BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini pengembangan sektor pertanian di Indonesia masih tetap strategis.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian Indonesia tidak lepas dari perubahan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun 2013 atau merupakan urutan kedua setelah sektor industri pengolahan. Pada waktu krisis ekonomi, sektor pertanian merupakan sektor yang cukup kuat menghadapi goncangan ekonomi dan ternyata dapat diandalkan dalam pemulihan ekonomi nasional. Salah satu sub sektor yang cukup besar potensinya adalah sub sektor perkebunan. Meskipun kontribusi sub sektor perkebunan dalam PDB belum terlalu besar yaitu sekitar 1,93% pada tahun 2013 atau merupakan urutan ketiga di sektor pertanian, akan tetapi sub sektor ini merupakan penyedia bahan baku untuk sektor industri, penyerap tenaga kerja, dan penghasil devisa. Pembangunan perkebunan memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu: (i) ditinjau dari jenis komoditasnya, meliputi 127 jenis tanaman (Kep Mentan No.3599/2010), berupa tanaman tahunan dan tanaman semusim, sehingga dalam pengembangannya dapat memanfaatkan berbagai jenis sumberdaya, (ii) ditinjau dari hasil produksinya, merupakan bahan baku industri dan ekspor, sehingga berhubungan dengan berbagai kegiatan sektor dan sub-sektor lainnya, dan (iii) ditinjau dari pengusahaannya, sekitar 85% merupakan usaha perkebunan rakyat yang tersebar di berbagai daerah, sehingga memerlukan upaya pemberdayaan masyarakat,

dukungan sarana dan prasarana yang memadai serta pengelolaan yang lebih baik. Agar pembangunan perkebunan kedepan dapat terlaksana secara optimal, maka diperlukan dukungan dan peningkatan peran oleh seluruh stakeholders di setiap tingkatan secara terpadu dan terkoordinasi. Pembangunan perkebunan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional, mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Karet merupakan salah satu hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Karet juga merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara di luar minyak dan gas. Sekitar 86,95% produksi karet alam Indonesia di ekspor ke manca negara dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi dalam negeri. Karet adalah komoditi yang mempunyai hubungan erat dengan kebutuhan sehari-hari manusia. Hasil olahan yang menggunakan bahan dasar karet 73%-nya berupa ban, sedangkan sisanya dalam bentuk alat kesehatan, mainan anak-anak, peralatan otomotif, sol sepatu sandal dan sebagainya. Karet terdiri dari dua jenis yaitu karet sintesis dan karet alami. Karet sintesis adalah karet yang memerlukan minyak mentah dalam proses pembuatannya, sedangkan karet alami diperoleh langsung dari tanaman karet. Kualitas karet alami terletak pada daya elastisitas yang sempurna sehingga memudahkan pengolahan serta daya tahan yang tinggi terhadap panas dan keretakan. Perkembangan ekonomi karet alam dunia baik produksi maupun konsumsi terus mengalami peningkatan. Produksi karet alam dunia berdasarkan penguasaan terdiri dari perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Produksi karet alam dunia

sebagian besar dihasilkan oleh perkebunan rakyat yaitu sebesar 73%, sedangkan sisanya 27% berasal dari perkebunan besar. Pada tahun 2013, produksi karet alam dunia meningkat sebesar 3,73% dari tahun sebelumnya sedangkan karet sintetis meningkat 2,33%. Produksi karet alam dunia selama periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 cenderung meningkat yakni 3,34% per tahun sedangkan karet sintetis juga mengalami peningkatan, namun lebih rendah dari karet alam yakni 2,73% per tahun. Pada sisi lain, menurut data International Rubber Study Groups (IRSG) pada tahun 2013, konsumsi karet alam dunia meningkat sebesar 2,99% per tahun selama periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 sedangkan karet sintetis meningkat 2,98% per tahun. Peningkatan konsumsi karet alam dunia lebih rendah dibandingkan peningkatan produksi karet alam dunia namun peningkatan konsumsi karet sintetis lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan produksi sehingga secara agregat terjadi peningkatan permintaan karet dunia baik karet alam maupun karet sintetis. Peningkatan konsumsi karet alam dunia terjadi karena perkembangan industri-industri barang jadi karet dunia. Permintaan karet alam dunia yang tinggi memberi pengaruh pada perkembangan pasar karet alam dunia. Perkembangan pasar karet alam dunia ditunjukkan dengan tingkat harga yang relatif tinggi. Kebutuhan atas bahan dasar karet alam yang meningkat dan tingginya harga minyak mentah sebagai bahan baku karet sintetis menyebabkan harga karet alam terus bergerak naik. Harga karet alam pada tahun 2013 adalah 2.804 US$ per ton dan karet sintetis sebesar 3.388 US$ per ton. Produksi dan konsumsi karet alam

