BAB I PENDAHULUAN. dengan menuturkannya atau mengucapkannya. Setiap tuturan akan dikonsepkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dengan menuturkannya atau mengucapkannya. Setiap tuturan akan dikonsepkan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu wujud dan cara untuk mengungkapkan bahasa adalah tuturan dan dengan menuturkannya atau mengucapkannya. Setiap tuturan akan dikonsepkan terlebih dahulu di pikiran manusia sebelum dituturkan atau diucapkan. Itulah sebabnya setiap tuturan akan mengandung maksud dari penuturnya itu sendiri. Dengan cara seperti inilah, tuturan sebagai wujud bahasa menjadi sarana bagi semua orang untuk saling berkomunikasi. Tuturan itu lantas dapat diaplikasikan dalam percakapan sehari-hari, baik secara lisan maupun tulisan. Secara lisan, tuturan manusia dapat kita simak dalam percakapan di rumah, diskusi, pidato, adegan film atau drama dan lain sebagainya. Secara tulisan, tuturan manusia dapat kita baca dalam pelbagai karya tulis, seperti cerpen, novel, dan pada papan pengumuman atau peringatan yang ada di sekitar kita, terutama di sarana publik atau fasilitas umum. Di atas papan peringatan itu, tuturan-tuturan dituliskan dalam rupa kalimatkalimat anjuran, saran, perintah atau larangan. Di situlah kalimat-kalimat yang tertera atau tertulis di atas papan-papan peringatan menjadi tindak tutur (speech acts). Pernyataan ini didasarkan atas analogi yang merujuk pada definisi Allan (1986:164) mengenai tindak tutur. Penulis atau pihak yang menunjuk penulis papan-papan peringatan itu dapat diandaikan sebagai si penutur (speaker S). Setiap kalimat yang tertera atau tertulis di atas papan-papan peringatan tersebut 1

2 2 merupakan tuturan (utterance U). Tuturan itu sendiri terdiri atas kalimat (sentence ) yang diucapkan dengan prosodi ɸ dalam bahasa tertentu (language L). Tuturan yang tertulis itu dibaca oleh pembacanya, seperti halnya didengar secara lisan oleh pendengarnya (hearer H). Proses ini berlangsung dalam suatu konteks (context C) tertentu. Berdasarkan analogi ini, penulis hendak mendekati dan menganalisis tuturan-tuturan dalam papan-papan peringatan dengan teori-teori tindak tutur. Penggunaan papan peringatan yang diikuti oleh kesediaan individu dan kelompok masyarakatnya untuk mengikuti dan menaatinya menjadi indikasi dari ketertiban dan kenyamanan suatu tempat, suatu wilayah, suatu negara bahkan suatu kota. Salah satu negara yang menyandang predikat sebagai negara terbaik untuk ditinggali adalah Australia (nomor dua menurut thetoptens.com dan nomor satu menurut beforeitsnews.com). Negara benua ini memiliki intensitas penggunaan papan peringatan yang tersebar cukup tinggi di pelbagai sarana publik atau fasilitas umumnya. Salah satu kota di Australia yang bisa menjadi contoh penggunaan papan peringatan ini adalah kota Melbourne, negara bagian Victoria. Kota Melbourne yang adalah ibukota negara bagian Victoria merupakan pusat bisnis, administratif, budaya dan rekreasi di wilayah selatan Australia tersebut. Sebagai sebuah kota metropolitan, kota Melbourne mencakup wilayah seluas 7,694 km persegi, dengan populasi sekitar 4,1 juta jiwa. Survei dari Economist Intelligence Units (EIU) Global Liveability Survey menunjukkan bahwa kota Melbourne berturut-turut selama tiga tahun ( ) berada pada posisi teratas indeks, sejak merebut gelar tersebut dari Vancouver. Kota Melbourne secara konsisten meraih nilai tinggi dalam semua kriteria EIU dan mencapai nilai

3 3 sempurna di bidang layanan kesehatan, pendidikan dan infrastruktur i. Sebagai kota terbesar di negara bagian Victoria, kota Melbourne memiliki infrastruktur kelas dunia yang mencakup sarana transportasi (darat, air dan udara), sarana kesehatan, telekomunikasi, perumahan, air, sekolah-sekolah dan pariwisata ii. Salah satu bagian ketersediaan, penyediaan dan sekaligus penunjang infrastruktur yang menata kota Melbourne adalah papan-papan peringatan (signages/warning boards/announcements) di pelbagai sarana publik dan fasilitas umum. Berikut ini adalah contoh-contoh data tuturan yang penulis temukan dalam papan peringatan yang tersebar di pelbagai sarana publik atau fasilitas umum di kota Melbourne: a) Data dari sebuah papan peringatan dekat sebuah pelintasan trem di Collin Street: Pedestrians give way to trams. Para pejalan kaki harus mendahulukan trem. Konteks: Penulis atau penutur dari papan peringatan ini memerintahkan para pejalan kaki untuk memberikan jalan terlebih dahulu kepada trams yang akan lewat, dengan maksud menghindari kecelakaan. b) Data dari sebuah papan peringatan di jalan sekitar Docksland: Form one lane. Bentuk satu jalur. Konteks: Penulis atau penutur dari papan peringatan ini memerintahkan para pengendara kendaraan untuk membentuk satu jalur ketika memasuki wilayah Docksland, dengan maksud untuk menghindari terjadi kemacetan di jalan tersebut. c) Data dari papan peringatan di sebuah perhentian trem di Flinder Street: No crossing. Crossing tracks is strictly prohibited. Heavy penalties apply. Offenders prosecuted.

