Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih kita kenal sebagai bunuh diri atau disebut juga jisatsu. Jisatsu merupakan suatu bentuk bunuh diri yang dilakukan karena adanya rasa bersalah atas melakukan suatu hal yang dapat membuat dirinya malu. Rasa bersalah dan malu tersebutlah yang menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat Jepang tertentu. Jisatsu dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pertama, jisatsu yang terjadi pada pria yang disebabkan oleh kepribadian seseorang, hubungan keluarga, masalah keuangan dan yang kedua, jisatsu yang terjadi pada wanita yang disebabkan oleh status perkawinan, kekacauan dalam asmara dan lainlain. Bunuh diri sebagian besar menimpa golongan dewasa dan alasan mereka bunuh diri tidak hanya disebabkan oleh rasa bersalah dan malu akan tetapi juga karena penyakit yang tidak kunjung sembuh. Penyakit yang tidak kunjung sembuh berhubungan dengan segi psikologi. Dimana ada faktor-faktor yang bisa lebih menjelaskan karena apa mereka bunuh diri. Seperti faktor ketergantungan, kecemasan, dan juga depresi. Teori psikologi yang saya gunakan dalam bab tiga nanti adalah teori psikoanalisa kecemasan oleh Sigmund Freud (2007), teori ketergantungan oleh James Morrison (1996), dan teori depresi oleh Philip L. Rice (1992). Teori psikoanalisa kecemasan Sigmund Freud menjelaskan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan afektif yang tidak menyenangkan dan perasaan tersebut disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Teori ketergantungan James Morrison menjelaskan bahwa 1
kedekatan sebuah hubungan menimbulkan ketergantungan. Kedekatan dalam penjelasan James Morrison akan saya hubungkan dengan teori cinta kasih oleh Robert Sternberg (2007), dimana awal kedekatan sebuah hubungan itu bermula dari rasa sayang atau cinta kasih. Dengan adanya cinta kasih yang menimbulkan kedekatan tersebutlah ketergantungan itu dapat tercipta dengan sendirinya tanpa dapat disadari. Teori depresi menurut Philip L. Rice menjelaskan bahwa depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Berdasarkan teori psikologi di atas, saya akan menganalisis penyebab bunuh diri tokoh Naoko dalam novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami. Alasan saya mengapa memilih topik bunuh diri melalui sebuah novel karena di Jepang sendiri telah merebak peristiwa bunuh diri dan telah menjadi sebuah fenomena yang menarik. Disebut sebagai fenomena yang menarik karena negara Jepang merupakan salah satu negara yang angka kematiannya sangat tinggi karena bunuh diri. Tingginya angka kematian karena bunuh diri ini telah menjadi perhatian negara-negara di luar Jepang. Orang Jepang pada umumnya mudah sekali mengambil jalan pintas untuk mengatasi masalah-masalah hidupnya. Tekanan dari masalah hidup dapat menimbulkan depresi yang memicu mereka untuk melakukan hal-hal yang negatif termasuk bunuh diri. Bunuh diri ada yang dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan menjatuhkan diri dari gedung bertingkat, menabrakkan diri pada kereta dan juga gantung diri. Ada banyak teori bunuh diri. Salah satunya yang kerap menjadi acuan dalam analisis saya adalah teori bunuh diri yang diajukan oleh Iga dalam Adhana (2007), mengelompokkan bunuh diri menjadi tiga hal dipandang dari sudut pandang 2
psikologinya yaitu 1)sifat kepribadian, 2) keadaan emosi, 3) dorongan jiwa, 4) gangguan pada pola kesadaran, 5) Mekanisme penyesuaian diri yang tidak efektif dan pola yang tidak dapat berubah-ubah. Sifat kepribadian yaitu berupa kecintaan pada diri sendiri, rasa ketergantungan dan pembalasan dendam secara nyata atau memikirkan tentang penyerahan diri. Keadaan emosi yaitu berupa kemarahan dan depresi. Dorongan jiwa yaitu berupa keinginan untuk membunuh, keinginan untuk dibunuh atau keinginan untuk mati dan keinginan untuk lahir kembali. Gangguan pada pola kesadaran yaitu berupa sesuatu yang berakhir dengan kekacauan. Dan yang terakhir adalah mekanisme penyesuaian diri yang tidak efektif dan pola yang tidak dapat berubah-ubah. Teori bunuh diri di atas akan saya gunakan untuk menganalisis bunuh diri tokoh Naoko. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai teori yang telah saya sebutkan semua di atas maka saya akan menjelaskan secara rinci lagi mengenai teori psikoanalisa kecemasan Sigmund Freud, teori ketergantungan James Morrison, teori depresi Philip L.Rice dan terakhir adalah teori bunuh diri Mamoru Iga dalam skripsi Ashri Adhana. 