BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor yang mempengaruhi tuturan berbahasa Inggris. Dari hasil penelitian yang sudah dibahas dan dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, terdapat lima simpulan yang dapat ditarik: 1. Berkaitan dengan jenis-jenis dari tindak tutur ilokusi yang diteliti dari tuturan-tuturan dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne, ditemukan tiga jenis tindak tutur ilokusi, yakni representatif, direktif, dan fatis. Jenis representatif yang ditemukan dari data-data tindak tutur ilokusi itu merujuk pada keyakinan penutur, dalam hal ini penulis dari papan tersebut, dan juga fakta mengenai kondisi lingkungan atau kesekitaran dari sarana publik di situ. Keyakinan penutur dan fakta mengenai kesekitaran lokasi papan tersebut disampaikan secara informatif sebagai suatu pernyataan dengan maksud untuk memberi pengertian atau pemahaman kepada pihak lawan tutur, dalam hal ini para pembaca papan peringatan. Untuk jenis direktif, rujukan yang diambil adalah permintaan, perintah, larangan, peringatan dan saran atau anjuran yang disampaikan oleh penutur kepada pihak lawan tuturnya. Tindak tutur direktif mengarahkan pihak lawan tutur untuk mengikuti apa yang dituturkan oleh penutur. 104
105 Dengan kata lain, terdapat unsur keharusan yang terkandung dalam tuturan direktif tersebut. Keharusan ini juga dipertegas oleh aturan dan regulasi yang berkaitan dengan sarana publik di situ. Yang terakhir, tuturan ilokusi fatis dalam data-data yang dianalisis dapat ditunjukkan dalam papan peringatan yang memuat usaha komunikatif dari pihak penutur terhadap lawan tuturnya yang dapat dicontohkan dalam rupa ucapan selamat datang. 2. Bentuk-bentuk kalimat yang dimanfaatkan oleh pihak penutur untuk menuliskan tuturannya dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne terdiri atas dua yakni deklaratif dan imperatif. Yang pertama, bentuk deklaratif digunakan oleh pihak penutur untuk menyampaikan informasi faktual dan pernyataan sesuai dengan isi tuturan dalam papan peringatan tersebut. Yang menjadi penanda dari bentuk kalimat deklaratif adalah intonasi atau nada deklaratif yang dituturkan oleh pihak penutur. Bentuk deklaratif ini terbagi lagi atas dua, yakni deklaratif positif dan deklaratif negatif. Yang menjadi pembeda dari keduanya adalah adanya negasi atau penyangkalan dalam tuturan yang memiliki bentuk kalimat deklaratif negatif. Sebagai penanda dari bentuk kalimat deklaratif negatif yang dipakai oleh pihak penutur adalah kata no dan not yang menjadi negasi atas pernyataan atau informasi yang disampaikan dalam papan peringatan tersebut. Bentuk kalimat direktif dari tuturan-tuturan ilokutif tersebut dapat dihubungkan dengan jenis tuturan representatif, karena adanya kesamaan maksud, yakni untuk mengungkapkan keterangan dan keyakinan secara informatif. Yang kedua, bentuk imperatif dipakai oleh
106 pihak penutur untuk menyampaikan baik itu perintah, peringatan, larangan, saran atau anjuran yang mana dimaksudkan untuk diikuti oleh pihak penutur. Yang menjadi penanda dari bentuk imperatif adalah nada atau intonasi imperatif yang dihadirkan dalam penulisan tuturan dan adanya kata-kata perintah di dalamnya. Bentuk kalimat imperatif ini juga terbagi lagi atas dua, yakni imperatif positif dan imperatif negatif. Bentuk kalimat imperatif yang memperoleh negasi atau sangkalan seperti dalam kata dan ungkapan no dan do not (don t) biasanya akan menjadi larangan dan difungsikan oleh pihak penutur untuk melarang dan mencegah lawan tuturnya untuk melakukan suatu tindakan yang tidak dikehendaki oleh pihak penutur di sarana publik tersebut. Bentuk-bentuk kalimat imperatif dari tuturan ilokusi ini memiliki hubungan dengan jenis tuturan direktif dalam data yang sama. Hubungan ini terletak pada dasar dan maksud yang sama dari keduanya, yakni untuk mengungkapkan keinginan dan kehendak penulis papan peringatan seabgai penutur kepada para pembacanya sebagai pihak lawan tutur untuk mengikuti atau melakukan apa yang dituliskan dalam papan peringatan. 