dan karet sintetis dunia selama periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Karet Alam dan Karet Sintetis Dunia, Tahun 2004-2013 Tahun Produksi karet (ribu ton) Total Produksi Konsumsi karet (ribu ton) Total Konsumsi Alam Sintetis (2 + 3) Alam Sintetis (2 + 3) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2004 8.726 11.979 20.705 8.562 11.693 20.255 2005 8.921 12.025 20.946 9.049 11.731 20.780 2006 9.850 12.700 22.550 9.513 12.434 21.947 2007 10.057 13.367 23.424 10.133 13.087 23.220 2008 10.098 12.738 22.836 10.181 12.517 22.698 2009 9.723 12.393 22.116 9.361 12.129 21.490 2010 10.393 14.115 24.508 10.773 13.984 24.757 2011 11.230 15.073 26.303 11.007 14.803 25.810 2012 11.603 15.142 26.745 11.027 14.925 25.952 2013 12.036 15.495 27.531 11.322 15.483 26.805 Pert. (%) 3,34 2,73 2,98 2,99 2,98 3,26 Sumber: IRSG, 2014 Permintaan yang relatif tinggi atas bahan dasar karet alam terjadi di negara konsumen utama karet alam dunia seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Namun beberapa tahun terakhir, pertumbuhan konsumsi karet alam di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang mengalami peningkatan yang relatif menurun. Negara tujuan utama ekspor karet Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang dan Republik Rakyat Tiongkok. Selain ketiga negara tersebut, Indonesia juga melakukan ekspor ke negara Korea dan Singapura serta negara-negara Eropa. Ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang digunakan untuk industri ban terutama ban radial dimana semakin besar ukuran ban yang diproduksi maka kebutuhan karet alam semakin besar pula, karena karet alam mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap keretakan serta letusan dan mempunyai daya tahan terhadap suhu

yang tinggi. Karet alam sebagai komoditas ekspor Indonesia selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 cukup baik seperti ditunjukkan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Ekspor Karet Alam Indonesia ke Negara Tujuan 2008 2012 (dalam ribu ton) Negara Tahun Pert. 2008 2009 2010 2011 2012 (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jepang 400.693 272.878 313.242 387.655 389.234-3,58 Republik Korea 106.240 99.548 91.810 120.059 142.691 6,06 Republik Rakyat 318.841 457.118 418.098 409.377 437.750 6,32 Tiongkok Singapura 151.260 100.165 117.592 104.262 63.460-28,32 Amerika Serikat 622.167 394.307 546.548 607.870 572.278-6,52 Kanada 59.163 51.210 69.546 77.262 76.701 5,02 Brasil 77.066 58.507 110.079 94.426 71.086-8,57 Perancis 46.380 30.083 47.779 65.642 49.062-5,93 Jerman 57.705 36.639 57.492 60.757 59.764-4,38 Spanyol 41.885 25.299 43.061 59.065 39.562-11,63 Jumlah 1.881.346 1.525.754 1.815.247 1.916.375 1.921.588 0,80 Sumber: Gapkindo, 2013 Peningkatan konsumsi karet alam yang terjadi di Republik Rakyat Tiongkok dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Peningkatan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok mendorong pembangunan infrastruktur dan industri otomotif Republik Rakyat Tiongkok. Republik Rakyat Tiongkok berperan sebagai produsen industri otomotif terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Data IRSG tahun 2013 menunjukkan bahwa konsumsi karet alam Republik Rakyat Tiongkok sebesar 2,57 juta ton atau 31,9% dari konsumsi total karet alam dunia. Konsumsi karet alam yang tinggi Republik Rakyat Tiongkok memberi peluang bagi perluasan pasar karet alam dunia termasuk dari Indonesia. Peluang pasar karet alam Republik Rakyat Tiongkok menjadi sasaran baru bagi negara produsen utama karet alam untuk melakukan upaya peningkatan ekspor.

Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama dan negara pengekspor karet alam dunia. Indonesia mampu melakukan ekpor karet alam dalam jumlah yang besar yakni 33% dari total ekspor karet alam dunia. Total ekspor karet alam Indonesia meningkat sebesar 39% pada periode 2008 sampai dengan tahun 2013. Perkembangan ekspor karet alam Indonesia ke Republik Rakyat Tiongkok seperti ditunjukkan pada Tabel 1.3. Tabel 1.3. Ekspor Karet Alam Indonesia ke Republik Rakyat Tiongkok Tahun 2009-2013 (dalam satuan ton) Tahun Ekspor Karet Alam Indonesia Total Ekspor Karet Alam (4) = (2)/(3) x Ke Republik Rakyat Indonesia 100% Tiongkok (1) (2) (3) (4) 2009 351.400,00 1.991.263,00 17,65 2010 354.100,58 2.350.640,00 15,06 2011 358.210,39 2.555.739,00 14,02 2012 359.920,21 2.655.745,00 13,55 2013 362.850,28 2.694.438,00 13,47 Rerata 357.296,29 2.449.565,00 14,75 Sumber: BPS, 2013 Peningkatan ekspor karet alam Indonesia terjadi karena insentif produksi akibat peningkatan harga karet alam dunia. Salah satu negara tujuan ekspor potensial karet alam Indonesia adalah Republik Rakyat Tiongkok. Selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, Indonesia melakukan ekspor ke Republik Rakyat Tiongkok yakni sebesar 14,75% dari total ekspor karet alam Indonesia seperti ditunjukkan pada Tabel 1.3. Volume ekspor karet alam Indonesia ke Republik Rakyat Tiongkok dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, yaitu sebesar 0,86% per tahun. Trend peningkatan volume ekspor karet alam Indonesia ke Republik Rakyat Tiongkok ini mengindikasikan potensi Republik Rakyat Tiongkok sebagai pasar ekspor baru karet alam Indonesia.

Momentum ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk memperoleh keuntungan dengan adanya perdagangan internasional. Perluasan pasar karet alam ke Republik Rakyat Tiongkok merupakan langkah positif dan mempunyai prospek ke depan yang baik. Ekspor karet alam Indonesia akan meningkat sesuai dengan peningkatan permintaan karet alam oleh Republik Rakyat Tiongkok. Peningkatan permintaan ekspor karet alam Indonesia memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan devisa negara dan peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Menurut data IRSG tahun 2013, konsumsi karet alam oleh Republik Rakyat Tiongkok mengalami peningkatan sebesar 8% dari tahun sebelumnya. Kenaikan permintaan karet alam Republik Rakyat Tiongkok disebabkan oleh kemajuan industri otomotif Republik Rakyat Tiongkok. Pabrik ban seperti Michelin, Goodyear, Bridgestone dan lainnya melakukan pengembangan skala usaha Republik Rakyat Tiongkok, begitu pula dengan perusahaan seperti Continental dan Copper melakukan investasi pada industri ban di Republik Rakyat Tiongkok. Peningkatan konsumsi karet alam oleh Republik Rakyat Tiongkok tidak diimbangi dengan peningkatan produksi karet alamnya. Produksi karet alam oleh Republik Rakyat Tiongkok mengalami peningkatan rata-rata sebesar 5,91% pada periode tahun 2009-2013, sedangkan rata-rata peningkatan konsumsi karet alam oleh Republik Rakyat Tiongkok yakni sebesar 11,6% per tahun. Dengan laju peningkatan konsumsi yang lebih besar daripada produksinya, maka hal ini mendorong Republik Rakyat Tiongkok untuk melakukan impor dalam jumlah besar.

Republik Rakyat Tiongkok dalam rangka memenuhi kebutuhan karet alam dalam negerinya dilakukan dengan cara mengimpor dari negara lain. Permintaan karet alam oleh Republik Rakyat Tiongkok meningkat secara keseluruhan, bukan hanya pada permintaan karet alam tetapi juga karet sintesis. Impor karet alam Republik Rakyat Tiongkok meningkat seiring dengan meningkatnya impor Republik Rakyat Tiongkok atas karet sintesis. Namun, perkembangan impor karet alam oleh Republik Rakyat Tiongkok lebih besar dibanding dengan impor karet sintesis, hal ini disebabkan oleh harga minyak bumi yang terus meningkat. Jika harga minyak bumi sebagai bahan baku pembuatan karet sintesis meningkat, maka permintaan atas karet sintesis akan menurun. Oleh karena itu, sejumlah pabrik industri barang jadi karet oleh Republik Rakyat Tiongkok lebih banyak menggunakan karet alam dibandingkan dengan karet sintetis. Kenaikan permintaan karet alam oleh Republik Rakyat Tiongkok membuka peluang terjadinya kenaikan impor karet alam oleh Republik Rakyat Tiongkok pada tahun-tahun mendatang. Volume ekspor karet alam Indonesia oleh Republik Rakyat Tiongkok yang terus meningkat mengindikasikan peluang pasar baru bagi karet alam Indonesia. Peningkatan ekspor karet alam oleh Republik Rakyat Tiongkok adalah sasaran penting dalam usaha perluasan pasar karet Indonesia. Pada akhirnya, peningkatan permintaan karet alam Indonesia oleh Republik Rakyat Tiongkok akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Sejauh mana trend permintaan karet alam Indonesia oleh Republik Rakyat Tiongkok?

