BAB III ANALISIS SOSIOLOGIS KEHIDUPAN SOSIAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NORWEGIAN WOOD KARYA HARUKI MURAKAMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISIS SOSIOLOGIS KEHIDUPAN SOSIAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NORWEGIAN WOOD KARYA HARUKI MURAKAMI"

Transkripsi

1 BAB III ANALISIS SOSIOLOGIS KEHIDUPAN SOSIAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NORWEGIAN WOOD KARYA HARUKI MURAKAMI 3.1 Sinopsis Cerita Novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami Novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami menceritakan tentang Watanabe Toru seorang pria yang berumur 37 tahun yang baru saja tiba dari Jerman. Norwegian wood adalah judul lagu The Beatles yang terkenal pada tahun 1960-an. Seluruh remaja pada saat itu, menggemari lagu-lagu dari band tersebut, tak terkecuali oleh seorang yang bernama Naoko. Gadis ini selalu mendengarkan lagu ini di setiap kesempatannya. Lagu inipula yang mengingatkan Watanabe akan gadis yang pernah menjadi kekasihnya. Kisahnya terjadi pada tahun Kurun waktu 2 tahun yang menjadi memori masa remaja. Naoko sebenarnya adalah kekasih Watanabe, Kizuki yang tewas bunuh diri menghirup asap knalpot mobil di usia 17. Kematian tragis itu meninggalkan luka psikologis kepada Naoko dan Watanabe. Hal tersebut membuat keduanya menjadi lebih dekat. Sebagaimana dialami oleh remaja biasanya, mereka juga mengalami masa-masa sulit sebagai remaja : pergaulan, beban pelajaran, beban orang tua, tuntutan orang tua agar menjadi murid terbaik, asmara dan masalah-masalah lainnya. Problem khas remaja itu terjadi pada banyak pribadi lalu menjadi tekanan yang tak tertahankan. Banyak dari remaja itu yang pada akhirnya mengalami gangguan kejiwaan dan memilih bunuh diri sebagai jalan menyudahi masalah tersebut. Beruntunglah Watanabe berhasil selamat dalam fase kehidupannya tersebut. Watanabe seorang yang berwatak pendiam, cenderung menyendiri dan agak asosial serta senang membaca karya-karya sastra novel dunia modern. Karena sifatnya yang tertutup, ia

2 hanya memiliki sahabat karib Nagasawa serta Kizuki sahabat SMA yang dahulu mati bunuh diri. Lain halnya dengan Naoko yang tidak bisa menerima kematian Kizuki. Pada akhirnya Naoko mengalami gangguan kejiwaan karena tidak mampu menahan penderitaan dan rasa cintanya kepada Kizuki. Naoko yang telah bersama-sama dengan Kizuki sejak 2 SD, merasa tidak mampu menjalani kehidupan tanpa Kizuki. Pada awalnya, Naoko dirawat pada sebuah tempat pengobatan khusus untuk penderita gangguan psikologi selama beberapa tahun, meski demikian Watanabe tetap rela menjenguknya sesekali serta mencintainya dengan tulus. Watanabe tetap menjalani kehidupan sebagaimana mestinya; dia menjadi seorang mahasiswa di perguruan tinggi negri. Meskipun hubungannya dengan Naoko terbilang sulit dan rumit, bukan berarti ia lalu tak bisa dekat dengan wanita lain. Malah untuk urusan kencan dan tidur dengan wanita, baginya bukan hal yang sulit. Seks bebas baginya bukan pantangan. Saat hubungannya dengan Naoko menemui hambatan, Watanabe bertemu dengan teman kelasnya Midori ; yang menawarkan kehangatan cinta. Midori yang mempunyai perangai periang, jujur dan terus terang, akhirnya membuat Watanabe merasakan hal yang lain. Watanabe merasa bimbang dipersimpangan. Bersama Naoko, cintanya berjalan dengan tenang, seperti sungai tanpa riak. Sementara dengan Midori hidup juga terasa nyaman. Kemudian pada beberapa waktu, Reiko,teman dari Naoko memberitahukan kepada Watanabe bahwa Naoko telah meninggal dengan car bunuh diri di hutan. Hal tersebut membuat watanabe semakin merasa linglung. Akhirnya Watanabe memutuskan untuk berkelana selama satu bulan. Ketika ia kembali ke Tokyo dan berkunjung dengan Reiko kembali. Dengan bercerita tentang Naoko dan Midori kepada Reiko, membuat Watanabe mengambil keputusan untuk bertemu dengan Midori dan menyatakan perasaan sesungguhnya.

