BAB 3 PENGOLAHAN DATA SURVEI PRA-PEMASANGAN PIPA BAWAH LAUT (PRE-ENGINEERING ROUTE SURVEY)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 VERIFIKASI POSISI PIPA BAWAH LAUT PASCA PEMASANGAN

BAB 3 KALIBRASI DAN PENGOLAHAN DATA

PENGOLAHAN DATA MULTIBEAM ECHOSOUNDER PADA SURVEI PRA-PEMASANGAN PIPA BAWAH LAUT

BAB III MULTIBEAM SIMRAD EM Tinjauan Umum Multibeam Echosounder (MBES) SIMRAD EM 3002

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Gambar 4.1

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS. Gambar 4.1 Indikator Layar ROV (Sumber: Rozi, Fakhrul )

BAB 4 ANALISIS. 4.1 Analisis Kemampuan Deteksi Objek

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, yaitu pada bulan Maret sampai

BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Kegiatan Pemasangan Pipa Bawah Laut Secara Umum

STUDI APLIKASI MULTIBEAM ECHOSOUNDER DAN SIDE SCAN SONAR UNTUK MENDETEKSI FREE SPAN PADA SALURAN PIPA BAWAH LAUT

VERIFIKASI POSISI PIPA BAWAH LAUT PASCA PEMASANGAN (STUDI KASUS : BALIKPAPAN PLATFORM)

TERBATAS 1 BAB II KETENTUAN SURVEI HIDROGRAFI. Tabel 1. Daftar Standard Minimum untuk Survei Hidrografi

BAB 4 ANALISIS. Gambar 4.1 Gambar Garis Jalur Rencana Pipa

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN Data survey Hidrografi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

STUDI KASUS: SITE BAWEAN AREA, JAWA TIMUR

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

LATIHAN GPS SUNGAI TIGO. Di Ambil dari Berbagai Sumber

RINGKASAN SKEMA SERTIFIKASI SUB BIDANG HIDROGRAFI

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

BAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Kapal Survei dan Instrumen Penelitian

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Pemasangan Pipa Bawah Laut Pre-Lay Survey

BAB II METODE PELAKSANAAN SURVEY BATHIMETRI

APLIKASI MULTIBEAM ECHOSOUNDER SYSTEM (MBES) UNTUK KEPERLUAN BATIMETRIK

LAMPIRAN A - Prosedur Patch Test

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

BAB 3 PENGAMBILAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI HIDROGRAFI UNTUK PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

SURVEI HIDROGRAFI UNTUK KAJIAN ALKI DI PERAIRAN LAUT JAWA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI

Panduan Cepat Penggunaan X91 GNSS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

BAB IV PENGOLAHAN DATA MULTIBEAM ECHOSOUNDER MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK HIPS DAN ANALISISNYA

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

UJI KETELITIAN DATA KEDALAMAN PERAIRAN MENGGUNAKAN STANDAR IHO SP-44 DAN UJI STATISTIK (Studi Kasus : Daerah Pantai Barat Aceh)

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN A.

DAFTAR ISI. I.2. Lingkup Kegiatan I.3. Tujuan I.4. Manfaat I.5. Landasan Teori... 3

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

3. METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB 3 PENERAPAN KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR PADA PERANGKAT LUNAK SONARPRO

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI HCLOADER DAN COMPASS

BAB II SISTEM MULTIBEAM ECHOSOUNDER (MBES)

PEMANFAATAN APLIKASI ANDROZIC PADA SMARTPHONE/HANDPHONE ANDROID UNTUK BERNAVIGASI

APLIKASI TREKBUDDY UNTUK PENENTUAN POSISI DENGAN CEPAT

Analisis Geohazard untuk Dasar Laut dan Bawah Permukaan Bumi

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

Gambar 8. Lokasi penelitian

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...

PPK RTK. Mode Survey PPK (Post Processing Kinematic) selalu lebih akurat dari RTK (Realtime Kinematic)

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN


BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Alur Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian.