4 4 Dilarang menyeberang. Dilarang keras menyeberang jalur trem. Para pelanggar akan dituntut dengan hukuman berat yang berlaku. Konteks: Penutur atau penulis dari papan peringatan ini melarang para pejalan kaki untuk menyeberang perlintasan trem secara sembarangan. Para pelanggar larangan ini diancam hukuman berat. d) Data dari sebuah papan peringatan di Victoria Market: Watch out! Forklift operates in this area. Awas! Kendaraan pengangkat barang beroperasi di wilayah ini. Konteks: Penulis atau penutur dari papan peringatan ini memperingatkan sekaligus menyampaikan informasi akan adanya kegiatan pengoperasian kendaraan pengangkut di sekitar pasar Victoria ketika lampu-lampu kuning menyala. e) Data dari sebuah papan peringatan di Rumah Sakit St. Vincent: Welcome to St. Vincent s a totally smoke free environment. No smoking anywhere on hospital grounds. Selamat datang di lingkungan bebas rokok di Rumah Sakit St. Vincent. Dilarang merokok di sekitar wilayah rumah sakit. Konteks: Penulis atau penutur dari papan peringatan ini menyampaikan informasi mengenai status wilayah Rumah Sakit St. Vincent sebagai kawasan bebas rokok, sekaligus melarang siapapun yang berada di wilayah tersebut untuk merokok. Papan peringatan yang memuat tuturan-tuturan seperti di atas masih bisa banyak lagi ditemukan di sarana publik atau fasilitas umum di kota Melbourne. Tuturan-tuturan yang sebagian besar berbentuk pernyataan, perintah dan larangan tersebut menyediakan petunjuk dan tuntunan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh atau apa yang harus dilakukan oleh setiap anggota masyarakat yang berada di wilayah sarana publik tersebut. Tuturan-tuturan itu dihasilkan karena adanya maksud dan tujuan tertentu demi kepentingan masyarakat setempat. Dalam klasifikasi dan teori tindak tutur, tuturan-tuturan seperti di atas tergolong dalam tindak tutur ilokusi. Yang dimaksud dengan tindak tutur ilokusi

5 5 adalah tindak tutur yang diformulasi secara benar dengan tujuan tertentu. Tuturan tersebut dibentuk dengan fungsi tertentu dalam pemikiran penuturnya. (Yule, 2002:48). Tindak tutur ilokusi juga dapat diartikan sebagai apa yang penutur lakukan dengan menuturkan suatu kalimat. Yang bisa termasuk dalam tindak tutur ilokusi di antaranya berjanji, meminta maaf, mengancam, memperkirakan, memerintahkan dan meminta. Sebagai contoh seorang ibu berkata kepada anaknya, Turunkan kakimu dari meja. Tindak tutur ini adalah bentuk memerintah. Maksud yang dihubungkan dengan tindak tutur ilokusi kerap kali disebut dengan kekuatan ilokusi (illocutionary force) dari suatu tuturan. Jadi, pada contoh tersebut, dapat ditunjukkan bahwa kekuatan ilokusi dari tuturan ibu tersebut adalah sebuah perintah. Tindak tutur ilokusi berada pada inti pengertian dari tindak tutur (Parker, 1986:15). Tindak tutur ilokusi pertama kali digagas oleh Austin, seorang filsuf Inggris dalam kuliah yang ia sampaikan di Universitas Harvard, pada tahun Kuliahkuliahnya ini kemudian diterbitkan pada tahun 1962 dengan judul How to Do Things with Words. Pandangan Austin yang fundamental dalam kuliahnya ini adalah bahwa suatu tuturan dapat membentuk suatu tindakan (act). Austinlah yang pertama menunjukkan bahwa dalam menuturkan suatu kalimat, kita dapat melakukan sesuatu seperti halnya kita mengatakan sesuatu. Sebelum Austin, para filsuf menyatakan bahwa kalimat hanya digunakan untuk mengatakan sesuatu. (Parker, 1986:12) Teori tindak tutur ini dirumuskan oleh Austin sebagai bentuk penolakannya atas pembedaan antara tindak perfomatif dengan tindak konstatif yang ia cetuskan

6 6 sendiri. Terdapat dua peralihan internal dalam argumennya. Pertama, terdapat suatu peralihan dari pandangan bahwa tindak performatif merupakan kelas istimewa dari kalimat atau tuturan dengan sifat sintaksis dan semantis tertentu kepada pandangan bahwa terdapat kategori umum tindak performatif yang mencakup tindak performatif yang eksplisit maupun implisit. Peralihan yang kedua adalah dari dikotomi tindak performatif dan tindak konstatif kepada suatu teori umum mengenai tindak tutur yang mana berbagai tindak performatif dan tindak konstatif hanya menjadi bagian-bagiannya (Huang, 2007: 100) Austin memasukkan tindak tutur ilokusi dalam klasifikasi tindak tuturnya bersama tindak tutur lokusi dan perlokusi. Dalam penggolongannya, tindak tutur ilokusi diperinci menjadi lima bentuk tindak tutur, yakni verdiktif, eksersitif, komisif, behabitif dan ekspositif (Huang, 2007:106). Teori dan klasifikasi tindak tutur oleh Austin ini selanjutnya dikembangkan dan diperluas oleh Searle, salah seorang murid Austin. Dalam disertasi doktoralnya pada tahun 1959 yang berjudul Sense and Reference, Searle mengembangkan dan memperluas gagasan Austin dengan mengemukakan asumsi bahwa semua tuturan, tidak hanya yang mengandung kata kerja performatif, membentuk tindakan (acts) (Parker, 1986:14). Dalam pengembangan teori Austin ini, Searle memaparkan klasifikasi yang berbeda untuk tindak tutur ilokusi. Ia membagi tindak tutur ilokusi ke dalam lima jenis tindak tutur, yakni representatif atau asertif, direktif, komisif dan ekspresif. (Huang, 2007: ). Berdasarkan temuan-temuan awal ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti salah satu aspek linguistik yakni tindak tutur ilokusi yang secara khusus