3 3.2 Kehidupan Sosial tokoh Watanabe Dalam Novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami Diri manusia ternyata lebih kompleks dari apa yang dibayangkan sebelumnya, dalam artian bahwa manusia tidak sama seperti penampilan luarnya. Identitas, kepribaddian dan fungsi-fungsi mental lainnya sebenarnya lebih kompleks daripada penampilan luar seseorang. Manusia sejak bayinya, selalu mengusahakan kebutuhan-kebutuhan biologi dan naluriahnya. Dan sebagaimana dia tumbuh dewasapun manusia mulain mengendalikan dorongandorongan naluriahnya ini. Dorongan-dorongan tersebut direpresikan dalam alam pikiran tak sadar, dimana dorongan tersebut kadang menghasilkan, pembangkangan, obsesi dan lain sebagainya. Perkembangan-perkembangan dalam individu tersebut nyatanya mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini kebudayaan barat meluas semakin berkembang pesat. Hal ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya negara-negara asia yang bergaya hidup seperti kebarat-kebaratan seperti mabuk-mabukan, clubbing, memakai pakaian mini, berciuman ditempat umum hingga seks bebas seperti sudah lumrah. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Norwegian Wood ini dapat dikategorikan kedalam golongan masyarakat modern yang dapat dikatakan termasuk kedalam masyarakat konsumen. Media massa, kenikmatan dan seksualitas-seksualitas merupakan kata kunci yang ada di dalam masyaraka ini. Media massa menjadi mukjizat dalam acuan, kenikmatan dipahami sebagai penjelmaan kebebasan, dan tubuh manusia adalah objek konsumen yang utama. Konsumsi bukan lagi hal yang melibatkan kerja dan usaha melainkan hedonistic dan regresif. Maka masyarakat bukannya kehilangan citra ataupun bayangan dirinya, melainkan seluruh cermin tidak ada lagi. Yang hilang bukan apa yang tampak dari refleksi, melainkan refleksi itu sendiri, perspektif mengenai diri itulah yang lenyap. Seperti halnya yang terjadi

4 pada tokoh-tokoh di dalam novel ini, mereka kehilangan pegangan hidup dan tampaknnya ini berhubungan dengan hubungan manusia akan sesuatu diluar dirinya yang tidak atau belum teraih yang melampaui dan yang terjadi. 3.3 Analisis Interaksi Sosial Tokoh Utama Watanabe Watanabe dengan Naoko 1. Cuplikan (hal.28) Ya betul. Semua orang mengira aku adalah perempuan yang lemah gemulai. Padahal orang tidak tergantung pada penampilannya, katanya diimbuhi sedikit tawa... Aku betul-betul capai. Memalukan,ya. Maaf ya seharian aku terus membuatmu menemaniku. Tapi aku senang bisa mengobrol denganmu.) Analisis: Cuplikan diatas merupakan pernyataan sang tokoh utama Watanabe kepada teman dekatnya Naoko. Didalam kalimat cuplikan diatas, terdapat sebuah kalimat seharian aku terus membuatmu menemaniku, dari suatu pernyataan bisa digambarkan bahwa sang tokoh utama dan tokoh Naoko sering melakukan pertemuan langsung. Pertemuan langsung sendiri merupakan suatu syarat dalam terbentuknya hubungan baik suatu interaksi sosial. Hubungan mereka di dalam novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami cukup dekat. Mereka berdua sering bertemu. Seperti konsep interaksi sosial sendiri menurut Soekanto, interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yakni kontak langsung serta komunikasi. Kedua syarat tersebut telah dilakukan oleh kedua tokoh yakni Watanabe dan Naoko. Pertemuan yang sering dan cukup lama menyimpulkan bahwa interaksi tokoh Watanabe dan Naoko sangat terjalin dengan baik.

5 3.3.2 Watanabe Dengan Tokoh Midori 1. Cuplikan (hal. 258) Watanabe, apa kabarmu selama ini?. (...Jujur saja,aku tak pernah...kenapa? Apa aku tak punya pesona?) Belakangan ini kamu jarang kelihatan, beberapa kali aku meneleponmu, kata Midori. Ada keperluan apa? tak ada,sekedar merespon. Kalau tidak seperlunya ada apa saya mau pergi. Analisis: Cuplikan diatas merupakan pernyataan oleh tokoh Midori terhadap Watanabe.Midori menanyakan bagaimana mungkin Watanabe tidak pernah memikirkan tentang dirinya (Midori) sekalipun. Berdasarkan cuplikan diatas menjelaskan bahwa Midori dalam kesehariannya sering menelepon sang tokoh utama Watanabe, namun Watanabe enggan untuk menjawab telepon. Di akhir pernyataan cuplikan diatas juga dijelaskan ketika Watanabe bertemu secara tidak sengaja dengan Midori, sang tokoh Watanabe terkesa sangat cuek dan ingin segera mengakhiri pertemuan seperti tidak ingin basa-basi mengatakan satu patah katapun. Padahal dalam cuplikan diatas, jelas Midori menanyakan kabar sang tokoh, namun Watanabe bersikap begitu dingin dan tidak menanyakan kembali ataupun menjawab. Dalam konsep interaksi yang baik, adanya respon dari pihak lain atas apa yang dikatakkan sungguhlah sangat dibutuhkan. Hubungan interaksi tokoh Watanabe dengan Midori tidaklah begitu baik. Midori ingin sekali dekat dengan Watanabe, namun seakan-akan, cintanya bertepuk sebelah tangan.