2. Bagaimana daya saing komoditas karet alam Indonesia terhadap dunia? 3. Sejauh mana pengaruh harga karet alam Indonesia oleh Republik Rakyat Tiongkok, harga ekspor karet alam Indonesia oleh Republik Rakyat Tiongkok tahun sebelumnya, harga karet alam dalam negeri (domestik), harga karet alam di pasar internasional, harga karet sintetis dunia, harga karet alam negara pesaing (Malaysia), GDP per kapita Republik Rakyat Tiongkok, nilai tukar Yuan terhadap US$ dan volume ekspor karet alam Indonesia ke Republik Rakyat Tiongkok tahun sebelumnya terhadap permintaan karet alam oleh Republik Rakyat Tiongkok serta daya saing karet alam Indonesia (RCA) dan kuota ekspor karet? Berangkat dari pertanyaan-pertanyaan tersebut maka diadakan penelitian yang berjudul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA OLEH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Trend permintaan karet alam Indonesia oleh Republik Rakyat Tiongkok 2. Daya saing komoditas karet alam Indonesia terhadap dunia. 3. Pengaruh harga karet alam Indonesia oleh Republik Rakyat Tiongkok, harga karet alam Indonesia oleh Republik Rakyat Tiongkok tahun sebelumnya, harga karet alam dalam negeri (domestik), harga karet alam di pasar internasional, harga karet sintetis dunia, harga karet alam negara pesaing,

GDP per kapita Republik Rakyat Tiongkok, nilai tukar Yuan terhadap US$ dan volume ekspor karet alam Indonesia ke Republik Rakyat Tiongkok tahun sebelumnya terhadap permintaan karet alam oleh Republik Rakyat Tiongkok serta daya saing karet alam Indonesia (RCA) dan kuota ekspor karet. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor karet alam Indonesia oleh Republik Rakyat Tiongkok diharapkan dapat memberikan manfaat atau berguna: 1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pemenuhan salah satu syarat untuk mencapai derajat Master of Science pada Program Studi Ekonomi Pertanian, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. 2. Pemerintah, sebagai bahan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan ekonomi khususnya dibidang fiskal maupun moneter yang berupa deregulasi dan debirokrasi terhadap pertumbuhan ekspor karet alam Indonesia umumnya dan ke negara Republik Rakyat Tiongkok pada khususnya. 3. Eksportir dan masyarakat, agar dapat turut serta mensikapi adanya perkembangan, peluang dan tantangan ekspor karet alam dalam perdagangan internasional sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam meningkatkan produksi karet alam di Indonesia. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai ekspor karet alam Indonesia telah banyak dilakukan, namun penelitian mengenai permintaan ekspor karet alam Indonesia di Negara

Republik Rakyat Tiongkok sampai dengan tahun 2013 belum pernah diteliti sebelumnya. Secara umum, penelitian sebelumnya mencangkup tentang penawaran ekspor karet alam Indonesia serta harga karet baik harga karet domestik maupun harga karet internasional serta permintaan ekspor karet di Negara Republik Rakyat Tiongkok sampai dengan tahun 2007. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada jangka waktu tahun penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor karet Indonesia di Negara Republik Rakyat Tiongkok. Penelitian mengenai permintaan ekspor karet alam Indonesia mempunyai tujuan untuk mengantisipasi persaingan dari negara produsen karet alam lainnya. Upaya untuk memperluas pasar karet alam ke negara Republik Rakyat Tiongkok dapat dilakukan dengan menganalisis terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan karet alam ke negara Republik Rakyat Tiongkok. Analisis daya saing ekspor karet alam Indonesia dilhat dari aspek keunggulan komparatif juga perlu dilakukan sebagai bahan rujukan yang berkaitan dengan implementasi kebijakan produksi dan kebijakan perdagangan karet alam Indonesia.