7 7 ditemukan dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne. Dengan demikian yang menjadi judul dari penelitian ini adalah Tindak Tutur Ilokusi dalam Papan Peringatan pada Sarana Publik di kota Melbourne. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik atau tempat umum di kota Melbourne. Maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah jenis-jenis dan bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne? b. Bagaimanakah fungsi-fungsi tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne? c. Bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan secara umum untuk mengkaji tindak tutur ilokusi. Tujuan-tujuan khusus yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mendeskripsikan jenis-jenis dan bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi dalam pada papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne.

8 8 b. Mendeskripsikan fungsi-fungsi tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne. c. Menjelaskan pengaruh faktor-faktor tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne. 1.4 Manfaat Penelitian Terdapat dua manfaat yang hendak ditawarkan dalam penelitian mengenai tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne ini, yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis Manfaat Teoretis Melalui penelitian ini diharapkan penulis mampu mengukuhkan dan sekaligus memperkaya khazanah pemikiran mengenai teori tindak tutur, terlebih khusus tindak tutur ilokusi, yang telah dicetuskan dan dirumuskan oleh Austin dan kemudian dikembangkan oleh Searle Manfaat Praktis Melalui penelitian ini, diharapkan penulis mampu memperkenalkan dan sekaligus menjelaskan jenis, bentuk, fungsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi tindak tutur ilokusi yang dapat ditemukan dalam papan peringatan pada sarana publik atau fasilitas umum sebagai bagian dari infrastruktur kelas dunia yang ada di kota Melbourne. Sekiranya hasil penelitian ini dapat memberikan contoh peringatan, larangan dan pemberitahuan dengan bahasa formal yang lebih efektif,

9 9 bervariatif dan mendetail di pelbagai sarana publik atau tempat umum di Indonesia. Dengan demikian, diharapkan maksud dan tujuan yang hendak dicapai melalui papan peringatan tersebut bisa tercapai demi kepentingan keselamatan, ketertiban dan kenyamanan masyarakat. 1.5 Tinjauan Pustaka Sebelum penelitian ini dilaksanakan, ada sekian tulisan atau penelitian yang meneliti topik tindak tutur di sarana publik atau tempat umum. Dua di antaranya adalah penelitian tesis karya Kurnia Asmala Yuli (2010) yang berjudul Tindak Tutur Direktif dalam Rumah Kos di Yogyakarta dan penelitian skripsi karya Desy Andriyani (2012) yang berjudul Bentuk Imperatif Tindak Tutur Wacana Persuasif Pada Fasilitas Umum. Pertama, Yuli, dalam tesisnya, mendeskripsikan jenis tindak tutur direktif, tingkat kelangsungan dan ketidaklangsungan tindak tutur direktif, dan tingkat kesopanan tindak tutur direktif pada papan pengumuman dan surat pengumuman dalam rumah kos di Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitiannya itu, Yuli menemukan bahwa jenis tindak tutur direktif yang digunakan adalah tipe memerintah dengan kategori memerintah, meminta, mengajak, menasehati, mengkritik dan tipe melarang dengan kategori melarang dan mencegah. Berdasarkan tingkat kelangsungan dan ketidaklangsungan tindak tutur direktif ditemukan bahwa penggunaan tindak tutur direktif tidak langsung paling banyak digunakan. Berdasarkan tingkat kesopanan ditemukan bahwa tingkat kesopanan yang paling sering digunakan adalah kesopanan kurang.

10 10 Yang kedua, dalam skripsinya, Andriyani mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur dan bentuk-bentuk imperatif yang terdapat dalam wacana persuasif pada fasilitas umum. Dalam penelitian ini yang menjadi fokusnya adalah wacana persuasif pada papan larangan dan perintah di fasilitas umum yang di dalamnya terkandung maksud atau makna pragmatik perintah. Dari hasil penelitian Andriyani tersebut dapat dipaparkan bahwa dari jenisjenis tindak tutur (1) jenis tindak tutur langsung dapat berupa (a) kalimat perintah yang ditandai dengan penggunaan kata harus, mohon, kata seru awas, harap, kata kerja, kata kerja diikuti sufiks -kan, kata kerja diikuti sufiks -lah ; (b) kalimat larangan ditandai dengan penggunaan kata dilarang dan jangan; (2) tindak tutur tidak langsung dapat ditunjukkan dengan kalimat berita. Dari bentuk-bentuknya, tuturan imperatif dapat berupa tuturan yang mengandung makna pragmatik (1) perintah, (2) suruhan, (3) permintaan, (4) permohonan, (5) desakan, (6) bujukan, (7) himbauan, (8) persilaan, (9) ajakan, (10) permintaan izin, (11) mengizinkan, (12) larangan, (13) harapan, (14) umpatan, (15) pemberian ucapan selamat, (16) anjuran, (17) ngelulu. Dari hasil penelitian ini, bentuk-bentuk imperatif yang tidak ditemukan pada fasilitas umum adalah tuturan yang mengandung makna pragmatik permintaan izin, umpatan, ngelulu. Jika kedua penelitian tersebut berfokus pada tindak tutur direktif (directive acts), maka penelitian ini lebih memberi perhatian pada tindak tutur ilokusi yang dapat ditemukan dalam papan peringatan di beberapa sarana publik yang ada di Melbourne, Australia.