6 Terlebih lagi dengan masih adanya hubungan Watanabe dengan Naoko membuat hubungan interaksi Watanabe dengan Midori tidak begitu akrab Watanabe Dengan Nagasawa 1. Cuplikan (hal 44) (Pada saat itu hanya ada satu orang di sekitarku yang pernah membaca Great Gatsby dan karena itu aku jadi akrab dengannya, bernama Nagasawa-san...) (aku dan dia pergi ke Shibuya atau Shinjuku lalu masuk ke bar atau tempat-tempat hiburan (tentu saja tempat-tempat yang biasa ia kunjungi), lalu mencari perempuan berdua,lalu mengobrol; kala itu aku betul-betul kagum pada bakatnya yang luarbiasa) ( Diantara orang-orang yang pernah kutemui sampai saat ini,kamulah yang paling lurus, dia menimpali. Dan dia membayarkan semuanya. Analisis: Cuplikan diatas terjadi di lingkungan asrama dan luar. Pada pertama kali saat Watanabe bertemu dengan Nagasawa di asrama barunya. Setelah itu hubungan pertemanan mereka menjadi lebih dekat karena mereka mempunyai hobi yang sama mengenai karangan karya sastra tempo dulu dan modern. Keakraban mereka pun semakin terjalin dengan seringnya mereka pergi keluar seperti ke bar-bar, tempat hiburan dan lainnya. Kedua antar tokoh ini juga memiliki kualitas komunikasi yang baik,karena adanya respon satu sama lain atas apa yang dilakukan ataupun yang dikatakkan. Syarat suatu interaksi dikatakkan baik pula telah dilakukan oleh kedua tokoh Watanabe dan Nagasawa di dalam novel. Hubungan interaksi kedua tokoh ini adalah persahabatan karib.

7 Pada novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami, ini tokoh-tokoh yang berperan dalam novel tersebut dengan dasar suasana dan dengan arena yang manusia tersebut harus terlibat, maka otomatis seorang individu sebagai anggota suatu masyarakat akan mempunyai banyak status berkaitan dengan keadaan atau elemen kebudayaan yang ada. Sebagai contoh, Watanabe sebagai seorang mahasiswa, Naoko sebagai seorang yang penyakitan, Reiko sebagai seorang guru dan lain sebagainya. Dari kenyataan tersebut maka status akan terikat pada peranata apa yang mengikat individu dalam arena tertentu. Pengambaran yang tampak dalam novel Norwegian Wood ini dalam interaksi sosial tokoh-tokohnya seakan-akan tokoh yangs satu dengan yang lain tetap berjarak. Meskipun akrab atau merupakan sahabat karib tetapi ada yang menjadi batas pergaulan atas privasiprivasi masing-masing. Seperti halnya yang dialami oleh beberapa tokoh yang memutuskan untuk bunuh diripun mereka merupakan seorang individu yang dapat dikatakan memiliki tingkat pergaulan yang sosialis, berpendidikan tinggi tetapi sangat tertutup soal pemikiran hati dan pikiran mereka. Pertemanan atau persahabatan antar individu masyarakat Jepang tetap pada tingkattingkat keakraban tertentu. Bagi mereka, hal-hal yang pribadi bisa mereka utarakan atau ceritakan pada sahabat mereka, akan tetapi tetap pada hal-hal pribadi yang umum. Untuk halhal pribadi yang khusus, seperti menyangkut perasaan terdalam, pikiran terdalam, mereka terkadang hanya menyimpannya untuk dirinya sendiri. Maka dari itu, anak-anak muda Jepang banyak yang memiliki buku harian atau tenggelam pada dunia maya. Tak lepas pula sering terjadi pertentangan dari peran-peran yang dilakukan oleh dua orang individu dalam satu arena interaksi. Pertentangan antar peran yang ada dalam individu berkaitan dengan pola yang ada dalam masyarakat dapat menjadi permasalahan yang dapat mengganggu pola yang sudah ada sebelumnya. Ketika berinteraksi, seseorang atau kelompok

8 sebenarnya tengah berusaha atau belajar bagaimana tentang memahami tindakan sosial orang atau kelompok lain. Sebuah interaksi sosial akan kacau bilamana antara pihak-pihak yang berinteraksi tidak saling memahami motivasi dan makna tindakan sosial yang mereka lakukan. Ketika berinteraksi denga orang, yang itu berarti seseorang tampil dipanggung depan maka yang ditampilkan adalah pernyataan yang diberikan sesuai dengan apa yang ingin dikesankan si pembaca. Sedangkan apabila seseorang berada dipanggung belakang, penyataan dan perilaku apapun yang ditampilak oleh si pembicara tidaklah menjadi persoalan. Seseorang atau kelompok yang telah mampu berempati dan menilai diri sendiri sesuai dengan pandangan orang lain disebut sebagai diri (the self). Diri diubah kemudian dibentuk melalui adanya interaksi dengan orang lain : seseorang tidak dilahirkan dengan identitas dan karakteristik yang telah menjadi, melainkan ia akan dibentuk melalui lingkungannya melalui simbol-simbol dan sosialisasi. Kemampuan untuk menyesuaikan perilaku seseorang sebagai tanggapan terhadap situasi-situasi sosial tertentu sebagai pengambilan peranan. 3.4 Penyimpangan Perilaku Kehidupan Sosial tokoh Watanabe Tindakan yang Nonconform Konsep perilaku menyimpang dalam tindakan nonconform ini dapat dikategorikan sebagai perilaku penyimpangan perilaku ringan. Hal yang dilakukan pada penyimpangan ini tidak langsung berefek kepada yang lain,selain si pelaku. Dalam novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami adapun tindakan nonconform yang terjadi yakni ; tidak menjaga kebersihan atau membuang sampah sembarangan, tidak menyahut ketika di absen, sengaja tidak mendengar ketika di