3. Dari hasil penelitian ini pula, ditemukan enam fungsi tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne. Yang dimaksudkan dengan fungsi di sini adalah bagaimana tindak tutur ilokusi digunakan oleh pihak penutur sehingga memberi pengaruh kepada pihak lawan tutur dalam hubungan dengan situasi atau keadaan di sarana publik di situ. Fungsi yang pertama adalah meminta. Dengan fungsi ini, penutur
107 memohon atau mempersilakan lawan tutur melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh pihak penutur tanpa adanya unsur desakan atau keharusan, sehingga pihak lawan tutur masih memiliki pilihan untuk menindaklanjuti permintaan tersebut atau tidak. Fungsi yang kedua adalah menyarankan yang mana pihak penutur memberikan saran atau anjuran berkaitan dengan situasi dan keadaan di sekitar sarana publik di situ. Dalam fungsi ini dimanfaatkan oleh pihak penutur agar pihak lawan tutur mempertimbangkan apa yang disarankan atau dianjurkan oleh pihak penutur tersebut, sehingga pihak lawan tutur pun masih memiliki pilihan untuk menindaklanjuti saran atau anjuran tersebut atau tidak. Fungsi yang ketiga adalah memerintahkan yang digunakan oleh pihak penutur untuk menyuruh atau mendorong lawan tutur melakukan sesuatu. Dalam fungsi ini terdapat unsur keharusan dan desakan yang jika tidak diikuti oleh pihak lawan tutur akan terjadi konsekuensi tertentu yang berkaitan dengan situasi atau keadaan di sekitar sarana publik. Fungsi yang keempat adalah melarang. Fungsi ini hampir sama dengan fungsi memerintahkan, karena terdapat unsur desakan dan keharusan di dalamnya. Yang menjadi pembeda adalah adanya unsur negasi dalam fungsi melarang. Dengan melarang, pihak penutur mencegah lawan tutur untuk melakukan suatu tindakan yang tidak diperbolehkan di sarana publik. Fungsi kelima adalah menerangkan yang dimanfaatkan oleh pihak penutur untuk menyampaikan penjelasan, mengungkapkan dan menegaskan informasi yang berkaitan dengan situasi atau keadaan di sarana publik. Fungsi menerangkan ini dimaksudkan untuk
108 memberi pemahaman dan pengertian kepada pihak lawan tutur mengenai informasi yang disampaikan oleh penutur. Fungsi yang keenam adalah memperingatkan. Dengan fungsi ini pihak penutur dapat mengingatkan dan juga menyampaikan teguran agar pihak lawan tutur ingat akan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Fungsi ini juga memiliki unsur desakan atau keharusan, sehingga akan ada konsekuensi tertentu yang akan terjadi jika tidak ditindak lanjuti oleh pihak lawan tutur. 4. Fungsi-fungsi ini kemudian dihubungkan dengan bentuk-bentuk kalimat dari tindak tutur ilokusi tersebut untuk mengetahui strategi yang dimanfaatkan oleh pihak penutur dalam menyampaikan tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan ini. Jika terdapat hubungan langsung antara fungsi dengan bentuk kalimatnya, maka tindak tutur ilokusi tersebut merupakan tindak tutur langsung. Contohnya, fungsi menerangkan dan fungsi menyarankan disampaikan dalam bentuk kalimat deklaratif. Fungsi meminta, memerintahkan, melarang dan memperingatkan dituturkan atau dituliskan dalam bentuk kalimat imperatif. Sebaliknya, jika tidak ada hubungan langsung antara fungsi dengan bentuk kalimatnya, maka tindak tutur ilokusi tersebut adalah tindak tutur tidak langsung. Sebagai contoh, pihak penutur menerapkan fungsi melarang, fungsi memperingatkan atau fungsi memerintahkan dalam tuturan yang dituliskan dalam bentuk kalimat deklaratif. 5. Terdapat delapan faktor yang mempengaruhi tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne. Kedelapan faktor