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

BAB III KOREKSI PASUT UNTUK MENUJU SURVEI BATIMETRIK REAL TIME

BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN DATA

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (MULTI)

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)

PEMBUATAN FILE INPUT DATA BATIMETRI DAN TOPOGRAFI DALAM PEMODELAN NUMERIK RUN UP TSUNAMI ( UNTUK PRAKTEK )

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN

Adipandang YUDONO

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium dan lapangan. Penelitian di

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB 3 PENGOLAHAN DATA SURVEI PRA-PEMASANGAN PIPA BAWAH LAUT (PRE-ENGINEERING ROUTE SURVEY) 3.1 Pendahuluan / Objektif Survei Dalam rangka menyelenggarakan kegiatan offshore geophysical pre-engineering survey di Lapangan Morani, konsultan menunjuk PT Swiper sebagai kontraktor utama (CTR) untuk melakukan kegiatan survei tersebut. Selanjutnya PT MGS juga ditunjuk sebagai Survey Contractor (SCTR) dimana untuk selanjutnya dalam kegiatan survey diharuskan untuk menyediakan kapal survei, peralatan survei, dan juga Sumber Daya Manusia yang sudah terlatih untuk kegiatan survei ini. Tujuan utama dari proyek ini adalah melakukan suatu survei penentuan rute pipa gas bawah laut lepas pantai yang diantaranya dilakukan survei geofisis dan geotechnical pre-engineering survey. Kegiatan ini diantaranya mencakup : Menyediakan data utama yang dapat dimanfaatkan untuk penentuan rute dari pipa gas bawah laut Menyediakan data batimetri yang akurat serta mengidentifikasi faktor-faktor pada seabed yang dapat mempengaruhi proses penginstalasian pipa gas bawah laut Menyediakan Digital Terrain Model (DTM) dengan resolusi yang baik untuk keperluan perekayasaan secara detail Memberikan data mengenai keberadaan pipa dan kabel bawah laut yang sudah terpasang sebelumnya Memberikan data mengenai keberadaan bangkai kapal dan semacamnya untuk keperluan penentuan rute pipa gas bawah laut Menyediakan data-data geohazard atau objek yang secara alami terbentuk yang dapat membahayakan penginstalasian pipa gas bawah laut nantinya seperti pockmarks, tebing yang terjal, dan juga permukaan dasar laut yang unstabble Menyediakan informasi mengenai lapisan-lapisan dibawah dasar laut 24

Dalam tugas akhir ini, poin kedua merupakan poin utama yang dijadikan acuan dalam kegiatan pengolahan data. Data batimetri yang telah diperoleh, bersama dengan data pasang surut dan sound velocity setelah melalui serangkaian proses pengkalibrasian dan pengakuisisian data untuk selanjutnya diolah dengan suatu perangkat lunak yaitu dalam hal ini QINSy 8.0 yang menghasilkan sebuah gambaran mengenai penampang dasar laut yang selajutnya digunakan untuk menentukan rute dari pipa gas bawah laut yang akan dipasang. 3.2 Lokasi dan Detail Survei Survei pra-pemasangan pipa gas bawah laut ini dilaksanakan di bagian timur pulau Kalimantan. Di area ini (Lapangan Morani) terdapat sebuah blok yang menyimpan cadangan minyak dan gas. Kegiatan survei ini dilakukan pada bulan April 2012. Gambar 3.1 memperlihatkan area survei yang diambil dari Google Earth. Gambar 3.1 Lokasi survei diambil dari [citra Google Earth] Kegiatan survei yang dilakukan diantaranya mencakup penyediaan data batimetri yang akurat serta mengidentifikasi faktor-faktor pada seabed yang dapat mempengaruhi proses penginstalasian pipa yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk menentukan rute dari pipa gas bawah laut tersebut Pipa yang akan dipasang berdiameter 16 inci dengan panjang lokasi survei mencapai 5,483 km. Area survei untuk pipeline route survey ini dilaksanakan dengan lebar 500 m. Line dari survei yang akan dilakukan berjumlah 7 Main Lines (ML) dengan 25