1.1.1 Ringkasan Cerita dari Novel Noruwei no Mori Karya Haruki Murakami Kisah ini berawal dari Toru Watanabe ketika mendengarkan Noruwegian Wood karya Beatles, dia terkenang akan Naoko, gadis cinta pertamanya yang merupakan kekasih dari sahabat karibnya, Kizuki. Lalu serta merta dia terlempar ke dalam masa-masa kuliah di Tokyo. Dia terhanyut dalam dunia pertemanan yang pelik, seks bebas, nafsu-nafsu, dan rasa hampa hingga ke masa seorang gadis badung bernama Midori yang telah berhasil memasuki relung kehidupannya sehingga dia harus memilih antara masa lalu dan masa depannya. Masa lalunya yang kelam dimana dia harus kehilangan Naoko, gadis cinta pertamanya dan kehilangan satu-satunya sahabat karib baginya, Kizuki. Dua orang 3
terdekat Watanabe meninggal secara diam-diam dan terbungkus rapi telah membuat hidupnya menjadi berantakan serta merasakan kehampaan yang begitu pekat dan sedih yang teramat sangat. Sebelum kehilangan Naoko, Watanabe juga mencintai seorang gadis bernama Midori, teman kuliahnya. Bukan hanya mencintai, gadis tersebut juga telah tidur dengannya. Selain Midori, Naoko adalah wanita pertama yang melakukan hubungan seks dengan Watanabe. Gelora cinta Watanabe penuh dengan saat-saat yang memilukan dan kesadaran akan naluri kehidupan bahkan naluri kematian. Novel ini juga menyimpan kisah komedi yang terjadi pada saat Watanabe memasuki kuliah dan bertemu dengan teman satu asramanya yang aneh bernama Kopasgat. Dia juga mengenal Nagasawa, seorang lelaki yang mempunyai peranan penting dalam asramanya. Nagasawa juga orang pertama yang membawanya ke dunia luar untuk menikmati kesenangan semu yakni meminum minuman beralkohol dan banyak tidur dengan perempuan yang ada di dalam sebuah bar. Semua ini Watanabe lakukan hanya untuk menutupi kekosongan hati beserta hidupnya karena tidak mengerti akan perasaan yang ia rasakan terhadap Naoko. 1.1.2 Tokoh Naoko Dalam novel Noruwei no Mori, tokoh Naoko diberi gambaran sebagai seorang gadis cantik yang sifatnya terkadang tidak dapat diterka. Pada saat dia ingin bicara maka semua yang ingin dibicarakan akan diutarakan dengan kata-kata yang sangat banyak dan seolah tak akan berhenti bicara hingga apa yang ingin dibicarakannya tersampaikan. Namun jika dia tidak sedang ingin bicara maka dia akan menutup mulutnya rapat-rapat dan akan diam seribu bahasa. Bisa dikatakan juga dia seorang periang. Sejak kecil selalu disayang oleh kakak perempuannya. Namun secara mendadak kakak perempuannya 4
meninggal bunuh diri dengan cara gantung diri. Naoko merasakan ketakutan yang teramat sangat dan ketakutan tersebut menimbulkan sebuah kecemasan. Naoko sangat kehilangan dan tersiksa batinnya karena kematian kakak perempuannya. Setelah kematian kakak perempuannya, Naoko merasakan ada sesuatu yang mati dalam dirinya sehingga selama tiga hari sesudah itu, dia tidak dapat berbicara dan hanya terbaring di tempat tidur dengan mata saja yang tetap terbuka. Peristiwa menyedihkan kembali terjadi dimana Kizuki, kekasihnya yang juga merupakan sahabat bagi dia satu-satunya meninggal dengan bunuh diri juga. Kizuki meninggal dengan cara menyambungkan selang karet pada pipa knalpot mobil dan merapatkan jendela mobilnya dengan lakban lalu mesin dibiarkan terus hidup. Sejak dua peristiwa menyedihkan itu menimpanya, Naoko merasakan ada yang aneh dalam dirinya. Bukan masalah kecil yang menggeluti hidupnya melainkan merupakan masalah besar karena telah kehilangan dua orang terdekatnya. Dia merasa kaget dan depresi berkepanjangan serta berpikiran tidak akan pernah bisa sembuh dari penyakit jiwanya ini. Namun dengan adanya keberadaan Watanabe, dia sanggup bertahan untuk tetap melanjutkan hidup meskipun hidupnya selalu diwarnai dengan ketakutan juga kecemasan karena kehilangan kakak perempuannya dan juga Kizuki. Naoko pada saat berumur 20 tahun untuk pertama kalinya melakukan hubungan seks dan hal itu dilakukannya bersama Watanabe. Setelah seks pertamanya, dia memutuskan untuk pergi ke kampung halamannya dan memilih untuk tinggal di sebuah tempat rehabilitasi dan menenangkan jiwa beserta pikirannya. Namun semua usaha yang dia lakukan gagal. Apapun yang dia lakukan, dia akan selalu terkenang akan dua peristiwa menyedihkan tentang kehilangan orang terdekatnya dan untuk menyelesaikan semuanya itu, Naoko 5