109 tersebut sesuai dengan singkatan SPEAKING yang dipaparkan oleh Hymes. Faktor yang pertama adalah setting (latar) yang terdiri atas latar waktu dan latar tempat. Yang menjadi latar waktu dari tindak tutur ilokusi ini adalah waktu yang tak terbatas oleh durasi dan alokasi tertentu. Sedangkan yang menjadi latar tempatnya adalah sarana-sarana publik yang ada di kota Melbourne di mana papan-papan peringatan yang menjadi obyek penelitian ini ditempatkan. Faktor yang kedua adalah participants atau peserta tutur yang terdiri atas penutur dan lawan tutur. Dalam penelitian ini, dapat ditunjukkan yang menjadi penutur adalah penulis papan peringatan yang mewakili lembaga atau institusi yang mengelola dan memiliki kewenangan atau tanggung jawab di sarana publik. Faktor yang ketiga adalah end atau maksud dan tujuan tutur. Dari hasil analisis data tindak tutur ilokusi dalam penelitian ini ditemukan empat jenis maksud dan tujuan tuturan yakni keselamatan dan keamanan pihak lawan tutur, kebersihan lingkungan, kesehatan masyarakat, kelancaran lalu lintas (khusus untuk papan peringatan yang ditempatkan di jalan) dan kepentingan penutur itu sendiri. Faktor keempat adalah act atau tindak tutur itu sendiri yang disampaikan atau dituturkan dalam bentuk-bentuknya, yakni deklaratif dan imperatif. Faktor yang kelima adalah key atau kunci dari tindak tutur tersebut. Dalam penelitian ini, yang menjadi kunci dari tindak tutur ilokusi yang diteliti adalah formalitas. Faktor yang keenam adalah instrument atau alat/sarana tutur. Sesuai dengan judul penelitian ini, maka dapat ditunjuk bahwa yang menjadi sarana atau alat tutur di sini adalah papan-papan peringatan yang
110 ditulisi dengan tuturan-tuturan oleh pihak penutur sebagai penulis. Faktor yang ketujuh adalah norms of interaction atau norma interaksi yang menjadi aturan dalam peristiwa tutur yang dimanfaatkan oleh pihak penutur. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa norma yang mempengaruhi tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan ini adalah ketegasan dari pihak penutur kepada lawan tuturnya. Faktor yang kedelapan adalah genre dari tindak tutur ilokusi tersebut. Dari hasil analisis data, dapat ditunjukkan bahwa yang menjadi genre dari tindak tutur ilokusi ini adalah informasi. 5.2 Saran Penelitian tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne ini merupakan salah satu bagian kecil dari usaha ilmiah untuk mengamati dan menganalisis tindak tutur yang tertulis dalam bahasa Inggris. Secara khusus tuturan-tuturan ini ditemukan dalam salah satu infrastruktur kelas dunia yang digunakan oleh pemerintah dan instansi atau lembaga yang terkait di kota Melbourne, sebagai salah kota metropolitan terbesar dan termaju di dunia, yakni papan-papan peringatan yang tersebar di pelbagai-pelbagai sarana publiknya. Pihak pemerintah kota-kota di Indonesia dapat belajar melalui penelitian ini bagaimana perintah, permintaan, larangan atau peringatan dapat disampaikan dalam tuturantuturan formal-informatif yang efektif dan tepat sasaran kepada masyarakat yang berada dan memanfaatkan sarana-sarana publik. Penelitian ini masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut terutama dalam kaitannya dengan simbol atau warna
111 dan papan peringatan tersebut yang mana terdapat dalam tuturan-tuturan di dalamnya. Penelitian ini juga masih dapat dikembangkan oleh mahasiswa-mahasiswi linguistik lainnya dari sudut pandang yang berbeda maupun dengan lebih berfokus pada bentuk kalimat, jenis-jenis atau fungsi-fungsi dari tindak tutur ilokusi yang sudah dibahas dalam bab-bab sebelumnya.