rincian 4 ML, dan masing-masing 1 untuk Right Line (RL), Left Line (LL), dan Center Line (CL)dengan jarak 100 m untuk masing-masing line dan 1000m antar Cross Lines. Gambar dari survey line ini dapat dilihat pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Garis survei [MGS Final Report, 2012] 3.2.1 Parameter Geodetik Pada kegiatan survei di Lapangan "Morani" ini, local spheroid, datum serta proyeksi dan digunakan akan dijelaskan pada Tabel 3.1 di bawah. 26

Tabel 3.1 Parameter Geodetik Local Spheroid and Datum Datum P2 Exc-T9 (SAMBOJA) Origin T9 (TORAN station) Spheroid BESSEL 1841 Semi-major axis (a) 6 377 397.155m Inverse flattening (1/f) 299.152 82 Projection Projection UTM Zone 50N Meridian Sentral (CM) 117 00' 00" East Latitude of Origin 0 (Equator) False Easting 500 000m False Northing 10 000 000m Scale Factor on the CM 0.9996 Unit of Measure International Metre Sementara parameter transformasi datum dari ITRF (WGS 84) ke P2 Exc-T9 (Samboja) ialah sebagai berikut : dx : +404.78m dy : -685.68m dz : -45.47m 3.2.2 Datum Vertikal Seluruh data kedalaman pada survei ini mengacu pada Chart Datum (CD) lokal yang didefinisikan oleh konsultan. CD yang digunakan 1.58 m dibawah MSL. Kedalaman yang didapat direduksi terhadap CD ini dengan memasukkan data pasang surut yang didapatkan dengan pengamatan secara real-time atau langsung dengan menggunakan RBR Tide gauge di Lapangan Morani. 3.2.3 Alat Yang Digunakan Pada kegiatan survei di Lapangan Morani ini, peralatan-peralatan yang digunakan akan dijelaskan pada Tabel 3.2 di bawah. 27

Tabel 3.2 Peralatan Survei Kategori Alat yang Digunakan Jumlah Starfix G2 + Glonass DGPS 1 C Nav 2000 1 Posisi dan TSS Meridian Surveyor Gyro Compass 1 Navigasi Qinsy 1 Sonardyne Ranger USBL System 1 Batimetri Simrad EM 3002 MBES 1 Seatex MRU H Heave Compensator 1 Tide Gauge RBR TGR-1050HT 1 AML SV Plus V2 1 CTD System Valeport MiniSVS Real Time Sound Velocity Probe 1 3.2.4 Kapal Yang Digunakan Pada kegiatan survei ini, PT MGS sebagai Survey Contractor diberi kewajiban untuk menyediakan kapal survei. Untuk selanjutnya MV MGS Geo Survey digunakan untuk mengakomodasi segala kegiatan survei. Kapal ini memiliki panjang 56,8 m dengan berat kotor 1.259 ton. Kapal ini dapat melaju hingga 10 knot dan dapat menampung hingga 40 orang untuk keperluan survei. Perlengkapan komunikasi seperti radio juga sudah melengkapi kapal ini untuk salah satu keperluan panduan navigasi. Offset kapal MV MGS Geo Survey ini dapat dilihat pada Gambar 3.3 di bawah. 28

Gambar 3.3 Kapal MGS Geo Survey dan Offset Kapal [MGS Final Report, 2012] 3.3 Tahapan Pengolahan Data Survei Pada kegiatan survei ini, digunakan perangkat lunak QINSy 8.0 untuk melakukan segala kegiatan pengolahan data. QINSy 8.0 ini sendiri merupakan suatu perangkat lunak yang memiliki berbagai fungsi yaitu dapat digunakan sekaligus untuk keperluan navigasi, pengakuisisian data serta prosesing data hidrografi. Gambar 3.4 di bawah memperlihatkan penampang perangkat lunak QINSy secara umum. Gambar 3.4 Penampang Umum QINSy 8.0 29