memilih untuk bunuh diri dengan cara yang sama seperti kakak perempuannya yaitu gantung diri. 1.2 Rumusan Permasalahan Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah saya ingin menganalisis penyebab bunuh diri tokoh Naoko dari perspektif psikologi dalam novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami. 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Pada penelitian ini, saya membahas perilaku tokoh Naoko dalam novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami. Dalam novel ini banyak menggambarkan tindak tanduk tokoh Naoko yang memilih bunuh diri sebagai jalan keluar dari masalahnya. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan saya meneliti kasus bunuh diri ini karena saya ingin mencari tahu apa penyebab tokoh Naoko memilih bunuh diri sebagai jalan keluar permasalahannya. Manfaatnya adalah kita dapat mengetahui lebih jauh lagi faktor-faktor apakah yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan tindak bunuh diri. Gambaran faktor penyebab bunuh diri dapat kita lihat pada tokoh Naoko yang akan saya teliti dalam skripsi ini. 1.5 Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, saya sebagai penulis menggunakan metode kajian kepustakaan, yaitu dengan membaca, meringkas, mengutip, dan membuat kesimpulan 6
berdasarkan buku yang saya jadikan acuan untuk mendukung penelitian ini. Buku acuan saya dapatkan dari perpustakaan The Japan Foundation seperti korpus data yang berupa novel Noruwei no Mori dalam bahasa Jepangnya. Untuk mengkaji dan menganalisis data-data, saya menggunakan metode deskriptif analisis. Salah satunya teori psikoanalisa kecemasan yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. 1.6 Sistematika Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menguraikannya ke dalam lima bab dengan sistematika pembahasan dan aturannya agar pembaca lebih mudah untuk memahami dan bahkan mengerti inti dari pembahasan skripsi ini. Dalam Bab 1 pendahuluan, penulis menguraikan mengenai latar belakang penelitian mengenai gaya serta ritual penghancuran diri di Jepang seperti apa, macammacam bunuh diri yang lebih dikenal sebagai jisatsu dan menjelaskan apa yang dimaksud dengan bunuh diri secara umum, perumusan permasalahan mengenai faktor penyebab tokoh Naoko memilih bunuh diri sebagai jalan keluar, ruang lingkup penelitian adalah novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami, tujuan dan manfaat dari penelitian adalah mencari tahu faktor penyebab bunuh diri tokoh Naoko dan mengetahui bunuh diri lebih jauh lagi dari artinya secara umum serta macam-macamnya. Dalam Bab 2 landasan teori, penulis memberikan penjelasan secara lengkap mengenai teori yang bersangkutan dengan penelitian yang didapat dari kajian metode kepustakaan serta melalui internet dalam sebuah situs internet sebagai data pendukung untuk menyusun dan membahas analisis saya pada bab tiga berikut ini. Dalam Bab 3 analisis data, berisi analisa kalimat per kalimat mengenai faktor penyebab bunuh diri tokoh Naoko dalam perilakunya serta pengungkapannya. Kutipan 7
tersebut akan dihubungkan dengan teori yang sesuai. Untuk faktor penyebabnya menggunakan teori psikologi dan salah satunya adalah teori psikoanalisa kecemasan oleh Sigmund Freud. Menganalisis secara berhubungan dimulai dari ketergantungan, kecemasan, depresi lalu bunuh diri pada tokoh Naoko dalam novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami. Dalam Bab 4 Simpulan dan Saran, berisi mengenai kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh penulis dari hasil analisis faktor penyebab bunuh diri pada tokoh Naoko berdasarkan dari novel Noruwei no Mori. Pada bab ini juga berisikan saran bahwa menjalani kehidupan itu masih ada beragam cara namun tidak dengan cara bunuh diri untuk menyelesaikan masalah kehidupan kita. Kematian memang akan datang pada siapa saja namun bunuh diri bukanlah jalan yang baik untuk mencari sebuah penyelesaian atau jalan keluar dalam sebuah masalah. Dalam Bab 5 Ringkasan, merupakan bab penutup atau bab terakhir, dimana bab ini menyajikan tentang ringkasan skripsi penulis secara keseluruhan mulai dari latar belakang penelitian, rumusan permasalahan serta tujuan penelitian dan hasil penelitian tersebut. Bab ini juga berisikan garis besar cerita tokoh Naoko dalam novel Noruwei no Mori serta ringkasan ceritanya dari awal hingga akhir. 8