11 Landasan Teori Bagian ini akan memaparkan teori-teori tindak tutur ilokusi yang akan dijadikan acuan atau pedoman dalam rangkaian penelitian ini. Untuk itu, berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti, yang menjadi landasan teori yang mendasari penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut Pragmatik dan Ruang Lingkupnya. Sebagai suatu ilmu yang mengkaji bahasa, linguistik terdiri atas beberapa cabang. Cabang-cabang linguistik yang dimaksud adalah fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik yang kesemuanya secara internal menelaah bahasa; sedangkan secara eksternal, struktur bahasa ditelaah oleh pragmatik. Pragmatik dapat dianggap sebagai salah satu bidang kajian linguistik yang akhir-akhir ini berkembang pesat. Wujud tuturan (utterance) yang dulu dibuang di keranjang sampah karena tidak dapat dianalisis secara linguistik sekarang merupakan lahan subur dalam kajian pragmatik. Baik semantik maupun pragmatik sama-sama mengkaji arti, namun dari sudut pandang yang berbeda. Semantik mengkaji arti lingual yang tidak terikat konteks, sedangkan pragmatik mengkaji arti yang disebut sebagai the speaker s meaning atau arti menurut tafsiran penutur disebut sebagai maksud. Arti menurut tafsiran penutur atau maksud itu sangat bergantung konteks. Tanpa memperhitungkan konteks, arti tersebut tidak dapat dipahami (Subroto, 2011:8).

12 12 George Yule menyebutkan bahwa pragmatik merupakan studi atas hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pengguna dari bentuk-bentuk tersebut. Ia membagi pragmatik ke dalam empat karakteristik definitif (Yule, 2002: 3) : a. Pragmatik adalah studi mengenai maksud penutur. b. Pragmatik adalah studi mengenai maksud kontekstual. c. Pragmatik adalah studi mengenai bagaimana cara untuk lebih mengkomunikasikan diri daripada mengatakannya. d. Pragmatik adalah studi mengenai ungkapan jarak yang relatif. Menurut Yule, keuntungan dari mempelajari bahasa melalui pragmatik adalah bahwa seseorang dapat berbicara mengenai maksud yang ditunjukkan oleh seseorang, asumsi-asumsi mereka, maksud-maksud atau tujuan mereka dan berbagai macam tindakan yang mereka tunjukkan ketika mereka berbicara (Yule, 2002: 4). Berkaitan dengan pengertian pragmatik, Levinson menyatakan: Pragmatics is the study of the relations between language and context that are basic to an account of language understanding. (Levinson, 1991:21) Pragmatik adalah studi mengenai hubungan antara bahasa dan konteks yang adalah dasar pada suatu bahasan mengenai pemahaman bahasa. Berdasarkan rumusan di atas jelaslah bahwa konteks bersifat dasar untuk memamahai maksud tuturan. Dalam hal ini, pragmatik mengkaji hubungan antara bahasa dan konteks. Hubungan antara keduanya bersifat dasar dalam rangka memahami komunikasi dengan bahasa. Suatu rumusan yang serupa disampaikan oleh Yacob L. Mey:...pragmatics is the study of conditions of human language uses as there are determined by the context of society. (Mey, 2001:42)

13 13... pragmatik adalah studi mengenai keadaan-keadaan penggunaan bahasa manusia seperti yang ditentukan oleh konteks masyarakat. Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa pragmatik mengkaji kondisi-kondisi penggunaan bahasa manusia yang ditentukan oleh konteks kemasyarakatan. Yang penting dari rumusan itu ialah kondisi penggunaan bahasa manusia yang ditentukan oleh konteks kemasyarakatan. Penggunaan bahasa itu bersifat nyata yang melibatkan penutur dan mitra tutur dalam situasi penggunaan tertentu, mengenai hal tertentu dan kondisi penggunaan bahasa tersebut ditentukan oleh konteks kemasyarakatan (Subroto, 2011:9-10) Ruang lingkup yang dapat dicakup oleh pragmatik cukup luas mulai dari deiksis, referensi-referensi, presuposisi, kerjasama, kesopanan dan tindak tutur (Huang, 2007: 2). Berkaitan dengan penelitian ini, maka teori cabang pragmatik yang akan menjadi landasannya adalah tindak tutur. Secara khusus, tindak tutur ilokusi yang hendak dibahas dalam penelitian ini lebih pada teori yang dikembangkan dan diperluas oleh Searle Tindak Tutur Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, konsep tindak tutur pertama kali dikemukakan oleh Austin dalam karyanya How to Do Things with Words (1955). Simpulan Austin mengenai tindak tutur ini sangat sederhana: semua tuturan mengandung baik elemen konstatif maupun elemen performatif; keduanya mengatakan dan melakukan pada saat yang sama (Verschueren, 1999:22) Untuk menangkap implikasi intuisi ini, Austin mengganti terminologi konstatifperformatif dengan tiga bentuk pembedaan: lokusi adalah tindak tutur

