BAB I PENDAHULUAN. atau pengadaan obat. Berdasarkan Undang-undang kesehatan No.36 tahun

dokumen-dokumen yang mirip
PENGADAAAN ALAT KESEHATAN DAN OBAT-OBATAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. paling utama, oleh karena itu kesehatan termasuk dalam kepentingan yang

BAB I PENDAHULUAN. optimalnnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan

KEBIJAKAN OBAT NASIONAL (KONAS) Kepmenkes No 189/Menkes/SK/III/2006

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT DAERAH MENTERI DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan

I. PENDAHULUAN. pengadaan barang seperti pengadaan fasilitas gedung pada suatu instansi

PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

: Sekretaris Daerah Kota Medan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Competitiveness Report Seperti halnya laporan tahun-tahun sebelumnya,

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14.1 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. (Maryati, Ulfi dan Endrawati, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Terjadinya krisis pada tahun 1996 merupakan faktor perubahan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. negara yang utama. Lebih kurang 70% APBN bersumber dari pajak. Oleh

2013, No

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sejalan dengan menguatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

a. bahwa balai pengobatan dan rumah bersalin merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Good Governance and Clean Government) adalah kontrol dan. pelaksana, baik itu secara formal maupun informal.

PERSEPSI KARAKTERISTIK INDIVIDU TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN. (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Surakarta) SKRIPSI

KOTA SURAKARTA KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KUPA) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 6 TAHUN TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan pertumbuhan bisnis nasional. Dalam melakukan pengadaan barang

Prinsip-Prinsip Penganggaran

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Provinsi Jawa Timur

Korupsi tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara negara, tetapi juga melibatkan pihak lain, sehingga merusak

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Mardiasmo, 2009). untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN. Oleh : Aep Nurul Hidayah (RKM ) Rekam Medis dan Informasi Kesehatan POLITEKNIK TEDC BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelihara kerena bermanfaaat bagi pasien, dokter dan rumah sakit. pengobatan dan perawatan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2 Ruang lingkup Penyelenggara Pelayanan Publik merupakan salah satu aspek penting yang perlu dijabarkan agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penerap

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BUPATI MUSI RAWAS UTARA

BUPATI PONTIANAK, NOMOR 19 TAHUN 2013 DI PUSKESMAS DAN RSUD DENGAN STATUS NON BLUD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Republik Indonesia Nomor 1820);

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengingat kondisi keuangannya yang tidak mencukupi untuk berobat ke dokter.

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

PERAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAH DAERAH 1. Dr. H. Harry Azhar Azis, M.A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

Gambar 1 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Bulanan ke Indonesia Tahun (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, 2013)

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi akan memberikan dampak negatif berupa kesenjangan derajat kesehatan

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

Tata Kerja Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Cilacap;

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UUD 1945 dalam konstitusinya mengakui bahwa Kesehatan merupakan salah satu hak dasar manusia di Indonesia. Sebagai perwujudan dari perlindungan hak atas dasar tersebut, Negara juga bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan Kesehatan yang layak termasuk ketersediaan atau pengadaan obat. Berdasarkan Undang-undang kesehatan No.36 tahun 2009 disebutkan bahwa pemerintah akan menjamin atas pemerataan, ketersediaan, dan keterjangkauan perbekalan kesehatan terutama dalam obat esensial. Ketersediaan perbekalan kesehatan ini dilakukan melalui kegiatan salah satunya pengadaan obat-obatan. Undang Undang No. 22 tahun 1999 dan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 yang dikutip oleh (Iswahyudi 2007) tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa bidang kesehatan adalah salah satu dari enam belas urusan yang merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Propinsi. Dalam surat edaran Menteri Kesehatan No 1107/Menkes/E/VII/2000 menyebutkan bahwa kewenangan minimal yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota dalam suatu bidang Kesehatan yang salah satunya adalah perencanaan dan pengadaan obat pelayanan kesehatan dasar essensial. 1

2 Pengadaan obat-obatan didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, yang saat ini Pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mengubah penunjukan langsung dalam pengadaan obat-obatan, alat kesehatan dan distribusi bahan obat di Departemen Kesehatan karena dasar penunjukan langsung menutup kompetensi dan efisiensi pengadaan barang dan jasa Pemerintah. Tetapi dalam prakteknya terjadi banyak kasus-kasus yang muncul berkaitan dengan pengadaan salah satunya pengadaan obat-obatan, bahkan korupsi dalam bidang kesehatan ini juga menjadi sorotan bagi suatu lembaga melalui Global Corruption Report 2006 dengan special focus: Corruption and Health. Transparency International menyoroti karakteristik dalam sistem kesehatan yang bisa menyebabkan terbukanya peluang dan potensi terhadap terjadinya suatu korupsi, antara lain: 1. An Imbalance of Information, antara tenaga kesehatan dengan pasien maupun antara perusahaan obat dan perbekalan kesehatan dengan panitia pengadaan obat. 2. The uncertainty in health market, misalnya dalam suatu situasi darurat dapat menyebabkan Pejabat Pemerintah yang berwenang akan mengambil kebijakan untuk pengadaan barang dan jasa tetapi tidak mengikuti aturan yang berlaku. 3. The complexity of health system, dimana terjadi hubungan saling menguntungkan dan keterkaitan kepentingan antara rekanan pengadaan