Proses untuk mendapatkan hasil akhir gambaran topografi dasar laut membutuhkan tahapan yang tidak sedikit. Skema umum tahapan tersebut dimulai saat dilakukan perencaan survei dapat dilihat pada gambar 3.5. Untuk selanjutnya secara lebih mendetail tahapan-tahapan pengolahan data survei dapat dilihat pada sub bab 3.3.1 hingga 3.3.3. Perencanaan Survei Setup Datum Spesifikasi Alat Offset Kapal Survei Berlangsung Data Tide Data Sound Velocity MBES SBES Gyro Compass Database Files Proses Pengolahan Data dengan QINSy Final Image Gambar 3.5 Skema umum pengolahan data 30

3.3.1 Sebelum Survei Dilakukan Sebelum surveyor melakukan survei di lapangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan dan dipelajari terlebih dahulu. Diantaranya adalah surveyor wajib mengetahui datum, spesifikasi alat, serta kapal apa yang akan digunakan dalam kegiatan survei nantinya. Hal-hal tersebut wajib diketahui oleh surveyor dikarenakan nantinya faktor-faktor tersebut akan sangat mempengaruhi proses-proses selanjutnya seperti pengakuisisian dan pemrosesan data. Pada tahap ini, surveyor men-set sebuah project baru pada QINSy dengan menggunakan menu "Setup". Selanjutnya secara ringkas pada menu setup tersebut surveyor akan menentukan datum apa yang akan digunakan, kapal apa yang akan digunakan untuk keperluan penentuan offset kapal, serta penentuan jenis-jenis alat apa saja yang akan digunakan. Secara umum, setiap dilakukan survei hidrografi, alat-alat yang digunakan tidak berubah yaitu MBES, gyro compass, MRU, SBES dan sound velocity, yang berubah hanyalah jenis-jenis alat pada masing-masing sistemnya saja. Jenis alat dengan spesifikasi tertentu inilah yang harus diperhatikan oleh surveyor agar tidak salah memasukkan data spesifikasi alat. 3.3.2 Saat Survei Sedang Dilakukan Setelah sebuah project baru selesai dibuat oleh surveyor saat sebelum survei dilakukan, selanjutnya saat kegiatan survei berlangsung surveyor melakukan pengecekan apakah format yang sudah di set dalam menu "setup" tersebut dapat diterima oleh QINSy. Apabila format tersebut diterima oleh QINSy, maka dalam menu "display" akan tertera warna hijau untuk selanjutnya dapat dilakukan pengakuisisian data. Pada saat survei berlangsung ini setelah surveyor mengaktifkan menu "online" pada QINSy maka data akan secara otomatis masuk dan surveyor harus memantau data yang masuk ini apakah ada kesalahan atau tidak. Surveyor juga diharuskan memantau alat-alat yang sedang online selalu menginput data atau mendadak offline. 31

Apabila terdapat alat yang tiba-tiba offline, surveyor harus langsung melaporkan kejadian tersebut kepada engineer terkait untuk segera dapat dilakukan pengecekan alat. Pemantauan ini dapat dilakukan di menu "alert display". Selain hal-hal diatas, surveyor juga diharuskan untuk selalu memastikan kapal berada pada jalur survei yang sudah ditentukan sebelumnya. Pada kegiatan ini surveyor berkoordinasi langsung dengan kapten kapal untuk memantau pergerakan kapal dan langsung memberi tahu kapten kapal apabila kapal tiba-tiba berubah jalur. Pada praktiknya saat kegiatan survei berlangsung terdapat dua monitor yang saling berintegrasi satu sama lain, satu monitor untuk surveyor memantau jalur survei dan online-nya alat, satu monitor lainnya untuk kapten kapal untuk mengikuti jalur survei yang sudah ditentukan oleh surveyor. Pemantauan ini dilakukan pada menu "navigation display" pada QINSy. Pada saat pencatatan data, semua data yang masuk langsung tersinkronisasi dalam suatu database yang terletak pada folder "DB file" yang otomatis dibuat oleh QINSy setelah dilakukan pen-setup-an data. Data pasut air laut dan sound velocity juga dimasukkan untuk keperluan pemrosesan data selanjutnya. Gambar 3.6 di bawah memperlihatkan folder-folder yang otomatis dibuat oleh QINSy setelah dilakukan pengambilan data. Gambar 3.6 Folder yang otomatis dibuat oleh QINSy 32