14 14 menyampaikan sesuatu yang pasti sekalipun tidak ada keharusan bagi si penutur untuk melaksanakan sisi tuturannya; ilokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dengan daya yang khas yang membuat si penutur itu bertindak sesuai dengan apa yang dituturkannya; dan perlokusi adalah efek tindak tutur bagi lawan tutur atau dengan kata lain respon dari si lawan tutur (Wibowo, 2011:37-41). Dari sini, tindak tutur dapat dijelaskan lebih lanjut dalam empat definisi berikut (Kridalaksana, 2009:191): a. perbuatan berbahasa yang dimungkinkan oleh dan diwujudkan sesuai dengan kaidah-kaidah pemakaian unsur-unsur bahasa; b. perbuatan menghasilkan bunyi bahasa secara beraturan sehingga menghasilkan ujaran bermakna; c. seluruh komponen linguistis dan nonlinguistis yang meliputi suatu perbuatan bahasa yang utuh, yang menyangkut partisipan, bentuk penyampaian amanat, topik dan konteks amanat itu; d. pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar. Dengan kata lain, tindak tutur merupakan bentuk tindakan yang ditunjukkan melalui tuturan-tuturan dan biasanya diberikan label yang lebih spesifik seperti permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan, janji ataupun permintaan. Istilahistilah deskriptif untuk berbagai macam tindak tutur ini berlaku pada maksud komunikatif penutur dalam memproduksi tuturan. Penutur biasanya mengharapkan bahwa maksud komunikatifnya dapat dikenali oleh pendengarnya. Baik penutur

15 15 maupun pendengar biasanya dibantu dalam proses ini oleh keadaan yang melingkupi tuturan-tuturan tersebut (Yule, 2002: 47) Pada prinsipnya tindak tutur menggarisbawahi bahwa perkataan dan tindakan adalah sama. Tiap pernyataan yang dituturkan mencerminkan tindakan si penuturnya itu. Dalam ungkapan lain, tindak tutur tidak hanya mengungkapkan gaya bicara si penutur, tetapi juga merefleksikan tanggung jawab si penutur terhadap isi tuturannya, mengingat isi tuturannya itu mengandung maksud-maksud tertentu dalam mempengaruh pendengarnya. Maka dari itu, agar suatu tuturan segaris dengan tindakan, dibutuhkan beberapa persyaratan: a. syarat muatan yang proposional (propositional content condition), b. syarat persiapan (preparatory condition), c. syarat esensial (essential condition), d. syarat ketulusan (sincerity condition). (Verschueren, 1999:23) Salah satu syarat yang penting disebutkan di atas adalah ketulusan (felicity). Mengenai syarat ketulusan ini, baik Austin maupun Searle memiliki pemaparannya sendiri-sendiri, yang mana Searle kemudian melengkapi apa yang sudah dipaparkan oleh Austin Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi Dalam pengembangan atas teori tindak tutur Austin, klasifikasi tindak tutur ilokusi menurut Searle secara umum dikelompokkan atas lima bentuk yang didasari oleh empat dimensi, yakni titik ilokusi (illocutionary point) atau bentuk

16 16 tindak tutur, arah kecocokan (direction of fit) atau hubungan antara kata-kata dengan dunia, keadaan psikologis yang diungkapkan (expressed psychological state) dan muatan proposional (propositional content). Lima jenis tindak tutur ilokusi menurut Searle akan dijelaskan lebih jauh di bawah ini (Huang, 2007: ): a. Representatif atau asertif (representatives or assertives), yakni tindak tutur yang mendorong penutur ke arah kebenaran proposisi yang ditunjukkan, sehingga membawa suatu nilai-kebenaran. Tindak tutur ini mengungkapkan kepercayaan penutur. Contoh-contohnya antara lain mengklaim, menyimpulkan, melaporkan dan menyatakan. Dalam menampilkan bentuk tindak tutur ini, penutur mewakili dunia yang ia percayai apa adanya, sehingga menjadikan kata-kata yang ia tuturkan cocok dengan dunia yang ia percayai atau yakini. b. Direktif (directives) adalah bentuk tindak tutur yang mewakili usaha oleh penutur agar pendengarnya melakukan sesuatu. Tindak tutur ini menunjukkan harapan atau keinginan penutur terhadap pendengarnya untuk melakukan sesuatu. Contoh-contohnya seperti nasehat, perintah, permintaan, pertanyaan dan permohonan. Dalam menggunakan tindak tutur direktif, penutur bermaksud untuk memperoleh beberapa arah tindakan masa depan dari sisi pendengar, sehingga menjadikan dunia cocok dengan kata-kata melalui pendengarnya. c. Komisif (commissives) adalah bentuk tindak tutur yang mendorong penutur ke arah beberapa tindakan di masa depan. Tindak tutur ini mengungkapkan