9 absen, memakai pakaian tidak sopan ke kampus serta menyalakan radio sekeraskerasnya di wilayah asrama. 1. Cuplikan (hal. 22) (... Karena kamar pria, kebanyakan sangat kotor. Di dasar tong sampah menempal sampah jeruk yang sudah bulukan, dibekas kaleng minuman yang sudah berubah fungsi menjadi asbak puntung rokok menggunung setinggi 10 centimeter dan kalau apinya masih menyala mereka memadamkannya dengan menyiramkan kopi atau bir,karenanya disitu tercium bau tengik.) Analisis: Cuplikan diatas menceritakan bagaimana tingkah serta perilaku anak-anak lelaki asrama di lingkungan Watanabe di dalam novel, yang dimana kebanyakan daripada anak lelaki asrama yang sama sekali tidak menjaga kebersihan lingkungan asrama. Jelas, apa yang dilakukan oleh para lelaki asrama ini merupakan suatu jenis perilaku menyimpang nonconform yang dimana, perilakunya tidak berefek ke orang lain,namun hanya ke si pelakupelaku sendiri, namun tindakannya tidak mematuhi aturan norma norma yang berlaku, yakni seperti ; menjaga lingkungan kebersihan. 2. Cuplikan (Hal.97) (...didalam ruangan kelas tersebut beberapa murid yang hadir dan seperti biasanya, sang dosen mengisi daftar absen kehadiran para mahasiswa yang hadir untuk beberapa saat. Satu persatu nama dipanggil,dan tak sedikit tidak mendengarkan sang dosen.. Hei, kenapa dalam kuliah tadi kamu tidak menyahut waktu di absen? tanya Watanabe kepada Nagasawa) Analisis:

10 Cuplikan ini adalah pernyataan Watanabe terhadap salah satu teman sekelasnya. Berdasarkan konteks cuplikan, Nagasawa sengaja tidak mendengarkan sang dosen dan tidak menyahut ketika dosen memanggil namanya padahal jelas dia berada di dalam ruangan kelas tersebut. Kesengajaan yang dilakukan oleh temannya ini masuk kedalam jenis perilaku menyimpang nonconform juga. Tindakan menyimpang yang dilakukan oleh orang-orang dalam novel ini tidak selalu merupakan tindakan menyimpang yang di asumsikan sebagai tindak kejahatan besar seperti merampok,membunuh dan lain-lain. Melainkan pula berupa tindakan pelanggaran kecil. Penyimpangan perilaku seperti ini dapat dikatakan sebagai bentuk ketidakpatuhan yang bersifat lebih kepada motivasi diri, kebiasaan dan ketidakpedulian. Tidak ada unsur tertekan ataupun depresi, melainkan condong terhadap ego diri. Jadi amatlah wajar bila perilaku-perilaku menyimpang seperti ini terkadang tidak terlalu dipersoalkan karena tidak terlalu membahayakan Tindakan yang Antisosial atau Asosial Tindakan yang anti sosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum. Di dalam novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami terdapat beberapa penyimpangan sosial yang terdapat di dalamnya, seperti seks bebas, mabuk, demonstrasi kampus lebian serta lainnya. 1. Cuplikan (hal.62) (...Waktu itu aku tidak mempunyai kata-katanya, tetapi setelah mencobanya ternyata memang mudah. Sangking mudahnya, aku jadi kurang bersemangat. Aku dan dia pergi ke Shibuya atau Shinjuku lalu masuk ke bar atau tempat-tempat hiburan (tentu saja tempattempat yang biasa ia kunjungi), lalu mencari perempuan yang sedang berduaan (dunia

