindak tutur ilokusi dalam penelitian ini ditemukan empat jenis maksud dan tujuan tuturan yakni keselamatan dan keamanan pihak lawan tutur, kebersihan lingkungan, kesehatan masyarakat, kelancaran lalu lintas (khusus untuk papan peringatan yang ditempatkan di jalan) dan kepentingan penutur itu sendiri. Faktor keempat adalah act atau tindak tutur itu sendiri yang disampaikan atau dituturkan dalam bentuk-bentuknya, yakni deklaratif dan imperatif. Faktor yang kelima adalah key atau kunci dari tindak tutur tersebut. Dalam penelitian ini, yang menjadi kunci dari tindak tutur ilokusi yang diteliti adalah formalitas. Faktor yang keenam adalah instrument atau alat/sarana tutur. Sesuai dengan judul penelitian ini, maka dapat ditunjuk bahwa yang menjadi sarana atau alat tutur di sini adalah papan-papan peringatan yang

110 ditulisi dengan tuturan-tuturan oleh pihak penutur sebagai penulis. Faktor yang ketujuh adalah norms of interaction atau norma interaksi yang menjadi aturan dalam peristiwa tutur yang dimanfaatkan oleh pihak penutur. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa norma yang mempengaruhi tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan ini adalah ketegasan dari pihak penutur kepada lawan tuturnya. Faktor yang kedelapan adalah genre dari tindak tutur ilokusi tersebut. Dari hasil analisis data, dapat ditunjukkan bahwa yang menjadi genre dari tindak tutur ilokusi ini adalah informasi. 5.2 Saran Penelitian tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne ini merupakan salah satu bagian kecil dari usaha ilmiah untuk mengamati dan menganalisis tindak tutur yang tertulis dalam bahasa Inggris. Secara khusus tuturan-tuturan ini ditemukan dalam salah satu infrastruktur kelas dunia yang digunakan oleh pemerintah dan instansi atau lembaga yang terkait di kota Melbourne, sebagai salah kota metropolitan terbesar dan termaju di dunia, yakni papan-papan peringatan yang tersebar di pelbagai-pelbagai sarana publiknya. Pihak pemerintah kota-kota di Indonesia dapat belajar melalui penelitian ini bagaimana perintah, permintaan, larangan atau peringatan dapat disampaikan dalam tuturantuturan formal-informatif yang efektif dan tepat sasaran kepada masyarakat yang berada dan memanfaatkan sarana-sarana publik. Penelitian ini masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut terutama dalam kaitannya dengan simbol atau warna

111 dan papan peringatan tersebut yang mana terdapat dalam tuturan-tuturan di dalamnya. Penelitian ini juga masih dapat dikembangkan oleh mahasiswa-mahasiswi linguistik lainnya dari sudut pandang yang berbeda maupun dengan lebih berfokus pada bentuk kalimat, jenis-jenis atau fungsi-fungsi dari tindak tutur ilokusi yang sudah dibahas dalam bab-bab sebelumnya.