17 17 maksud penutur untuk melakukan sesuatu. Contoh-contohnya termasuk tawaran, sumpah, janji, penolakan dan ancaman. Dalam kasus tindak tutur komisif, dunia disesuaikan dengan kata-kata melalui penutur itu sendiri. d. Ekspresif (expressive) adalah bentuk tindak tutur yang mengungkapkan tindakan atau pernyataan psikologis penutur seperti kegembiraan, kesedihan, rasa suka atau tidak suka. Contoh-contoh tindak tuturnya seperti meminta maaf, menyalahkan, memberi selamat, memuji dan berterima kasih. Dalam tindak tutur jenis ini, tidak terdapat hubungan antara kata-kata yang dituturkan dengan dunia kesekitaran penutur. e. Deklaratif (declaratives) adalah bentuk tindak tutur yang mempengaruhi dan mengubah keadaan terkini suatu peristiwa tertentu. Tindak tutur ini biasanya dituturkan oleh pihak yang mewakili suatu lembaga tertentu, sehingga tindak tutur ini juga disebut dengan tindak tutur perfomatif terlembaga. Dalam menampilkan bentuk tindak tutur ini, penutur menghasilkan perubahan dunia; maksudnya penutur mempengaruhi korespondensi antara isi proposional dan dunia. Contoh-contoh paradigmatiknya seperti mengumumkan perang, mengucilkan, memecat, dan menominasikan calon. Dalam arah kecocokannya, tindak tutur ini berlangsung baik dari kata ke dunia, maupun dari dunia ke kata. Di luar dari klasifikasi di atas, Wijana (2010: dalam Indreswari, 2012: 23-24) memaparkan tiga jenis tindak tutur ilokusi lainnya yakni performatif, verdiktif dan fatis. Berikut ini adalah penjelasannya:

18 18 a. Performatif adalah tindak tutur yang pelaksanaannya membuat sesuatu yang dinyatakan dalam tuturan terwujud. Tindak tutur ini lazimnya dilakukan oleh pejabat yang berwenang, di tempat-tempat yang bersifat resmi. Tuturan ini bertujuan agar orang-orang menyepakati apa yang dikatakannya. Misalnya, tuturan seorang imam Katolik yang mengesahkan pengantin di gereja menjadi suami istri: I pronounce you husband and wife. Saya nyatakan kalian sebagai suami dan istri. b. Verdiktif adalah tindak tutur yang digunakan untuk memberikan penilaian atau penghakiman terhadap apa yang dilakukan oleh lawan bicaranya. Tindakan mengutuk, mengucapkan terima kasih, menyalahkan, mengkritik dan sebagainya adalah sejumlah tindakn yang merupakan pelaksanaan dari tindak tutur verdiktif ini. Misalnya, pengasuh anak menerima surat pernyataan terimakasih dari keluarga anak yang diasuhnya, kemudian dia merseponnya dengan I appreciate it Saya hargai ini. c. Fatis merupakan tindak tutur yang digunakan oleh penutur untuk mengadakan kontak dengan orang lain. Tuturan ini bermaksud untuk membangun hubungan dengan mitra tutur sebelum terlibat dalam topik pembicaraan yang selanjutnya. Tuturan fatis meliputi sapaan, (hi hai, how are you apa kabar? ), ucapan perpisahan (bye selamat tinggal, take care hati-hati ya ), ungkapan kesantunan (please silakan ) dan komentar mengenai cuaca (it is hot, isn t it? panas ya? ). Setiap

19 19 kelompok masyarakat memiliki tuturan-tuturan fatis yang khas sesuai dengan budaya masyarakat tempat bahasa itu digunakan Bentuk dan Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Selain klasifikasi yang dirumuskan oleh Austin dan Searle, terdapat suatu pendekatan yang berbeda dalam membagi klasifikasi tindak tutur ilokusi. Pendekatan ini didasari oleh tiga bentuk dasar kalimat, yakni kalimat deklaratif, kalimat interogatif dan kalimat imperatif. Bentuk-bentuk kalimat ini dihubungkan dengan tiga fungsi komunikatif umum, yakni pernyataan (statement), pertanyaan (question) dan perintah (command) atau permintaan (request). Contohnya sebagai berikut: a. You wear a belt. (deklaratif) Kamu memakai ikat pinggang. b. Do you wear a belt? (interogatif) Apakah kamu memakai ikat pinggang? c. Wear a seat belt! (imperatif) Pakai sabuk pengaman! Jika terdapat hubungan langsung antara bentuk struktur dan fungsi, maka itulah yang disebut dengan tindak tutur langsung (direct speech act). Sebaliknya, jika terdapat hubungan tak langsung antara struktur dan fungsi, maka terjadilah tindak tutur tak langsung (indirect speech act). Selain fungsi-fungsi komunikatif umum tersebut, klasifikasi tindak tutur ilokusi yang dipaparkan Searle dapat pula menjadi lima fungsi umum tindak tutur seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut (Yule,2002: 54-55):