11 memang penuh dengan perempuan yang berduaan), lalu mengobrol, minum sake, setelah itu masuk hotel dan berhubungan seks) Analisis: Cuplikan diatas merupakan perilaku yang dilakukan oleh tokoh Watanabe dengan salah seorang temannya yang bernama Nagasawa. Tindakan yang dilakukan kedua tokoh dalam novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami ini menegaskan pula dengan perilaku menyimpang asosial atau anti sosial. Dengan status masih mahasiswa, pergi ke tempat hiburan malam dan berhubungan seks jelas melawan segala norma-norma ataupun aturan masyarakat. Begitu gambalangnya digambarkan kehidupan sosial yang berkaitan dengan seks bebas serta minum berakohol ini ditangkap oleh sang penulis novel. Disini terlihat respon Watanabe terhadap pengaruh-pengaruh sosial yang terjadi di sekelilingnya. Penyimpangan ini jika di Indonesia termasuk kedalam penyimpangan normatif, didasarkan atas asumsi bahwa penyimpangan yang terjadi merupakan suatu pelanggaran dari suatu norma sosial. Norma dalam hal ini adalah suatu standar tentang apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dipikirkan, dikatakkan atau dilakukan oleh warga masyarakat pada suatu keadaan-keadaan tertentu. Mabuk itu sendiri dalam masyarakat Jepang bukanlah merupakan suatu hal yang ditabuhkan karena sudah menjadi suatu kebiasaan atapun tradisi, terutama sebagai pekerja pelepas stress dan penghilang beban. Sering pula dijadikan suatu tradisi dalam perayaan ataupun pesta. Mungkin pula hal ini lahir dari kekosongan kontrol ataupun kendali sosial. 2. Cuplikan (hal. 192)

12 Kenapa ia bunuh diri, tak seorang pun tahu alasannya. Sama dengan kasus Kizuki. Betul-betul persis. Usianya pun 17 tahun dan sebelumnya tidak memperlihatkan tanda-tanda akan bunuh diri, tidak ada surat wasiat. Sama, kan? Analisis: Cuplikan diatas merupakan pernyataan atas bunuh dirinya Naoko di tengah hutan. Dimana dijelaskan Naoko sendiri mengalami gangguan jiwa seperti terbeban berat akan hidup, kurang suka bersosial dan mudah menyerah. Hingga pada suatu hari,ia ditemukan telah mengakhiri hidupnya di tengah hutan. Segala alasan apapun mengenai bunuh diri, bunuh diri tetaplah merupakan tindakan menyimpang. Tindakan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh Naoko termasuk dalam jenis asosial ataupun anti sosial. Bunuh diri atas dasar apapun merupakan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan norma ataupun aturan-aturan masyarakat. Dalam kasus ini, bunuh diri merupakan hal yang dapat dikatakan tidak asing lagi dalam kehidupan di Jepang. Tekanan dan tujuan hidup biasanya menjadi alasan yang paling mendasar untuk melakukan hal tersebut. Pada novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami terdapat 3 novel yang meninggal karena bunuh diri, yang dimana menyisakan duka bagi orang yang ditinggalkannya dan tidak sedikit mengubah pola pikir mereka akan kehidupan. Kemungkinan yang mendasari rasa tertekan itu adalah keinginan dan impiann yang tidak terpenuhi, tak jarang pula karena akumulatif perasaan terasingkan dari lingkungan keluarga. Ini jelas menghilangkan motif pada anak untuk selalu berusaha patuh atau berada dalam lingkungan norma keluarga. Akibatnya lebih jauh adalah mereka cenderung untuk menolak dan melawan setiap aturan. 3. Cuplikan ( hal.292)

13 (...Tak ingin minum beer bersama? Sekedar menghabiskan malam itu bukanlah hal yang sulit, jikalau kita berdua bisa lakukan bu, respon Nagasawa. Ibu lesbian. Betul. Mau bagaimanapun menutupinya sampai matipun ibu tetap lesbian....) Analisis: Cuplikan diatas adalah percakapan antar seorang guru terhadap muridnya Nagasawa (teman asrama Watanabe). Pada saat itu, dalam pembicaraan yang cukup serius, terdapat penyimpangan sosial yang pertama yakni sang guru memberitahukan bahwa ia adalah penyuka sesama jenis,sehingga walau bagaimanapun sang murid menggodanya, ia akan tetap penyuka sesama jenis. Pernyataan yang dilemparkan sang guru,jelas termasuk kedalam jenis tindakan menyimpang asosial atau anti sosial. Terdapat juga penyimpangan yang kedua yakni, sang murid (Nagasawa) yang menggoda sang guru, mengajak minum beer dan menghabiskan malam. Dari pernyataan cuplikan diatas, perkataan sang murid jelas sudah menyimpang bagaimana mungkin seorang murid menggoda gurunya sendiri. Hidup seperti ini akhirnya menggiring manusia ke dalam jurang kehausan jiwanya. Seperti banyak yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami, kehausan yang bertanya akan keberadaan dirinya. Di satu sisi bisa saja dia menemukan dirinya sebagai satu unit sederhana, sepotong icon dalam relasi budaya yang tercipta. Atau juga kesadaran bahwa ia bukan hasil dari suatu esensi kepribadian, melainkan suatu proses terus-menerus yang dikonstruksikan dalam masyarakat. Hal ini dimana menunjukan peran kelompok dalam pembentukan kepribadian merupakan hal yang mendasar. Contoh kecil lainnya ; kelompok keluarga yang menurunkan nilai-nilai dan pola-pola pandangan hidup. Setidaknya sebagai pondasi