Setelah seluruh data dari jalur survei yang telah ditentukan diperoleh, maka untuk sementara kegiatan survei telah selesai untuk selanjutnya dilakukan pemrosesan data secara lebih lanjut. 3.3.3 Setelah Kegiatan Survei Selesai Dilakukan Pada tahapan ini sudah diperoleh hasil dari pengukuran pasang surut dan pengukuran sound velocity yang dilakukan saat berlangsungnya survei. Mengenai pengamatan pasang surut, pengamatan pasang surut dilakukan selama 4 hari yaitu dari tanggal 6-10 April 2012 dengan selang waktu pengambilan data setiap 10 menit. Pengamatan pasang surut ini dilakukan dengan menggunakan RBR tide gauge R-1050HT yang diletakkan pada koordinat 582463.82 m E dan 9902305.44 m N. Grafik dari pengamatan pasang surut ini sendiri dapat dilihat pada Gambar 3.7. dimana pada grafik tersebut sumbu x menunjukkan tanggal pengamatan dan sumbu y menunjukkan data kedalaman perairan Dari grafik tersebut dapat dilihat hasil pengamatan pasut di area survei terkait, pengamatan pasut tertinggi adalah pada kedalaman 71.72 m dan terendah 69.41 m. Berdasarkan hitungan yang dilakukan nilai MSL yang didapatkan dari pengukuran di lapangan ialah sebesar 70.1 m. Nilai tertinggi dan nilai terendah selama pengamatan ialah 1.35 m dan -1.56 m dimana CD Lokal adalah 1,58 m. Data dari pengamatan pasang surut ini dapat dilihat pada Lampiran A. Gambar 3.7 Grafik hasil pengamatan pasut 33

Sedangkan untuk pengukuran sound velocity, pengukuran dilakukan pada tanggal 16 Maret 2012 tepatnya pada pukul 05.55. Tujuan dari pengambilan data kecepatan suara ini sendiri adalah untuk mengetahui waktu tempuh gelombang suara secara akurat, sehingga akan dihasilkan nilai kedalaman yang akurat (Hasanudin, 2009). Data yang diperoleh ini selanjutnya dimasukkan ke dalam sistem yang digunakan untuk perekaman data. Grafik hasil pengukuran sound velocity dapat dilihat pada Gambar 3.8 di mana pada grafik tersebut sumbu x menunjukkan cepat rambat gelombang akustik (m/s) dan sumbu y menunjukkan kedalaman pengukuran (m) dan data sound velocity dapat dilihat pada Lampiran B. Gambar 3.8 Grafik hasil pengukuran sound velocity Dari grafik diatas dapat dilihat cepat rambat gelombang tiap perubahan kedalaman selalu berubah. Garis hijau pada grafik merupakan cepat rambat gelombang saat "pergi" (downward) dan garis biru adalah cepat rambat gelombang saat "pulang" (upward). Setelah kegiatan survei ini selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan pengolahan data kembali dengan menggunakan QINSy. Dari folder "Lapangan Morani" yang sudah dibuat sebelumnya. terdapat data dalam database file (.dtm) dimana kesuluruhan data 34