20 20 Bentuk tindak tutur Arah kecocokan S = penutur; X = situasi Deklaratif kata mengubah dunia S menyebabkan X Representatif membuat kata cocok dengan S meyakini X dunia Ekspresif membuat kata cocok dengan S merasakan X dunia Direktif membuat dunia cocok dengan S menginginkan X kata Komisif membuat dunia cocok dengan kata S bermaksud X Penggolongan tindak tutur ilokusi berdasarkan bentuk dan fungsinya ini akan dimanfaatkan dalam mengelompokkon tuturan-tuturan yang ditemukan dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne. Dengan demikian, akan ditemukan apa saja bentuk dan fungsinya Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindak Tutur Dalam tuturan-tuturan yang berlangsung antara pihak penutur dengan pihak lawan tutur, terjadi suatu jalinan komunikasi antara keduanya. Wujud komunikasi ini dapat terjadi oleh karena adanya faktor-faktor di luar tuturan-tuturan yang ikut mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tindak tutur ini ikut bergantung pada konteks, situasi dan keadaan yang melingkupi peristiwa tutur. Berkaitan dengan faktor-faktor ini, Hymes mengkategorikan situasi tutur dalam delapan komponen yang dapat dirangkum sebagai: bentuk dan isi tuturan, latar, peserta tutur, maksud dan tujuan, nada, alat, genre dan norma-norma interaksional (Halliday dan Hasan, 1976:22). Kedelapan kategori yang menjadi faktor-faktor pengaruh pada peristiwa tindak tutur tersebut dapat disingkat dengan SPEAKING yang terdiri atas:

21 21 - S (setting/scene), yakni tempat tutur dan suasana tuturan; - P (participant), yakni penutur dan lawan atau mitra tutur; - E (end), yakni maksud atau tujuan tuturan; - A (act), yakni suatu peristiwa di mana seorang penutur sedang melakukan tuturan (action); - K (key), yakni nada suara atau ragam bahasa yang dipergunakan untuk menyampaikan tuturannya; - I (instrument), yakni alat yang digunakan untuk menyampaikan tuturannya; - N (norms of interaction), norma-norma yang berkaitan dengan tindak tutur; - G (genre), yakni jenis kegiatannya dalam bentuk apa atau bagaimana; (Suwito, 1996:39 dalam Wijana & Rohmadi, 2006:9) Dalam penelitian ini, dapat ditunjukkan faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne. Masing-masing faktor tersebut memberikan pengaruh secara khusus dari sudut pandang di luar kebahasaan, sehingga tindak tutur ilokusi tersebut memperoleh konteksnya. 1.7 Metode Penelitian Sesuai dengan jenisnya, maka penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Maka dari itu, dalam penyusunannya, penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip metode deskriptif kualitatif, yakni: mengumpulkan, mengolah,

22 22 menganalisis dan menyajikan data secara objektif atau apa adanya sesuai dengan realita yang ada Obyek dan Data Penelitian Sebagai obyek dalam keseluruhan penelitian ini adalah papan peringatan yang dapat ditemukan di sarana publik atau fasilitas umum di kota Melbourne. Sedangkan yang menjadi datanya adalah tuturan-tuturan yang ditemukan dalam papan peringatan tersebut yang kemudian akan dianalisa seturut dengan teori-teori tindak tutur ilokusi yang telah dipaparkan sebelumnya Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode simak dengan teknik catat. Dengan teknik catat, peneliti mencatat secara langsung tuturan-tuturan yang ditemukan dalam papan peringatan pada sarana publik atau fasilitas umum di kota Melbourne. Kemudian setiap tuturan yang telah dicatat akan dikelompokan sesuai dengan penggolongan tindak tutur hingga akhirnya terkumpul data tindak tutur ilokusi. Kumpulan data tindak tutur ilokusi inilah yang selanjutnya dianalisis secara lebih komprehensif Teknik Analisis Data Setelah data dikumpulkan dengan metode simak dan teknik catat, data ini kemudian akan dianalisis. Tahapan analisis data merupakan tahapan yang sangat

23 23 menentukan, karena pada tahapan ini, kaidah-kaiah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus sudah diperoleh (Mahsun, 2012: 117) Berdasarkan jenis penelitiannya, maka teknik analisis data yang akan digunakan adalah metode padan ekstralingual. Yang dimaksud dengan metode padan ekstralingual, adalah teknik untuk membandingkan sesuatu yang mengandung makna adanya keterhubungan; atau dengan kata lain menghubungbandingkan. Dikatakan ekstralingual, karena makna-makna unsur yang dihubungbandingkan berada di luar bahasa, seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi, konteks, tuturan dan lain-lain (Mahsun, 2012: ) Dengan demikian, langkah-langkah yang diambil dalam menganalisis datadata penelitian ini adalah sebagai berikut: a. menelaah seluruh data yang sudah tersedia, b. mengelompokkan atau mengkategorikan data, c. menganalisis data-data tersebut berdasarkan teori tindak tutur ilokusi, d. membuat kesimpulan Teknik Penyajian Data Hasil analisis data yang berupa kaidah-kaidah dapat disajikan melalui dua cara berikut ini: (a) perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis (informal), (b) perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang (formal) (Mahsun, 2012: 123).