14 awalmeskipun pada akhirnya nanti terjadi proses pencampuran apa yang diterima dari luar dan keluarga. Segala sesuatu yang menjadi faktor umum tentu saja tidak akan berarti tanpa adanya faktor penerimaan dari individu yang bersangkutan. Dan semua hal yang dilakukan oleh individu sebenarnya bergantung pada sebuah nilai. Didalam masyarakat yang terus berkembang, nilaipun secara beriringan pun turut berubah. Pergeseran nilai dalam bentuk ini juga mempengaruhi pola pikir, eksistensi diri serta jalan hidup seseorang. Lewat proses-proses sosialisasi individu-individu masyarakat belajar memahami dan mengetahui tingkah. Artinya hanya lewat proses sosialisasi itulah, seseorang dapat menerima,memilah, dan membentuk dirinya sendiri. Pertamatama diaaktif menginterpretasikan makna dari apa-apa yang disampaikan kepadanya, atau apa apa makna yang dia saksikan atau hayati. Pada langkah selanjutnya dia aktif meresapkan dan mengorganisir hasil interpretasinya itu ke dalam ingatan,perasaan dan batinnya hingga pada perilaku.

15 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Setelah membahas mengenai tokoh utama Watanabe dan kehidupannya dalam skripsi yang berjudul Analisis Sosiologis Kehidupan Sosial tokoh Watanabe dalam novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Novel Norwegian Wood merupakan hasil karya Haruki Murakami yang menceritakan tentang bagaimana kehidupan sosial yang dilakukan oleh tokoh Watanabe. Dimana kehidupan sosial didalamnya sama seperti kehidupan anak muda lainnya. Mabukmabukkan, cabut pelajaran, tidak menjaga kebersihan asrama, segala tindakan menyimpang seperti nonconform dan asosial yang terdapat dalam kehidupan sosial tokoh Watanabe. Hubungan interaksi antara Watanabe dengan teman dekatnya, dengan sahabat-sahabatnya mulai dari yang menjalin hubungan akrab hingga tidak, yang dimana membuat warna dalam hari-hari kehidupan Watanabe. 2. Tokoh dalam novel dapat menjadi sebuah pelajaran tentang kehidupan sosial yang seiring terjadi. Tokoh Watanabe yang dimana mengalami banyak fase sulit. Kematian sahabat, teman dekat, kisah cinta yang gagal bukan menjadikan dia sama seperti teman-temanya yang bunuh diri di akhirnya, malahan sang tokoh Watanabe tetap melanjutkan hidupnya dan mengubur masa lalunya yang kelam. Walau dia terikut dalam penyimpangan sosial yang ada di dalam novel tetapi dia masih mampu untuk mengontrol dirinya untuk tidak sampai melakukan tahap penyimpangan asosial seperti bunuh diri ;layaknya yang lainnya.

16 3. Dari analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa adanya interaksi yang baik kepada satu tokoh dengan lainnya seperti hubungan antar tokoh Watanabe dengan Naoko yang dimana kedua tokoh memiliki interaksi hubungan yang baik layaknya teman dekat. Adapun hubungan tokoh Watanabe dengan Midori malah berbeda dari tokoh Naoko. 4. Adanya bentuk penyimpangan sosial sendiri yang terjadi dalam kehidupan tokoh Watanabe adalah dalam bentuk penyimpangan nonconform serta Asosial. Bentuk penyimpangan Nonconform yang terdapat adalahtidak menjaga kebersihan atau membuang sampah sembarangan, tidak mendengarkan ketika di absen serta menyalakan radio sekeras-kerasnya dilingkungan asrama. Adapun bentuk penyimpangan asosial sendiri adalah Seks bebas,mabuk-mabukan dan penyimpangan anak muda lainnya. SARAN Dengan melihat segala kondisi sosial yang terdapat dalam novel Norwegian Wood yakni seperti bebasnya kehidupan kaum muda dalam bentuk interaksi dan penyimpangan sosialnya, penulis berharap agar setiap kita mampu mengontrol diri sendiri didalam kerasnya kehidupan, bersifat pantang menyerah untuk maju dengan tetap mematuhi aturan-aturan norma yang masih berlaku dilingkungan masyarakat. Semoga skripsi ini dapat menjadi refrensi bagi para pembaca dan menjadi bahan yang berguna bagi penelitian yang lebih mendalam tentang kehidupan sosial yang terjadi dalam tokoh cerita fiksi khusunya novel.

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih kita kenal sebagai bunuh diri atau disebut juga jisatsu. Jisatsu merupakan suatu bentuk

Lebih terperinci

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

SINOPSIS. Universitas Darma Persada SINOPSIS Watanabe Toru adalah seorang pria berusia 37 tahun yang sedang menaiki pesawat Boeing 737 menuju ke bandara Hamburg, Jerman. Sesampainya di bandara, dia mendengar suara lantunan instrumentalia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, tentu banyak hal yang dapat kita pelajari. Misalnya di dalam keluarga, kita dapat mengenal cara berkomunikasi yang baik. Kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergaulan adalah salah satu kebutuhan manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

PERILAKU MENYIMPANG.