terkumpul dalam file data ini. Db file yang diperoleh harus difilter terlebih dahulu. Proses pemfilteran data ini dilakukan untuk membuang spike-spike yang ada pada data tersebut. Langkah-langkah selanjutnya setelah dilakukan pemfilteran database file adalah : 1) Pada QINSy pilih "manage new project", buat project baru dalam hal ini "project 1". 2) Setelah itu secara otomatis akan terbentuk folder "project 1" yang berisikan beberapa folder lagi diantaranya adalah folder database dan dtm data (Gambar 3.4). 3) Copy semua data di db file yang telah difilter ke folder "database" di project 1. 4) Buat Digital Terrain Model (DTM) dari database tersebut dengan cara pada menu QINSy, tekan tombol "Replay" lalu select file-file yang akan dibuat DTMnya. 5) Selanjutnya DTM akan terbentuk secara otomatis ditandai dengan munculnya file-file berformat qpd pada folder "DtmData". Gambar 3.9 Tampilan Isi Folder "Project 1" 6) Pilih menu "processing manager" lalu untuk memroses data pasang surut dan sound velocity masing-masing di "tide data manager" dan "SV processor". Apabila pemrosesan data sudah selesai, maka secara otomatis akan terbentuk file.svp pada folder "project 1". 7) Setelah hal-hal diatas selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan data cleaning. Pada console processing manager, pilih file qpd yang akan di-cleaning lalu tekan Validator atau klik tombol 8) Tahapan cleaning data selanjutnya dapat dilihat pada gambar-gambar dibawah : 35

Gambar 3.10 Pilih DTM yang berada dalam satu jalur survei Gambar 3.11 Define line tepat di tengah area survei Gambar 3.12 Salah satu area yang akan di-cleaning Gambar 3.13 Setelah proses cleaning data 36

9) Setelah data selesai 'dibersihkan' di validator, selanjutnya buka QLOUD untuk dilakukan proses shifting. Proses ini wajib dilakukan dikarenakan pengaruh pasut, data kedalaman yang diperoleh berbeda-beda pada tiap jalur surveinya. Shifting ini dilakukan untuk mereduksi perbedaan data kedalaman yang diperoleh akibar pengaruh pasut tersebut. Proses ini dapat dilihat dari gambar-gambar di bawah : Gambar 3.14 Salah satu line survey yang belum di-shifting Gambar 3.15 Shifting dilakukan dengan menghitung kedalaman tiap line survey untuk disamakan kedalamannya Gambar 3.16 Setelah dilakukan proses shifting 37

10) Proses shifting dilakukan sebanyak-banyaknya agar diperoleh penggambaran daerah survei yang maksimal. Setelah proses ini selesai dilakukan, export file ke grid files maupun ASCII agar dapat diproses selanjutnya. 11) Pada QINSy, buka sounding grid utility agar dapat diperoleh file.tif. 12) File.tif inilah yang merupakan hasil akhir (semu) dari pengolahan data untuk mendapatkan penggambaran dasar laut yang nantinya diperlukan untuk menentukan rute pemasangan pipa gas bawah laut di Lapangan Morani. Secara umum, tahapan pengolahan data dengan menggunakan QINSy dapat dilihat pada diagram alur di bawah (Gambar 3.17) Project Database Files Filtering DTM Tide Sound Velocity Processing Manager Post Data Prosesing di Qloud Shifting Erase Export file ke geotiff / ASCII Final Image Gambar 3.17 Diagram alur pengolahan data 38

3.4 Hasil yang Diperoleh Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak QINSy 8.0, diperoleh hasil penggambaran penampang dasar laut yang dapat dilihat dari gambar 3.18 sampai 3.20. Secara umum dari gambar dibawah dapat dilihat bahwa area survei di bagian selatan terlihat cukup datar (smooth) dan mulai tidak smooth di bagian utara area survei dimana terdapat koral-koral yang terbentuk secara alami dengan kedalaman maksimal yang dapat terlihat mencapai 90 m dan kedalaman minimal 50 m. Gambar 3.18 Penampang area Survei sebelum di "erase" 39

Gambar 3.19 Area Survei setelah di-erase di Qloud 40

Gambar 3.20 Area Survei yang lebih jelas (file.tif) 41