24 24 Penelitian mengenai tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne ini sendiri akan menyajikan perumusan atau hasil analisis datanya dengan menggunakan kata-kata biasa. Maka dari itu, teknik penyajian data yang akan dimanfaatkan di sini adalah dengan teknik informal. 1.8 Sistematika Penyajian Seluruh penyajian dari rangkaian penelitian dan pembahasan mengenai tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne ini akan dibagi ke dalam lima bab, dengan urutannya sebagai berikut: a. Bab I yang terdiri atas Pendahuluan: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori dan Metode Penelitian. b. Bab II yang mendeskripsikan Jenis-jenis dan Bentuk-bentuk Tindak Tutur Ilokusi Dalam Papan Peringatan Pada Sarana Publik di kota Melbourne. c. Bab III yang membahas Fungsi-fungsi Tindak Tutur Ilokusi Dalam Papan Peringatan Pada Sarana Publik di kota Melbourne. d. Bab IV yang menjelaskan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindak Tutur Ilokusi Dalam Papan Peringatan Pada Sarana Publik di kota Melbourne. e. Bab V yang merupakan Kesimpulan dari hasil penelitian Tindak Tutur Ilokusi Dalam Papan Peringatan Pada Sarana Publik di Melbourne. i di-australia ii

BAB V PENUTUP. kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor

BAB V PENUTUP. kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan manusia adalah dua hal yang tidak terpisah. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan manusia adalah dua hal yang tidak terpisah. Bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia adalah dua hal yang tidak terpisah. Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan seharihari. Menurut Chaer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur dengan suatu tujuan dan maksud. Dalam pragmatik tindak tutur dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pragmatik adalah salah satu bagian dari ilmu linguistik. Pragmatik adalah kajian mengenai arti dalam hubungannya dengan situasi pada saat tuturan diucapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. dalam mengadakan hubungan atau interaksi dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komunikasi.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna ucapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia mempunyai dua peran dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, yaitu sebagai pemberi informasi dan sebagai penerima informasi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana dalam menjalankan segala jenis aktivitas, antara lain sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, meminta informasi, memberi perintah, membuat

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya. BAB V PENUTUP Bab V merupakan bab terakhir dari tesis ini. Bab ini akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi intisari dari seluruh pembahasan dalam tesis ini. Adapun,

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS. Kata kunci: Tindak tutur, ilokusi, respons, kalimat, dan pembelajaran bahasa Inggris

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS. Kata kunci: Tindak tutur, ilokusi, respons, kalimat, dan pembelajaran bahasa Inggris 1 ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Robi Kuswara (0903653) Pembimbing: Dian Indihadi dan Seni Apriliya ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis ilokusi beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari penelitian lapangan, baik dari buku-buku maupun skripsi yang sudah ada. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di Universitas Negeri Gorontalo. Dari sekian banyak mahasiswa yang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh: BERLIANA NITA KUMALASARI A 310090010 FAKULTAS

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Lili Hasmi Dosen STKIP Abdi Pendidukan Payakumbuh

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Lili Hasmi Dosen STKIP Abdi Pendidukan Payakumbuh TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Lili Hasmi Dosen STKIP Abdi Pendidukan Payakumbuh ABSTRAK Peristiwa tutur merupakan interaksi linguistik dalam satu bentuk ungkapan atau lebih yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Berbahasa dalam bentuk berbicara merupakan bagian dari keterampilan

Lebih terperinci

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH UTAMA DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG SUTRADARA TYA SUBIYAKTO DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI KELAS X SMA Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi denga yang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, dan konversasi atau percakapan (Tarigan, 2009:22). Wacana direalisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan penuturnya. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi manusia. Manusia selalu menggunakan bahasa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi yang datang dan berasal dari tempat atau arah yang berbeda. Bahasa merupakan media komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi, dengan kata lain interaksi atau segala macam kegiatan komunikasi di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lain, alat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam menangani siswa bermasalah dilihat dari tindak tuturnya. Selain itu telah dibahas juga mengenai bentuk ilokusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan peranan yang sangat penting, tanpa bahasa manusia tidak akan bisa sempurna dalam berinteraksi. Manusia dapat memenuhi semua kebutuhan sosialnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arti. Dalam penggunaan bahasa, terdengar tuturan-tuturan yang diucapkan ketika

BAB I PENDAHULUAN. arti. Dalam penggunaan bahasa, terdengar tuturan-tuturan yang diucapkan ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu bentuk komunikasi manusia yang berupa lambang bunyi melalui alat ucap, dimana setiap suara yang dikeluarkan memiliki arti. Dalam penggunaan bahasa,

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA Oleh Septia Uswatun Hasanah Mulyanto Widodo Email: septiauswatunhasanah@gmail.com Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS Ahmad Fadilahtur Rahman Guru Bahasa Indonesia SMPN 4 Situbondo Email: fadilahtur_rahman@yahoo.com Abstract: This study aimed to describe the form

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sebagai wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi bahasa adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar guru mempunyai peran penting dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik melalui komunikasi. Komunikasi adalah alat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan berkomunikasi antar manusia terbagi menjadi dua bentuk komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua bentuk yaitu lisan dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pertelevisian merupakan dunia yang sangat cepat berkembang. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang ditayangkan selama dua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Manusia berbahasa setiap hari untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah suatu kebutuhan, artinya berbahasa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa selalu digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa selalu digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa selalu digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ayeomoni, dkk (2012) mengatakan bahwa fungsi utama bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan alat komunikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu tuturan pasti mempunyai maksud serta faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur. Yule (2006: 82-83) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Levinson (dalam Manaf 2009:6) Bahasa dapat dikaji, berdasarkan pragmatik, pragmatik adalah cabang linguistik yang membahas pemakaian bentuk bahasa untuk fungsi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap 1 BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Dalam pembelajaran

Lebih terperinci