3 perbekalan kesehatan dan obat dengan penyedia pelayanan kesehatan dan pengambil keputusan (pejabat Pemerintah). 4. Transparency International juga menggambarkan bentuk-bentuk korupsi di sektor kesehatan sebagai berikut : a. embezzelement and theft, misalnya penggelapan di berbagai titik alokasi anggaran atau pencurian terhadap logistik obat dan perbekalan kesehatan serta digunakannya peralatan medis milik Pemerintah untuk kepentingan pribadi atau untuk praktek swasta. b. Corruption in procurement, misalnya adanya kolusi, penggelembungan anggaran, suap, tidak terpenuhinya spesifikasi perbekalan kesehatan dan logistik obat yang dipersyaratkan sesuai program yang telah ditetapkan. c. corruption in payment system, misalnya memanipulasi dan pemalsuan dokumen asuransi untuk kepentingan pasien-pasien tertentu, tidak sahnya tagihan biaya perawatan, obat dan alat kesehatan fiktif dan lain sebagainya. d. corruption in the pharmaceutical chain, misalnya pelanggaran etika pemasaran obat dengan memberikan insentif tertentu kepada institusi rumah sakit atau dokter. e. corruption at the point of health service delivery, misalnya memberi atau menerima pemberian untuk pelayanan kesehatan yang seharusnya gratis, memberi atau menerima suap untuk kepentingan keluarnya izin, sertifikasi dan akreditasi bagi fasilitas suatu pelayanan kesehatan.

4 Rentannya dalam kegiatan pengadaan untuk menjadi suatu ladang KKN membutuhkan perhatian khusus terlebih dikarenakan kegiatan pengadaan ini menggunakan berbagai sumber anggaran seperti : 1. APBN : Program Kesehatan, Program Pelayanan Keluarga Miskin 2. APBD I 3. Dana Alokasi Umum (DAU)/ APBD II 4. Sumber-sumber lain Sehingga menjadi bagian dari penggunaan keuangan Negara yang harus dipertanggungjawabkan, maka BPK juga melakukan pemeriksaan atas kegiatan pengadaan salah satunya pengadaan obat-obatan. Kurang adanya pengawasan yang cukup baik terhadap pengadaan obat-obatan yang dapat memungkinkan terjadinya tindakan korupsi. Bertitik tolak dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat sebuah judul mengenai: Analisis Sistem dan Prosedur Pengadaan Obat-Obatan Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. 1.2 Ruang Lingkup Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar permasalahan yang diteliti lebih terfokus pada tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar pembaca dapat memahami masalah yang dimaksud, sehingga tidak menyimpang pada masalah yang lain. Ruang lingkup masalah dalam penulisan ini yang akan diteliti adalah Sistem dan prosedur pengadaan obat-obatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara.

5 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah penerapan sistem dan prosedur pengadaan obat-obatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai kesesuaian antara aktivitas dengan sistem dan prosedur pengadaan obat-obatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara dengan tujuan sistem pengendalian intern. 1.5 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan yang lebih konkrit bagi lembaga legislatif, pemerintah, para praktisi ekonomi, praktisi kesehatan dan masyarakat mengenai sistem dan prosedur pengadaan obat. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi peneliti diharapkan untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh mengenai semua informasi yang telah diberikan dinas terkait, khususnya masalah yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

6 b. Diharapkan hasil penelitian ini bagi dinas terkait dapat dijadikan informasi dan masukan bagi dinas terkait, sebagai penentuan kebijakan diperiode yang akan datang. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai skripsi akan penulis jelaskan sistematika secara singkat. Bab I : Pendahuluan Merupakan awal dari penyusunan Skripsi yang menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Ruang Lingkup Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi. Bab II : Tinjauan Pustaka Menguraikan Landasan Teori yang dipakai acuan penulis dalam membahas masalah yang diteliti dan bahasan hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, ditambah kerangka penelitian. Bab III : Metode Penelitian Meliputi : Jenis dan Sumber Data, Metode Pengumpulan Data dan Metode Analisis Data. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Berisi tentang Gambaran Umum Organisasi, Penyajian Data, Analisis Data dan Pembahasan.

7 Bab V : Kesimpulan dan saran Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi yang berisi kesimpulan dan saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan serta penutup.