PERILAKU MENYIMPANG. PERILAKU MENYIMPANG http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/ FENOMENA PERILAKU MENYIMPANG Bisakah dikategorikan sebagai fenomena yang menarik untuk dibicarakan, mengapa? Apa sisi menarik dari perilaku menyimpang?

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa latin, yakni littera yang berarti tulisan, dimana istilah sastra ini dapat dipakai untuk menunjukkan gejala budaya

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Konformitas Remaja Dalam Kelompok Yang Menjadi

Bab 5. Ringkasan. 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Konformitas Remaja Dalam Kelompok Yang Menjadi Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Konformitas Remaja Dalam Kelompok Yang Menjadi Penyebab Perilaku Enjokosai Dalam Film Love & Pop (1997) Bab pertama, yaitu Pendahuluan, berisi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari fenomena yang dialami atau terjadi di sekeliling pengarang. Karya sastra yang diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia hiburan musik di Indonesia sekarang ini menyediakan berbagai macam jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru dan

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan. 1st Spring Hujan lagi. Padahal ini hari Minggu dan tak ada yang berharap kalau hari ini akan hujan. Memang tidak besar, tapi cukup untuk membuat seluruh pakaianku basah. Aku baru saja keluar dari supermarket

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Sugono, 2008). Menurut pendapat Anastasia (2007:

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO SKRIPSI Diajukan oleh : Bonnie Suryaningsih F. 100020086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Gambaran Perilaku seksual Perkembangan seksual seorang individu

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja adalah suatu masa yang pasti dialami oleh semua orang. Pada tahapan ini seorang remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang dikenal dengan kesopansantunannya. Hal ini bahkan sudah tersirat dalam ideologi negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah tempat pertama bagi anak belajar mengenai segala hal yang ada dalam kehidupan. Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai BAB IV ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Kelas VIII Mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertumbuhan dan perkembangan industri di daerah perkotaan di Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di tengah kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks dimana individu baik laki-laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah seperti perubahan fisik, perubahan emosi,

Lebih terperinci

IDENTITAS. Jenis Kelamin : L / P * Merokok A Mild : Ya / Tidak * Terakhir Menonton Even Musik A Mild : Tanggal CARA MENGERJAKAN ALAT UKUR I

IDENTITAS. Jenis Kelamin : L / P * Merokok A Mild : Ya / Tidak * Terakhir Menonton Even Musik A Mild : Tanggal CARA MENGERJAKAN ALAT UKUR I IDENTITAS Usia : Jenis Kelamin : L / P * Merokok A Mild : Ya / Tidak * Terakhir Menonton Even Musik A Mild : Tanggal Dimana * Coret yang tidak perlu CARA MENGERJAKAN ALAT UKUR I Pada halaman berikut ini

Lebih terperinci

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal 28-31 Paul Suparno, S.J. Sr. Bundanita mensharingkan pengalamannya bagaimana ia pernah mempunyai anak mas waktu mengajar di Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

Judul resensi Feromon Cinta

Judul resensi Feromon Cinta Judul resensi Feromon Cinta Judul novel : Imaji Dua Sisi Penulis : Saiful Anwar (biasa dipanggil Sayfullan) Penerbit : de TEENS Sampangan Gg. Perkutut no.325-b, Jl. Wonosari, Baturetno Banguntapan Jogjakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibunda, Almarhum Ayahanda dan Ani

Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibunda, Almarhum Ayahanda dan Ani Just remember, there's a right way and a wrong way to do everything and the wrong way is to keep trying to make everybody else do it the right way (Colonel Potter) Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibunda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa pendidikan seks perlu

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang arti interaksi, kontak dan komunikasi. 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, sering sekali muncul berbagai macam penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain. Penafsiran tersebut, tergantung pada konteks dan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. efikasi diri. Teori struktural digunakan untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik cerpen

BAB IV KESIMPULAN. efikasi diri. Teori struktural digunakan untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik cerpen BAB IV KESIMPULAN Cerpen Tomochan no Shiawase karya Yoshimoto Banana dianalisis menggunakan teori struktural dan teori kognitif sosial Albert Bandura mengenai efikasi diri. Teori struktural digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG Seperti halnya masalah sosial lainnya, fenomena Sekkusu shinai shokogun ini turut memberi dampak

Lebih terperinci

ANALISIS SOSIOLOGIS KEHIDUPAN SOSIAL TOKOH UTAMA WATANABE DALAM NOVEL NORWEGIAN WOOD KARYA HARUKI MURAKAMI SKRIPSI

ANALISIS SOSIOLOGIS KEHIDUPAN SOSIAL TOKOH UTAMA WATANABE DALAM NOVEL NORWEGIAN WOOD KARYA HARUKI MURAKAMI SKRIPSI ANALISIS SOSIOLOGIS KEHIDUPAN SOSIAL TOKOH UTAMA WATANABE DALAM NOVEL NORWEGIAN WOOD KARYA HARUKI MURAKAMI SKRIPSI Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu menginginkan kehidupan yang bahagia dan tubuh yang ideal. Harapan ini adalah harapan semua wanita di dunia, tetapi kenyataannya tidak semua wanita memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan norma atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN

PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/ Sisi Menarik Fenomena Perilaku Menyimpang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS BERINTERNET PADA MAHASISWA

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS BERINTERNET PADA MAHASISWA HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS BERINTERNET PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Oleh : Widy Rentina Putri F 100 040 185 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Novel merupakan salah satu karya sastra yang populer. Novel adalah salah satu hiburan dalam jenis bacaan bagi para pembacanya. Novel pada masa kini, sudah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

PATI AGNI Antologi Kematian

PATI AGNI Antologi Kematian PATI AGNI Antologi Kematian Ita Nr. KATA PENGANTAR PATI AGNI Antologi Kematian Dalam Bahasa Sansekerta, Pati berarti mati, Agni berarti api. Pati Agni adalah mematikan api (kehidupan). Semua makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam hidup kita. Seperti halnya bernafas, banyak orang beranggapan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam hidup kita. Seperti halnya bernafas, banyak orang beranggapan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan simbol yang paling rumit, halus, untuk digunakan manusia berkomunikasi antar sesama manusia. Komunikasi merupakan keterampilan paling penting

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 64 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan penyajian data pada bab sebelumnya maka pada bab ini peneliti menyajikan temuan yang akan dijelaskan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24 Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/2014 11:41:24 2 Buku BI 3 (12 des).indd 2 16/12/2014 11:41:25 Bintang berkunjung ke rumah Tante Menik, adik ibunya. Tante Menik seorang wartawati. Rumah Tante Menik kecil,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Hingga akhirnya suatu hari, dia pun memberanikan diri untuk mengintip. Terlihat seorang bocah lelaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan tentang teori psikologi penyakit skizofrenia yang akan saya gunakan untuk membuat analisis

Lebih terperinci

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani prosesproses perkembangan jiwanya,

Lebih terperinci

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com AKHIR PERJALANAN ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com AKHIR PERJALANAN Oleh: Aghana V Idents Copyright 2015 by Aghana V Idents Penerbit ( nulisbuku.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan Dalam menganalisis faktor penyebab remaja terkena narkoba di Desa Kandangsemangkon

Lebih terperinci

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk Nama Fakultas Jurusan Universitas Dosen Pembimbing : Andri Sudjiyanto : Psikologi : Psikologi : Universitas Gunadarma : Dr Eko Djuniarto,MPsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang biasanya didapatkan dari lingkungan tempat tinggal, orang tua, ataupun temanteman.

Lebih terperinci

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com MEMBILAS PILU Oleh: Dipa Tri Wistapa Copyright 2014 by Dipa Tri Wistapa Penerbit Dipa Tri Wistapa Website dipoptikitiw@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan. Pemerintah berusaha untuk mewujudkan pendidikan yang kedepan diharapkan muncul

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan pada bab analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, setiap individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial, dan mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari sebuah proses gejolak dan perasaan seorang pengarang terhadap realitas sosial yang merangsang kesadaran pribadinya. Dengan kedalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari kelompok etnik, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Di mana setiap dalam suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I)

Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I) CHAPTER 1 Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I) Kepala Sekolah Soedjono-Tresno Private High School atau STPHS, Christoper Rumbewas, menerima sejumlah buku, berkas siswa, dan juga seragam sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tentu akan bersosialisasi dengan manusia lainnya agar bisa bertahan hidup. Dari sejak lahir, manusia selalu belajar dari apa

Lebih terperinci

SUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA

SUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA RESENSI BUKU SUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA Nia Kurnia Balai Bahasa Jawa Barat, Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung 40113, Telepon: 081321891100, Pos-el: sikaniarahma@yahoo.com Identitas Buku Judul Novel Pengarang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS S k r i p s i Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com LUCKY_PP UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Oleh: Lucky_pp Copyright 2014 by Lucky_pp Desain Sampul: Ii dan friend Diterbitkan

Lebih terperinci

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi 1 Nadia Eliora Yuda Putri Bahasa Indonesia 7 13 September 2012 Pelarian Jauh Di Hutan Duarr! Bunyi ledakan bom tentara-tentara Jepang. Setelah ledakan pertama itu, orang-orang di desaku menjadi kalang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa observasi dan wawancara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS

KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS Oleh: Putrika P.R. Gharini * Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan

Lebih terperinci

Pdt Gerry CJ Takaria

Pdt Gerry CJ Takaria Pembukaan yang tidak efektif dapat menghambat keseluruhan khotbah Anda Pembukaan yang tidak tepat atau tidak memikat dapat membuat audiens bosan, mengantuk atau bahkan tertidur Sebaliknya jika pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat. Saat ini dunia perfilman di Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sandiwara Radio Profesor. Dr. Herman J. Waluyo menyebutkan bahwa dalam Bahasa Indonesia terdapat istilah sandiwara. Sandiwara diambil dari bahasa jawa sandi dan warah

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. BAB III TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini saya akan membahas temuan hasil penelitian terkait studi kasus kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. Mengawali deskripsi hasil

Lebih terperinci